BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting bagi keberlangsungan hidup dan masa depan seseorang.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebijakan perubahan Kurikulum 2013 merupakan sebuah ikhtiar dan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi tuntutan wajib bagi setiap negara, pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pendidikan manusia akan belajar mengenai hal hal baru sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh

BAB I PENDAHULUAN. dipenuhi. Mutu pendidikan yang baik dapat menghasilkan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan kecerdasan intelektualnya agar menjadi manusia yang terampil, cerdas,

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya. Hal ini dijelaskan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu sistem pada prinsipnya bukan hanya bertujuan untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. pertama dan utama adalah pendidikan. Pendidikan merupakan pondasi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

B. IDENTIFIKASI MASALAH

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 1 PENDAHULUAN. yang melaksanakan kegiatan pendidikan untuk orang-orang muda secara

BAB I PENDAHULUAN. sertifikasi untuk meningkatkan kemampuan profesional pendidik, kebijakan baik kurikulum maupun standar pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. dan norma-norma yang diakui. Dalam pernyataan tadi tersurat dan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dan diungkapkan pula dalam pasal 1 ayat 1

BAB I PENDAHULUAN. bermacam-macam. Model yang diajarkan disini memakai model Inquiry Based

BAB I PENDAHULAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran baik berkenanaan dengan guru ataupun siswa.

BAB I PENDAHULUAN. dengan pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara peserta didik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah sarana yang dapat menumbuh-kembangkan potensipotensi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dikatakan berjalan baik apabila mampu berperan secara proporsif,

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. merupakan satu usaha yang sangat penting dan dianggap pokok dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh bangsa tersebut. UU No. 20 Tahun 2003 menjelaskan bahwa:

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi untuk:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran saintifik dari kelas I sampai dengan kelas VI. Pembelajaran tematik

PENERAPAN GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA JURNAL. Oleh NI KOMANG MEGASARI SARENGAT MUNCARNO

1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang Latar Belakang Masalah. berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas akan memajukan

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sikap serta ketrampilan yang berguna baginya dalam menyikapi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses belajar mengajar atau proses pengajaran merupakan suatu kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. dasar manusia. Pendidikan pada masa kini merupakan hal pokok yang wajib untuk

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB 1 PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Permendikbud No. 67 tahun 2013, kurikulum 2013 dirancang

BAB I PENDAHULUAN. ketekunan dan keteladanan baik dari pendidik maupun peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. datang. Pendidikan bukan hanya belajar dari tidak tahu untuk menjadi tahu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan dimana hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang MasalahPendidikan di Indonesia diharapkan dapat

I. PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan dan mengantisipasi berbagai kemungkinan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan sebagaimana dirumuskan dalam

meningkatkan hasil belajar. Pengertian belajar itu sendiri menurut Morgan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pondasi utama dalam upaya memajukan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Nasional bertujuan: Untuk mengembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB 1 PENDAHULUAN. seseorang individu agar bisa dan mampu hidup dengan baik di lingkungannya

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran berakar pada pihak pendidik. Anshari (1979:15) mengemukakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. yang baik (Hamalik, 2009, h. 60). Dalam UU No. 20 Tahun 2003 pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya dalam aspek fisik intelektual, emosional, sosial dan spiritual

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang terpenting dalam meningkatkan kualitas maupun kompetensi manusia, agar

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan manusia dalam rangka mencapai cita-cita dan tujuan yang diharapkan karena itu pendidikan harus dilaksanakan sebaik mungkin dengan mengarahkan berbagai faktor yang menunjang, terhadap peningkatan kualitas pendidikan. Mutu pendidikan dikatakan baik jika proses belajar mengajar efektif dan efisien sehingga siswa dapat mencapai kemampuan intelektual, sikap, dan keterampilan yang diharapkan. Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah ialah dengan cara melalui perbaikan proses belajar mengajar. Undang-undang No. 20 Tahun 2003, tentang sistem pendidikan nasional merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang harus digunakan dalam mengembangkan upaya pendidikan di Indonesia. Pasal 3 UU Sisdiknas menyebutkan bahwa : Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tujuan pendidikan nasional itu merupakan rumusan mengenai kualitas manusia Indonesia yang harus dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan. Oleh

2 karena itu, rumusan tujuan pendidikan nasional menjadi dasar dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa. Watak atau karakter menjadi modal utama untuk menjadi bangsa yang bermartabat. Kurikulum 2013 diyakini sebagai kebijakan strategis dalam menyiapkan dan menghadapi tantangan dan tuntutan masyarakat Indonesia masa depan. Kebijakan kurikulum 2013 akan mampu memerankan fungsi penyesuaian, yaitu kurikulum yang mampu mengarahkan siswanya dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial yang terus berubah. Kurikulum 2013 mengintegrasikan tiga ranah kompetensi yaitu sikap, pengetahuan dan keterampilan yang dalam implementasinya terangkum dalam Kompetensi Inti 1 (KI-1) berupa sikap spiritual, Kompetensi Inti2 (KI-2) berupasikap sosial, Kompetensi Inti 3 (KI-3) berupa pengetahuan, dan Kompetensi Inti 4 (KI-4) berupa keterampilan. Salah satu nilai budi pekerti dan karakter bangsa yang terrkait dengan penelitian ini adalah sikap rasa ingin tahu. Hal inipun sesuai dengan aspek-aspek yang akan dikembangkan pada kegiatan pembelajaran kelas V yang termuat pada buku guru tema peristiwa dalam kehidupan pada sub tema peristiwa-peristiwa penting. Ruang lingkup di buku guru subtema peristiwa-peristiwa penting ada tiga aspek yang harus dikembangkan, yaitu: 1. Aspek pengetahuan 2. Aspek sikap

3 3. Aspek keterampilan Ketiga aspek ini akan dimuatkan ke dalam pembelajaran menjadi suatu proses yang akan menghasilkan ketiga aspek tersebut menjadi bentuk yang berbeda-beda. Pada aspek pengetahuan akan menghasilkan : pengetahuan tentang daur air, pengetahuan tentang topik yang dipersentasekan, topik percobaan, materi atau topik bacaan, tentang sumber mata air, kewajiban dan tanggung jawab memelihara peninggalan sejarah, serta bagaimana manusia menggunakan air dalam kehidupan. Aspek sikap akan menghasilkan : sikap rasa ingin tahu, cermat, teliti, kreatif, mandiri, jujur, dan aspek keterampilan: keterampilan dalam menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar, menyajikan informasi, menjelaskan informasi secara lisan, melakukan percobaan, mencari informasi dari bacaan, berdiskusi, dan mengeluarkan pendapat. Dilihat dari proses pembelajaran tema peristiwa dalam kehidupan pada sub tema peristiwa-peristiwa penting salah satu sikap yang harus dicapai pada buku guru yaitu timbulnya rasa ingin tahu karena kemampuan yang harus dikembangkan cenderung pada sikap rasa ingin tahu siswa. Penelitian ini secara komprehensif akan mengkaji sikap rasa ingin tahu dan nilai hasil belajar siswa pada setiap kegiatan pembelajaran di kelas V SDN Rawasari Kecamatan Cipatat. Ada berbagai pendapat dari beberapa ahli tentang pengertian rasa ingin tahu, yaitu sebagai berikut :

4 1. Menurut Samani (2012, hlm. 119) karakter rasa ingin tahu (curiousity) yaitu keinginan untuk menyelidiki dan mencari pemahaman terhadap rahasia alam atau peristiwa sosial yang sedang terjadi. Karakter rasa ingin tahu (curiousity) membuat siswa untuk sering mencari, menggali, dan menemukan informasi yang mereka inginkan. 2. Menurut Nasoetion (Hadi dan Permata, 2010, hlm. 3) berpendapat rasa ingin tahu adalah suatu dorongan atau hasrat untuk lebih mengerti suatu hal yang sebelumnya kurang atau tidak kita ketahui. 3. Menurut Sahlan dan Teguh dalam Kemdikbud (2010, hlm. 10) rasa ingin tahu adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar. Kesimpulan menurut pendapat diatas dapat menyatakan rasa ingin tahu adalah suatu sikap atau tindakan yang dimiliki seseorang untuk mengetahui atau menyelidiki hal-hal yang baru yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar. Indikator dari rasa ingin tahu dalam proses pembelajaran di kelas yaitu bertanya dan membaca. Dari bertanya dan membaca tersebut siswa lebih aktif dalam pembelajaran, dan membiasakan siswa untuk membaca agar rasa keingintahuannya tersalurkan. Indikator rasa ingin tahu sebagai berikut (Kemendikbud, 2010, hlm.34) a) Bertanya kepada guru dan teman tentang materi pelajaran; b) Bertanya kepada sesuatu tentang gejala alam yang baru terjadi; c) Bertanya kepada guru tentang sesuatu yang didengar dari radio atau televisi; d) Bertanya tentang berbagai peristiwa yang dibaca dri media cetak;

5 e) Bertanya atau membaca sumber diluar buku teks tentang materi yang terkait dengan pelajaran; f) Membaca atau mendiskusikan gejala alam yang baru terjadi; g) Bertanya tentang beberapa peristiwa alam, sosial, budaya, ekonomi, politik, teknologi yang baru didengar; h) Bertanya tentang sesuatu yang terkait dengan materi pelajaran tetapi diluar yang dibahas di kelas. Selain sikap rasa ingin tahu ternyata hasil belajarpun menjadi penentu tolak ukur berhasil atau tidaknya kegiatan PTK yang dilakukan, menurut Hamalik Oemar (2011, hlm.25) Hasil belajar adalah sebagai perubahan tingkah laku pada diri siswa yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap kurang sopan menjadi sopan dan sebagainya. Menurut Nana Sudjana (2013, hlm. 4) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sementara itu Dimyati dan Mudjiono (2013, hlm. 7) juga menyebutkan hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar. Berdasarkan pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman

6 belajarnya. Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Indikator keberhasilan belajar menurut Nana Sudjana (2013, hlm. 5) hasil belajar dari Benyamin Bloom dibagi menjadi tiga ranah yaitu: 1) Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni (a) pengetahuan atau ingatan, (b) pemahaman, (c) aplikasi, (d) analisis, (e) sintesis, dan (f) evaluasi. 2) Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni (a) penerimaan, (b) jawaban atau reaksi, (c) penilaian, (d) organisasi, dan (e) internalisasi. 3) Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotorik, yakni (a) gerakan refleks, (b) eterampilan gerakan dasar, (c) kemampuan perseptual, (d) keharmonisan atau ketepatan, (e) gerakan keterampilan kompleks, dan (f) gerakan ekspresif dan interpreatif. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa menurut Nana Sudjana (2013, hlm. 14) sebagai berikut: 1) Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor internal meliputi: faktor jasmaniah dan faktor psikologis. 2) Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor eksternal meliputi: faktor keluarga, faktor sekolah. 3) faktor masyarakat adalah faktor yang ada dalam masyarakat, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat. Berdasarkan fakta yang terjadi di SDN Rawasari Kecamatan Cipatat, penggunaan model pembelajaran tematik seringkali menggunakan model pembelajaran yang lama, maka proses belajar akan terasa membosankan. Kondisi ini diduga akan sangat mempengaruhi keaktifan siswa di dalam kelas. Kegiatan pembelajaran terkesan monoton, siswa tidak diberikan stimulus dalam kegiatan

7 pembelajaran yang mengakibatkan rasa ingin tahu siswa dan nilai hasil belajar siswa menjadi rendah. Jika hal tersebut dibiarkan hal ini sangat memprihatinkan apabila pada pembelajaran, khususnya pada subtema peristiwa-peristiwa penting yang memerlukan dasar pemahaman konsep. Hal ini ditandai dengan saat proses kegiatan pembelajaran dan aktivitas-aktivitas yang dilakukan dalam mengukur kemampuan penguasaan materi, siswa tidak ada yang bertanya tentang materi yang sudah diajarkan, disini terlihat rasa ingin tahu siswa sangat rendah. Karena pada saat berlangsungnya pembelajaran siswa hanya duduk, diam meski sudah dipersilahkan oleh guru untuk bertanya dan mengemukakan pendapatnya. Kenyataanya sebagian besar cara mengajar seperti ini (teachers centered) tidak efektif karena hanya sebagian siswa saja yang dapat menguasai materi yang disampaikan oleh guru Sikap rasa ingin tahu siswa harus dikembangkan dengan menggunakan model-model pembelajaran yang kreatif, inovatif, dan bersifat penemuan. Pembelajaran yang bersifat penemuan akan meningkatkan rasa ingin tahu siswa terhadap sesuatu yang dipelajarinya, sehingga siswa akan menemukan pemahaman dasar yang dibutuhkan. Guru perlu memilih suatu strategi pembelajaran yang tepat serta menarik perhatian siswa sehingga siswa lebih terfokus pada pembelajaran yang sangat dekat dengan kondisi mereka. Salah satu model yang cocok diterapkan pada siswa kelas V pada subtema peristiwa-peristiwa penting adalah model Discovery learning.

8 Terdapat tiga model pembelajaran yang ada dalam kurikulum 2013, yaitu model Project Based Learning (PJBL), Model Problem Based Learning (PBL) dan model Discovery Learning. Setiap model tersebut memiliki keunggulan dan kelemahannya masing-masing. Model yang akan digunakan pada penelitian kali ini yaitu model Discovery Learning. Penulis memilih pembelajaran Discovery Learning dikarenakan pada saat kegiatan belajar mengajar tidak sedikit dari siswa yang jenuh dan malas dalam bertanya, siswa malas mencatat hal-hal penting dari materi yang diberikan serta malas dalam membaca untuk mencari informasi yang belum mereka ketahui dalam bahan ajar. Berdasarkan dari beberapa permasalahan tersebut maka peneliti memilih salah satu model pembelajaran yang akan digunakan yaitu model Discovery Learning. Jerome Bruner dalam Hosnan, (2014, hlm. 281) discovery learning adalah model belajar yang mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan yang menarik kesimpulan dari prinsip-prinsip umum praktis contoh pengalaman. Dan yang menjadi dasar ide J. Bruner ialah pendapat Piaget yang menyatakan bahwa siswa harus berperan secara aktif dalam proes pembelajaran di kelas. Untuk itu Bruner memakai cara dengan apa yang disebutnya discovery learning, yaitu dimana siswa mengorganisasikan bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir. Menurut Hamalik Oemar (2011, hlm. 29) menyatakan bahwa Discovery adalah proses pembelajaran yang menitikberatkan pada mental intelektual para anak didik

9 dalam memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi, sehingga menemukan suatu konsep atau generalisasi yang dapat diterapkan di lapangan. Jadi model discovery learning merupakan suatu metode yang menitik beratkan pada aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model ini, pendidik hanya bertindak sebagai fasilisator dan pembimbing yang mengarahkan siswa. Ada beberapa kelebihan dari model Discovery Learning adalah sebagai berikut 1. Membantu siswa untuk mengembangkan kesiapan serta penguasaan keterampilan dalam proses kognitif. 2. Siswa memperoleh pengetahuan secara individual sehingga dapat dimengerti dan mengendap dalam pikirannya. 3. Dapat membangkitkan motivasi dan gairah belajar siswa untuk belajar lebih giat lagi. 4. Memberikan peluang untuk berkembang dan maju sesuai dengan kemampuan dan minat masing-masing. 5. Memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan proses menemukan sendiri karena pembelajaran berpusat pada siswa dengan peran guru yang sangat terbatas. Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa kelebihan metode discovery learning yaitu siswa dapat menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya sendiri. Dalam menemukan konsep siswa melakukan pengamatan,

10 menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, menarik kesimpulan dan sebagainya untuk menemukan beberapa konsep atau prinsip. Discovery learning merupakan pembentukan kategori-kategori atau konsep-konsep, yang dapat memungkinkan terjadinya generalisasi. Jadi metode discovery learning dapat mengasah rasa ingin tahu siswa dan membuat siswa lebih aktif dalam pembelajaran. Pada SD Negeri Rawasari Kecamatan Cipatat menggunakan kurikulum 2013, penulis mengobservasi siswa kelas V masih terdapat siswa yang masih kurang dalam interaksi sosial dan keberanian pada saat proses pembelajaran dengan berani mengutarakan pendapat yang mengakibatkan nilai hasil siswa masih terdapat yang dibawah KKM. Sedangkan KKM yang diharapkan di SD Negeri Rawasari Kecamatan Cipatat adalah 70. Berdasarkan observasi, penilain diri dan jurnal catatan guru di kelas V SD Negeri Rawasari Kecamatan Cipatat pada sub tema Peristiwa-peristiwa Penting hasil belajar siswa masih rendah dilihat dari siswa belum mencapai KKM 70. Pada aspek afektif hanya 13 dari 30 (43%) siswa yang tuntas, psikomotor hanya 15 dari 30 (50%) siswa yang tuntas, dan pada aspek kognitif yang didapat dari hasil pretest hanya 14 siswa (47%) siswa yang tuntas dan siswa yang tidak tuntas sebanyak 16 siswa (53%). Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti memandang penting dan perlu untuk mengadakan penelitian dengan judul: Penggunaan Model Discovery Learning Untuk Menumbuhkan Sikap Rasa Ingin Tahu dan Hasil Belajar Siswa

11 Pada Sub Tema Peristiwa-Peristiwa Penting (Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas V Semester I SDN Rawasari Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat Tahun Pembelajaran 2016/2017). B. Identifikasi Masalah Masalah yang sering muncul selama kegiatan belajar mengajar di kelas adalah sebagai berikut: 1. Sebagian besar siswa memiliki nilai rendah, hal ini dibuktikan dengan belum tercapainya Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang diharapkan. Nilai rata-rata hasil belajar siswa pada pembelajaran sebelumnya masih di bawah nilai standar minimal (KKM) 70. 2. Kurangnya rasa ingin tahu siswa dalam pembelajaran subtema peristiwa-peristiwa penting. Hal ini ditandai dengan saat proses kegiatan pembelajaran dan aktivitas-aktivitas yang dilakukan dalam mengukur kemampuan penguasaan materi, siswa tidak ada yang bertanya tentang materi yang sudah diajarkan, disini terlihat rasa ingin tahu siswa sangat rendah. Karena pada saat berlangsungnya pembelajaran siswa hanya duduk, diam meski sudah dipersilahkan oleh guru untuk bertanya dan mengemukakan pendapatnya Rendahnya pemahaman konsep pembelajaran pada siswa. Hal ini dikarenakan model pembelajaran yang digunakan tidak bisa menumbuhkan rasa ingin tahu siswa pada pembelajaran dan akhirnya kesalahan konsep dalam pembelajaran.

12 3. Pembelajaran tidak interaktif. Hal tersebut siswa tidak didorong untuk secara langsung berinteraksi dengan objek yang dipelajari dan berinteraksi dengan teman sebayanya untuk mendiskusikan hasil penyelidikannya. 4. Guru masih mendominasi kegiatan pembelajaran sementara siswa pasif. Hal tersebut dikarenakan guru kurang memahami metode pembelajaran yang relevan terhadap materi yang diajarkan, sehingga proses pembelajaran hanya berpusat pada guru dan berlangsung satu arah yairtu metode ceramah. 5. Penggunaan media pembelajaran relatif tidak dilakukan oleh guru dan memberikan kesempatan siswa untuk lebih aktif selama proses pembelajaran. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah diatas, dapat dirumuskan masalah penelitian secara umum yaitu Dapatkah Penggunaan Model Discovery Learning Menumbuhkan Sikap Rasa Ingin Tahu dan Nilai Hasil Belajar Siswa?. Untuk dapat dicarikan pemecahannya, maka masalah umum tersebut akan dirumuskan menjadi rumusan masalah khusus sebagai berikut: 1. Bagaimana bentuk perencanaan pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan penggunaan model discovery learning agar dapat menumbuhkan sikap rasa ingin tahu dan meningkatkan nilai hasil belajar siswa di kelas dikelas V SDN Rawasari Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat?

13 2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran dengan penggunaan model discovery learning dapat menumbuhkan sikap rasa ingin tahu dan meningkatkan nilai hasil belajar siswa di kelas V SDN Rawasari Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat? 3. Apakah sikap rasa ingin tahu tumbuh setelah pembelajaran menggunakan model discovery learning? 4. Berapa besar peningkatan nilai rata-rata hasil belajar setelah menggunakan model pembelajaran discovery learning? D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum dalam dalam penelitian ini adalah untuk menumbuhkan rasa ingin tahu dan nilai hasil belajar siswa dalam pembelajaran tematik tema peristiwa dalam kehidupan sub tema peristiwa-peristiwa penting, kelas V SDN Rawasari Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat dengan menggunakan model discovery learning. 2. Tujuan Khusus Secara Khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah ingin meningkatkan rasa ingin tahu siswa di kelas V SDN Rawasari Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat. Tujuan penelitian ini sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui perencanaan pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan penggunaan model discovery learning agar dapat menumbuhkan rasa ingin tahu

14 dan meningkatkan nilai hasil belajar siswa di kelas dikelas V SDN Rawasari Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat. 2. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran dengan penggunaan model discovery learning dapat menumbuhkan sikap rasa ingin tahu dan meningkatkan nilai hasil belajar siswa di kelas dikelas V SDN Rawasari Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat. 3. Untuk mengetahui apakah sikap rasa ingin tahu tumbuh setelah pembelajaran menggunakan model discovery learning. 4. Untuk mengetahui seberapa besar peningkatan nilai rata-rata hasil belajar setelah menggunakan model pembelajaran discovery learning. E. Manfaat Penelitian Penggunaan model discovery learning dapat digunakan sebagai salah satu alternatif untuk menumbuhkan sikap rasa ingin tahu, dan nilai hasil belajar pada siswa dalam pembelajaran tematik sub tema peristiwa-peristiwa penting. Selain itu, penelitian ini dapat dijadikan sebagai pembanding dalam menentukan model yang sesuai dengan kebutuhan dan keadaan serta sesuai dengan sub tema yang akan diajarkan. 1. Manfaat Teoritis Metode Discovery learning yang digunakan oleh peneliti dimaksudkan agar siswa merasakan suasana pembelajaran yang berbeda agar dapat menumbuhkan rasa

15 ingin tahu dan nilai hasil belajar serta siswa mendapatkan pemahaman dalam pembelajaran secara maksimal. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan mutu pengajaran disekolah yang pada akhirnya dapat meningkatkan mutu pendidikan nasional kita, sehingga tujuan nasional pendidikan yang telah di canangkan akan dapat dicapai. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Pendidik: Dapat memberikan informasi mengenai salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran sosial guna meningkatkan kompetensi guru. b. Bagi Siswa: Hasil dari penelitian ini dapat digunakan untuk menumbuhkan sikap rasa ingin tahu dan nilai hasil belajar siswa dalam pembelajaran tematik tema peristiwa dalam kehidupan sub tema peristiwa-peristiwa penting dengan menggunakan penerapan model discovery learning. c. Bagi Sekolah Dasar Negeri Rawasari: Hasil penelitian ini dapat menambah informasi dan wawasan mengenai pembelajaran tematik dan dapat mengembangkannya khususnya pada tema peristiwa dalam kehidupan sub tema peristiwa-peristiwa penting dengan menggunakan penerapan model discovery learning untuk meningkatkan sikap rasa ingin tahu dan nilai hasil belajar siswa.

16 d. Bagi Program Studi PGSD : Menambah wawasan bagi mahasiswa untuk menghadapi profesi sebagai guru SD kelak.