Efisiensi Instalasi Pengolahan Air Limbah Terhadap Kualitas Limbah Cair Rumah Sakit Haji Makassar Tahun 2014

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan rumah sakit mempunyai potensi menghasilkan limbah yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak dapat dipisahkan dari masyarakat karena mempunyai fungsi sebagai tempat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya di kotakota

BAB I PENDAHULUAN. resiko toksikologi juga akan meningkat. terbentuk secara alami dilingkungan. Semua benda yang ada disekitar kita

SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA IPAL PT. TIRTA INVESTAMA PABRIK PANDAAN PASURUAN

kimia lain serta mikroorganisme patogen yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. mil laut dengan negara tetangga Singapura. Posisi yang strategis ini menempatkan

EFEKTIVITAS INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) DOMESTIK SISTEM ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR (RBC) KELURAHAN SEBENGKOK KOTA TARAKAN

BAB VI PEMBAHASAN. 6.1 Ketaatan Terhadap Kewajiban Mengolahan Limbah Cair Rumah Sakit dengan IPAL

BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-undang Kesehatan nomor 36 tahun 2009 menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. permintaan pasar akan kebutuhan pangan yang semakin besar. Kegiatan

I. PENDAHULUAN. Limbah berbahaya adalah limbah yang mempunyai sifat-sifat antara lain

1.1. Latar Belakang Sampah dan limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang. atau limbah klinis dan non klinis baik padat maupun cair.

BAB I PENDAHULUAN. air di kota besar di Indonesia, telah menunjukkan gejala yang cukup serius,

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Kesehatan RI Nomor 36 Tahun 2009 menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. limbah yang keberadaannya kerap menjadi masalah dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV ANALISA DAN HASIL 4.2 SPESIFIKASI SUBMERSIBLE VENTURI AERATOR. Gambar 4.1 Submersible Venturi Aerator. : 0.05 m 3 /s

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua

BAB VI HASIL. Tabel 3 : Hasil Pre Eksperimen Dengan Parameter ph, NH 3, TSS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN UKDW. peternakan semakin pesat. Daging yang merupakan salah satu produk

BAB I PENDAHULUAN. keadaan ke arah yang lebih baik. Kegiatan pembangunan biasanya selalu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Kebutuhan yang utama bagi terselenggaranya kesehatan

SPO INSTALASI PENGELOLAAN LIMBAH CAIR DENGAN SISTEM TANGKI SEPTIK MODIFIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Masalah Air Limbah Rumah Sakit

STUDI EVALUASI INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH PADA RUMAH SAKIT UMUM JAYAPURA JURNAL TEKNIK PENGAIRAN KONSENTRASI KONSERVASI SUMBER DAYA AIR

BAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab V Hasil dan Pembahasan

ANALISIS KUALITAS KIMIA AIR LIMBAH RUMAH SAKIT DI RSUD DR. SAM RATULANGI TONDANO TAHUN

DESAIN ALTERNATIF INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH SAKIT DENGAN PROSES AEROBIK, ANAEROBIK DAN KOMBINASI ANAEROBIK DAN AEROBIK DI KOTA SURABAYA

ANALISIS KUALITAS LIMBAH CAIR PADA INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR (IPLC) RUMAH SAKIT UMUM LIUN KENDAGE TAHUNA TAHUN 2010

adalah air yang telah dipergunakan yang berasal dari rumah tangga atau bahan kimia yang sulit untuk dihilangkan dan berbahaya.

BAB I PENDAHULUAN. kota besar di Indonesia, setelah menunjukkan gajala yang cukup serius,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Hasil uji laboratorium: Pencemaran Limbah di Karangjompo, Tirto, Kabupaten Pekalongan Oleh: Amat Zuhri

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan dan obyek wisatanya. Pembangunan pawisata mesti ditunjang dengan

Y. Heryanto, A. Muda, A. Bestari, I. Hermawan/MITL Vol. 1 No. 1 Tahun 2016:

BAB V ANALISA AIR LIMBAH

BAB I PENDAHULUAN. kepada masyarakat. Kegiatannya tidak hanya berdampak positif bagi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa semua orang mempunyai hak yang sama dalam. berhak mendapatkan lingkungan sehat bagi pencapaian derajat kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. manusia terhadap lingkungan adalah adanya sampah. yang dianggap sudah tidak berguna sehingga diperlakukan sebagai barang

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT DENGAN PROSES ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR (RBC)

BAB I PENDAHULUAN. industri kelapa sawit. Pada saat ini perkembangan industri kelapa sawit tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Nomor KEP-58/MENLH/12/1995 tentang baku mutu limbah cair bagi

PENDAHULUAN. Latar Belakang

Pengaturan Debit Seragam terhadap Kualitas Effluent pada Pengolahan Limbah Cair di PT. XYZ

BAB 3 ALAT DAN BAHAN. 1. Gelas ukur 25mL Pyrex. 2. Gelas ukur 100mL Pyrex. 3. Pipet volume 10mL Pyrex. 4. Pipet volume 5mL Pyrex. 5.

METODE PENELITIAN. penelitian dapat dilihat pada Lampiran 6 Gambar 12. dengan bulan Juli 2016, dapat dilihat Lampiran 6 Tabel 5.

BAB I PENDAHULUAN. tetapi limbah cair memiliki tingkat pencemaran lebih besar dari pada limbah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semakin meningkatnya perkembangan sektor industri dan

BAB I PENDAHULUAN. sisa proses yang tidak dapat digunakan kembali. Sisa proses ini kemudian menjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Mukhlis dan Aidil Onasis Staf Pengajar Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Padang

PENGARUH SISTEM ATTACHED GROWTH BERGANDA ANAEROB AEROB UP FLOW TERHADAP PENYISIHAN KADAR BOD,COD DAN TSS PADA LIMBAH CAIR HOTEL

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran tidak hanya berasal dari buangan industri tetapi dapat berasal

BAB I PENDAHULUAN. tempat praktik dokter saja, tetapi juga ditunjang oleh unit-unit lainnya,

MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS AIR LIMBAH INDUSTRI DI PT EAST JAKARTA INDUSTRIAL PARK

A. BAHAN DAN ALAT B. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi dalam penelitian ini yaitu di industri tahu yang ada di Kecamatan Kota

BAB I PENDAHULUAN. dan fasilitas pelayanan kesehatan yang membuang air limbahnya tanpa

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan penduduk dikarenakan tempat tinggal mereka telah tercemar. Salah satu

INSTALASI PENGOLAHAN LUMPUR TINJA JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA BAB I PENDAHULUAN

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN. rata-rata nilai BOD dapat dilihat pada Gambar 5.1. Gambar 5.1. Nilai BOD dari tahun 2007 sampai 2014.

dikelola secara individual dengan menggunakan pengolahan limbah yang berupa

BAB I PENDAHULUAN. sejauh mana tingkat industrialisasi telah dicapai oleh satu negara. Bagi

CAIR DI RSUD RAA SOEWONDO PATI

BAB I PENDAHULUAN. berdampak positif, keberadaan industri juga dapat menyebabkan dampak

BAB II AIR LIMBAH PT. UNITED TRACTORS Tbk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Linda Maulidia Kosasih, 2013

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu kehidupan dan kesehatan manusia (Sunu, 2001). seperti Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat,

PENURUNAN KONSENTRASI CHEMICAL OXYGEN DEMAND (COD)

BAB I PENDAHULUAN. tempe gembus, kerupuk ampas tahu, pakan ternak, dan diolah menjadi tepung

BAB 5 TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH FASILITAS LAYANAN KESEHATAN SKALA KECIL

ANALISIS EFEKTIVITAS INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR (IPAL) RUMAH SAKIT TINGKAT III ROBERT WOLTER MONGISIDI MANADO

TUGAS MATA KULIAH PENGELOLAAN LIMBAH MANAJEMEN PENGELOLAAN LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT STUDI KASUS: CUT MEUTIA DI KOTA LHOKSEUMAWE

Buku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 1990-an paradigma pembangunan ekonomi Indonesia

II. PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK GEDUNG SOPHIE PARIS INDONESIA

PERBEDAAN KUALITAS AIR LINDI SEBELUM DAN SESUDAH PENGOLAHAN DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (Studi Kasus TPA Sampah Botubilotahu Kec. Marisa Kab.

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR ABSTRACT INTISARI DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point

Analisa BOD dan COD ANALISA BOD DAN COD (BOD AND COD ANALYSIST) COD (Chemical Oxygen Demand) BOD (Biochemical Oxygen Demand)

BAB I PENDAHULUAN. mencuci, air untuk pengairan pertanian, air untuk kolam perikanan, air untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

adanya gangguan oleh zat-zat beracun atau muatan bahan organik yang berlebih.

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian juga memiliki dampak meningkatkan pencemaran oleh limbah cair

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya aktifitas berbagai macam industri menyebabkan semakin

Prestasi, Volume 1, Nomor 1, Desember 2011 ISSN

Evaluasi Instalasi Pengolahan Air Limbah Hotel X di Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Skema Proses Pengolahan Air Limbah

Pengolahan Air Limbah Domestik Menggunakan Proses Aerasi, Pengendapan, dan Filtrasi Media Zeolit-Arang Aktif

III.2.1 Karakteristik Air Limbah Rumah Sakit Makna Ciledug.

Transkripsi:

ISSN : 2443 1141 P E N E L I T I A N Efisiensi Instalasi Pengolahan Air Limbah Terhadap Kualitas Limbah Cair Rumah Sakit Haji Makassar Tahun 2014 Abd. Gafur 1 * Abstract Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efisiensi kenerja ipal yang ada di rumah sakit haji kota Makassar terhadap kualitas limbah cair yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit tersebut. Jenis penelitian ini adalah observasional deskriptif dengan pengambilan sampel dengan metode grab sampling. Metode pemeriksaan untuk BOD menggunakan metode winkler, COD dengan menggunakan metode dikromat dan phosfat menggunakan metode stano klorida. pemeriksaan dibandingkan dengan standar kualitas air limbaah rumah sakit menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. Kep-58/MENLH/12/1995. penelitian menunjukkan kandungan kadar kandungan BOD pada inlet rata-rata 178,4 mg/l tidak memenuhi syarat dan outlet 72,8 mg/l tidak memenuhi syarat, kandungan COD pada inlet ratarata 404,1 mg/l tidak memenuhi syarat dan outlet 161,8 mg/l tidak memenuhi syarat. Sedangkan kandungan phosfat pada inlet 7,84 tidak memenuhi syarat dan outlet 1,47 memenuhi syarat. perhitungan efisiensi menunjukkan rata-rata IPAL mampu menurunkan kandungan BOD sebesar 50% cukup efisien, kandungan COD 50% cukup efisien dan kandungan phosfat sebesar 80% efisien. Kesimpulan yang diperoleh kandungan BOD, COD tidak memenuhi syarat sedangan fosfat memenuhi syarat. Efesiensi penurunan parameter limbah pada kandungan BOD dan COD cukup efisien sebesar 50% sedangkan untuk parameter phosfat sebesar 80%. Disarankan kepada pihak rumah sakit untuk lebih mengoptimalkan kinerja dan pengawasan terhadap IPAL dalam menurunkan beban pencemar yang dihasilkan. Kata Kunci : Limbah cair, Instalasi Pengolahan Air Limbah, BOD, COD dan Fosfat Pendahuluan Rumah sakit merupakan salah satu upaya peningkatan kesehatan yang terdiri dari balai pengobatan dan tempat praktik dokter yang juga ditunjang oleh unit-unit lainnya, seperti ruang operasi, laboraturium, farmasi, administrasi, dapur, * Korespondensi : abd.gafur@umi.ac.id 1 Bagian Kesehatan Lingkungan Universitas Muslim Indonesia, Makassar, Indonesia laundry, pengolahan sampah dan limbah, serta penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan. Selain membawa dampak positif bagi masyarakat yaitu sebagai tempat menyembuhkan orang sakit, rumah sakit juga memiliki kemungkinan membawa dampak negative. Dampak negatifnya dapat berupa pencemaran dari proses kegiatan, yaitu bila limbah yang dihasilkan tidak dikelola dengan baik (Asmadi,2012).

2 HIGIENE VOLUM E 1, NO. 1, JANUARI APRIL 2015 Dalam profil kesehatan Indonesia, Departement Kesehatan, 1997 diungkapkan seluruh rumah sakit di Indonesia berjumalh 1090 dengan 121.996 tempat tidur. kajian terhadap 100 Rumah sakit di Jawa dan Bali menunjukkan bahwa rata-rata produksi sampah sebesar 3,2 kr pertempat tidur perhari. Analisa lebih jauh menunjukkan produksi sampah (limbah padat) berupa limbh domestic sebesar 76,8% dan berupa infeksius sebesar 32,2%. Diperkirakan secara nasional produksi sampah (Limbah padat Rumah Sakit sebesar 376.089 ton per hari dan produksi air limbah sebesar 48.985,70 ton per hari. Dari gambaran tersebut dapat dibayangkan betapa besar potensi Rumah Sakit untuk mencermari lingkungan dan kemungkinan menimbulkan kecelakaan serta penularan penyakit (Asmadi,2012) Penelitian yang dilakukan oleh Alamsyah menunjukkan bahwa Rumah Sakit di Indonesia berjumlah 1090 dengan 121.996 tempat tidur. kajian terhadap 100 Rumah Sakit di Jawa dan Bali menunjukkan bahwa rata-rata produksi sampah sebesar 3,2 Kg per tempat tidur per hari. Sedangkan produksi limbah cair sebesar 416,8 liter per tempat tidur per hari. Analisis lebih jauh menunjukkan, produksi sampah (limbah padat) berupa limbah domestik sebesar 76,8 persen dan berupa limbah infektius sebesar 23,2 persen. Diperkirakan secara nasional produksi sampah (limbah padat) RS sebesar 376.089 ton per hari dan produksi air limbah sebesar 48.985,70 ton per hari.dari gambaran tersebut dapat dibayangkan betapa besar potensi RS untuk mencemari lingkungan dan kemungkinannya menimbulkan kecelakaan serta penularan penyakit.rumah Sakit di Indonesia menghasilkan limbah dalam jumlah besar, beberapa diantaranya membahyakan kesehatan di lingkungannya. Di negara maju, jumlah limbah diperkirakan 0,5-0,6 kilogram per tempat tidur rumah sakit per hari (Alamsyah, 2007). Limbah cair yang dihasilkan sebuah rumah sakit umumnya banyak mengandung bakteri, virus, senyawa kimia dan obat-obatan yang dapat membahayakan bagi kesehatan masyarakat sekitar rumah sakit tersebut.dari sekian banyak sumber limbah dirumah sakit, limbah dari laboraturium yang perlu diwaspadai. Bahan-bahan kimia yang digunakan dalam proses uji laboraturium tidak bisa diurai hanya dengan aerasi atau activated sludge. Bahanbahan itu mengandung logam berat infeksius, sehingga harus disterilisasi atau dinormalkan sebelum dilempar menjadi limbah tak berbahaya (Asmadi,2012). Volume buangan air limbah pada masingmasing rumah sakit berbeda, tergantung dari jumlah pasien dan rata-rata pemakaian air. Limbah rumah sakit seperti halnya limbah lain mengandung bahanbahan organik dan anorganik, yang tingkat kandungannya dapat ditentukan dengan uji air kotor pada umumnya seperti BOD, COD, TSS, dan lain-lain (Marsono, 1996). Rumah sakit Haji Makassar sebagai salah satu rumah sakit yang ada di Kota Makassar yang mempunyai instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) sehingga limbah yang dihasilkan meskipun telah diolah, namun tetap dikhawatirkan mengandung bahan yang berbahaya yang memiliki potensi dampak penting terhadap penurunan kualitas lingkungan dan secara langsung memiliki potensi bahaya kesehatan bagi penduduk sekitar rumah sakit. Dengan melihat permasalahan diatas, maka perlu dikaji lagi tentang kinerja IPAL dalam mengolah limbah pencemar rumah sakit. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti tentang efisiensi instalasi pengolahan limbah cair Rumah Sakit Haji Makassar terhadap penurunan parameter BOD,COD dan fosfat. Metode Penelitian Penelitian ini adalah field quantitative yang berlokasi di Rumah Sakit Umum Haji Makassar yang terletak di Jl. Dg.Ngeppe No.14 Kelurahan Jongaya Kecamatan Tamalanrea Kota Madya Makassar.Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 25-28 Februari 2014. Penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Haji Makassar dan Balai Besar Laboratorium Kesehatan Makassar dari tanggal 25-28 Februari 2014 dengan tujuan untuk memperoleh gambaran

VOLUM E 1, NO. 1, JANUARI APRIL 2015 HIGIENE 3 tentang bagaimana efisiensi IPAL terhadap kualitas limbah cair Rumah Sakit Haji Makassar. Penelitian dilakukan dengan pengambilan sampel pada 2 titik yaitu influent dan effluent saluran pembungan limbah rumah sakit selama 1 hari dengan waktu pengambilan sampel yang berbeda yaitu dalam selingan 3 jam dan dilakukan pemeriksaan sampel terhadap parameter BOD, COD dan PO 4 di Balai Besar Laboratorium Kesehatan Makassar sebagai berikut: Biological Oxygen Demand (BOD) pemeriksaan kadar Biological Oxygen Demand (BOD) air limbah Rumah Sakit Haji Makassar dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 1. BOD Air Rumah Sakit Haji Makassar Tanggal 25 Februari 2014 Titik I (Inlet) Standar Ket 67,2 mg/l 288 mg/l 178,4 30 mg/l TMS 180 mg/l 40,8 mg/l 144 mg/l 72,8 30 mg/l TMS 33,6 mg/l TMS = Tidak Memenuhi Syarat Berdasarkan uji laboratorium terhadap sampel hasil olahan IPAL RS. Haji Kota Makassar, nilai BOD sebelum dan sesudah pengolahan mengalami penurunan. Berdasarkan tabel diatas bahwa kandungan BOD air limbah di Rumah Sakit Haji Makassar, pada inlet pengambilan sampel dengan waktu yang berbeda, diperoleh rata-rata 178,4 mg/ l pada inlet dan pada outlet diperoleh 72,8 mg/l. Jumlah kandungan BOD diatas Standar Baku Mutu Limbah Cair Kegiatan Rumah Sakit berdasarkan MENLH/12/1995 yaitu BOD 30mg/l. Berdasarkan hasil uji laboraturium terhadap kandungan BOD, adapun efisiensi IPAL dalam menurunkan kadar BOD dalam air limbah rumah sakit adalah sebagai berikut: Tabel 2. Efisiensi IPAL dalam menurunkan kandungan BOD air limbah Rumah Sakit Haji Makassar 25 Februari 2014 Efisiensi IPAL Ket Titik I (Inlet) 67,2 mg/l 288 mg/l 180 mg/l 40,8 mg/l 144 mg/l 33,6 mg/l 178,4 72,8 50% Cukup Efisien Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat dalam hal menurunkan kandungan BOD dalam air limbah, IPAL yang dimiliki Rumah Sakit Haji Makassar sudah termasuk dalam kategori cukup efisien. Cukup efisiennya kinerja IPAL tersebut dilihat dari penurunan kandungan BOD dari 178,4 mg/l menjadi 72,8mg/l. Chemical Oxygen Demand (COD) pemeriksaan kadarchemical Oxygen Demand (COD) air limbah Rumah Sakit Haji Kota

4 HIGIENE VOLUM E 1, NO. 1, JANUARI APRIL 2015 Tabel 3. COD Air Rumah Sakit Haji Makassar Tanggal 25 Februari 2014 Titik I (Inlet) Standar Ket 155,36 mg/l 718,54 mg/l 404,1 mg/l 80 mg/l TMS 338,4 mg/l 97,1 mg/l 310,72 mg/l 161,8 mg/l 80 mg/l TMS 77,68 mg/l TMS = Tidak Memenuhi Syarat Berdasarkan uji laboratorium terhadap sampel hasil olahan IPAL RS. Haji Kota Makassar, nilai COD sebelum dan sesudah pengolahan mengalami penurunan. Berdasarkan tabel diatas bahwa kandungan COD air limbah di Rumah Sakit Haji Makassar, pada inlet rata-rata diperoleh 404,1 mg/l dan pada outlet diperoleh 161,8 mg/l. Jumlah kandungan Chemical Oxygen Demand (COD) air limbah tidak memenuhi syarat karena melebihi dari standar baku mutu limbah cair kegiatan Rumah Sakit berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. Kep-58/MENLH/12/1995 yaitu COD 80 mg/l. Berdasarkan hasil uji laboraturium terhadap kandungan COD, adapun efisiensi IPAL dalam menurunkan kadar COD dalam air limbah rumah sakit adalah sebagai berikut: Tabel 4. Efisiensi IPAL dalam menurunkan kandungan COD air limbah Rumah Sakit Haji Makassar25 Februari 2014 Titik I (Inlet) 155,36 mg/l 718,54 mg/l 404,1 mg/l 338,4 mg/l 97,1 mg/l 310,72 mg/l 161,8 mg/l 77,68 mg/l Efisiensi IPAL 50% Ket Cukup Efisien Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat dalam hal menurunkan kandungan COD dalam air limbah, IPAL yang dimiliki Rumah Sakit Haji Makassar sudah termasuk dalam kategori cukup efisien. Cukup efisiennya kinerja IPAL tersebut dilihat dari penurunan kandungan COD dari 404,1 mg/l menjadi 161,8 mg/l. Fospat (PO 4 ) pemeriksaan laboratorium kadar Fospat (PO 4 ) air limbah Rumah Sakit Haji Kota Makassar dapat dilihat pada tabel 5. Berdasarkan uji laboratorium terhadap sampel hasil olahan IPAL RS. Haji Kota Makassar, nilai fosfat sebelum dan sesudah pengolahan mengalami penurunan. Berdasarkan tabel diatas bahwa kadar fosfat air limbah di Rumah Sakit Haji Makassar, pada inlet pengambilan sampel dengan waktu yang berbeda, diperoleh rata-rata 7,48 mg/l dan pada outlet diperoleh 0,98 mg/l. dari pemeriksan fosfat IPAL RS Haji Kota Makassar pada inlet tidak memenuhi syarat baku mutu limbah cair kegiatan Rumah Sakit, sedangkan pada outlet IPAL RS Haji Kota Makassar sudah memenuhi syarat baku

VOLUM E 1, NO. 1, JANUARI APRIL 2015 HIGIENE 5 mutu limbah cair berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. Kep-58/MENLH/12/1995 yaitu PO 4 2 mg/l. Berdasarkan hasil uji laboraturium terhadap kandungan phosfat, adapun efisiensi IPAL dalam menurunkan kadar phosfat dalam air limbah rumah sakit terdapat dalam tabel 6. Tabel 5. Fosfat Air Rumah Sakit Haji Makassar Tanggal 25 Februari 2014 Titik I (Inlet) TMS = Tidak Memenuhi Syarat Standar Ket 6,33 mg/l 8,31 mg/l 7,48 2 mg/l TMS 7,80 mg/l 1,08 mg/l 0,86 mg/l 0,98 2 mg/l MS 1,01 mg/l Tabel 6. Efisiensi IPAL dalam menurunkan kandungan Fosfat air limbah Rumah Sakit Haji Makassar 25 Februari 2014 Titik I (Inlet) 6,33 mg/l 8,31 mg/l 7,48 7,80 mg/l 1,08 mg/l 0,86 mg/l 0,98 1,01 mg/l Standar IPAL 80% Ket Efisien Berdasarkan tabel 6 dapat dilihat dalam hal menurunkan kandungan phosfat dalam air limbah, IPAL yang dimiliki Rumah Sakit Haji Makassar sudah termasuk dalam kategori efisien. Efisiennya kinerja IPAL tersebut dilihat dari penurunan kandungan phosfat dari 7,48 mg/l tidak memenuhi syarat menjadi 0,98 mg/l memenuhi syarat. Pembahasan Berdasarkan hasil survei diketahui bahwa Rumah Sakit Haji Kota Makassar memiliki beberapa saluran pembuangan air limbah untuk mengalirkan limbah cair ke IPAL sebelum dibuang kesaluran perkotaan.oleh karena itu, pada penelitian ini dilakukan pemeriksaan kualitas air limbah pada hasil pembungan dari kegiatan Rumah Sakit Haji Kota Makassar yang dibuang ke saluran perkotaan.adapun parameter yang diukur adalah BOD, COD dan PO 4, yangdilakukan di Balai Besar Laboraturium Kesehatan Makassar. Biological Oxygen Demand (BOD) BOD atau kebutuhan biokimia akan oksigen adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan untk menguraikan zat-zat organic dalam keadaan aerobic secara sempurna. Dalam menguraikan zat-zat organic tersebut dibutuhkan bantuan mikroorganisme dan juga oksigen yang cukup pada waktu tertentu. Semakin sulit zat-zat organik yang berada dalam air limbah untuk diuraikan maka kebutuhan akan oksigen akan semkin tinggi yang berarti oksigen didalam air limbah semakin berkurang, sehingga BOD dalam air limbah menjadi tinggi (Daud,2005). Dari hasil pemeriksaan laboratorium terhadap kadar Biological Oxygen Demand (BOD)

6 HIGIENE VOLUM E 1, NO. 1, JANUARI APRIL 2015 dengan menggunakan metode WINKLER pada titik inlet di peroleh kandungan BOD air limbah di Rumah Sakit Haji Makassar, pada inlet pengambilan sampel dengan waktu yang berbeda, diperoleh rata-rata 178,4 mg/l pada inlet dan pada outlet diperoleh 72,8 mg/l. Berdasarkan pada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. Kep-58/MENLH/12/1995 bagi limbah cair kegiatan rumah sakit dikatakan memenuhi syarat jika kandungan BOD tidak lebih dari 30 mg/l. Sedangkan kandungan BOD yang diperoleh selama penelitian melebihi syarat dari MENLH/12/1995 yaitu 30 mg/l.tidak memenuhinya syarat kandungan BOD pada rumah sakit ini dikarenakan kurang dikontrolnya kebersihan inlet dan outlet sebagai bak penampung akhir dalam menurunkan kandungan BOD hingga mencapai titik normal atau memenuhi syarat yaitu 30 mg/l. Selain itu adanya perbaikan pada IPAL yang dimiliki rumah sakit jg mengakibatkan tidak maksimalnya proses penurunan kandungan bahan prncemar dalam air limbah. Sebelum dilakukan perhitungan efisiensi, setidaknya dapat diketahui bahwa IPAL Rumah Sakit Haji Kota Makassar dapat menurunkan parameter BOD. inlet BOD adalah sebesar 178,4 mg/ l, dimana jumlah tersebut berada jauh lebih tinggi daripada standar baku mutu yang telah ditetapkan oleh pemerintah sebesar 30 mg/l. Setelah pengolahan, konsentrasi BOD rata-rata turun menjadi 72,8 mg/l. Penurunan konsentrasi BOD pada outlet IPAL Rumah Sakit Haji Kota Makassar masih diatas standar syarat yang ditentukan yaitu 30mg/l. Setelah dilakukan perhitungan efisiensi di peroleh IPAL yang dimiliki Rumah Sakit Haji Makassar dapat menurunkan kandungan BOD sebesar 50% yang menunjukkan bahwa IPAL tersebut cukup efisien dalam menurunkan kandungan pencemar yang ada di dalam air limbah yang dihasilkan rumah sakit tersebut.tidak maksimalnya IPAL dalam menurunkan bahan pencemar dalam air limbah disebabkan oleh adanya perbaikan pada IPAL sehingga kinerja IPAL yang dimiliki tidak bekerja dengan optimal. Selain itu, tingginya aktifitas rumah sakit yang menghasilkan limbah yang cukup banyak dan kurangnya pengawasan kebersihan pada inlet dan outlet IPAL juga merupakan salah satu faktor masih tingginya pencemar dalam air limbah baik itu pada inlet maupun outlet. Chemical Oxygen Demand (COD) Chemical Oxygen Demand (COD) adalah jumlah oksigen yang diperlukan untuk mengurai seluruh bahan organik yang terkandung dalam air (Boyd, 1990). Pengukuran kekuatan limbah dengan COD adalah bentuk lain pengukuran kebutuhan oksigen dalam air limbah. Metode ini lebih singkat waktuya dibandingkan dengan analisis BOD. Pengukuran ini menekankan kebutuhan oksigen akan kimia dimana senyawa-senyawa yang diukur adalah bahan-bahan yang tidak dipecah secara biokimia (Ginting, 2007). Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium kadar Chemical Oxygen Demand (COD) dengan menggunakan metode dikromat pada pada inlet pengambilan sampel dengan waktu yang berbeda, diperoleh kandungan COD air limbah di Rumah Sakit Haji Makassar, pada inlet rata-rata diperoleh 404,1 mg/l dan pada outlet diperoleh 161,8 mg/l. Berdasar pada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. Kep-58/MENLH/12/1995 bagi limbah cair kegiatan rumah sakit dikatakan memenuhi syarat jika kandungan BOD tidak lebih dari 80 mg/l. Sedangkan kandungan BOD yang diperoleh selama penelitian melebihi syarat dari MENLH/12/1995 yaitu 80 mg/l. Tidak memenuhinya syarat kandungan BOD pada rumah sakit ini dikarenakan kurang dikontrolnya kebersihan inlet dan outlet sebagai bak penampung akhir dalam menurunkan kandungan COD hingga mencapai titik normal atau memenuhi syarat yaitu 80 mg/l. Adanya bahan organik lain pada inlet dan outlet yang sulit diurai oleh mikroorganisme menyebabkan kandungan COD lebih tinggi. Setelah dilakukan perhitungan efisiensi di peroleh IPAL yang dimiliki Rumah Sakit Haji

VOLUM E 1, NO. 1, JANUARI APRIL 2015 HIGIENE 7 Makassar dapat menurunkan kandungan COD sebesar 50% yang menunjukkan bahwa IPAL tersebut cukup efisien dalam menurunkan kandungan pencemar yang ada di dalam air limbah yang dihasilkan rumah sakit tersebut. Tidak maksimalnya IPAL dalam menurunkan bahan pencemar dalam air limbah disebabkan oleh adanya perbaikan pada IPAL sehingga kinerja IPAL yang dimiliki tidak bekerja dengan optimal. Selain itu, tingginya aktifitas rumah sakit yang menghasilkan limbah yang cukup banyak dan kurangnya pengawasan kebersihan pada inlet dan outlet IPAL juga merupakan salah satu faktor masih tingginya pencemar dalam air limbah baik itu pada inlet maupun outlet. Fosfat (PO 4 ) Salah satu parameter yang diukur dalam penentuan kualitas hasil pengolahan limbah cair adalah kadar fosfat dalam influent dan effluent, dan kadar fosfat di beberapa rumah sakit masih melebihi baku mutu yang telah ditentukan. Keberadaan phosphat yang berlebihan di badan air menyebabkan suatu fenomena yang disebut eutrofikasi (pengkayaan nutrien). Untuk mencegah kejadian tersebut, air limbah yang akan dibuang harus diolah terlebih dahulu untuk mengurangi kandungan phosphat sampai pada nilai tertentu. pemeriksan laboratorium kadar fosfat (PO 4 ) dengan menggunakan metode Stano Clorida, menunjukkan bahwa pada pada inlet pengambilan sampel dengan waktu yang berbeda, diperoleh rata-rata 7,48 mg/l dan pada outlet diperoleh 0,98 mg/l. dari pemeriksan fosfat pada inlet IPAL RS Haji Kota Makassar, jika dibandingkan dengan MENLH/12/1995 tidak memenuhi syarat baku mutu limbah cair kegiatan Rumah Sakit, sedangkan pada outlet IPAL RS Haji Kota Makassar sudah memenuhi syarat baku mutu limbah cair kegiatan rumah sakit yaitu PO 4 2 mg/l. Setelah dilakukan perhitungan efisiensi di peroleh IPAL yang dimiliki Rumah Sakit Haji Makassar dapat menurunkan kandungan fosfat sebesar 80% yang menunjukkan bahwa IPAL tersebut sudah efisien dalam menurunkan kandungan pencemar yang ada di dalam air limbah yang dihasilkan rumah sakit tersebut. Bila kadar fosfat dalam waktu 24 jam bila melebihi standar baku mutu air limbah rumah sakit yaitu 2 mg/l akan mempengaruhi kesehatan manusia yaitu menyebabkan gangguan pada tulang. Bila air limbah rumah sakit tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan resiko terhadap kesehatan masyarakat karena air limbah dapat menjadi media pembawa penyakit dan banyak mengandung bakteri pathogen seperti timbulnya berbagai penyakit yang dapat dibawah hewan-hewan yang merupakan vektor pembawah penyakit, resiko air limbah yang tercemar terhadap keseimbangan lingkungan yaitu dimana air limbah banyak mengandung senyawa organik yang dapat dimanfaatkan oleh beberapa organisme terutama mikroorganisme yang terdapat di lingkungan (Ryadi,1984). Kesimpulan Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium terhadap sampel air Limbah Rumah Sakit Haji Kota Makassar, dapat ditarik kesimpulan bahwa ratarata efisiensi kinerja IPAL Rumah Sakit Haji Kota Makassar terhadap kandungan BOD yaitu 50% cukup efisien, COD yaitu 50% cukup efisien dan kandungan fosfat 80% efisien. Kandungan BOD pada inlet IPAL Rumah Sakit Haji rata-rata 178,4 mg/l tidak memenuhi syarat dan pada outlet 72,8 mg/l tidak memenuhi syarat Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. Kep-58/MENLH/12/1995 yaitu 30 mg/l. Kandungan COD pada inlet IPAL Rumah Sakit Haji rata-rata 404,1 tidak memenuhi dan pada outlet 161,8 mg/l tidak memenuhi syarat MENLH/12/1995 yaitu 80 mg/l. Kandungan fosfat pada inlet IPAL Rumah Sakit Haji rata-rata 7,48 mg/l tidak memenuhi syarat, sedangkan pada outlet ipal rumah sakit haji rata-rata 1,47 mg/l memenuhi syarat Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. Kep-58/MENLH/12/1995 yaitu 2 mg/l. Kadar BOD dan COD air limbah Rumah Sakit Haji Kota Makassar meskipun sudah diolah dalam ipal masih belum memenuhi syarat baku mutu

8 HIGIENE VOLUM E 1, NO. 1, JANUARI APRIL 2015 limbah cair, untuk itu diperlukan pengawasan secara kontinyu dan pemeriksaan secara berkala terhadap parameter limbah cair dari masing-masing sumber penghasil air limbah agar kualitas limbah cair yang dihasilkan memenuhi syarat yang ditentukan. Kadar PO 4 air limbah Rumah Sakit Haji Kota Makassar yang telah memenuhi syarat tetap dipertahanakan dan tidak terjadi peningkatan kadar PO 4. Perlunya penelitian lebih lanjut mengenai parameter yang belum diteliti oleh peneliti yaitu bahan toksik yang terkandung dalam air limbah. DAFTAR PUSTAKA Alamsyah, Bestari,2007. Pengelolaan Limbah Di Rumah Sakit Pupuk Kaltim Bontang Untuk Memenuhi Baku Mutu Lingkungan. Semarang (diakses di eprints.undip.ac.id/15426/1/ Bestari_Alamsyah.pdf pada tanggal 12 Desember 2013) Asmadi,2012. Pengelolaan limbah medis rumah sakit.penerbit Gosyen Publishing. Yogyakarta Daud, A, Anwar.2005, Dasar-Dasar Kesehatan Lingkungan. Makassar: Hasanuddin University Press (LEPHAS) Ginting Perdana, 2007. Sistem Pengelolaan Lingkungan dan Limbah Industri, Bandung : CV. Yrama Widya. Marsono,B.(1996), Teknik pengolahan air limbah secara biologis, Jurusan teknik lingkungan, FTSP-ITS, Surabaya.146 halaman Ryadi, Slamet 1984. Pencemaran Air Seri Lingkungan.Penerbit Karya Anda.Surabaya.