BAB IV PENUTUP. peneliti menemukan makna-makna atas pelanggaran-pelanggaran kode etik

dokumen-dokumen yang mirip
Kode Etik Jurnalistik

KODE ETIK JURNALISTIK

REPRESENTASI DAN MAKNA ETIKA JURNALISTIK DALAM DRAMA PINOCCHIO

Etika Jurnalistik dan UU Pers

Media Siber. Imam Wahyudi Anggota Dewan Pers

KODE ETIK JURNALISTIK

BAB I PENDAHULUAN. media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia. penting dalam peta perkembangan informasi bagi masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. : Setiap orang berhak atas kemerdekaan berserikat, berkumpul, dan. mengeluarkan pendapat. Serta ditegaskan dalam Pasal 28F, yaitu

National Press Photographers Association ethics morality morals principles standards ethics in photojournalism

BAB I KETENTUAN UMUM

Hukum dan Pers. Oleh Ade Armando. Seminar Nasional Mengurai Delik Pers Dalam RUU KUHP Hotel Sofyan Betawi, Kamis, 24 Agustus 2006

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS

BAB IV PENUTUP. baik media cetak maupun elektronik. Demikian pula hal tersebut berlaku bagi

BAB I PENDAHULUAN. terjadi, disajikan lewat bentuk, siaran, cetak, hingga ke media digital seperti website

BAB I PENDAHULUAN. menandakan proses komunikasi massa berlangsung dalam tingkat kerumitan yang relatif

BAB III PENYAJIAN DATA. tentang analisis kebijakan redaksi dalam penentuan headline (judul berita)

Media dan Revolusi Mental. Nezar Patria Anggota Dewan

Kode Etik Jurnalistik


PERATURAN DEWAN PERS Nomor: 6/Peraturan-DP/V/2008

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) HUKUM DAN KODE ETIK JURNALISTIK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan jaman mengakibatkan semakin banyaknya kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. kepada peraturan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. membuat informasi yang dibutuhkan dapat diakses dengan cepat, dan memiliki tampilan yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Fenomena menjamurnya media massa di Indonesia, yang sangat erat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kebebasan Pers. Seperti yang sering dikemukakan, bahwa kebebasan bukanlah semata-mata

KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH SULAWESI SELATAN KEPUTUSAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA (KPI) Nomor 240/SK/KPID-SS/03/2018 TENTANG

INFORMASI PEMILU DI MEDIA SIARAN

BAB 1. Pendahuluan. Media massa adalah sebuah media yang sangat penting pada jaman ini, karena

BAB I PENDAHULUAN. perkembanganmasyarakat perkotaan dan industri, sebagai bagian dari budaya

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebebasan pers Indonesia ditandai dengan datangnya era reformasi dimulai

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG P E R S DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

BAB IV PENUTUP. Setelah melakukan penelitian atas permasalahan yang ditemukan di atas, selanjutnya

PERATURAN BADAN AUDIT KEMAHASISWAAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG KODE ETIK BADAN AUDIT KEMAHASISWAAN

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI. Skripsi ini adalah hasil karya sendiri dan seluruh sumber yang dikutip maupun

Pelanggaran Kode Etik Jurnalistik

Penerapan Kode Etik Jurnalistik dalam Jurnalisme Online (Studi Deskriptif pada Detikcom) Wulan Widyasari, S.Sos, MA

PERATURAN DEWAN PERS Nomor: 6/Peraturan-DP/V/2008 Tentang

Konsep Pers Profesonal menurut Kode Etik Jurnalistik dan UU Pers

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS

11 Pasal Kode Etik Jurnalistik Dewan Pers

Kiat Menulis Efektif & Mudah Dicerna

KODE ETIK AUDITOR IAIN MATARAM

Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat, & Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) dan Standar Program Siaran (SPS)

Mencari, Meliput, Menulis B E R I T A

BAB I PENDAHULUAN. pun mulai bebas mengemukakan pendapat. Salah satunya adalah kebebasan di bidang

BAB V PENUTUP 5.1. KESIMPULAN. Praktik jurnalisme kloning kini menjadi kian populer dan banyak

Public Relations Humas Simetris & Objektivitas Pemberitaan Oleh: Rachmat Kriyantono, Ph.D

SISTIM HUKUM INDONESIA POKOK BAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. khalayak melalui sebuah media cerita (Wibowo, 2006: 196). Banyak film

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. elemen yang saling membutuhkan. Dalam menjalankan kewajibannya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. itu terjadi pada skala lokal, regional maupun nasional.

BAB I PENDAHULUAN. dapat langsung tersampaikan kepada khalayak dalam waktu singkat.

BAB III METODE PENELITIAN. yang hasil temuannya tidak berdasar pada hitung hitungan angka stastitik. 1

FOTO NARASUMBER. Yusuf Anggara. Kepala Subbagian Humas Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan.

BAB I PENDAHULUAN. secara ideal. Namun dalam dunia globalisasi, masyarakat internasional telah

PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENULISAN BERITA TELEVISI

BAB I PENDAHULUAN. kabar yang bersangkutan. Penyajian sebuah isi pesan dalam media (surat

BAB V PENUTUP. Praktik suap di kalangan jurnalis masih terjadi hingga saat ini. Suap adalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berita (news) merupakan sajian utama sebuah media massa di samping views

BAB I PENDAHULUAN. berkembang di Indonesia sejak keran kebijakaan dibuka pada tahun 1989,

BAB I PENDAHULUAN. yang kerap digunakan dalam konteks politik di Indonesia. Aksi saling serang antar

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara mengenai media, tentunya tidak terlepas dari konsep komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat mendapatkan informasi yang akurat.

Bab III. Objek Penelitian

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Mencermati hasil analisis data dan pembahasan mengenai profesionalisme wartawan / jurnalis pada stasiun televisi lokal

BAB III KODE ETIK JURNALISTIK DEWAN PERS

Bab IV Penutup. hingga akhirnya sampai pada tahapan akhir yaitu kesimpulan. Kesimpulan ini

Pengertian Hukum Dalam Arti Luas : Semua peraturan, baik tertulis maupun tidak tertulis Dalam arti Sempit : Peraturan perundang-undangan yang tertulis

KETETAPAN BADAN LEGISLATIF MAHASISWA

MENGAPA MENGELUH? Oleh Yoseph Andreas Gual

REPRESENTASI PROFESIONALISME JURNALIS DALAM DRAMA KOREA PINOCCHIO : STUDI ANALISIS SEMIOTIKA JOHN FISKE

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

ETIKA JURNALISTIK IJTI JURNALISME POSITIF

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. kritis dari teori Teun A. Van Dijk terhadap tayangan program paket berita jurnal

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan pemaknaan dari berbagai kelompok akan mendapatkan perlakuan yang sama

BAB I PENDAHULUAN. menganalisis, dan mengevaluasi media massa. Pada dasarnya media literasi

BAB I PENDAHULUAN. Pada era modern saat ini, televisi dapat memberikan nilai-nilai kehidupan

Tutut Lestari / Bonaventura Satya Bharata. Program Studi Ilmu Komunikasi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Atma Jaya Yogyakarta,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perubahan ke era reformasi menjadi awal kebebesan pers karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Persoalan budaya selalu menarik untuk diulas. Selain terkait tindakan,

BAB I PENDAHULUAN. Berita mengenai politik, kriminal, olahraga, bencana sampai dengan berita

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang No 40 tahun 1999 Tentang Pers, telah ditetapkan dalam

Ancaman UU ITE terhadap Pengguna Media Sosial

CACAT KODE ETIK JURNALISTIK PADA TV ONE

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 32/PUU-VI/2008 Tentang Iklan Kampanye Dalam Pemilu

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan khalayak luas yang biasanya menggunakan teknologi media massa. setiap pagi jutaan masyarakat mengakses media massa.

Dr. Mudzakkir, S.H., M.H Dosen Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

Transkripsi:

BAB IV PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan dan dianalisis menggunakan metode semiotika Charles Sanders Peirce mengenai representasi etika jurnalistik dalam drama Pinocchio, maka dapat diambil simpulan bahwa peneliti menemukan makna-makna atas pelanggaran-pelanggaran kode etik jurnalistik yang dilakukan oleh MSC News dan YGN yang terdapat dalam korpuskorpus terpilih, yaitu: - Korpus 1 dan 2 Ikon, indeks, dan simbol dalam korpus 1 dan 2 menunjukkan tanda dari perumahan, kostum, identitas pekerjaan, identitas perusahaan, kegiatan jurnalistik, identitas diri, situasi tegang, indeks persona dan indeks ruang. Ketiganya membentuk makna atas pelanggaran kode etik PWI pasal 9 dan pasal 5 The Code of Press Ethics of South Korea yang mengungkapkan bahwa jurnalis harus menghormati kehidupan pribadi seseorang. - Korpus 3 dan 4 Ikon, indeks, dan simbol dalam korpus 3 dan 4 menunjukkan tanda dari identitas latar, identitas perusahaan, kostum, identitas diri, karakter tokoh, ketenangan, ketegasan, indeks persona, indeks ruang. Ketiga tanda tersebut membentuk makna atas pelanggaran kode etik pasal 3 bahwa 166

167 jurnalis memberitakan secara berimbang, tidak mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi, serta menetapkan asas praduga tak bersalah. Kemudian terhadap pasal 1 bahwa jurnalis tidak boleh memiliki itikad buruk, serta pasal 4 The Code of Press Ethics of South Korea yang menyebutkan bahwa jurnalis harus mengungkap kebenaran secara objektif dan adil. - Korpus 5 Ikon, indeks, dan simbol yang ditemukan dalam korpus 5 menunjukkan tanda waktu, ketegangan, kesedihan, identitas perusahaan, kostum, identitas pekerjaan, perekaman, kegiatan broadcast, penghargaan, prestasi, indeks persona. Tanda tersebut membentuk makna pelanggaran atas hak jawab yang diubah menjadi berita yang tak sesuai fakta. Hak jawab sudah diatur dalam UU tentang Pers dan Peraturan Dewan Pers No. 9/Peraturan DP/X/2008 dan pasal 6 The Code of Press Ethics of South Korea. - Korpus 6 Ikon, indeks, dan simbol dalam korpus 6 menunjukkan tanda dari identitas pekerjaan, identitas perusahaan, kostum, peristiwa, ketegangan, keramaian, kesedihan, indeks temporal, indeks persona, indeks ruang. Ketiga tanda tersebut membentuk makna atas penggiringan opini publik yang terdapat pada korpus 6. Penggiringan opini publik tersebut

168 merupakan pelanggaran kode etik bahwa jurnalis tidak membuat berita bohong dan fitnah serta dapat membedakan fakta dan opini. Menurut Press Ethics code of South Korea, penyebaran berita secara cepat memang penting, namun jurnalis harus bersikap independen dan berlaku secara adil serta berani, hingga tidak memberikan informasi yang mendistorsi kepada suatu hal yang tidak benar. - Korpus 7 Ikon dan indeks menunjukkan identitas latar, kemewahan, kostum, identitas diri, kerahasiaan, kekuasaan, indeks persona, indeks ruang, dan indeks temporal. Makna pesan tersebut menunjukkan pelanggaran yang dilakukan Song Cha Ok atas kode etik jurnalistik pasal 3 yang menyebutkan bahwa jurnalis harus menerapkan asas praduga tak bersalah. Selain itu juga, Park Ro Sa melanggar Peraturan Dewan Pers No 5 yang menegaskan bahwa pemilik atau manajemen perusahaan pers dilarang memaksa jurnalis untuk membuat berita yang melanggar kode etik jurnalistik dan atau hukum yang berlaku. Serta pasal 1 The Code of Press Ethics of South Korea terkait independensi jurnalis terhadap kekuatan dari luar. Dalam penelitian ini, MSC News paling banyak melakukan pelanggaran etika yang tertulis dalam kode etik jurnalistik wartawan Indonesia. Peneliti menemukan bahwa pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan MSC News atau pun

169 YGN dilakukan dengan sengaja untuk mengejar rating dan juga kepentingan pribadi dari pemilik media. B. Saran Berdasarkan hasil analisis yang sudah dilakukan, peneliti memiliki beberapa saran yang ingin disampaikan, yaitu: 1. Bagi Peneliti Selanjutnya Penelitian ini mencari tahu makna terkait etika jurnalistik yang terdapat dalam drama Pinocchio melalui tanda-tanda ikon, indeks, dan simbol. Peneliti hanya berfokus pada elemen teks atau pesan dalam drama Pinocchio yang kemudian dianalisis melalui semiotika Peirce. Hal ini berarti bahwa penelitian ini hanya menemukan makna-makna dan realitas sosial terkait etika jurnalistik dari pandangan pembuat drama. Penemuan tersebut meliputi pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh jurnalis dalam menjalankan kegiatan jurnalistiknya. Mulai dari mencari informasi dan wawancara namun mengabaikan hak pribadi narasumber, beritikad buruk saat menentukan angle pemberitaan serta memihak dan menyudutkan salah satu pihak, dan menyebarkan informasi dengan video atau tayangan yang kurang beretika. Hasil penemuan ini diharapkan bisa dijadikan bahan acuan oleh peneliti selanjutnya untuk melakukan pembuktian terhadap situasi dan kondisi yang sebenarnya terjadi di lapangan. Peneliti selanjutnya diharapkan bisa melakukan observasi secara

170 langsung dan juga melakukan wawancara mendalam terhadap objek yaitu para jurnalis. Melalui observasi dan wawancara tersebut diharapkan peneliti selanjutnya dapat mengetahui etika para jurnalis dalam melakukan kegiatan jurnalistik di kehidupan nyata, bukan sekedar realitas dari drama saja. 2. Bagi pembuat drama Peneliti telah mengamati dan juga menganalisis elemen teks atau pesan dalam drama Korea Pinocchio. Detail yang dipresentasikan oleh pembuat drama sudah cukup baik dan sesuai dengan realitas yang ada. Temuan tanda-tanda seperti ikon, indeks, dan simbol dalam drama ini menunjukkan bahwa detail dalam segi kostum, pencahayaan, lingkungan, dan sebagainya dapat membantu penonton dalam memaknai pesan yang ingin disampaikan oleh pembuat drama. Hal ini menunjukkan bahwa pembuat drama melakukan research mendalam terkait profesi jurnalis di Korea Selatan. Kepada pembuat drama diharapkan bisa menjadikan drama Pinocchio sebagai referensi untuk membuat drama secara lebih detail dan mendekati realitas sosial yang sebenarnya. Pembuat drama juga diharapkan melakukan research mendalam untuk membuat karakter atau tokoh yang diinginkan, sehingga drama tersebut sesuai dengan realitas dan tidak melenceng dari realitas sebenarnya.

171 3. Bagi pekerja media dan jurnalis Berdasarkan ikon, indeks, dan simbol dalam drama Pinocchio, ditemukan makna-makna pesan yang menunjukkan pelanggaran terhadap kode etik jurnalistik yang dilakukan media dalam melakukan kegiatan jurnalistiknya. Mulai dari manipulasi informasi, penyalahgunaan profesi, beritikad buruk terhadap narasumber, mengabaikan asas praduga tak bersalah, memasuki ranah pribadi seseorang, tidak melakukan uji informasi, membuat berita bohong dan fitnah, serta tidak bersikap independen. Berdasarkan temuan tersebut, diharapkan jurnalis bisa merefleksikan diri dan lebih memperhatikan etika saat melakukan kegiatan jurnalistik. Jurnalis seharusnya bisa mempelajari, memahami dan mematuhi kode etik jurnalistik dalam melakukan peliputan dan menyebarkan informasi yang dimilikinya. Jika jurnalis memahami kode etik jurnalistik dan peraturan yang berlaku, diharapkan hal tersebut mampu mengurangi dan menghilangkan pelanggaran-pelanggaran yang kerap terjadi saat proses peliputan. Dalam drama ini juga ditemukan bahwa pemberitaan di media memiliki pengaruh terhadap kehidupan pihak-pihak yang terkait peristiwa tersebut. Penemuan ini menunjukkan bahwa kekuatan yang dimiliki media sangat luar biasa hingga merubah kehidupan seseorang, dalam drama ini direpresentasikan oleh kondisi keluarga Ki Ho Sang. Oleh karena itu,

172 sebaiknya media lebih berhati-hati dalam menyebarkan informasi dan melakukan konfirmasi terhadap semua informasi yang didapatkan. Informasi yang diterima juga harus jelas sumbernya dan dapat dipercaya. Media diharapkan tidak hanya mementingkan rating yang tinggi atau oplah yang besar tetapi juga mementingkan dampak dari informasi yang diberikan. Jurnalis diharapkan untuk selalu membuka mata dan telinganya serta mengobservasi secara teliti untuk memberikan laporan yang dapat dipercaya kepada publik.