BAB VII PEN UTUP 6.1 Keismpulan Dalam penelitian ini, berdasarkan data serta analisa di bab IV dan V, dapat disimp ulkan bahwa : 1. Nilai-nilai kehidupan yang berkembang di Rumah Betang mencangkup: nilai untuk hidup saling tolong menolong, rukun, saling menjaga keamanan dan pertahan serta saling menghargai dan memberi kebebasan beragama. 2. Nilai-nilai kehidupan yang berkembang di Rumah Betang ini dilakukan melalui proses interaksi sehari hari dengan menggunakan simbol simbol, bahasa verbal dan non verbal. Masyarakat Dayak khususnya Dayak Ngaju tidak memiliki aksara dan cenderung menggunakan simbol dan bahasa. Jadi semua cerita dan tradisi diturunkan secara lisan atau berupa simbol-simbol. Simbol simbol tersebut adalah simbol rumah betang, simbol bahasa verbal dan non verbal. 3. Proses komunikasi untuk melestarikan nilai-nilai yang terkandung di dalam Rumah Betang yang terjadi di masyarakat Dayak Ngaju dibagi menjadi dua tahap yaitu melalui proses enkulturasi dan sosialisasi, dimana saat proses enkulturasi orang tua melakukan transmisi budaya ke anak melalui simbol dalam bentuk bahasa verbal dan ditegaskan kembali dengan gerakan non verbal. Hal ini sangat efektif Sehingga selain mendengarkan anak juga benar benar melihat tindakan tersebut secara berulang. Kata dan tindakan yang di wariskan orang tua melalui
simbol simbol dilakukan secara berulang dan menyebabkan anak secara otomatis dapat menyerap nilai nilai budaya betang dengan mudah. Saat anak keluar dan melakukan proses sosialisasi saat itulah interaksi sosial terjadi. Teman sebaya yang juga sudah di enkulturasi oleh orang tuanya mengenai nilai nilai rumah betang, jadi saat proses sosialisasi berlangsung seorang pribadi berhubungan dengan pribadi yang lain, mulai saling mempengaruhi perilaku pandangan mereka mengenai nilai nilai hidup rumah betang akan sama, yaitu baik untuk dijadikan pedoman hidup dan harus d ilestarikan. 6.2 Impilikasi Implikasi dalam penelitian ini meliputi implikasi teoritis, metodologis, dan kebijakan. 1. Imp likasi Teoritis Dalam kesimpulan penelitian menunjukan bahwa Proses komunikasi untuk melestarikan nilai- nilai yang terkandung di dalam Rumah Betang yang terjadi di masyarakat Dayak Ngaju dibagi menjadi dua tahap yaitu melalui proses enkulturasi dan sosialisasi, dimana saat proses enkulturasi orang tua melakukan transmisi budaya ke anak melalui simbol dalam bentuk bahasa verbal dan ditegaskan kembali dengan gerakan non verbal.. Hal ini sangat efektif Sehingga selain mendengarkan anak juga benar benar melihat tindakan tersebut secara berulang. Kata dan tindakan yang di wariskan orang tua melalui simbol simbol
dilakukan secara berulang dan menyebabkan anak secara otomatis dapat menyerap nilai nilai budaya betang dengan mudah. Dimulai dengan meninjau kembali teori interaksi simbolik dan interaksi sosial yang relevan dengan penelitian mengenai Komunikasi pewarisan budaya. Dimana pada setiap simbol atau lambang memiliki arti tertentu sesuai dengan kesepakatan bersama, dan ditransmisikan ke anak cucu dengan cara interaksi simbolik dan interaksi sosial. Ditinjau melalui teori pewarisan budaya Transmisi budaya dimana Pewarisan budaya (culture transmission) termasuk proses enkulturasi dan sosialisasi. Enkulturasi adalah proses kultur ditrasmisikan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Kultur ditrasmisikan melalui proses belajar, bukan melalui gen. Enkulturasi terjadi melalui orang tua, kelompok teman, sekolah, lembaga keagamaan dan lembaga pemerintahan. Proses enkulturasi dan sosialisai yang dilakukan masyarakat Dayak Ngaju dalam rangka menjaga nilai-nilai kehidupan Rumah Betang dapat dikatakan berhasil, dengan masih sampainya pesan tersebut dari orang tua cucu dan anak baik mereka yang masih maupun yang sudah tidak tinggal di Rumah Betang, bahkan bagi mereka yang sama sekali tidak pernah tinggal di rumah Betang. Oleh karena itu secara teoritis ada kaitan yang erat antara komunikasi dan budaya, selain itu cara mentransmisikan nilai budaya yang efektif adalah melalui bahasa verbal dan dilengkapi dengan gerakan non verbal secara berulang.
2. Implikasi Metodelogi Kesimpulan dalam penelitian ini berhasil ditemukan dengan melalui metode kualitatif dengan pendekatan Etnografi. Pendekatan Etnografi, etnografi adalah kegiatan peneliti untuk memahami cara orang-orang berinteraksi dan bekerjasama melalui fenomena teramati kehidupan sehari-hari. Etnografi biasanya menguraikan suatu budaya secara menyeluruh, yakni semua aspek budaya yang bersifat material seperti artefak budaya dan yang bersifat abstrak seperti norma, kepercayaan, dan sistem nilai kelompok yang diteliti. Bagi penelitian mengenai budaya tradisional masyarakat seperti proses komunikasi masyarakat Dayak Ngaju di desa Buntoi ini cocok menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan Etnografi, karena peneliti dituntut untuk memahami bagaimana masyarakat Dayak Ngaju memahami nilai nilai kehidupan yang terkandung di dalam bangunan Rumah Betang, dan bagaimana mereka mewariskan nilai-nilai tersebut ke anak dan cucu sesuai dengan pengalaman dan pandangan mereka sendiri, hal itu dilakukan dnegan cara tinggal untuk beberapa waktu di komunitas yang diteliti. 3. Implikasi Kebijakan Implikasi yang mengarah pada kebijak an dari penelitian ini terkait dengan kebijakan pemerintah dalam upaya melestarikan nilai-nilai kehidupan Rumah Betang.Meskipun kini telah dikeluarkan kebijakan pemerintah mengenai daerah Provinsi Kalimantan Tengah No.16 tahun 2008 tentang kelembagaan adat
dayak Kalimantan Tengah, namun ada baiknya jika pemerintah memahami bagaimana nilai-nilai tersebut bisa diwariskan, sehingga poin penting dari pewarisan budaya tersebut tidak hilang. 6.3 Saran Berdasarkan data serta pembahasan diatas, terdapat dua saran yang peneliti usulkan yaitu saran kepada masyarakat Dayak Ngaju di desa Buntoi dan Pemerintah Kalimantan Tengah. 1. Saran untuk masyarakat Dayak : Selama peneliti tinggal di Rumah Betang dan berinteraksi dengan masyarakat, serta mengikuti kegiatan sehari hari mereka, menyebabkan peneliti tahu cara bagaimana masyarakat dayak Ngaju di desa Buntoi memandang nilai hidup Rumah Betang serta bagaimana cara mereka mentransmisikan nilai tersebut dari generasi ke generasi. Ada beb erapa hal yang inggin peneliti sarankan yaitu: a. Falsafah hidup Rumah Betang merupakan falsafah hidup yang sagat baik. Terbukti dengan masyarakat Dayak yang terbuka dan dapat berdampingan dengan masyarakat non dayak Ngaju di desa Buntoi serta harmonisnya hubungan masyarakat Dayak Ngaju di desa Buntoi dengan pemerintah. Oleh sebab itu hal ini penting untuk terus ditransmisikan kepada generasi selanjutnya dengan menjaga keutuhan pesan, sehingga nilai-nilai yang terkandung di dalam isi pesan tersebut tetap terjaga.
b. Masyarakat Dayak khususnya Dayak Ngaju adalah masyarakat tutur dan sedikit ditemukannya referensi tertulis. Jadi semua cerita dan tradisi diturunkan secara lisan kepada generasi. Meskipun begitu ada baiknya jika mulai mengenalkan budaya menulis kepada masyarakat Dayak Ngaju, sehingga cerita sejarah ataupun kisah dimasa lalu tidak hanya mengandalkan ingatan lalu di tuturkan saja namun juga memiliki arsip tertulis. 2. Saran untuk pemerintah : Pemerintah daerah Kalimantan Tengah merupakan pihak yang juga sangat berwenang dan berkepentingan untuk menjaga keutuhan bangunan Rumah Betang serta menyosialisasikan falsafah nilai Budaya Betang di kalangan masyarakat. Telah diterbitkannya Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Tengah No.16 tahun 2008 tentang kelembagaan adat dayak Kalimantan tengah serta bantuan pemeliharaan bangunan Rumah Betang Buntoi merupakan salah satu wujud kepedulian dan rasa tanggung jawab pemerintah terhadap warisan budaya. Tetapi di sisi lain pemerintah juga harus memikirkan perkembangan serta kesejahteraan masyarakat dayak Ngaju di desa buntoi dari segi pendidikan. Jumlah anak-anak di desa Buntoi semakin berkembang, maka perlunya diimbangi dengan fasilitas pendidikan yang menunjang, ruang kelas yang memadahi serta fasilitas pendid ikan mulai dari bangku SD sampai SMA.