BAB II PEMBAHASAN A. Tujuan Program Peningkatan Kesehatan Lansia di Indonesia a. Mengupayakan agar para lansia menikmati masa tua bahagia dan berguna b. Memfokuskan pada upaya promotif dan preventif c. Kegiatan pembinaan sebaiknya dimulai dari usia pra lansia dengan kegiatan penyuluhan, pelayanan kesehatan, gizi dan psikososial agar kondisikesehatan lansia terjaga sehingga tetap produktif d. Adanya peran serta aktif dan partisipasi lintas sector e. Meningkatkan koordinasi lintas sector di setiap tingkat administrasi, seiring dengan program kerj Komisi Daerah Lansia ( Permendagri Nomor 60 tahun 2008 tentang Pedoman Pembentukan Komisi Daerah Lanjut ) f. Puskesmas sebagai kunci utama dalam pergerakan masyarakat diharapkan melakukan upaya pro aktif bekerjasama dengan para tokoh masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan lansia B. Jenis Program Peningkatan Kesehatan Lansia Menurut buku Pusat Data dan Informasi a. Pelayanan dasar di puskesmas santun lansia (Kementrian Kesehatan RI,2014) Puskesmas santun Lansia adalah Puskesmas yang melaksanakan pelayanan kesehatan kepada pra lansia dan lansia yang meliputi pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang lebih menekankan unsur proaktif, kemudahan proses pelayanan, santun, sesuai standar pelayanan dan kerja sama dengan unsur lintas sektor. Dengan demikian maka program Lansia tidak terbatas pada pelayanan kesehatan di klinik saja, tetapi juga pelayanan kesehatan luar gedung dan pemberdayaan masyarakat. Bentuk kesantunan pada lansia misalnya: 1. Melayani lansia dengan senyum, ramah, sabar dan menghargai sebagai orang tua. 2. Pelayanan rawat jalan gratis bagi lansia (usia 60 tahun ke atas) 3. Proaktif dan responsif terhadap permasalahan kesehatan lansia.
4. Kemudahan akses layanan bagi lansia baik prosedur layanan maupun fasilitasnya. Jasa layanan yang bisa diberikan: 1. Pelayanan kesehatan One stop service di ruang tersendiri. Pelayanan one stop service adalah pelayanan kepada Lansia mulai dari pendaftaran sampai mendapat obat dilaksanakan satu paket di satu ruang. Dengan begitu Lansia tidak perlu berpindah tempat dan antri lagi untuk pelayanan lainnya dalam Puskesmas. 2. Konseling lansia 3. Posyandu lansiapembinaan melalui karang werda 4. Pembinaan melalui forum karang werda kecamatan 5. Pelayanan melalui panti werda 6. Kunjungan ruma 7. Membuat event tertentu seperti talk show, lomba senam lansia, jalan sehat, dll. 8. Pendaftaran Pemeriksaan klinis pemeriksaan laboratorium bila perlu 9. Konseling Pemberian obat, bila tidak ada ruang khusus maka lansia dilayani di poli umum tetapi pelayanannya didahulukan 10. Kemudahan akses 11. Ada alur pelayanan lansia yang jelas dan mudah 12. Mendahulukan lansia dari pasien umum 13. Trap atau tangga tidak terlalu curam 14. Disediakan jamban / WC duduk sehingga lansia tidak perlu jongkok 15. Pegangan rambat pada tangga dan WC b. Pelayanan rujukan di rumah sakit Sistem rujukan di rumah sakit adalah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan yang melaksanakan pelimpahan wewenang atau tanggung jawab timbal balik, terhadap suatu kasus penyakit atau masalah kesehatan, secara vertikal dalam arti dari unit yang terkecil atau berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu atau secara horisontal atau secara horizontal dalam arti antar unit-unit yang setingkat kemampuannya. Jalur Rujukan, jalur rujukan terdiri dari dua jalur, yakni: Rujukan upaya kesehatan perorangan 1. Antara masyarakat dengan puskesmas
2. Antara puskesmas pembantu atau bidan di desa dengan puskesmas 3. Intern petugas puskesmas atau puskesmas rawat inap 4. Antar puskesmas atau puskesmas dengan rumah sakit atau fasilitas pelayanan lainnya. Rujukan upaya kesehatan masyarakat 1. Dari puskesmas ke dinas kesehatan kabupaten atau kota 2. Dari puskesmas ke instansi lain yang lebih kompeten baik intrasektoral maupun lintas sektoral 3. Bila rujukan ditingkat kabupaten atau kota masih belum mampu mananggulangi, bisa diteruskan ke provinsi atau pusat (Trihono, 2005). c. Pelayanan kesehatan preventif, promotif, kuratif dan rehabilitative Pelayanan kesehatan dilakukan secara teritegrasi dengan upaya pelayanan kesejahteraa lainnya dengan mengutamakan upaya preventif, pelayanan kuratif, pelayanan rehabilitative. 1. Pelayanan Preventif Bertujuan untuk mencegah terjadinya masalah kesehatan yang berkelanjutan 2. Pelayanan promotif Bertujuan agar lansia berperilaku hidup sehat, meningkatkan gairah hidup, memelihara kemandirian serta tetap aktif dan produktif, baik secara individu maupun kelompok 3. pelayanan kuratif Bertujuan agar gangguan kesehatan segera teratasi dan tidak menjadi cacat. Untuk itu perlu dipersiapkan petugas kesehatan agar mahir melakukan upaya kuratif terhadap pasien lansia 4. Pelayanan rehabilitative Bertujuan untuk mngembalikan fungsi dan rasa percaya diri lansia seoptimal mungkin. Upaya ini dapat dilakuan di masyarakat atau di institusi yang tersedia (panti, puskesmas, dan rumah sakit) d. Pelayanan kesehatan jiwa bagi lansia Kebutuhan mental spiritual adalah kebutuhan yang diberikan kepada lansia yang dapat memberikan semngat dan dorongan daam kehidupan sehari-hari misalya dengan menumbuhkan rasa percaya diri bahwa lansia tetap dibutuhkan oleh keluarga/ masyarakat, memberikan semangat bahwa lansia tetap dibutuhkan oleh keluarga/masyarakat,
memberikan semnagat bahwa potensi yang ada dalam dirinya dapat digunakan bagi orang lain Pemenuhan kebutuhan mental psikologis adalah kebutuhan yang meliputi kebutuhan penghargan, perhatian, dari anggota keluarga, temn akrab dan masyrakat e. Pelayanan Home care yang terinterasi dalam perawatan kesehatan masyarakat Menurut Departemen Kesehatan (2002) menyebutkan bahwa home care adalah pelayanan kesehatan yang berkesinambungan dan komprehensif yang diberikan kepada individu dan keluarga di tempat tinggal mereka yang bertujuan untuk meningkatkan, mempertahankan atau memulihkan kesehatan atau memaksimalkan tingkat kemandirian dan meminimalkan akibat dari penyakit. Pelayanan diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien atau keluarga yang direncanakan dan dikoordinasi oleh pemberi pelayanan melalui staf yang diatur berdasarkan perjanjian bersama. Sedangkan menurut Neis dan Mc Ewen (2001) menyatakan home health care adalah sistem dimana pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial diberikan di rumah kepada orang-orang yang cacat atau orang-orang yang harus tinggal di rumah karena kondisi kesehatannya. Home Care (HC) menurut Habbs dan Perrin, 1985 adalah merupakan layanan kesehatan yang dilakukan di rumah pasien (Lerman D. & Eric B.L, 1993), Sehingga home care dalam keperawatan merupakan layanan keperawatan di rumah pasien yang telah melalui sejarah yang panjang. Perawatan kesehatan masyarakat adalah pelayanan keperawatan profesional yang ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok beresiko tinggi, dalam pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan, dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan, dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan pelaksanaan dan evaluasi pelayanan keperawatan. (Allender & Spradley, 2001) f. Pencegahan Penyakit Tidak Menular melalui Posbindu Lansia
Posbindu PTM merupakan peran serta masyarakat dalam melakukan kegiatan deteksi dini dan pemantauan faktor risiko PTM Utama yang dilaksanakan secara terpadu, rutin, dan periodik. Faktor risiko penyakit tidak menular (PTM) meliputi merokok, konsumsi minuman beralkohol, pola makan tidak sehat, kurang aktifitas fisik, obesitas, stres, hipertensi, hiperglikemi, hiperkolesterol serta menindak lanjuti secara dini faktor risiko yang ditemukan melalui konseling kesehatan dan segera merujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan dasar. Kelompok PTM Utama adalah diabetes melitus (DM), kanker, penyakit jantung dan pembuluh darah (PJPD), penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), dan gangguan akibat kecelakaan dan tindak kekerasan. Tujuan Posbindu PTM adalah meningkatkan peran serta masyarakat dalam pencegahan dan penemuan dini faktor risiko PTM. Sasaran utama kegiatan adalah kelompok masyarakat sehat, berisiko dan penyandang PTM berusia 15 tahun ke atas. Wadah Kegiatan: Posbindu PTM dapat dilaksanakan terintegrasi dengan upaya kesehatan bersumber masyarakat yang sudah ada, di tempat kerja atau di klinik perusahaan, di lembaga pendidikan, tempat lain di mana masyarakat dalam jumlah tertentu berkumpul/beraktivitas secara rutin, misalnya di mesjid, gereja, klub olah raga, pertemuan organisasi politik maupun kemasyarakatan. Pengintegrasian yang dimaksud adalah memadukan pelaksanaan Posbindu PTM dengan kegiatan yang sudah dilakukan meliputi kesesuaian waktu dan tempat, serta memanfaatkan sarana dan tenaga yang ada. g. Peningkatan Intelegensia Kesehatan Bagi Lansia Penanggulangan masalah kesehatan dan intelegensi pada usia lanjut yang dilakukan melalui upaya preventif lebih diarahkan pada paradigma sehat dengan peningkatan kualitas hidup. Salah satu bentuk kegiatan yaitu dengan melaksanakan senam kebugaran bagi usia lanjut di posyandu secara rutin. kegiatan ini diharapkan akan menghasilkan instruktur senam di posyandu lansia dan kegiatan senam lansia dapat ditingkatkan untuk masing-masing posyandu. Targetnya 50% posyandu di wilayah
puskesmas melaksanakan senam lansia dan 100% usia lanjut dilakukan skrinning kesehatan intelegensi. h. Pelayanan Gizi Lansia Kegiatan lain yang dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan kondisi setempat seperti Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dengan memperhatikan aspek kesehatan dan gizi lanjut usia dan kegiatan olah raga seperti senam lanjut usia, gerak jalan santai untuk meningkatkan kebugaran. Kegiatan posyandu lansia yang berjalan dengan baik akan memberi kemudahan bagi lansia dalam mendapatkan pelayanan kesehatan dasar, sehingga kualitas hidup masyarakat di usia lanjut tetap terjaga dengan baik dan optimal. Berbagai kegiatan dan program posyandu lansia tersebut sangat baik dan banyak memberikan manfaat bagi para orang tua di wilayahnya. Seharusnya para lansia berupaya memanfaatkan adanya posyandu tersebut sebaik mungkin, agar kesehatan para lansia dapat terpelihara dan terpantau secara optimal. Kebutuhan gizi klien lanjut usia perlu dipenuhi secara adekuat untuk kelangsungan proses pergantian sel dalam tubuh, mengatasi proses menua, dan memperlambat terjadinya usia biologis. Kebutuhan kalori pada klien lanjut usia berkurangnya kalori dasar akibat kegiatan fisik. Kalori dasar adalah kalori yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan tubuh dalam kadaan istirahat, misalnya untuk jantung, usus, pernapasan, ginjal, dll. Kebutuhan kalori klien lanjut usia tidak melebihi 1700-2100 kalori, yang bersumber dari karbohidrat, lemak, dan protein. Sebaiknya disesuaikan dengan macam kegiatannya. Kebutuhan protein normal usia lanjut usia adalah 1 gr / kg BB / hari. Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan di Posyandu Lansia, dibutuhkan, sarana dan prasarana penunjang, yaitu: tempat kegiatan (gedung, ruangan atau tempat terbuka), meja dan kursi, alat tulis, buku pencatatan kegiatan, timbangan dewasa, meteran pengukuran tinggi badan, stetoskop, tensi meter, peralatan laboratorium sederhana, thermometer, Kartu Menuju Sehat (KMS) lansia. i. Promosi Kesehatan
Promosi Kesehatan dan Strategi Proteksi Kesehatan untuk Komunitas Lansia Promosi kesehatan dan proteksi kesehatan adalah dua elemen pencegahan primer. Promosi kesehatan menekankan pada upaya membantu masyarakat mengubahgaya hidup mereka dan bergerak menuju kondisi kesehatan yang optimum sedangkan fokus proteksi kesehatan adalah melindungi individu dari penyakit dan cedera dengan memberikan imunisasi dan menurunkan pemajanan terhadap agens karsinogenik toksin dan hal hal yang membahayakan kesehatan di lingkungan sekitar. Konsep kesehatan lansia harus ditinjau kembali dalam upaya merencanakan intervensi promosi kesehatan. Promosi kesehatan harus benar benar berfokus pada perilaku beresiko yang dapat dimodifikasi yang disesuaikan dengan masalah kesehatan utama menurut usia ( USDHHS, 1998 ). Secara umum, pelayanan kesehatan untuk lansiamemiliki tiga tujuan 1. Meningkatkan kemampuan fungsional 2. Memperpanjang usia hidup 3. Meningkatkan dan menurunkan penderita ( O Malley dan Blakeney, 1994 ). Dalam memaksimalkan promosi kesehatan lansia di komunitas dibutuhkan suatu pendekatan multiaspek. Target intervensi harus mengarah pada individu dan keluarga serta kelompok dan komunitas Daftar Pustaka
Departemen Sosial RI. 2003. Kebijakan dan Program Pelayanan Sosial Lanjut Usia di Indonesia. Jakarta: Direktorat Bina Pelayanan Sosial Lanjut Usia Hayana. 2014. https://yannawari.wordpress.com/2014/03/28/gizi-padalanjut-usia-lansia/ diakses pada tanggal 27 April 2016 pada pukul 18.30 WIB Kementrian Kesehatan RI. 2014. Situasi dan Analisis Lanjut Usia. Jakarta: Pusat Data dan Informasi. Trihono. 2005. Manajemen puskesmas berbasis paradigma sehat. Jakarta : Sagung Seto.