BAB VII PEN UTUP. Dalam penelitian ini, berdasarkan data serta analisa di bab IV dan V, dapat

dokumen-dokumen yang mirip
2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang multi culture yang berarti didalamnya

BAB I PENDAHULUAN. dikenal masyarakat luas sampai saat ini adalah prosa rakyat. Cerita prosa rakyat

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan yang ingin dicapai di dalam Tugas Akhir ini adalah membuat sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan

MUSEUM BUDAYA DI PONTIANAK, KALIMANTAN BARAT

BAB IV ANALISIS. Mitos memang lebih dikenal untuk menceritakan kisah-kisah di masa

Kecakapan Antar Personal. Mia Fitriawati, S. Kom, M.Kom

BAB I PENDAHULUAN. Belajar 9 Tahun Dalam Sastra Dayak Ngaju, (Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2003), 20.

BAB 7. Standar Kompetensi. Memahami kesamaan dan keberagaman Bahasa dan Dialek. Kompetensi Dasar. Tujuan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai. Budaya dan nilai-nilai yang dipandang baik dan dijunjung tinggi oleh

BAB I PENDAHULUAN. dapat ditunjukkan oleh manusia lain sebagai pelaku komunikasi. berupa ekspresi, gerak tubuh, maupun simbol simbol tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB I PENDAHULUAN. dan dari bahan-bahan tradisional untuk membuat tato (Gumilar, 2005:51).

BAB IV. 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat. Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat,

NILAI-NILAI SOSIAL DAN BUDAYA DALAM MITOS KIAI KALADETE TENTANG ANAK BERAMBUT GEMBEL DI DATARAN TINGGI DIENG KABUPATEN WONOSOBO SKRIPSI

2015 PENGAKUAN KEESAAN TUHAN DALAM MANTRA SAHADAT SUNDA DI KECAMATAN CIKARANG TIMUR KABUPATEN BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era keterbukaan dan globalisasi yang sudah terjadi sekarang yang

BAB I PENDAHULUAN. Di setiap tempat di Indonesia memiliki ciri khas dan keunikannya masing-masing,

BAB IV KESIMPULAN. merupakan suatu bentuk penghormatan kepada nenek moyang masyarakat Suku

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia, mitos dan ritual saling berkaitan. Penghadiran kembali pengalaman

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS JAMBI

PROBLEMATIKA PENGEMBANGAN BAHASA UNTUK MASYARAKAT DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Batak merupakan salah satu suku bangsa yang terdapat di Indonesia yang banyak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI KEPALA DESA DALAM MELESTARIKAN TRADISI GOTONG ROYONG DI DESA TABA PASEMAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH

PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PENGETAHUAN TRADISIONAL & EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL. Dra. Dewi Indrawati MA 1

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau merupakan salah satu dari antara kelompok etnis utama bangsa

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

2015 KEHID UPAN MASAYARAKAT BAD UY LUAR D I D ESA KANEKES KABUPATEN LEBAK BANTEN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai manusia kita telah dibekali dengan potensi untuk saling

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani. Kebutuhan mencakup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN. (blackberry massanger), telepon, maupun jejaring sosial lainnya. Semua itu

BAB I PENDAHULUAN. Rosyadi (2006) menjelaskan bahwa kebudayaan Cina banyak memberikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sehingga kita dapat memberikan arti atau makna terhadap tindakan-tindakan

BAB V PENUTUP. masih dipertahankan sampai saat ini. Bersama dangan adat yang lain, harta buang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara hukum yang ditentukan dalam Pasal 1 ayat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Bayu Dwi Nurwicaksono, 2013

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan yang biasanya dilakukan setiap tanggal 6 April (Hari Nelayan)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. informal dalam keluarga, komunitas suatu suku, atau suatu wilayah.

BAB I PENDAHULUAN. rumah adat yang menjadi simbol budaya daerah, tetapi juga tradisi lisan menjadi

CERITA RAKYAT GUNUNG SRANDIL DI DESA GLEMPANG PASIR KECAMATAN ADIPALA KABUPATEN CILACAP (TINJAUAN FOLKLOR)

BAB V PENUTUP. membutuhkan bimbingan serta pengawasan dalam mengunakan gadget. Proses

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah

I. PENDAHULUAN. Secara umum, kebudayaan memiliki tiga wujud, yakni kebudayaan secara ideal

MERUMUSKAN METODE PENGKAJIAN TRADISI LISAN

BAB I PENDAHULUAN. berkembang di tengah-tengah masyarakat. Kehidupan sastra daerah itu dapat. Mitchell (dalam Nurgiyantoro, 2005 : 163) yakni,

METODOLOGI. Hutan untuk Masa Depan Pengelolaan Hutan Adat di Tengah Arus Perubahan Dunia

BAB I PENDAHULUAN. penuturannya. Aksara ini lebih dikenal sebagai Hanacaraka atau Carakan.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam lagi bahasa tercakup dalam kebudayaan. Bahasa menggambarkan cara berfikir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara.

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dilakukan melalui bahasa atau tuturan yang diucapkan oleh alat

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. Pada makanan tertentu bukan hanya sekedar pemenuhan kebutuhan biologis,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa ada di dalamnya dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda.

LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA

BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE. dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis tersebut

KULTUR ORGANISASI 12/6/2016 1

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1

BAB I PENDAHULUAN. beli dan dilanjutkan dengan menggunakan alat tukar seperti uang.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SMA/MA IPS kelas 10 - SOSIOLOGI IPS BAB 4. SOSIALISASI DAN PEMBENTUKAN KEPRIBADIANLATIHAN SOAL BAB 4. Pemerintah. Masyarakat. Media Massa.

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lainnya memiliki kesamaan dalam beberapa hal. Rasa solidaritas

BAB I PENDAHULUAN. objeknya manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan hal yang sangat vital dalam berkomunikasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Era Globalisasi membuat jati diri bahasa Indonesia perlu dibina dan. dimasyarakatkan luas pada khususnya. Agar bangsa Indonesia tidak

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. khasanah pengetahuan suatu masyarakat atau suku bangsa. Kehidupan

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA DAN

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sebuah sarana yang digunakan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ema Sumiati, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. sendiri, tetapi belakangan ini budaya Indonesia semakin menurun dari sosialisasi

Transkripsi:

BAB VII PEN UTUP 6.1 Keismpulan Dalam penelitian ini, berdasarkan data serta analisa di bab IV dan V, dapat disimp ulkan bahwa : 1. Nilai-nilai kehidupan yang berkembang di Rumah Betang mencangkup: nilai untuk hidup saling tolong menolong, rukun, saling menjaga keamanan dan pertahan serta saling menghargai dan memberi kebebasan beragama. 2. Nilai-nilai kehidupan yang berkembang di Rumah Betang ini dilakukan melalui proses interaksi sehari hari dengan menggunakan simbol simbol, bahasa verbal dan non verbal. Masyarakat Dayak khususnya Dayak Ngaju tidak memiliki aksara dan cenderung menggunakan simbol dan bahasa. Jadi semua cerita dan tradisi diturunkan secara lisan atau berupa simbol-simbol. Simbol simbol tersebut adalah simbol rumah betang, simbol bahasa verbal dan non verbal. 3. Proses komunikasi untuk melestarikan nilai-nilai yang terkandung di dalam Rumah Betang yang terjadi di masyarakat Dayak Ngaju dibagi menjadi dua tahap yaitu melalui proses enkulturasi dan sosialisasi, dimana saat proses enkulturasi orang tua melakukan transmisi budaya ke anak melalui simbol dalam bentuk bahasa verbal dan ditegaskan kembali dengan gerakan non verbal. Hal ini sangat efektif Sehingga selain mendengarkan anak juga benar benar melihat tindakan tersebut secara berulang. Kata dan tindakan yang di wariskan orang tua melalui

simbol simbol dilakukan secara berulang dan menyebabkan anak secara otomatis dapat menyerap nilai nilai budaya betang dengan mudah. Saat anak keluar dan melakukan proses sosialisasi saat itulah interaksi sosial terjadi. Teman sebaya yang juga sudah di enkulturasi oleh orang tuanya mengenai nilai nilai rumah betang, jadi saat proses sosialisasi berlangsung seorang pribadi berhubungan dengan pribadi yang lain, mulai saling mempengaruhi perilaku pandangan mereka mengenai nilai nilai hidup rumah betang akan sama, yaitu baik untuk dijadikan pedoman hidup dan harus d ilestarikan. 6.2 Impilikasi Implikasi dalam penelitian ini meliputi implikasi teoritis, metodologis, dan kebijakan. 1. Imp likasi Teoritis Dalam kesimpulan penelitian menunjukan bahwa Proses komunikasi untuk melestarikan nilai- nilai yang terkandung di dalam Rumah Betang yang terjadi di masyarakat Dayak Ngaju dibagi menjadi dua tahap yaitu melalui proses enkulturasi dan sosialisasi, dimana saat proses enkulturasi orang tua melakukan transmisi budaya ke anak melalui simbol dalam bentuk bahasa verbal dan ditegaskan kembali dengan gerakan non verbal.. Hal ini sangat efektif Sehingga selain mendengarkan anak juga benar benar melihat tindakan tersebut secara berulang. Kata dan tindakan yang di wariskan orang tua melalui simbol simbol

dilakukan secara berulang dan menyebabkan anak secara otomatis dapat menyerap nilai nilai budaya betang dengan mudah. Dimulai dengan meninjau kembali teori interaksi simbolik dan interaksi sosial yang relevan dengan penelitian mengenai Komunikasi pewarisan budaya. Dimana pada setiap simbol atau lambang memiliki arti tertentu sesuai dengan kesepakatan bersama, dan ditransmisikan ke anak cucu dengan cara interaksi simbolik dan interaksi sosial. Ditinjau melalui teori pewarisan budaya Transmisi budaya dimana Pewarisan budaya (culture transmission) termasuk proses enkulturasi dan sosialisasi. Enkulturasi adalah proses kultur ditrasmisikan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Kultur ditrasmisikan melalui proses belajar, bukan melalui gen. Enkulturasi terjadi melalui orang tua, kelompok teman, sekolah, lembaga keagamaan dan lembaga pemerintahan. Proses enkulturasi dan sosialisai yang dilakukan masyarakat Dayak Ngaju dalam rangka menjaga nilai-nilai kehidupan Rumah Betang dapat dikatakan berhasil, dengan masih sampainya pesan tersebut dari orang tua cucu dan anak baik mereka yang masih maupun yang sudah tidak tinggal di Rumah Betang, bahkan bagi mereka yang sama sekali tidak pernah tinggal di rumah Betang. Oleh karena itu secara teoritis ada kaitan yang erat antara komunikasi dan budaya, selain itu cara mentransmisikan nilai budaya yang efektif adalah melalui bahasa verbal dan dilengkapi dengan gerakan non verbal secara berulang.

2. Implikasi Metodelogi Kesimpulan dalam penelitian ini berhasil ditemukan dengan melalui metode kualitatif dengan pendekatan Etnografi. Pendekatan Etnografi, etnografi adalah kegiatan peneliti untuk memahami cara orang-orang berinteraksi dan bekerjasama melalui fenomena teramati kehidupan sehari-hari. Etnografi biasanya menguraikan suatu budaya secara menyeluruh, yakni semua aspek budaya yang bersifat material seperti artefak budaya dan yang bersifat abstrak seperti norma, kepercayaan, dan sistem nilai kelompok yang diteliti. Bagi penelitian mengenai budaya tradisional masyarakat seperti proses komunikasi masyarakat Dayak Ngaju di desa Buntoi ini cocok menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan Etnografi, karena peneliti dituntut untuk memahami bagaimana masyarakat Dayak Ngaju memahami nilai nilai kehidupan yang terkandung di dalam bangunan Rumah Betang, dan bagaimana mereka mewariskan nilai-nilai tersebut ke anak dan cucu sesuai dengan pengalaman dan pandangan mereka sendiri, hal itu dilakukan dnegan cara tinggal untuk beberapa waktu di komunitas yang diteliti. 3. Implikasi Kebijakan Implikasi yang mengarah pada kebijak an dari penelitian ini terkait dengan kebijakan pemerintah dalam upaya melestarikan nilai-nilai kehidupan Rumah Betang.Meskipun kini telah dikeluarkan kebijakan pemerintah mengenai daerah Provinsi Kalimantan Tengah No.16 tahun 2008 tentang kelembagaan adat

dayak Kalimantan Tengah, namun ada baiknya jika pemerintah memahami bagaimana nilai-nilai tersebut bisa diwariskan, sehingga poin penting dari pewarisan budaya tersebut tidak hilang. 6.3 Saran Berdasarkan data serta pembahasan diatas, terdapat dua saran yang peneliti usulkan yaitu saran kepada masyarakat Dayak Ngaju di desa Buntoi dan Pemerintah Kalimantan Tengah. 1. Saran untuk masyarakat Dayak : Selama peneliti tinggal di Rumah Betang dan berinteraksi dengan masyarakat, serta mengikuti kegiatan sehari hari mereka, menyebabkan peneliti tahu cara bagaimana masyarakat dayak Ngaju di desa Buntoi memandang nilai hidup Rumah Betang serta bagaimana cara mereka mentransmisikan nilai tersebut dari generasi ke generasi. Ada beb erapa hal yang inggin peneliti sarankan yaitu: a. Falsafah hidup Rumah Betang merupakan falsafah hidup yang sagat baik. Terbukti dengan masyarakat Dayak yang terbuka dan dapat berdampingan dengan masyarakat non dayak Ngaju di desa Buntoi serta harmonisnya hubungan masyarakat Dayak Ngaju di desa Buntoi dengan pemerintah. Oleh sebab itu hal ini penting untuk terus ditransmisikan kepada generasi selanjutnya dengan menjaga keutuhan pesan, sehingga nilai-nilai yang terkandung di dalam isi pesan tersebut tetap terjaga.

b. Masyarakat Dayak khususnya Dayak Ngaju adalah masyarakat tutur dan sedikit ditemukannya referensi tertulis. Jadi semua cerita dan tradisi diturunkan secara lisan kepada generasi. Meskipun begitu ada baiknya jika mulai mengenalkan budaya menulis kepada masyarakat Dayak Ngaju, sehingga cerita sejarah ataupun kisah dimasa lalu tidak hanya mengandalkan ingatan lalu di tuturkan saja namun juga memiliki arsip tertulis. 2. Saran untuk pemerintah : Pemerintah daerah Kalimantan Tengah merupakan pihak yang juga sangat berwenang dan berkepentingan untuk menjaga keutuhan bangunan Rumah Betang serta menyosialisasikan falsafah nilai Budaya Betang di kalangan masyarakat. Telah diterbitkannya Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Tengah No.16 tahun 2008 tentang kelembagaan adat dayak Kalimantan tengah serta bantuan pemeliharaan bangunan Rumah Betang Buntoi merupakan salah satu wujud kepedulian dan rasa tanggung jawab pemerintah terhadap warisan budaya. Tetapi di sisi lain pemerintah juga harus memikirkan perkembangan serta kesejahteraan masyarakat dayak Ngaju di desa buntoi dari segi pendidikan. Jumlah anak-anak di desa Buntoi semakin berkembang, maka perlunya diimbangi dengan fasilitas pendidikan yang menunjang, ruang kelas yang memadahi serta fasilitas pendid ikan mulai dari bangku SD sampai SMA.