HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI DI SMP NEGERI 13 MANADO Natascha Lamsu*, Maureen I. Punuh*, Woodford B.S. Joseph* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado ABSTRAK Masalah kekurangan gizi tertentu yang terjadi pada remaja adalah anemia. Anemia merupakan suatu kondisi dimana konsentrasi hemoglobin atau jumlah sel darah merah berada dibawah normal. Anemia bukanlah sebuah penyakit, melainkan gejala dari beberapa kondisi, seperti kehilangan darah secara berlebih, kerusakan sel darah atau penurunan produksi sel darah, Remaja putri mempunyai risiko yang lebih tinggi mengalami anemia dibandingkan remaja putra. Peningkatan kebutuhan besi terutama disebabkan kehilangan zat besi selama menstruasi. Di Indonesia, secara nasional prevalensi anemia yaitu 21,7% dan prevalensi anemia kelompok usia 5-14 tahun yaitu 26,4%. Angka prevalensi anemia tersebut meningkat dari tahun sebelumnya yaitu 9,4%. Angka kejadian anemia pada remaja di Indonesia mencapai presentasi 33,7%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara status gizi dengan kejadian anemia pada siswi di SMP Negeri 13 Manado. Penelitian ini merupakan sebuah penelitian cross-sectional yang bersifat analitik. Sampel dalam penelitian ini adalah total populasi yang berjumlah 121 remaja putri, yang diambil dari total populasi siswi kelas VIII dan IX SMP Negeri 13 Manado. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswi di SMP Negeri 13 Manado dengan status gizi sangat kurus adalah sebesar 4%, kurus 15%, normal 63%, gemuk 11% dan obesitas 6%. Berdasarkan hasil pengukuran kadar hemoglobin menunjukkan bahwa sebanyak 11 siswi (11,2%) mengalami anemia. Hasil analisis statistik dengan menggunakan chi-square test menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara status gizi dengan kejadian anemia (p = 0,037). Kata kunci: kejadian anemia, status gizi, remaja. ABSTRACT Problems of malnutrition that occurs in adolescents is anemia. Anemia is a condition in which the concentration of hemoglobin or red blood cell count is below normal. Anemia is not a disease but a symptom of several conditions, such as excessive blood loss, blood cell destruction or decreased production of blood cells, young women have a higher risk of anemic than the boys. Increased iron requirements primarily due to iron loss during menstruation. In Indonesia, the national prevalence of anemia is 21.7% and the prevalence of anemia among the age group 5-14 years is 26.4%. The anemia prevalence rate increased from the previous year of 9.4%. The incidence of anemiain Indonesia among adolescent reaches 33.7%. This study aims to investigate the relationship between nutritional status and the incidence of anemia among students in SMP Negeri 13 Manado. This study is a cross-sectional study analytic. Sample in this study were a total population of 121 girls, taken from the total population of grade VIII and IX SMP Negeri 13 Manado female student. The results shows that female students at SMP Negeri 13 Manado with very thin nutritional status are 4%, thin 15%, normal 63%, fat 11%, and obesity 6%. Based on the results of measurements of hemoglobin levels showed that 11 female student (11,2%) are anemia. The results of statististical analysis using the Chi-square test showed that there is an association between nutritional status with anemia (p = 0,037). Keyword: anemia, nutritional status, adolescent.
PENDAHULUAN Masalah kekurangan gizi tertentu yang terjadi pada remaja, khususnya remaja putri, adalah anemia. Anemia merupakan suatu kondisi dimana konsentrasi hemoglobin atau jumlah sel darah merah berada dibawah normal. Anemia gizi dapat dilihat pada keadaan kadar hemoglobin, hematokrit, dan jumlah sel darah merah yang lebih rendah dari normal. Kekurangan salah satu atau beberapa zat gizi seperti zat besi, vitamin B12, asam folat, protein, dan vitamin C, yang diperlukan untuk pembentukan zat gizi dapat menyebabkan anemia gizi. Kondisi seperti kehilangan darah secara berlebih, kerusakan sel darah atau penurunan produksi sel darah merupakan gejala dari Anemia. Terjadinya anemia dapat dilihat melalui hemoglobin dan hematokrit (Dienny, 2014). Tahun 1993 sampai dengan tahun 2005 proporsi anemia di dunia adalah sebanyak 24,8%). Pada tahun 2009 untuk proporsi anemia pada remaja di Indonesia adalah sebesar 33,7%, dimana persentase ini masih cukup tinggi (Wibowo, dkk, 2013). Pada tahun 2013, proporsi anemia secara nasional yaitu 21,7% dan sebesar 26,4% untuk kelompok usia 5-14 tahun. Kadar hemoglobin anak-anak (<14 tahun) secara nasional mempunyai nilai rata-rata sebesar 12,67 g/dl dan proporsi anemia untuk provinsi Sulawesi Utara adalah sebesar 8,7% (Riskesdas, 2007). Kebutuhan zat besi akan mengalami peningkatan pada remaja putri selama masa menstruasi. Hal inilah yang menyebabkan remaja putri memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami anemia. Selain itu, remaja putri lebih memperhatikan perubahan ukuran tubuh dan penampilan fisiknya, sehingga perilaku atau kebiasaan makannya seringkali keliru, seperti membatasi asupan makan khususnya makanan hewani yang dianggap sebagai makanan yang mengandung lemak tinggi dan dapat memicu terjadinya kegemukan (Dienny, 2014). Kurangnya mengkonsumsi sumber makanan hewani sebagai salah satu sumber zat besi yang mudah diserap dapat memicu terjadinya anemia. Kekurangan zat gizi yang berperan dalam penyerapan zat besi juga dapat menyebabkan anemia seperti, protein dan vitamin C. Faktor lain yang dapat mempengaruhi terjadinya anemia antara lain pola haid, pengetahuan tentang anemia, dan status gizi (Indartanti, 2014). Faktor status gizi mempengaruhi terjadinya anemia maka konsumsi makanan sebagai asupan gizi remaja putri perlu mendapatkan perhatian yang utama (Rumpiati, 2010). Remaja memiliki masalah utama yang paling sering didapati yaitu jajan di luar rumah (makanan yang rendah gizi), tidak sarapan, makan yang tidak teratur, dan perhatian terhadap bentuk badan yang membuat remaja diet dengan cara sendiri (Purwitasari, Maryanti, 2009).
Presentasi status gizi pada remaja umur 13-15 tahun menurut kategoro Indeks Massa Tubuh (IMT) untuk provinsi Sulawesi Utara adalah sangat kurus sebesar 0,7%, kurus 5,3%, normal 90,5%, dan gemuk 3,4%. Sedangkan persentasi status gizi pada tahun 2013 berdasarkan Riskesdas untuk status gizi sangat kurus 2,2%, kurus 6,3%, gemuk 11,8%, dan obesitas 4,3% (Riskesdas, 2010). Remaja belum sepenuhnya matang baik secara fisik, kognitif, dan psikososial. Dalam masa pencarian identitas ini, remaja cepat sekali terpengaruh oleh lingkungan (Arisman, 2010). Makanan dan minuman yang dikonsumsi merupakan sumber nutrisi seharihari. Variasi makanan yang begitu banyak, membuat seorang anak hanya menyukai daging, ada pula yang tidak menyukai sayursayuran (Sompie, dkk, 2015). Masalah anemia defisiensi besi pada remaja putri dan status gizi yang rendah akan memberikan dampak buruk pada masa kehamilan nanti, yang dapat menyebabkan kelahiran bayi dengan berat badan lahir rendah, kesakitan bahkan kematian pada ibu dan bayi (Almatsier, 2010). METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan cross-sectional (potong lintang). Penelitian dan pengukuran dilaksanakan di SMP Negeri 13 Manado, Kelurahan Kairagi 2, Kecamatan Mapanget. Dilaksanakan selama 2 bulan, yaitu bulan Agustus sampai Oktober 2015. Populasi dan sampel dalam penelitian ini merupakan seluruh siswi kelas VIII dan IX di SMP Negeri 13 Manado dengan jumlah 121 orang. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur tinggi badan adalah microtoice, untuk mengukur berat badan adalah timbangan berat badan dengan ketelitian 0,1 kg, dan alat untuk mengukur kadar hemoglobin. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1. Distribusi Responden berdasarkan Status Gizi Status Gizi n % Sangat Kurus 4 4 Kurus 15 15 Normal 62 63 Gemuk 11 11 Obesitas 6 6 Total 98 100 Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa distribusi indeks massa tubuh tertinggi adalah dengan status gizi normal yaitu 63% dari total 98 siswi. Untuk status gizi kurus berada pada angka 15%, gemuk 11%, obesitas 6% dan sangat kurus 4%. Tabel 2. Distribusi Responden berdasarkan Status Anemia Status n % Anemia 11 11,2 Tidak Anemia 87 88,8 Total 98 100 Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa distribusi terbesar untuk status anemia terdapat pada kategori tidak anemia yaitu
sebesar 88,8% dan untuk kategori anemia adalah sebesar 11,2% dari total 98 siswi. Tabel 3. Hubungan antara Status Gizi dengan Kejadian Anemia Kadar Hemoglobin Total Status Gizi Anemia Tidak Anemia p* N % n % n % Sangat Kurus 2 2,0 2 2,0 4 4,1 0,034 Kurus 3 3,1 12 12,2 15 15,3 Normal 3 3,1 59 60,2 62 63,3 Gemuk 2 2,0 9 9,2 11 11,2 Obesitas 1 1,0 5 5,1 6 6,1 Total 11 11,2 87 88,8 98 100 Berdasarkan hasil uji Chi-Square dapat menderita berbagai kekurangan vitamin, terlihat nilai p sebesar 0,034 (<0,05). Hal ini berarti bahwa terdapat hubungan antara status gizi dengan kejadian anemia pada siswi SMP Negeri 13 Manado. Hasil penelitian ini sama dengan yang dilakukan oleh Rumpiati, dkk, 2010. Penelitian tersebut dilakukan pada siswi SMA Muhammadiyah Madiun pada tahun 2010, dimana pada penelitian ini terdapat hubungan antara status gizi dengan kejadian anemia. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh antara status gizi dengan kejadian anemia. Status gizi mencerminkan asupan zat gizi yang dikonsumsi sehari-hari. Status gizi yang tidak normal ini menandakan bahwa konsumsi zat gizi per hari tidak memenuhi angka kecukupan gizi, terutama vitamin dan mineral. Ada tiga jenis kekurangan gizi, ada yang kurang secara kualitatif dan ada yang kurang secara kuantitatif, serta kekurangan keduanya. Apabila kuantitas kompononen zat gizi cukup, tetapi kualitasnya kurang maka, mineral, protein dan lain-lainnya (Gunatmaningsih, 2007). Menurut penelitian dari Muchlisa, Citrakesumasari dan Indriasari (2013) bahwa kurangnya asupan zat besi dapat berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Dampak lain dari kurangnya asupan zat besi adalah anemia sehingga dapat disimpulkan bahwa kurangnya asupan zat besi dapat mengakibatkan status gizi yang kurang dan juga anemia. Dampak gizi kurang dapat bermanifestasi dalam jangka pendek dan jangka panjang, dan mungkin memiliki masalah antargenerasi, akibat kehamilan yang kurang sehat dan berat lahir yang rendah. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada siswi di SMP Negeri 13 Manado maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Proporsi anemia pada siswi di SMP Negeri 13 Manado yaitu 11,2%.
2. Status gizi sangat kurus sebesar 4%, kurus sebesar 15%, normal sebesar 63%, gemuk sebesar 11%, dan obesitas sebesar 6%. 3. Terdapat hubungan antara status gizi dengan kejadian anemia pada siswi di SMP Negeri 13 Manado. SARAN Berdasarkan kesimpulan, maka disarankan halhal sebagai berikut: 1. Bagi siswi, diharapkan dapat meningkatkan konsumsi makanan yang lebih beragam dan seimbang, lebih memperhatikan kebersihan diri dan makanan sebelum dikonsumsi. 2. Meningkatkan asupan zat gizi, baik zat gizi makro maupun mikro (vitamin dan mineral) bagi anak yang konsumsi zat gizinya kurang sehingga dapat memenuhi angka kecukupan gizi sesuai dengan yang dianjurkan, baik dari segi kualitas maupun kuantitas. 3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan variabel berbeda serta dengan jumlah sampel yang lebih besar agar mendapatkan hasil yang lebih akurat tentang faktor lain yang berhubungan dengan kejadian anemia. DAFTAR PUSTAKA Almatsier, S. 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta. Arisman. 2010. Buku Ajar Ilmu Gizi: Gizi Dalam Daur Kehidupan. EGC: Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2007. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta. Dienny, F. 2014. Permasalahan Gizi pada Remaja Putri. Graha Ilmu: Jakarta. Gunatmaningsih, D. 2007. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Anemia pada Remaja Putri di SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang Kabupaten Brebes. Diakses pada 18 Oktober 2015. Indartanti, D., Kartini A. 2014. Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri. Volume 3 No. 2. Diakses pada 7 Mei 2015. Muchlisa, Citrakesumasari, Indriasari, R. 2013. Hubungan Asupan Zat Gizi dengan Status Gizi pada Remaja Putri di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar Tahun 2013. Jurnal MKMI. Diakses pada 20 Oktober 2015. Purwitasari, D., Maryanti, D.. 2010. Buku Ajar Gizi Kesehatan Dalam Kesehatan Reproduksi Teori dan Praktikum. Yogyakarta: Nuha Medika. Rumpiati, Ella F., Mustafidah H. 2010. Hubungan Antara Status Gizi Dengan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri Kelas XI SMA Muhammadiyah Kota Madiun. Diakses pada 7 Mei 2015. Sompie, K., Mantik, M., Rompis, J. 2015. Hubungan antara Status Gizi dengan Kadar Hemoglobin pada Remaja Usia 12-14 Tahun. Jurnal e-clinic (ecl), Volume 3, Nomor 1. Diakses pada 20 Oktober 2015. Wibowo, C., Notoatmojo H., Rohmani A. 2013. Hubungan Antara Status Gizi Dengan Anemia Pada Remaja Putri Di Sekolah Menengah Pertama Muhammadiyah 3
Semarang. Volume 1, no 2. Diakses pada 5 Mei 2015.