UPAYA MENEKAN TINGGINYA ANGKA KECELAKAAN LALU LINTAS MELALUI SOSIALISASI UU NO

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pifih Setiawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kesenjangan antara Das Sein dengan Das Sollen adalah suatu hal yang

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II

I. PENDAHULUAN. menjembatani kesenjangan dan mendorong pemerataan hasil-hasil pembangunan antar wilayah,

BAB I PENDAHULUAN. Telepon genggam atau yang lebih dikenal dengan handphone (HP) merupakan

Mengenal Undang Undang Lalu Lintas

Foto 5. public adress Foto 7. public adress

I. PENDAHULUAN. Keadaan di dalam masyarakat yang harmonis akan terpelihara dengan baik jika tercipta

I. PENDAHULUAN. dan mencerminkan kehendak rambu-rambu hukum yang berlaku bagi semua subyek

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan keterangan dan fakta yang terdapat dalam pembahasan,

KUESIONER. Identitas Responden

BAB I PENDAHULUAN. banyak ada di Indonesia adalah sepeda motor. Di negara indonesia angka kepemilikan

I. PENDAHULUAN. Salah satu persoalan yang selalu dihadapi di kota-kota besar adalah masalah lalu lintas. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk yang terus bertambah, kebutuhan orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia selalu melakukan perubahan dalam kehidupannya, hal ini

BAB III PENUTUP. sebagai jawaban atas permasalahan, yaitu : Klaten, antara lain adalah :

BAB I PENDAHULUAN. Penjelasan umum Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu

BAB III PENUTUP. permasalahan dalam penulisan hukum ini sebagai berikut: menggunakan telepon seluler pada saat berkendara adalah langsung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peran strategis dalam

Pasal 48 yang berbunyi :

BAB I PENDAHULUAN. yang berbunyi Negara Indonesia adalah negara hukum. 1 Artinya

PEMERINTAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian tentang kesadaran hukum siswa dalam berlalu

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara bersama-sama oleh semua instansi terkait (stakeholders) bertanggung jawab di bidang jalan;

BAB I PENDAHULUAN. bertumbukan, serang-menyerang, dan bertentangan. Pelanggaran artinya

UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN [LN 1992/49, TLN 3480]

BAB I PENDAHULUAN. (On-line), (29 Oktober 2016). 2

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

Perpustakaan Unika SKALA DISIPLIN

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Penanggulangan pelanggaran lalu lintas oleh pengendara sepeda motor di

UU NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan potensi dan perannya untuk mewujudkan keamanan,

BUPATI BANGKA TENGAH

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KECELAKAAN LALU LINTAS DAN PELANGGARAN LALU LINTAS

BAB I PENDAHULUAN. memiliki wilayah yang sangat luas dan beraneka ragam budaya. Selain itu Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kota karena naluri dan kebutuhan penduduk untuk bergerak atau menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara hukum yang mengandung arti bahwa hukum. merupakan tiang utama dalam menggerakkan sendi-sendi kehidupan

PEMERINTAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR

PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mengenai upaya polisi dalam menanggulangi pelanggaran Undang-undang

TINJAUAN YURIDIS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN TERHADAP TINGKAT KESADARAN DAN KEPATUHAN MASYARAKAT SUMENEP

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 26 TAHUN 2014 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara hukum yang hampir semua aspek di

BAB 2 DATA DAN ANALISA

MASALAH LALU LINTAS DKI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara hukum, dalam pelakasanaan pemerintahan dan

selamat, aman, tertib, lancar, dan efisien, serta dapat

UU No. 22/2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan: Tidak Efisien dan Tidak Efektif Oleh: Imam Nasima

UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN [LN 2009/96, TLN 5025]

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan transportasi pun juga semakin bertambah. Kendaraan bermotor

BUPATI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PARKIR DI KABUPATEN SIDOARJO

Lex Privatum, Vol. IV/No. 3/Mar/2016

PERATURAN DAERAH KOTA BINJAI NOMOR 8 TAHUN 2011 T E N T A N G PENGAWASAN MUATAN ANGKUTAN BARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BINJAI,

BAB III PENUTUP. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya maka dapat disimpulkan sebagai

LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI

Gambar 2.1 Orang menyeberang jalan lewat zebra cross.

TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan penggunaan sepeda motor di Negara Indonesia sebagai salah

BUPATI KAPUAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG JALAN DAN PENGATURAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya

SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MENGEMUDI KENDARAAN BERMOTOR

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam memperlancar roda perekonomian, memperkukuh persatuan dan

I. PENDAHULUAN. dari masyarakat yang masih berbudaya primitif sampai dengan masyarakat yang

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG TERMINAL BARANG

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA KEBERADAAN KENDARAAN RODA TIGA SEBAGAI ODONG-ODONG DI KABUPATEN SUMENEP MENURUT HUKUM POSITIF

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

1. PENDAHULUAN. tidur hingga kembali tidur. Menurut Harold Lasswell, lalu lintas dimana polisi lalu lintas bertindak sebagai komunikator

PERILAKU PENGENDARA SEPEDA MOTOR DI JALAN LAKSDA ADISUCIPTO, YOGYAKARTA

BAB III LANDASAN TEORI. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009

I. PENDAHULUAN. alat transportasi yang diperlukan untuk pemenuhan kebutuhan, dari berbagai

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat dilihat dari adanya indikasi angka kecelakaan yang terus

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Jalan, Bagian Jalan, & Pengelompokan Jalan

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. Penerapan dan penegakan hukum belum sepenuhnya dilaksanakan secara

WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG ANGKUTAN ORANG DENGAN SEPEDA MOTOR

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor antara lain, keadaan geografis

- 1 - PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENETAPAN KELAS JALAN DAN PENGATURAN LALU LINTAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN ILIR NOMOR : 08 TAHUN 2006 TENTANG PENGUJIAN KENDARAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI OGAN ILIR,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2009 NOMOR 13

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

a. Manusia 89,56 % b. Jalan dan lingkungan 564% 5,64 c. Kendaraan 4,80 %

TINGKAT KEPATUHAN PENGGUNA JALAN DALAM MEMATUHI PERATURAN DI KAWASAN TERTIB LALU LINTAS PROPOSAL

BAB VI PENUTUP. Labuan Bajo Manggarai Barat NTT, maka dapat disimpulkan: 1) Berdasarkan kelengkapan pengendara kendaraan sepeda motor di

Bab XXI : Menyebabkan Mati Atau Luka-Luka Karena Kealpaan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 15 TAHUN 2012

I. PENDAHULUAN. Salah satu persoalan yang selalu dihadapi di kota-kota besar adalah lalu lintas.

I. PENDAHULUAN. masyarakat menimbulkan dampak lain, yaitu dengan semakin tinggi kepemilikan

DAFTAR PUSTAKA. Abdussalam dan DPM Sitompul, 2007, Sistem Peradilan Pidana, Restu Agung,

II. TINJAUAN PUSTAKA. dimiliki seseorang apabila seseorang melakukan hak-hak dan kewajibankewajiban

Pengertian Lalu Lintas

I. PENDAHULUAN. merupakan potensi masa depan dan generasi muda penerus cita-cita perjuangan

ANALISIS TERHADAP PENGGUNAAN PONSEL SAAT BERKENDARA MENURUT UNDANG-UNDANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

Transkripsi:

UPAYA MENEKAN TINGGINYA ANGKA KECELAKAAN LALU LINTAS MELALUI SOSIALISASI UU NO. 22 TAHUN 2009 BAGI WARGA DESA TAMPINGAN KECAMATAN BOJA KABUPATEN KENDAL Anis Widyawati Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang Email : ah_111106@yahoo.co.id Abstrak. Kecelakaan yang sering terjadi di jalanan mendorong badan legislatif untuk membuat Undang Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Sebenarnya, Undang Undang No. 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan telah banyak mengatur tentang urusan lalu lintas tetapi karena perkembangan cara berlalu lintas sehingga peraturan yang terdapat di Undang Undang No. 14 Tahun 1992 tidak sesuai lagi sehingga perlu diganti dengan peraturan terbaru yang terdapat dalam Undang Undang No. 22 Tahun 2009. Sosialisasi UU No. 22 Tahun 2009 telah dilakukan kepolisian tetapi masyarakat ada yang menerima peraturan tersebut (pro) dan ada yang tidak menerimanya (kontra). Tujuan kegiatan pengabdian ini, yaitu: a) mengetahui pengaturan lalu lintas dalam UU No. 22 Tahun 2009, b) mengetahui dampak pelanggaran lalu lintas, c) mengetahui bentuk sanksi yang bisa diterapkan bagi pelanggar UU No. 22 Tahun 2009. Berdasarkan pengamatan tim selama melaksanakan kegiatan, peserta nampak serius dan sungguh-sungguh dalam mengikuti acara sampai akhir. Sebagai bukti adalah terjalinnya sikap pro aktif dengan bertanya sehingga terjadi interaksi. Tim pengabdian memberikan saran agar kegiatan sosialisasi dilaksanakan secara berkelanjutan ataupun sosialisasi kesadaran hukum dengan materi yang lain karena di masyarakat pedesaan ternyata banyak pemahaman hukum yang belum diketahui. Kata Kunci: Kecelakaan, UU No. 22 Tahun 2009, Sosialisasi PENDAHULUAN Seiring dengan perkembangan cara berlalu lintas dan perkembangan kendaraan maka badan legislatif merasa perlu untuk mengganti Undang Undang No. 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dengan peraturan yang lebih baru, yaitu Undang Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. UU No. 22 Tahun 2009 dibuat untuk menekan jumlah kecelakaan di jalan semaksimal mungkin. Ada beberapa aturan baru dalam UU No. 22 Tahun 2009, misalnya:(1) Menggunakan helm dengan standart SNI (Standar Nasional Indonesia) bagi pengendara sepeda motor, (2) Bila belok ke kiri tidak ada pemberitahuan 1

2 ABDIMAS Vol. 17 No. 1, Juni 2013 belok ke kiri maka tidak boleh belok ke kiri, (3) Menghidupkan lampu utama sepeda motor di siang hari, (4) Usia minimal memperoleh SIM (Surat Izin Mengemudi) adalah 17 tahun berbeda dengan Undang Undang No. 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, usia minimal memperoleh SIM adalah 16 tahun. Sosialisasi telah dilakukan kepolisian tentang masalah menghidupkan lampu utama sepeda motor di siang hari atau light on tetapi masyarakat ada yang menerima peraturan tersebut (pro) dan ada yang tidak menerimanya (kontra), yang kontra berpendapat bahwa kalau lampu utama motor dihidupkan pada siang hari akan cepat membuat aki mati dan lampu utama juga cepat putus sehingga perlu adanya penggantian yang dapat menguras kantong kantong pengendara motor yang tidak mempunyai uang lebih untuk motornya tersebut, yang pro menyetujui hal tersebut karena untuk keselamatan semua pengendara bermotor baik mobil dan motor itu sendiri dan berpendapat pula karena uang dapat dicari tapi nyawa lebih tidak. METODE Khalayak sasaran strategis dalam pengabdian ini adalah seluruh warga desa Desa Tampingan Rt/Rw. 1/1 Kec. Boja Kabupaten Kendal Kode Pos : 51381. Dipilihnya lokasi tersebut sebagai tempat sosialisasi karena pertimbangan sebagai berikut : (1) berdasarkan wawancara dengan warga desa Tampingan, mereka belum, (2) mengetahui secara pasti apa saja ketentuan dalam undangundang lalu lintas, (3) sebagian besar warga desa Tampingan menggunakan kendaraan bermotor dalam beraktifitas karena kondisi geografis yang jauh dari angkutan umum. Evaluasi yang digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan kegiatan ini dilakukan pada awal kegiatan dan akhir kegiatan pengabdian yaitu dengan 3 tahapan sebagai berikut: Tahap I, Ketua Pelaksana dan Tim mengunjungi Lokasi pengabdian untuk melakukan perizinan dan memaparkan tentang bentuk kegiatan yaitu penyuluhan mengenai ketentuan-ketentuan lalu lintas dalam UU No. 22 Tahun 2009 dan membagikan angket sebelum kegiatan sosialisasi dilaksanakan yang berisi pertanyaan untuk mengukur sejauh mana pemahaman mengenai ketentuan dalam berlalu lintas. Tahap II, Tim Pelaksana memberikan pemaparan tentang bentuk, dampak dan sanksi dari pelanggaran peraturan lalu lintas dalam UU No. 22 Tahun 2009. Tahap III, Tim Pelaksana mengadakan kunjungan terakhir untuk mengukur hasil sosialisasi dengan membagikan angket setelah kegiatan sosialisasi dilaksanakan yang berisi pertanyaan untuk mengukur sejauh mana pemahaman mengenai ketentuan dalam berlalu lintas. Dalam kegiatan pengabdian ini, metode yang digunakan adalah dengan model penyuluhan dan dialog interaktif sehingga selain memberikan informasi tentang pemahaman UU No. 22 Tahun 2009, masyarakat juga ikut aktif dalam dialog agar tidak merasa bosan sehingga terjalinnya komunikasi yang baik HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan pengamatan tim pengabdian kepada masyarakat bahwa terdapat pemahaman yang kurang dari masyarakat terhadap Undang Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Hal ini terlihat dari masih banyaknya warga masyarakat yang belum mematuhi aturanaturan yang ada dalam Undang Undang tersebut, seperti kewajiban menghidupkan lampu utama di siang hari atau belok kiri mengikuti rambu lantas. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil angket yang diberikan kepada

Anis Widyawati Upaya Menekan Tingginya Angka Kecelakaan 3 30 responden warga Desa Karangmanggis Kecamatan Boja Kabupaten Kendal sebelum sosialisasi dilakukan, sebagai berikut: No 1 2 3 4 5 6 7 8 Pertanyaan tentang Undang-Undang Lalu Lintas terbaru? Apakah anda sudah mempunyai Surat Izin Mengemudi? tentang peraturan tentang menyalakan lampu sepeda motor di siang hari dan belok kiri mengikuti rambu lantas? Apakah anda setuju dengan pemberlakuan light on (menyalakan lampu di siang hari) sepeda motor dan belok kiri mengikuti rambu lantas? Menurut anda apakah dengan menyalakan lampu sepeda motor di siang hari dan dan belok kiri mengikuti rambu lantas dapat mnegurangi angka kecelakaan lalu lintas? Apakah anda setuju dengan sanksi kurungan 15 hari atau denda Rp100.000,- bagi pengendara kendaraan sepeda motor bila tidak menyalakan lampu sepeda motor di siang hari? Apakah anda sudah memahami Pasal 107 ayat (2) UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan? Apakah anda menjalankan dengan baik peraturan light on sepeda motor di siang hari ketika berkendara di jalan dan belok kiri mengikuti rambu lantas? Jawaban Ya Tidak 18 12 Dari hasil angket tersebut dapat juga dilihat bahwa seluruh responden belum mengetahui UU No. 22 Tahun 2009 sebagai peraturan lalu lintas yang terbaru. Padahal, aturan-aturan yang ada dalam Undang Undang No. 22 Tahun 2009 tersebut bertujuan untuk lebih mengurangi angka kecelakaan di jalan. Melihat kenyataan tersebut, maka Tim Pengabdian kepada masyarakat bermaksud untuk melakukan sosialisasi mengenai UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Kegiatan pengabdian ini sebagai usaha preventif agar kasus kecelakaan di jalan tidak bertambah banyak dengan cara menanamkan kesadaran kepada masyarakat untuk mematuhi UU No. 22 Tahun 2009. Sebagai hasil dari sosialisasi ini dapat dilihat dari hasil angket yang diberikan kepada 30 responden warga Desa Karangmanggis Kecamatan Boja Kabupaten Kendal setelah sosialisasi dilakukan, sebagai berikut: No 1 2 3 4 5 6 7 8 Pertanyaan tentang Undang-Undang Lalu Lintas terbaru? Apakah anda sudah mempunyai Surat Izin Mengemudi? tentang peraturan tentang menyalakan lampu sepeda motor di siang hari dan belok kiri mengikuti rambu lantas? Apakah anda setuju dengan pemberlakuan light on (menyalakan lampu di siang hari) sepeda motor dan belok kiri mengikuti rambu lantas? Menurut anda apakah dengan menyalakan lampu sepeda motor di siang hari dan dan belok kiri mengikuti rambu lantas dapat mnegurangi angka kecelakaan lalu lintas? Apakah anda setuju dengan sanksi kurungan 15 hari atau denda Rp100.000,- bagi pengendara kendaraan sepeda motor bila tidak menyalakan lampu sepeda motor di siang hari? Apakah anda sudah memahami Pasal 107 ayat (2) UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan? Apakah anda menjalankan dengan baik peraturan light on sepeda motor di siang hari ketika berkendara di jalan dan belok kiri mengikuti rambu lantas? Ya Jawaban Tidak 18 12 Dari hasil angket tersebut dapat juga dilihat bahwa seluruh responden sudah

4 ABDIMAS Vol. 17 No. 1, Juni 2013 mengetahui UU No. 22 Tahun 2009 sebagai peraturan lalu lintas yang terbaru dan aturanaturan yang ada dalam Undang Undang No. 22 Tahun 2009 tersebut bertujuan untuk lebih mengurangi angka kecelakaan di jalan terutama yang berkaitan dengan peraturan ramburambu lalu lintas baru seperti menyalakan lampu disiang hari, belok kiri mengikuti lalu lintas dan pentingnya menggunakan helm serta memiliki SIM. Segala sesuatu yang berhubungan dengan lalu lintas dapat dilihat pada Undang Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Menurut Pasal 47 ayat (1) Undang Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, kendaraan dibagi menjadi dua yaitu kendaraan bermotor dan kendaraan tidak bermotor. Menurut Pasal 1 ayat (8) Undang Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, kendaraan bermotor adalah setiap kendaraan yang digerakkan oleh peralatan mekanik berupa mesin selain kendaraan yang berjalan di atas rel, sementara dalam ayat (9) kendaraan tidak bermotor adalah setiap kendaraan yang digerakkan oleh tenaga manusia dan/ atau hewan. Lebih lanjut diatur dalam Pasal 47 ayat (2) Undang Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, bahwa kendaraan bermotor dikelompokkan berdasarkan:(a) sepeda motor, (b) mobil penumpang, (c) mobil bus, (d) mobil barang, dan (e) kendaraan khusus. Selain mengatur tentang kendaraan bermotor, Undang Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan juga mengatur tentang pengemudi. Sesuai dengan Pasal 1 ayat (23) Pengemudi adalah orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan yang telah memiliki Surat Izin Mengemudi. Seseorang yang ingin mengemudikan kendaraan bermotor wajib mempunyai Surat Izin Mengemudi (SIM). Pasal 77 ayat (1) Undang Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan menegaskan hal tersebut, yaitu : Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan wajib memiliki Surat Izin Mengemudi sesuai dengan jenis kendaraan bermotor yang dikemudikan. Kemudian dalam Pasal 80 Undang Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dijelaskan penggolongan dari Surat Izin Mengemudi yaitu : (a) Surat Izin Mengemudi A Umum berlaku untuk mengemudikan kendaraan bermotor umum dan barang dengan jumlah berat yang diperbolehkan tidak melebihi 3.500 (tiga ribu lima ratus) Kg, (b) Surat Izin Mengemudi B1 Umum berlaku untuk mengemudikan mobil penumpang dan barang umum dengan jumlah berat yang diperbolehkan lebih dari 3.500 (tiga ribu lima ratus) Kg, (c) Surat Izin Mengemudi B II Umum berlaku untuk mengemudikan kendaraan penarik ataukendaraan bermotor dengan menarik kereta tempelan atau gandengan dengan berat yang diperbolehkan untk kereta tempelan atau gandengan lebih dari 1.000 (seribu) Kg, (d) Surat Izin Mengemudi C berlaku untuk sepeda motor, (e) Surat Izin Mengemudi D berlaku untuk mengemudikan kendaraan khusus bagi penyandang cacat. Kemudian dalam Pasal 81 ayat (2) Undang Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan menjelaskan syarat usia pengemudi memperoleh SIM yaitu: (a) Usia 17 (tujuh belas) tahun untuk Surat Izin Mengemudi A, Surat Izin Mengemudi C, dan Surat Izin Mengemudi D, (b) Usia 20 (dua puluh) tahun untuk Surat Izin Mengemudi B1, dan (c) Usia 21 (dua puluh satu) tahun untuk Surat Izin Mengemudi B II. Lebih lanjut ditegaskan bahwa dalam Pasal 281 Undang Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan mengenai sanksi tidak memiliki SIM, yaitu: Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan yang tidak

Anis Widyawati Upaya Menekan Tingginya Angka Kecelakaan 5 memiliki Surat Izin Mengemudi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 4 (empat) bulan atau denda paling banyak Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah). Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa setiap kendaraan yang berjalan di jalan harus memenuhi persyaratan sebagaimana diatur dalam Undang Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan pengamatan selama melakukan pengabdian, tim melihat keseriusan dan antusias peserta (perangkat Desa Tampingan dan warga desa Tampingan), dalam mengikuti penjelasan mengenai Pemaparan Materi tentang UU No. 22 Tahun 2009. Diharapkan masyarakat khususnya warga desa Desa Tampingan Rt/Rw. 1/1 Kec. Boja Kabupaten Kendal memperoleh pemahaman isi dari UU No. 22 Tahun 2009 dan memiliki kesadaran untuk mematuhinya. Dengan pengetahuan yang diperoleh melalui sosialisasi tersebut diharapkan dapat disebarluaskan kepada warga masyarakat yang lain untuk memperoleh pemahaman dan kesadaran yang sama sehingga angka kecelakaan diharapkan dapat ditekan. Saran Tim pengabdian memberikan saran agar kegiatan sosialisasi dilaksanakan secara berkelanjutan ataupun sosialisasi kesadaran hukum dengan materi yang lain karena di masyarakat pedesaan ternyata banyak pemahaman hukum yang belum diketahui. DAFTAR PUSTAKA Arief, Barda Nawawi. 2002. Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. -------------------------. 1993. Hukum Pidana II. Semarang : Badan Penyediaan Bahan Kuliah Fakultas Hukum UNDIP. Hadiman. 2001. Tertib Mengemudi dalam Rangka Menunjang Operasi Zebra. Handoko. 1991. Pendidikan Keselamatan Lalu Lintas. Demak: Media Ilmu. Hobb, F.D. 1995. Perencanaan dan Teknik Lalu Lintas. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Kunarto. Masalah Lalu Lintas Merenungi Kritik Terhadap POLRI. Jakarta: Cipta Manunggal. Moeljatno. 2008. Asas-Asas Hukum Pidana. Jakarta : Rineka Cipta. ------------. 2003. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Jakarta : Bumi Aksara. Muladi dan Nawawi Arif, Barda. 1992. Teori- Teori Dan Kebijakan Pidana. Bandung : Penerbit Alumni. Prodjodikoro, Wirjono. 2003. Asas-Asas Hukum di Indonesia. Bandung : Refika Aditama. Rahardjo, Satjipto. 1986. Ilmu Hukum. Semarang: Penerbit Alumni/Bandung. ---------------------- 2009. Penegakan Hukum Suatu Tinjauan Sosiologis. Yogyakarta: Genta Publishing. Soekanto, Soerjono. 1983. Bantuan Hukum : Suatu Tinjauan Sosio Yuridis. Jakarta: Ghalia Indonesia. ------------------------. 1990. Polisi dan Lalu Lintas. Bandung.: Mandar Maju. Sudarsono, Dharmawan. 1988. Petunjuk Keselamatan Lalu Lintas, Asosiasi Keselamatan Jalan Indonesia. Jakarta. Sudarto. 1990. Hukum Pidana I. Semarang : Yayasan Sudarto Fakultas Hukum

6 ABDIMAS Vol. 17 No. 1, Juni 2013 UNDIP. Sutarto, Suryono. 2005. Hukum Acara Pidana Jilid I. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro. ----------------------. 1999. Hukum Acara Pidana Jilid II. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Rahardjo, Satjipto. 1986. Ilmu Hukum. Semarang: Penerbit Alumni/ Bandung. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (Hasil dan Proses Amandemen Pertama-Keempat). Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Negara Indonesia Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.