BAB IV ANALISIS BISNIS BIRO PERJALANAN HAJI DAN UMROH PT ARMINAREKA DALAM PERSPEKTIF FATWA DSN NO:83/DSN-MUI/VI/2012

dokumen-dokumen yang mirip
BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. Mekanisme penjualan yang dijalankan oleh PT. Arminareka Perdana

BAB V PEMBAHASAN. A. Sistem Pemasaran Umrah dan Haji Plus PT. Arminareka Perdana. pemasaran yang dijalankan oleh PT. Armina Utama sukses yang kemudian

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN. PENYELENGGARA PERJALANAN UMRAH DAN HAJI PLUS (Studi

(Prespektif Fatwa DSN-MUI No: 75/DSN-MUI/VII/2009 Tentang Penjualan. Langsung Berjenjang Syariah)

BAB I PENDAHULUAN. (kemampuan kondisi keamanan perjalanan). 3. berkaitan dengan kesehatan jasmani, istiṭ ā ah amaliyah, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh keuntungan dan kerugian. Prosentase keuntungan dan

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan untuk dapat bersaing dan bertahan. Menghadapi kenyataan

BAB IV. A. Persamaan dan Perbedaan Aplikasi Produk Talangan Haji di PT Tabung Haji Umrah Hanan NUsantara Surabaya dan BMT Sidogiri Sepanjang Sidoarjo

BAB I PENDAHULUAN. bantuan orang lain. Demikian juga pada bidang bisnis dibutuhkan jaringan

BAB V PENGAWASAN KEGIATAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH 1

BAB IV. IMPLEMENTASI AKAD IJĀRAH DALAM BNI ib PEMBIAYAAN HAJI DI BNI SYARIAH CABANG PEKALONGAN

BAB IV. IMPLEMENTASI FATWA DSN-MUI No 52/DSN-MUI/III/2006 TENTANG AKAD WAKALAH BIL UJRAH PADA ASURANSI MOBIL

BAB IV ANALISIS HASIL PEMBAHASAN PEMBIAYAAN. A. Analisis Akad Ijarah Muntahiyah Bit Tamlik Pada Produk. Pembiayaan Angsuran di BMT SM NU Cabang Kajen.

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Sistem Multi Level Marketing Dalam Pembiayaan Haji dan Umrah

BAB IV ANALISIS DATA. Pegadaian Syariah Cabang Raden Intan Bandar Lampung. mendeskripsikan dan mengilustrasikan rangkaian pelaksaan gadai dari awal

BAB V PEMBAHASAN. A. Skema Pembiayaan Kongsi Pemilikan Rumah di Bank Muamalat. Indonesia Kantor Cabang Pembantu Ponorogo

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. A. Analisis Implementasi Produk Jasa Letter of Credit (L/C) di Bank Syariah

BAB I PENDAHULUAN. ini telah ditetapkan dan diterangkan secara jelas di dalam kitab suci Al-Quran

Asuransi Syariah. Insurance Goes To Campus. Oleh: Subchan Al Rasjid. Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 17 Oktober 2013

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD KAFA<LAH BI AL-UJRAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN KAFA<LAH HAJI DI KJKS BMT-UGT SIDOGIRI CABANG SURABAYA

BAB V PENUTUP. syariah yaitu Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat memiliki kebutuhan-kebutuhan

Sharing (berbagi resiko). Cara pembayarannya sesuai dengan kebutuhan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI DERIVATIF SYARIAH PERDAGANGAN BERJANGKA DAN KOMODITI DI PT BURSA BERJANGKA JAKARTA

BAB IV ANALISA TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP OBLIGASI TANPA BUNGA (ZERO COUPON BOND) DI BURSA EFEK INDONESIA SURABAYA

KAFA>LAH BIL UJRAH PADA PEMBIAYAAN TAKE OVER DI BMT UGT

BAB I PENDAHULUAN. usahanya berdasarkan prinsip syariah, yaitu aturan perjanjian (akad) antara

BAB VI KESIMPULAN. 1. Aplikasi Dana Talangan Haji di Bank Syariah di Indonesia. dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor: 29/DSN-MUI/VI/2002

BAB IV ANALISIS PENERAPAN AKAD IJARAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN BINA AGROBISNIS DALAM PERSPEKTIF FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL NOMOR 09/ DSN-MUI/ IV/ 2000

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari penelitian penulis tehadap rumusan permasalahan pada

BAB II. No. 83/DSN-MUI/VI/2012. A. Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 83/DSN-MUI/VI/2012 Tentang

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG MUDHARABAH, BAGI HASIL, DAN DEPOSITO BERJANGKA

Muza>ra ah dan mukha>barah adalah sama-sama bentuk kerja sama

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian lapangan dan analisis terhadap penggunaan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

ANALISIS PENERAPAN AKAD QARD} WAL IJA>RAH PADA PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI DI BANK SYARIAH MANDIRI CABANG PURWOKERTO

BAB IV. oleh Baitul mal wat Tamwil kepada para anggota, yang bertujuan agar anggota

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN IJARAH MULTIJASA

AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH

LAMPIRAN: Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor : Kep-./BL/. Tanggal : PENERBITAN EFEK SYARIAH DI PASAR MODAL

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI IJĀRAH JASA SIMPAN DI PEGADAIAN SYARIAH CABANG BLAURAN SURABAYA

PENJUALAN LANGSUNG BERJENJANG JASA LAYANAN UMRAH DAN HAJI PLUS DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP ASURANSI JIWA PADA PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG LARANGAN SIDOARJO

BAB II REGULASI PERBANKAN SYARI AH DAN CARA PENYELESAIANNYA. kerangka dual-banking system atau sistem perbankan ganda dalam kerangka

BAB IV ANALISIS PRAKTEK MAKELAR. A. Praktek Makelar Dalam Jual Beli Mobil di Showroom Sultan Haji Motor

BAB I PENDAHULUAN. konsumen agar setia dengan produk yang dijual.caranya sangat beragam di antaranya

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PULPULAN DI DESA PALOH KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN. Paloh Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI TAKE OVER PADA PEMBIAYAAN HUNIAN SYARIAH DI PT. BANK MUAMALAT INDONESIA CABANG PEMBANTU MOJOKERTO

BAB II. dipraktikkan oleh masyarakat. Selain itu, praktik penjualan barang dan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

Halal Network atau Multi Level Marketing Berbasis

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 53 /POJK.04/2015 TENTANG AKAD YANG DIGUNAKAN DALAM PENERBITAN EFEK SYARIAH DI PASAR MODAL

AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pembiayaan jangka pendek dengan margin yang rendah. Salah. satunya pegadaian syariah yang saat ini semakin berkembang.

Produk Talangan Haji Perbankan Syariah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

MAPPING PERBANDINGAN KHES FATWA DSN-MUI

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

PERATURAN NOMOR IX.A.14 : AKAD-AKAD YANG DIGUNAKAN DALAM PENERBITAN EFEK SYARIAH DI PASAR MODAL

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi mereka. Karena kegiatan bisnis merupakan salah satu kegiatan yang

MUD{A<RABAH PADA NASABAH BERMASALAH DI BMT MUDA

BAB V PEMBAHASAN. dipaparkan pada bab sebelumnya. Sebagaimana yang ditegaskan dalam teknik analisa data

BAB IV MULTI AKAD MENURUT PANDANGAN HUKUM ISLAM. Apabila ijab dan qabul telah memenuhi persyaratannya, terwujudlah perizinan

BAB IV PENUTUP. atas, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Konsep anjak piutang menurut Fatwa DSN-MUI merupakan konsep anjak

SYARAT KETENTUAN UMRAH PROMO (SKUP) FIRST TRAVEL

BAB V PENUTUP. 1. Dasar Pertimbangan Bank Muamalat sebelum dikeluarkan Produk

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. peneliti terdahulu terkait pembiayaan pengurusan haji antara lain:

BAB IV ANALISIS SISTEM BAGI HASIL PRODUK ASURANSI HAJI MITRA MABRUR. A. Pembiayaan Dana Haji Mitra Mabrur AJB Bumiputera 1912 Syari ah

BAB I PENDAHULUAN. alat analisis. Hal ini disebabkan karena di masa datang penuh dengan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

F A T W A MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA ACEH NOMOR : 03 TAHUN 2011 TENTANG

I. Flow-chart. Dimas Hidim, mahasiswa EPI C, Penjelasan alur/flow chat akad musyarakah :

BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Sistem Pengupahan Pada PT Suri Tani Pemuka Lampung/Japfa Comfeed Group

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat mengetahui produk apa yang akan mereka butuhkan.

Prosiding Keuangan dan Perbankan Syariah ISSN:

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG PIUTANG PUPUK DALAM KELOMPOK TANI DI DESA KALIGAMBIR KECAMATAN PANGGUNGREJO KABUPATEN BLITAR

BAB I PENDAHULUAN. perbankan. Dengan menganut sistem yang berbeda dari bank konvensional, bank

BAB IV PENUTUP. disimpulkan bahwa praktik pembiayaan multi level marketing haji dan. umrah selain memiliki manfaat, namun memiliki potensi resiko

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN PENYELENGGARA PERJALANAN UMRAH DAN HAJI

BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISIS. Sesuatu yang seseorang tinggalkan pada orang lain agar dijaga disebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian yang dilakukan Wardi dan Putri (2011) tentang Analisis

BAB IV ANALISIS WADI< AH MUD{A>RABAH TERHADAP BONUS HAJI GRATIS PADA PT. ANUGERAH NUR NABAWI JOMBANG

CURICULUM VITAE. NAMA Dr, dr. Endy Muhammad Astiwara, MA, AAAIJ, CPLHI, ACS, FIIS. TEMPAT & TANGGAL LAHIR : Surakarta 10 Agustus 1963

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Pelaksanaan Pembiayaan Mudharabah di Baitul maal wat. 1. Prosedur Pembiayaan di BMT Surya Parama Arta

Multi Level Marketing (MLM) adalah sebuah metode pemasaran

HASIL IJTIMA ULAMA IV MASAIL FIQHIYYAH MU ASHIRAH (MASALAH FIKIH KONTEMPORER) KOMISI B-2

BAB IV TINJAUAN FATWA NO /DSN-MUI/III/2002 TERHADAP IMPLEMENTASI AKAD IJA>RAH PADA SEWA TEMPAT PRODUK GADAI EMAS BANK BRI SYARIAH KC SURABAYA

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KLAIM ASURANSI DALAM AKAD WAKALAH BIL UJRAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Adanya potensi jumlah penduduk muslim Indonesia yang mencapai ±

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyelenggaraan ibadah haji dan umroh merupakan tugas nasional karena

BAB I PENDAHULUAN. merupakan wujud dari Bhineka Tunggal Ika, kekayaan yang harus dipelihara sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari kebutuhan. Semakin tinggi taraf hidup dari tingkat sosial atau masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. dana (liabilities), penyaluran dana (asset) berupa pembiayaan, dan jasa-jasa

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBIAYAAN LETTER OF CREDIT PADA BANK MANDIRI SYARI AH

BAB IV PEMANFAATAN GADAI SAWAH PADA MASYARAKAT DESA SANDINGROWO DILIHAT DARI PENDAPAT FATWA MUI DAN KITAB FATH}UL MU I<N

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS BISNIS BIRO PERJALANAN HAJI DAN UMROH PT ARMINAREKA DALAM PERSPEKTIF FATWA DSN NO:83/DSN-MUI/VI/2012 A. Analisis terhadap Bisnis Biro perjalanan Haji dan Umroh di PT. Arminareka Perdana Cabang Bojonegoro Setelah penulis melakukan wawancara dan penelitian dokumen-dokumen dari PT Arminareka Perdana dengan mengambil sempel dari kantor cabang Bojonegoro, penulis akan menganalisis mekanisme bisnis biro perjalan haji dan umrah pada perusahaan tersebut, mulai dari akad yang digunakan serta prosedur-prosedur yang ada di perusahan tersebut. Seperti yang sudah penulis paparkan dalam Bab III bahwa sistem marketing PT Arminareka perdana adalah program kemitraan dengan merekrut agen-agen dan kantor perwakilan di setiap daerah. Sistem ini disebut dengan penjualan berjenjang atau yang lebih dikenal dengan sebutan MLM (Multi Level Marketing). Pelaksanaanya sistem ini semacam sistem jaringan berjenjang dengan menggunakan sistem perekrutan jamaah berikutnya dengan mengajak orang-orang untuk beribadah ke baitulla>h melalui biro travel and tour PT.Arminareka Perdana. Keuntungan yang didapatkan jamaah dari usahanya ini dilihat sesuai dengan kemampuan jamaah PT. Arminareka Perdana dalam perekrutan anggota lain untuk masuk bergabung dan mendaftar. Keuntungan 63

64 jamaah berasal dari upah yang diberikan perusahaan sebagai timbal balik perusahaan kepada jamaah yang telah membantu untuk memasarkan jasanya. Dalam hal ini PT Arminareka perdana menggunakan akad waka>lah bil ujra>h dalam menjalankan bisnisnya dimana agen bertindak sebagai wakil perusahaan untuk merekrut anggota kemudian agen akan mendapatkan fee setelah dia berhasil merekrut anggota baru untuk mendaftar haji atau umroh di PT. Arminareka. Menurut hemat penulis PT. Arminareka harusnya menggunakan akad ija>rah bukan akad waka>lah bi al-ujra>h, karena program solusi pembiayaan haji dan umrah di PT. Arminareka perdana lebih cocok menggunakan akad ija>rah, karena akad waka>lah bil ujra>h lebih cocok digunakan dalam bisnis asuransi. Seperti ketentuan fatwa DSN MUI No: 52/DSN-MUI/III/2006. Penulis tidak menemukan pelanggaran ija>rah terhadap praktik akad yang digunakan pada sistem pembiayaan haji dan umrah di PT. Arminareka Perdana. Akad ija>rah pada dasarnya, akad untuk memperoleh manfaat. Jamaah menggunakan manfaat atas pemberangkatan haji / umroh yang diselenggarakan oleh PT. Arminareka Perdana. Begitu pula dengan sistem pembiayaan haji dan umrah, PT. Arminareka perdana menggunakan manfaat atas yang memakelari jasa penyelenggara pemberangkatan haji dan umrah. Terkecuali bila dalam dalam praktik ini terdapat hal-hal yang tidak mencukupi terhadap syarat-syarat dalam rukun ija>rah. Syarat-syarat dalam rukun ija>rah dilihat dari tiga sisi.

65 Sisi yang pertama muta a>qidain, yakni dua belah pihak yang bertransaksi. Dalam hal ini, jamaah yang ikut bertransaksi menggunakan program solusi ini harus cakap hukum. Dalam artian sudah terpenuhinya kemampuan cakap hukum pada diri calon jamaah tersebut. Sehingga ia memahami maksud hukum yang dibentuk dari transaksi tersebut. Sisi kedua adalah objek akad, dalam hal ini akad ija>rah yang digunakan bisa dikatakan sah selagi tidak terdapat kecacatan pada objek akad tersebut. Seperti hasil usaha yang menjadi hak calon jamaah tidak bisa ditunaikan oleh perusahaan. Atau sebaliknya calon jamaah yang sudah terdaftar untuk keberangkatan haji / umroh tidak bisa diberangkatkan oleh perusahaan atau perusahaan memberi syarat tertentu terkait haknya calon jamaah yang seharusnya tidak diperlukan untuk keberangkatan jamaah dalam menunaikan ibadah haji umroh. Sisi ketiga adalah sisi kesepakatan (ijab dan qabul). Dalam kesepakatan ini terdapatnya keridhoan dari hati calon jamaah untuk ikut bergabung menjadi calon jamaah haji / umroh di PT Arminareka Perdana. Sehingga calon jamaah tidak boleh terdapat unsur paksaan dari luar yang sebenarnya transaksi tersebut bertentangan dengan hatinya. Atau calon jamaah mendapat pengaruh dari luar yang bersifat mempengaruhi hati dan pikiran yang digunakan oleh yang mensponsori agar orang yang disponsori tersebut mau bergabung menjadi calon jamaah haji /umroh di PT Arminareka Perdana.

66 Dengan menjaga tiga sisi yang menjadi syarat-syarat dalam rukun ija>rah tersebut, tentunya akan menjaga kebersihan dalam transaksi ija>rah, Terutama pada syarat ijab kabul tersebut. karena bila tidak terpenuhinya syarat dalam ijab qobul tersebut tentu akan mengundang pelanggaran terhadap etika bisnis yang membentuk kekuatan untuk mempengaruhi orang-orang agar bergabung menjadi calon jamaah. Sehingga menurut penulis bahwa PT. Arminareka sudah memenuhi tiga sisi penting dalam rukun ija>rah. B. Analisis Fatwa DSN No: 83/DSN-MUI/VI/2012 terhadapa Bisnis Biro Perjalanan Haji dan Umroh di PT. Arminareka Perdana Cabang Bojonegoro Pada tahun 2009 DSN-MUI mengeluarkan fatwa yang berkaitan dengan Penjualan Langsung Berjenjang Syariah. Dalam fatwa tersebut menyebutkan mengenai beberapa ketentuan yang harus dipenuhi oleh PLBS (Penjualan Langsung Berjenjang Syariah). Berkaitan dengan fatwa DSN-MUI No: 75/DSNMUI/VII/2009, namun fatwa tersebut hanya membahas tentang garis besar perusahaan yang menggunakan sistem jaringan dalam memasarkan produknya, kemudian muncullah biro perjalanan umrah yang menggunakan sistem penjualan langsung berjenjang, sehingga banyaknya kasus-kasus tentang MLM haji dan umrah yang marak beredar, sehingga di tahun 2012 MUI mengeluarkan fatwa baru yang khusus membahas tentang penjualan langsung berjenjang jasa perjalanan haji dan umroh yakni DSN No: 83/DSN-

67 MUI/VI/2012 yang lebih rinci membahas tentang penjualan berjenjang jasa perjalanan haji dan umroh. Salah satu biro perjalanan yang menggunakan sistem penjualan berjenjang sejak tahun 2008 adalah PT. Arminareka Perdana, sehingga penulis akan menganalisis hal-hal yang berkaitan dengan penjualan produk di Arminareka dengan fatwa tersebut diantaranya: 1. Akad yang menjadi pedoman fatwa DSN No: 83/DSN-MUI/VI/2012 adalah akad ija>rah maushufahfi al-dz}immah yang sudah penulis jelaskan dalam bab II, sedangkan PT. Arminareka menggunakan akad waka>lah bi al ujra>h, padahal ketentuan fatwa akad waka>lah bi al ujra>h adalah akad yang digunakan dalam asuransi dan termaktub dalam fatwa DSN No 52/DSN- MUI/III/2006. Sehingga pedoman yang dipakai oleh PT. Arminareka menurut penulis salah. Padahal PLBS yang mengatur tentang jasa perjalanan umroh telah jelas ditetapkan oleh dewan syariah nasional dengan fatwa DSN No: 83/DSN-MUI/VI/2012. Penulis juga menemukan kerancuan dalam penetapan dewan syariah MUI dalam memberikan sertifikat halal kepada PT. Arminareka dengan akad penjualan langsung berjenjang syariah, namun dalam praktiknya selama penulis melakukan penelitian PT. Arminareka selalu dengan tegas mengatakan bahwa sistem yang mereka gunakan bukan MLM melainkan

68 program kemitraan padahal penjualan langsung berjenjang syariah adalah salah satu sistem yang sama dengan MLM. 2. Ketentuan mengenai jua>lah juga dijelaskan secara detail oleh perusahan kepada setiap agen atau mitra seperti yang telah penulis tulis dalam bab III sehingga dari awal akad telah diketahui cara pembagian bonus dan besaran bonus yang diperoleh oleh agen dan mitra. Hal ini juga diatur dalam fatwa anggota akan mendapatkan bonus sesuai dengan prestasi dan pencapain yang telah mereka lakukan, namun dalam praktiknya agen atau mitra hanya fokus mengejar bonus secara berlebihan. Imbalan jua>lah harus digunakan seluruhnya atau disisihkan sebagiannya untuk biaya keberangkatan umrah, guna menghindari penyimpangan tujuan mengikuti PLBS, yaitu melaksanakan umrah (bukan bertujuan untuk mendapatkan imbalan semata). Praktiknya: Masih ada jamaah yang menerima imbalan dari perusahaan digunakan untuk kepentingan lain. 3. Ketentuan mengenai pembatalan dari pihak perusahaan karena adanya udzur syar i, dalam akad ija>rah maushufahfi al-dz}immah semua harga obyek akad yang telah diserahkan kepada perusahaan akan dikembalikan kepada jamaah setelah dikurangi biaya-biaya nyata yang wajar. Dalam praktiknya jamaah tidak mendapatkan pengembalian uang dari perusahaan karena hanya menerima voucher yang tidak bisa ditukarkan dengan uang tunai di

69 perusahaan. Voucher tersebut hanya bisa dipindah tangankan atau dijual pada jaamh lain. 4. Ketentuan mengenai jaringan dan penyelenggaraan dalam hal jamaah tidak mampu lagi menambah dana untuk membayar kekurangan biaya umroh dan/atau yang bersangkutan gagal merekrut mitra lainnya dalam jangka waktu yang disepakati para pihak, sehingga tidak berhasil mendapatkan dana yang cukup untuk melunasi biaya perjalanan umroh, maka perusahaan wajib mengembalikan komponen biaya paket jasa perjalanan umrah dari dana milik jama ah/mitra tersebut setelah dikurangi biaya yang nyata. Dalam praktiknya tidak dikembalikan oleh perusahaan dalam bentuk uang tunai, jamaah hanya menerima voucher yang bisa dipindah tangankan atau diperjual belikan. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sistem pemasaran umroh dan haji PT. Arminareka belum sepenuhnya memenuhi ketentuan fatwa DSN-MUI tentang penjualan langsung berjenjang syariah jasa layanan umrah.