BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan zoon politicon atau makhluk sosial. Manusia tidak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. manusia. Perkawinan ini menjadi sebuah ikatan antara seorang laki-laki dan seorang

BAB I PENDAHULUAN. mana masyarakat itu berada serta pergaulan masyarakatnya. 2 Kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dan perilaku hidup serta perwujudannya yang khas pada suatu masyarakat. Hal itu

BAB I PENDAHULUAN. perbuatan yang bernilai ibadah adalah perkawinan. Shahihah, dari Anas bin Malik RA, Ia berkata bahwa Rasulullah SAW

TINJAUAN YURIDIS DAMPAK PERKAWINAN BAWAH TANGAN BAGI PEREMPUAN OLEH RIKA LESTARI, SH., M.HUM 1. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hak asasi bagi setiap orang, oleh karena itu bagi suatu Negara dan

BAB I PENDAHULUAN. Demikian menurut pasal 1 Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang. manusia dalam kehidupannya di dunia ini. 1

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menjaga kedudukan manusia sebagai makhluk yang terhormat maka diberikan

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa agar kehidupan di alam dunia berkembang biak. 2 Perkawinan

Oleh : TIM DOSEN SPAI

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, untuk

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan di atas adalah merupakan rumusan dari Bab I Dasar Perkawinan pasal

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan usia muda merupakan perkawinan yang terjadi oleh pihak-pihak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Perkawinan Sesama Jenis Dalam Persfektif Hukum dan HAM Oleh: Yeni Handayani *

BAB I PENDAHULUAN. suatu kelompok dan kemampuan manusia dalam hidup berkelompok ini dinamakan zoon

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERKAWINAN DI INDONESIA. Perkawinan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Perkawinan

2002), hlm Ibid. hlm Komariah, Hukum Perdata (Malang; UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1960), hal Sayuti Thalib, Hukum Keluarga Indonesia, Cet. 5, (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 1986), hal. 48.

BAB I PENDAHULUAN. bahu-membahu untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia selalu ingin bergaul (zoon politicon) 1 bersama manusia lainya

BAB I PENDAHULUAN. yang diinginkanya. Perkawinan sebagai jalan untuk bisa mewujudkan suatu keluarga

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup mempunyai kebutuhan demi

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling ketergantungan antara manusia yang satu dengan manusia yang

TINJAUAN YURIDIS ANAK DILUAR NIKAH DALAM MENDAPATKAN WARISAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, suami istri memikul suatu tanggung jawab dan kewajiban.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah

BAB I PENDAHULUAN. kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. 1 Sedangkan menurut

BAB I PENDAHULUAN. tersebut belum mempunyai kemampuan untuk melengkapi serta. kepentingan pribadi mereka masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. mahluk Allah SWT, tanpa perkawinan manusia tidak akan melanjutkan sejarah

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama

Implikasi Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 46/PUU-VIII/2010 Terhadap Ketentuan Pasal 2 Ayat (2) Undang-Undang Perkawinan.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dasar-dasar perkawinan dibentuk oleh unsur-unsur alami dari

BAB I PENDAHULUAN. jalan pernikahan. Sebagai umat Islam pernikahan adalah syariat Islam yang harus

H.M.A Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h.6

BAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Oleh karena itu, dalam hidupnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maha Esa kepada setiap makhluknya. Kelahiran, perkawinan, serta kematian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia dalam setiap perjalanan hidupnya, sudah pasti memiliki

BAB II KONSEP PERKAWINAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN sembarangan. Islam tidak melarangnya, membunuh atau mematikan nafsu

BAB I PENDAHULUAN. bagi kelangsungan hidup umat manusia. 1. nafkah sehari-hari berupa lahan pertanian atau perladangan.

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua

B A B I P E N D A H U L U A N

AKIBAT HUKUM TERHADAP PERJANJIAN PERKAWINAN YANG DIBUAT SETELAH PERKAWINAN BERLANGSUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat Batak Simalungun. Soerbakti (2000:65) mengatakan,

BAB I PENDAHULUAN. Aristoteles, seorang filsuf yunani yang terkemuka pernah berkata bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Ketuhanan Yang Maha Esa (UU Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974). Perkawinan pada pasal 6 menyatakan bahwa Untuk

menyendiri, namun manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat dipisahkan dari

PENGATURAN PERKAWINAN SEAGAMA DAN HAK KONSTITUSI WNI Oleh: Nita Ariyulinda Naskah diterima : 19 September 2014; disetujui : 3 Oktober 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sarana untuk bergaul dan hidup bersama adalah keluarga. Bermula dari keluarga

BAB I PENDAHULUAN. seorang laki-laki, ada daya saling menarik satu sama lain untuk hidup

BAB I PENDAHULUAN. atau di kota. Namun banyak manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik

Nikah Sirri Menurut UU RI Nomor 1 Tahun 1974 Wahyu Widodo*

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada kodratnya adalah sebagai makhluk sosial (zoon politicon)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini, generasi muda khususnya remaja, telah diberikan berbagai disiplin ilmu sebagai persiapan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan akibat lahir maupun batin baik terhadap keluarga masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan di alam dunia berkembang biak. Perkawinan merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hubungan yang erat sekali dengan agama/kerohanian sehingga

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara pada umumnya. Sebuah keluarga dibentuk oleh suatu. tuanya dan menjadi generasi penerus bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. mutlak diperlukan dan sebagai syarat terbentuknya suatu keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkawinan merupakan hal yang sakral dilakukan oleh setiap manusia

BAB I. Persada, 1993), hal Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, cet.17, (Jakarta:Raja Grafindo

BAB 1 PENDAHULUAN. sejak jaman dahulu hingga saat ini. Karena perkawinan merupakan suatu

AKIBAT HUKUM PERKAWINAN SIRI DALAM UNDANG-UNDANG PERKAWINAN. Oleh Sukhebi Mofea*) Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1974, TLN No.3019, Pasal.1.

BAB I PENDAHULUAN. makhluk yang tidak bisa tidak harus selalu hidup bersama-sama. bagaimanapun juga manusia tidak dapat hidup sendirian, serta saling

KEDUDUKAN HUKUM ANAK LUAR KAWIN YANG DIAKUI. Oleh: Mulyadi, SH., MH. ( )

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan merupakan cikal bakal terciptanya keluarga sebagai tahap

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu membutuhkan orang lain untuk

SKRIPSI PERTIMBANGAN HAKIM MENETAPKAN WALI ADHAL DALAM PERKAWINAN BAGI PARA PIHAK DI PENGADILAN AGAMA KELAS 1A PADANG

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Perdata dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

KEKUATAN MENGIKATNYA SURAT PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA SKRIPSI

BAB II PENGESAHAN ANAK LUAR KAWIN DARI PASANGAN SUAMI ISTRI YANG BERBEDA KEWARGANEGARAAN BERDASARKAN PARTICULARS OF MARRIAGE

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakikatnya seorang anak dilahirkan sebagai akibat dari hubungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dinyatakan pada Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. meneruskan kehidupan manusia dalam rangka menuju hidup sejahtera.

BAB I PENDAHULUAN. Ketuhanan Yang Maha Esa. Dariyo, 2002 (dalam Godam,

BAB I PENDAHULUAN UKDW

HAK JANDA/DUDA ATAS PEMBAGIAN HARTA BERSAMA AKIBAT PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA LUBUK-LINGGAU SKRIPSI

b. Hutang-hutang yang timbul selama perkawinan berlangsung kecuali yang merupakan harta pribadi masing-masing suami isteri; dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami istri (Astuty, 2011).

PENTINGNYA PENCATATAN PERKAWINAN MENURUT UNDANG- UNDANG NO.1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki berbagai macam suku, budaya, bahasa dan agama.

BAB I PENDAHULUAN. etnis,suku, agama dan golongan. Sebagai salah satu negara terbesar di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup Bangsa Indonesia. Penjelasan umum Undang-undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia diciptakan Allah SWT yang pada hakikatnya sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang merupakan potensi dan penerus citacita

BAB I PENDAHULUAN. Akomodatif artinya mampu menyerap, menampung keinginan masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman adat istiadat dalam pelaksanaan perkawinan. Di negara. serta dibudayakan dalam pelaksanaan perkawinan maupun upacara

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

FH UNIVERSITAS BRAWIJAYA

I. PENDAHULUAN. sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. Hidup bersama di dalam bentuknya yang terkecil itu dimulai dengan adanya

Modul ke: Hak Asasi Manusia. Fakultas. Rusmulyadi, M.Si. Program Studi.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 perkawinan adalah ikatan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Perkawinan Tahun 1974, melakukan perkawinan adalah untuk menjalankan kehidupannya dan

AKIBAT PERKAWINAN DIBAWAH UMUR DALAM KELANGSUNGAN HIDUP. ( Studi Kasus Pengadilan Agama Blora)

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memerlukan mitra untuk mengembangkan kehidupan yang layak bagi

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan zoon politicon atau makhluk sosial. Manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa adanya bantuan dari orang lain. Tuhan menciptakan manusia secara berpasang-pasangan. Manusia memiliki naluri untuk hidup berpasangan antara satu dengan yang lain Perkembangan zaman mempengaruhi sendi-sendi kehidupan manusia. Teknologi berkembang dengan cepat dan pesat membuat komunikasi antar individu menjadi cepat dan mudah. Batas antara negara dengan adanya pengaruh globlasisasi menjadi kabur dan mempengaruhi kehidupan sosial, politik, ekonomi dan budaya dalam masyarakat.. Setiap makhluk yang hidup mempunyai apa yang kita sebut wewenang hukum (rechtsbevoegheid) yaitu wewenang untuk memiliki hak-hak subyektif (pribadi) dan setiap hak subyektif menganggap suatu subyek hukum sebagai pendukung hak 1. Setiap manusia mempunyai HAM, Hak asasi manusia merupakan hak kodratiah yang melekat dimiliki oleh manusia sebagai karunia pemberian Tuhan kepada insan manusia dalam menopang dan mempertahankan hidup dan prikehidupannya dimuka bumi. 2 Hak-hak yang dimiliki oleh manusia ialah hak sipil, politik, hak ekonomi, sosial dan budaya serta hak atas lingkungan yang baik. Hak yang paling dasar yang dimiliki manusia ialah hak sipil (civil rights) dan salah 1 H.F.A. Vollmar, 1990, Hukum Keluarga (Menurut KUHPerdata). Tarsito. Bandung. hlm 2 2 Nurul Qamar, 2013, Hak Asasi Manusia dalam Negara Hukum Demokrasi (Human Rights in Democratiche Rechtsstaat), hlm. 5.

2 satu bentuk dari hak sipil itu ialah hak untuk hidup berkeluarga (right to family life). 3 Hak untuk hidup berkeluarga merupakan hak sipil yang dimiliki oleh setiap orang. Hak ini tidak dapat dikurangi dalam bentuk apapun, kecuali dalam keadaan darurat yang telah diumumkan resmi oleh negara dan tidak terjadi diskriminasi terhadap pengurangan hak sipil tersebut atas dasar ras, suku, agama ataupin jenis kelamin. Pengaturan tentang HAM di Indonesia diatur dalam undang-undang Nomor 39 tahun 1999 tentang hak asasi manusia. Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999 mengatur mengenai hak-hak yang dimiliki oleh warga negara. Salah satu hak yang dimiliki oleh manusia adalah hak untuk berkeluarga dan melanjutkan keturunan. Hak ini diatur dalam Pasal 10 ayat (1) UU Nomor 39 tahun 1999 Setiap orang berhak membentuk suatu keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah. Pasal 10 ayat (1) UU Nomor 39 tahun 1999 menjelaskan bahwa setiap orang hal ini menandakan bahwa setiap orang tanpa terkecuali baik warga negara Indonesia maupun orang yang tinggal di Indonesia berhak atas hak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan sah. Konstitusi negara Republik Indonesia juga diatur mengenai hak untuk melanjutkan keturunan dalam Pasal 28 B ayat (1) menjelaskan bahwa Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah. Perkawinan adalah perilaku makhluk hidup ciptaan Tuhan Yang Maha Esa agar kehidupan di alam dunia berkembang biak. 4 Perkawinan bukan hanya 3 Ibid, hlm. 97. 4 H. Hilman Hadikusuma, 2003, Hukum Perkawinan Indonesia Menurut: Perundangan, Hukum Adat, Hukum Agraria, CV. Mandar Maju, Bandung, hlm. 1.

3 hubungan individu antara suami dan istri tetapi juga merupakan hubungan hukum antara suami dan istri dimana didalamnya terdapat hak dan kewajiban diantara para pihak. Pemerintah mengatur mengenai perkawinan yang berlaku di Indonesia, dalam hal ini diatur di dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. UUP mengatur secara jelas mengenai perkawinan yang sah menurut hukum di Indonesia. Perkawinan menurut Pasal 1 UUP ialah Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Perkawinan adalah antara laki-laki dan perempuan, di Indonesia tidak mengenal adanya perkawinan sejenis antara laki-laki dengan laki-laki maupun antara perempuan dengan perempuan. Ikatan yang terjadi dalam perkawinan yang diatur di Indonesia bukan saja ikatan secara lahir atau ikatan secara fisik tetapi juga merupakan ikatan secara batin. Calon mempelai yang melangsungkan perkawinan harus ada ikatan batin antara kedua belah pihak yaitu laki-laki dan perempuan. Setiap orang berhak untuk melaksanakan perkawinan, tetapi perkawinan tersebut akan dianggap sah apabila sesuai dengan ketentuan Pasal 2 UUP yaitu Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama dan kepercayaannya itu. UUP memandang sahnya perkawinan kembali pada hukum masing-masing agama dan kepercayaan pihak yang akan melangsungkan perkawinan. Pemerintah mengakui bahwa di Indonesia terdapat 5 (lima) jenis agama yang dianut, yaitu Islam, Kristen, Katolik, Budha dan Hindu, tetapi setelah era

4 Reformasi pemerintah mengakui ada satu lagi agama yaitu Kong Hu Cu. 5 Pemerintah hanya mengakui adanya 5 (lima) agama tersebut, maka perkawinan yang dilangsungkan tidak sesuai ketentuan agama tersebut maka dianggap tidak sah. Seseorang yang tidak beragama di Indonesia ingin melangsungkan perkawinan maka ia harus memilih salah satu agama yang ada, karena ketika seseorang akan membuat KTP ia juga harus memilih salah satu agama yang ada, tidak dibenarkan adanya ateis. Indonesia berada di urutan keempat untuk negara berpopulasi terbesar, setelah Cina, India, dan Amerika Serikat. 6 Indonesia merupakan negara berkembang di mana laju pertumbuhan penduduknya tinggi. Dahulu sempat ada program keluarga berencana pada masa orde baru. Program Keluarga Berencana untuk saat ini program itu sudah tidak berjalan dengan baik. Program keluarga berencana jumlah anak dibatasi hanya 2 (dua) anak dalam satu keluarga. Pemerintah sudah berusaha untuk membatasi laju pertumbuhan penduduk dengan cara membatasi usia perkawinan yang ada di Indonesia, yaitu dalam Pasal 7 ayayt (1) UUP mengatakan bahwa batas usia perkawinan ialah 19 tahun untuk laki-laki dan usia 16 tahun untuk perempuan. Masyarakat banyak melakukan perkawinan di bawah batas usia perkawinan. Hal ini tidak hanya di dalam masyarakat pedesaan tetapi juga juga 5 Galih Pamungkas, Agama di Indonesia, http://berita.press/2015/03/agama-di-indonesia/, diakses 18 November 2015, jam 10:17 6 Bunga Manggiasih, Penduduk Indonesia Masuk Peringkat 4 Dunia, http://nasional.tempo.co/read/news/2011/07/14/173346495/penduduk-indonesia-masuk-peringkat- 4-dunia,diakses 18 November 2015, jam 10:29

5 masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan. Pernikahan dini memiliki dampak negative, bukan sekedar dampak psikis dan fisik. 7 1. Pendidikan 8 Hal tersebut dapat terjadi karena motivasi belajar yang dimiliki seseorang terebut telah mengendur karena banyaknya tugas yang harus dilakukan setelah menikah. 2. Kesehatan 9 Ada dua dampak medis yang ditimbulkan dari pernikahan usia dini, yakni dampak pada kandungan dan kebidanannya. Penyakit kandungan yang banyak diderita wanita yang menikah usia dini antara lain infeksi pada kandungan dan kanker mulut Rahim. 3. Psikologi 10 Pernikahan dini dapat mengurangi harmonisasi keluarga, hal ini disebabkan karena emosi yang masih labil, gejolak darah muda dan caara berpikir yang belum matang. Perkawinan merupakan hal yang sakral dan suci. Perkawinan merupakan hak setiap warga negara.. Permasalahan di sini bukanlah soal perkawinannya, tetapi yang menjadi masalah ialah perkawinan yang dilakukan di bawah batas usia perkawinan. Perkawinan yang dilaksanakan ketika calon mempelai masih terlalu 7 Petti Lubis dan Luthfi Dwi Puji Astuti, Efek Buruk Pernikahan di Bawah Umur, http://life.viva.co.id/news/read/166370-efek-buruk-pernikahan-di-bawah-umur, diakses pada tanggal 12 April 2016 pukul 12.10 8 Anonim, Melihat Dampak Negative dan Positive Pernikahan Dini, http://www.kompasiana.com/ekanovias/melihat-dampak-negative-dan-positive-pernikahandini_552025208133115c719de36c, diakses pada 12 April 2016 pukul 12.14 9 Ibid. 10 Ibid.

6 muda membawa banyak dampak negatif baik dibidang kesehatan, psikologi dan pendidikan. Perkawinan yang dilakukan di bawah batas usia perkawinan maka memiliki banyak risiko. UNICEF mengatakan bahwa Di Indonesia, satu dari 6 anak perempuan telah menikah sebelum berulang tahun ke-18, mengakibatkan pada berakhirnya masa kecil mereka secara tergesa-gesa dan membuat siklus kemiskinan terus berlangsung dari satu generasi ke generasi berikutnya. 11 Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut di atas, maka penulis ingin mengkaji lebih dalam mengenai permasalahan perkawinan di bawah batas usia perkawinan sebagai penelitian dengan judul : PERLINDUNGAN HUKUM BAGI WANITA YANG MENIKAH DIBAWAH BATAS USIA PERKAWINAN (STUDI KASUS PERKAWINAN DIBAWAH UMUR DI KABUPATEN BOYOLALI, JAWA TENGAH) B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut: 1. Apakah dasar pertimbangan yang digunakan Hakim Pengadilan Agama Boyolali dalam mengizinkan dilangsungkannya perkawinan di bawah umur menurut ketentuan UUP di kabupaten Boyolali, Jawa Tengah? 11 UNICEF Indonesia, Hari Ini Pelajar, Esok Pengantin, http://indonesiaunicef.blogspot.co.id/2015/06/hari-ini-pelajar-esok-pengantin.html diakses 15 Desember 2015 jam 20.52

7 2. Bagaimanakah perlindungan hukum yang dapat diperoleh bagi perempuan yang menikah di bawah batas usia perkawinan dalam hal adanya KDRT? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka yang tujuan yang ingin dicapai dari penulisan hukum ini di antaranya adalah: 1. Tujuan subyektif a. Tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan penelitian hukum ini ialah sebagai pemenuhan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H.) di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada. b. Untuk menambah pemahaman dalam bidang hukum perdata pada umumnya dan dalam bidang hukum perkawinan yang ada dan berlaku di Indonesia khususnya dengan harapan bermanfaat di kemudian hari. 2. Tujuan obyektif Tujuan yang ingin peneliti capai sesuai dengan permasalahan yang diteliti maka tujuan obyektif dari penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui dasar pertimbangan yang digunakan oleh Hakim Pengadilan Agama Boyolali dalam mengizinkan perkawinan di bawah batas usia perkawinan yang telah ditetapkan oleh UUP di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.

8 b. Untuk mengetahui sejauh mana perlindungan hukum yang diberikan kepada perempuan yang menikah di bawah batas usia perkawinan yang telah ditentukan oleh undang-undang dalam hal adanya KDRT. D. Keaslian Penelitian Berdasarkan hasil penelusuran kepustakaan di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada. Penelitian yang dilakukan oleh penulis belum pernah diteliti atau ditulis oleh rekan mahasiswa lainnya. Penulis menemukan beberapa penelitian yang membahas sebagian unsur penelitian dengan kajian yang berbeda, diantarannya: 1. Tahun 2010, Febby Khoirunnisa Warmanda melakukan penelitian dengan judul Tinjauan Yuridis Pembatalan Perkawinan yang Diajukan oleh Jaksa (Studi Kasus Putusan Pengadilan Agama Nomor 1135/PDT.G/2013/PA.PO). Penulis memfokuskan penelitiannya pada dasar pertimbangan yang digunakan hakim untuk menerima dan memutuskan perkawinan dan juga akibat hukum dari pembatalan perkawinan terhadap para pihak. 2. Tahun 2013, Oktaviana Retno Utami melakukan penelitian dengan judul Analisis Yuridis Mengenai Perjanjian untuk Menikah yang Dilaksanakan di Dusun Trengguno Kelurahan Sidorejo Kecamatan Ponjong Kabupaten Gunung Kidul, Daerah

9 Istimewa Yogyakarta. Penulis memfokuskan penelitiannya pada keabsahan dari perjanjian perkawinan dan akibat hukum yang timbul jika salah satu pihak membatalkan perjanjian perkawinan tersebut. 3. Tahun 2012, Yustitia Karisma melakukan penelitian dengan judul Tinjauan Yuridis Perlindungan Hukum Janda Perkawinan Siri Pensiunan PNS. Penulis memfokuskan penelitiannya pada hak seorang janda perkawinan siri yang tidak menerima hak pension dan perlindungan hukum bagi janda yang menikah siri tersebut. Berdasarkan penyelusuran yang Penulis lakukan di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada tidak ditemukan penelitian mengenai Perlindungan Hukum Bagi Perempuan yang Menikah dibawah Batas Usia Perkawinan. Dengan demikian tema yang penulis angkat dapat dianggap asli dan layak untuk diteliti, namun apabila di luar sepengetahuan penulis masih terdapat penulisan serupa maka penelitian ini hendaknya dapat dijadikan sebagai pelengkap dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan.

10 E. Manfaat Penelitian Manfaat yang ingin dicapai oleh Penulis dalam Penulisan Hukum ini meliputi: 1. Manfaat Akademis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan hukum secara umum, khususnya dalam bidang hukum perdata yang mengkaji berbagai permasalahan dalam perkawinan. 2. Manfaat Praktis Manfaat praktis dari penelitian ini khususnya bagi pihakpihak yang terkait berupa ilmu pengetahuan, peneliti dan masyarakat adalah sebagai berikut: a. Ilmu pengetahuan Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan hukum mengenai perkawinan pada umumnya, dan perkawinan yang dilakukan di bawah batas usia perkawinan yang telah ditentukan oleh undang-undang. b. Peneliti Hasil penelitian ini akan mengembangkan pengetahuan peneliti di bidang hukum, dan digunakan sebagai syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada tingkat strata satu di bidang ilmu hukum.

11 c. Masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan pengetahuan kepada masyarakat mengenai perkawinan yang benar dan sah menurut negara, dan hak dan kewajiban yang timbul dari adanya perkawinan.