ANALISIS VALUE FOR MONEY DALAM PENGUKURAN KINERJA KEUANGAN PADA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN SIDOARJO

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS PENGUKURAN KINERJA VALUE FOR MONEY PADA BADAN PENGELOLA KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN BLITAR. Amelia Ika Pratiwi 1 dan Ela Nursandia 2

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuai dengan UU No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah selanjutnya

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DENGAN PENDEKATAN VALUE FOR MONEY PADA PENGADILAN NEGERI TEBING TINGGI

ANALISIS PENERAPAN KONSEP VALUE FOR MONEY PADA PEMERINTAH KABUPATEN BANTUL

ANALISIS EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI PELAKSANAAN ANGGARAN BELANJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA MANADO

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemerintah daerah sekarang ini dihadapkan oleh banyaknya tuntutan baik dari

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan hasil kesimpulan dapat disimpulkan bahwa : 2. Pengeluaran (belanja) Kabupaten Manggarai tahun anggaran 2010-

ANALISIS BELANJA DAERAH PADA PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA TAHUN ANGGARAN

ANALISIS PENGUKURAN KINERJA PEMERINTAH DAERAH DENGAN MENGGUNAKAN PRINSIP VALUE FOR MONEY (STUDY KASUS KABUPATEN SUMENEP TAHUN )

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA DINAS BINA MARGA DAN SUMBER DAYA AIR KABUPATEN BANJAR

PENILAIAN KINERJA ATAS PENERIMAAN PAJAK HOTEL DAN PAJAK RESTORAN DI DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM

THE 2 nd FORUM ILMIAH PENDIDIKAN AKUNTANSI IKIP PGRI MADIUN, 6 Oktober 2013, ISSN:

BAB 1 PENDAHULUAN. pengaruhnya terhadap nasib suatu daerah karena daerah dapat menjadi daerah

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH (DPKAD) KOTA SEMARANG TAHUN

PENGARUH AKUNTABILITAS DAN TRANSPARANSI TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (Sensus pada Dinas Daerah Kota Tasikmalaya)

ANALISIS EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA (APBDesa) Umi Yunianti Universitas PGRI Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan laporan pertanggungjawaban yang terdiri atas Laporan Perhitungan

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KOTA MALANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sendiri berdasarkan pada prinsip-prinsip menurut Devas, dkk (1989) sebagai berikut.

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini organisasi sektor publik berupaya memberikan kualitas pelayanan

H.S. Liando., D.P. E. Saerang., I. Elim. Analisis Kinerja Keuangan

KONTRIBUSI PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP BELANJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. 2004, manajemen keuangan daerah Pemerintah Kabupaten Badung mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi sektor publik adalah system akuntansi yang dipakai oleh

EVALUASI KINERJA DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA DENPASAR DALAM PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL, RESTORAN, DAN HIBURAN TAHUN

Analisis Kinerja Belanja Pemerintah daerah Kotamobagu dan Bolaang Mongondow Timur tahun Herman Karamoy

BAB I PENDAHULUAN. berbagai hal, salah satunya pengelolaan keuangan daerah. Sesuai dengan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. dan Belanja Daerah (APBD). Wujud dari akuntabilitas, transparansi dan

BAB I PENDAHULUAN. birokrasi dalam berbagai sektor demi tercapainya good government. Salah

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan baru dari pemerintah Republik Indonesia yang mereformasi

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Dampak yang dialami oleh

ANALISIS EFISIENSI PENGELOLAAN ANGGARAN BELANJA PADA DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPILKABUPATEN BREBES

ANALISIS KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KOTA AMBON

ANALISIS KINERJA DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN BERDASARKAN VALUE FOR MONEY AUDIT ATAS PENERIMAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) TAHUN

Jurnal Riset Akuntansi Going Concern 12(2), 2017,

BAB I PENDAHULUAN. baik pusat maupun daerah, untuk menciptakan sistem pengelolaan keuangan yang

Brian Sagay, Kinerja Pemerintah Daerah KINERJA PEMERINTAH DAERAH DALAM PENGELOLAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA KABUPATEN MINAHASA SELATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang sedang berkembang dengan pesat. Upaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Purnomo (2015) melakukan penelitian tentang Penilaian Kinerja Berbasis

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS Definisi Kinerja dan Pengukuran Kinerja. Menurut Mahsun (2006:25) kinerja (performance) adalah gambaran

BAB II TELAAH PUSTAKA DAN PERUMUSAN MODEL PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Surabaya Kota. Alat analisis yang digunakan adalah analisis value for money.

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PASAR DAERAH: STUDI PENGEMBANGAN POTENSI MENUJU BUMD

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah yang sedang bergulir merupakan bagian dari adanya

BAB I PENDAHULUAN. membiayai pembangunan dan pelayanan atas dasar keuangan sendiri (Anzar, tangan dari pemerintah pusat (Fitriyanti & Pratolo, 2009).

PENGUKURAN KINERJA KEUANGAN PADA PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA SELATAN TAHUN

Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Slamet Riyadi Surakarta 1) 2)

BAB 1 PENDAHULUAN. antarsusunan pemerintahan. Otonomi daerah pada hakekatnya adalah untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. daerah diharapkan mampu menciptakan kemandirian daerah dalam mengatur dan

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAERAH DAN TINGKAT KEMANDIRIAN DAERAH DI KABUPATEN MAGETAN (TAHUN ANGGARAN )

BAB 1 PENDAHULUAN. program ataupun kegiatan. Sebelum melaksanakan kegiatan, harus ada

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PAJAK DAERAH SERTA KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH

Selly Paat, Perbandingan Kinerja Pengelolaan. PERBANDINGAN KINERJA PENGELOLAAN APBD ANTARA PEMERINTAH KOTA TOMOHON DENGAN PEMERINTAH KOTA MANADO

1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan desentraliasasi fiskal, Indonesia menganut sistem pemerintah

BAB 1 PENDAHULUAN. harus bisa menyediakan public goods and services dalam memenuhi hak setiap

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah adalah organisasi yang memiliki kekuasaan untuk membuat

ANALISIS PENERAPAN KONSEP VALUE FOR MONEY PADA PEMERINTAHAN KABUPATEN BANTUL TAHUN SKRIPSI. Oleh: Nova Kurniawati

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. keuangan negara. Hal ini diindikasikan dengan telah diterbitkannya Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan dan pengeluaran yang terjadi dimasa lalu (Bastian, 2010). Pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian dan Ruang Lingkup Akuntansi Sektor Publik

BAB I PENDAHULUAN. akuntabel serta penyelenggaraan negara yang bersih dari unsur-unsur KKN untuk

PENERAPAN KONSEP VALUE FOR MONEY DALAM MENILAI KINERJA PELAYANAN SEKTOR PUBLIK PADA POLRES OGAN ILIR ABSTRAK

Disusun Oleh : B

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan yang sangat pesat. Saat ini terdapat perhatian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Lahirnya otonomi daerah memberikan kewenangan kepada

BAB I PENDAHULUAN. baik dapat mewujudkan pertanggungjawaban yang semakin baik. Sejalan dengan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan sistem tata kelola pemerintahan di Indonesia telah melewati serangkain

Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah di Kota Jambi. oleh :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan akuntansi sektor publik, khususnya di indonesia

ANALISIS KINERJA KEUANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) KABUPATEN KLATEN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan gagasan yang terjadi di berbagai negara,

ANALISIS KINERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI PROVINSI ACEH BERDASARKAN RASIO KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia saat ini sedang memasuki masa pemulihan akibat krisis

Paramitha S. Mokodompit., S.S. Pangemanan., I. Elim. Analisis Kinerja Keuangan ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KOTA KOTAMOBAGU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan berdasarkan manajemen

BAB VI PENUTUP. 6.1 Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka kesimpulan dari. penelitian ini adalah:

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. arah dan tujuan yang jelas. Hak dan wewenang yang diberikan kepada daerah,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dengan dikeluarkannya undang-undang (UU) No.32 Tahun 2004

Abstrak. Kata Kunci : Kinerja Keuangan Daerah, Rasio Keuangan APBD,APBD. Keyword: Regional Financial Performance, Financial Ratios budget APBD, APBD

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anggaran merupakan suatu hal yang sangat penting dalam suatu organisasi.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan regulasi dari waktu ke waktu. Perubahan tersebut dilakukan

ANALISIS RASIO KEUANGAN DAERAH SEBAGAI PENILAIAN KINERJA (Studi pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Semarang)

BAB I PENDAHULUAN. sistem tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) yang ditandai

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA PADA BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI SUMATERA UTARA. Oleh: JULITA,SE,M.

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi penelitian, proses penelitian dan sistematika penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. efektifitas, dan efisiensi dalam penyelenggaraan pemerintah daerah.

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah menegaskan

A.N.J. Dien., J. Tinangon., S. Walandouw. Analisis laporan realisasi

Value For Money. Arif Kurniawan Wahono ( ) Jurusan Akuntansi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Brawijaya

Keywords : income, improvement, local, government, original, tax

BAB I PENDAHULUAN. sebelumnya diatur dalam undang-undang (UU) No. 22 Tahun 1999 menjadi

KONSEP VALUE FOR MONEY DALAM MENGUKUR KINERJA PELAYANAN SEKTOR PUBLIK

BAB I PENDAHULUAN. mencatat desentralisasi di Indonesia mengalami pasang naik dan surut seiring

BAB I PENDAHULUAN. melalui Otonomi Daerah. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.22 tahun

Transkripsi:

ANALISIS VALUE FOR MONEY DALAM PENGUKURAN KINERJA KEUANGAN PADA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN SIDOARJO Khalimatus Sya diyah, Widya Susanti, Ali Rasyidi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi, Universitas Bhayangkara Surabaya Sman3.dyahh@gmail.com ABSTRAK Semakin menguatkan tuntutan pelaksanaan akuntabilitas publik oleh organisasi sektor publik seperti pemerintah pusat dan daerah. Tuntutan akuntabilitas sektor publik terkait perlu dilakukan transparansi dan pemberian informasi kepada publik dalam rangka pemenuhan hak-hak publik. Akuntabilitas bukan sekedar menunjukkan bagaimana uang publik dibelanjakan, tetapi menunjukkan bahwa uang publik telah dibelanjakan secara ekonomis, efektif, dan efisien. Untuk itu perlu dilakukan pengukuran kinerja keuangan yang bertujuan untuk menilai pertanggungjawaban dan meningkatkan kinerja instansi. Salah satu metode untuk mengukur kinerja instansi yaitu menggunakan Balance Scorecard dan Value for Money. Pada penelitian ini, penulis menitikberatkan pada Value for Money meliputi pengukuran ekonomi, efisien, dan efektifitas. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengukuran kinerja keuangan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Sidoarjo ditinjau dari Value for Money. Kata Kunci : Value for Money, Pengukuran ekonomi, efisiensi, dan efektifitas ABSTRACT Further strengthen the implementation of the demands of public accountability by public sector organizations such as central and local governments. Demands related to public sector accountability necessary transparency and providing information to the public in order to fulfill the rights of the public. Accountability is not just showing how public money is spent, but points out that public money has been spent economically, effectively and efficiently. It is necessary for the measurement of financial performance that aims to assess accountability and improving agency performance. One method to measure the performance of the agency is using the Balanced Scorecard and Value for Money. In this study, the authors focused on Value for Money includes the measurement of economic, efficient, and effective. The purpose of this study to determine the financial performance measurement Disaster Management Agency Sidoarjo regency in terms of Value for Money. Keywords : Value for Money, economic, efficiency, and effectiveness 9

PENDAHULUAN Semakin menguatnya tuntutan pelaksanaan akuntabilitas publik oleh organisasi sektor publik terkait perlu dilakukan transparansi atau pemberian informasi kepada publik dalam rangka pemenuhan hak-hak publik. Akuntabilitas bukan sekedar menunjukkan bagaimana uang publik dibelanjakan, tetapi meliputi kemampuan menunjukkan bahwa uang publik telah dibelanjakan secara ekonomis, efektif, dan efisien. Oleh karena itu, akuntansi pada organisasi sektor publik merupakan sarana yang dapat berperan dan membantu organisasi sektor publik untuk mewujudkan akuntabilitas publik. Pengukuran kinerja diperlukan untuk menilai akuntabilitas organisasi dalam menghasilkan pelayanan publik yang lebih baik dan tepat sasaran. Hasil pengukuran kinerja sektor publik harus dilaporkan dalam bentuk laporan pertanggungjawaban kinerja. Penilaian pada pertanggungjawaban suatu instansi pemerintahan dapat dilihat kinerja keuangannya melalui perhitungan dan analisis terhadap pencapaian target dan realisasi dari penerimaan dan pengeluaran atas Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah-nya (APBD). Inti pengukuran kinerja keuangan pada organisasi pemerintah adalah Value for Money. Menurut Halim (2014:128) konsep Value for Money merupakan konsep untuk mengukur ekonomi, efektifitas, dan efisiensi kinerja program, kegiatan dan organisasi, yaitu : a. Ekonomi, terkait sejauh mana organisasi sektor publik dalam hal ini Badan Penanggulangan Bencana Daerah dapat meminimalisir input resource yang digunakan untuk menghendari pengeluaran yang boros. b. Efisiensi, merupakan pencapaian output yang maksimum dengan input tertentu atau penggunaan input yang terendah untuk mencapai output tertentu. c. Efektifitas, merupakan tingkat pencapaian hasil program dengan target yang ditetapkan, atau secara sederhana merupakan perbandingan outcome dengan output. Sangat penting dilakukan penilaian kinerja keuangan untuk mengetahui apakah Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Sidoarjo telah 10

melaksanakan program kerjanya dengan baik serta mempertanggungjawabkan akuntabilitas publik. Terlebih pelaksanaan program-program yang berhubungan langsung dengan masyarakat karena manfaatnya dirasakan secara langsung oleh masyarakat. Value for money dalam konteks otonomi daerah merupakan jembatan untuk menghantarkan pemerintah daerah mencapai good governance. Guna mendukung dilakukannya pengelolaan dana publik (publik money) yang mendasarkan konsep Value for Money, maka diperlukan sistem pengelolaan keuangan daerah dan anggaran daerah yang baik. Hal tersebut dapat tercapai apabila pemerintah daerah memiliki sistem akuntansi yang baik. Oleh karena itu, dilakukan pengukuran kinerja keuangan yang diukur dari Value for Money dengan membandingkan laporan realisasi anggaran tahun 2013-2015 sebagai evaluasi agar pemerintah dapat meningkatkan akuntabilitas dan kinerjanya di masa mendatang. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengukuran kinerja keuangan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Sidoarjo ditinjau dari analisis Value for Money dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2015. TINJAUAN PUSTAKA Value for Money Mardiasmo (2009:4) dalam skripsi Arfan (2014:12) merupakan konsep pengelolaan organisasi sektor publik yang mendasarkan pada tiga elemen utama, yaitu ekonomi, efisiensi, dan efektifitas. 1. Pengukuran Ekonomi Pada konteks organisasi pemerintahan, ukuran ekonomi berupa berapa anggaran yang dialokasikan untuk membiayai aktivitas tertentu. Apabila sumber daya yang dikeluarkan berada di bawah anggaran maka terjadi penghematan. Sebaliknya, apabila sumber daya yang dikeluarkan di atas anggaran maka terjadi pemborosan. Ekonomis dapat dirumuskan sebagai berikut (Mahmudi, 2011:21) : 11

2. Pengukuran Efisiensi Mardiasmo dalam jurnal Putra (2015) menyebutkan bahwa efisiensi merupakan perbandingan antara output atau input yang dikaitkan dengan standar kinerja atau target yang telah ditetapkan. Renyowijoyo (2013:4) juga menyebutkan bahwa efisiensi merupakan pencapaian keluaran (output) yang maksimum dengan masukan tertentu atau penggunaan masukan terendah untuk mencapai keluaran tertentu. Semakin besar output dibandingkan input, maka semakin tinggi tingkat efisiensi suatu organisasi. Efisiensi dapat dirumuskan sebagai berikut (Mahmudi, 2011:22) : 3. Pengukuran Efektifitas Mardiasmo dalam skripsi Aulia (2014) menyebutkan bahwa efektifitas menggambarkan tingkat pencapaian hasil program dengan target yang ditetapkan. Atau secara sederhana efektifitas merupakan perbandingan outcome dengan output. Di dalam bukunya, Renyowijoyo (2013:4) mengemukakan bahwa efektifitas merupakan tingkat pencapaian hasil program dengan target yang ditetapkan. Secara sederhana, efektifitas merupakan perbandingan outcome dengan output. Efektifitas dirumuskan sebagai berikut (Mahmudi, 2011:22) : Pengukuran Kinerja Pengukuran kinerja merupakan evaluasi atau penilaian terhadap pencapaian pelaksanaan kegiatan suatu organisasi berdasarkan tujuan, sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Informasi mengenai hasil pengukuran ini juga akan menjadi referensi dalam penentuan standar kinerja untuk masa yang akan datang. Nilai besaran target yang menjadi acuan 12

pencapaian pada periode berikutnya juga bertumpu pada hasil pengukuran kinerja yang dilakukan. Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Pemerintah dalam UU No. 22 dan No. 25 Tahun 1999 memberi arti penting bagi proses reformasi lembaga sektor publik di Indonesia. Kedua undangundang tersebut memberi dasar bagi serangkaian reformasi kelembagaan dalam rangka menciptakan good governance, yaitu pemerintahan yang bersih, ekonomis, efektif, transparan, responsif, dan akuntabel. Menurut Nugrahani dalam jurnal Sari (2013:6) kemampuan pemerintah daerah dalam mengelola keuangannya sendiri dituangkan dalam bentuk APBD yang secara langsung maupun tidak langsung mencerminkan kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan sosial masyarakat. Pemerintah Daerah merupakan salah satu instansi pemerintah yang diberikan kewenangan dalam mengelola keuangannya. Ulum dan Murtin dalam Pasal 31 ayat 2 UU No. 17 Tahun 2003 mengamanatkan satuan kerja perangkat daerah perlu membuat Laporan Realisasi Anggaran guna menilai prestasi kinerja. Begitu pula dalam Peraturan Pemerintah No. 108 Tahun 2000 yang berisi perlunya prestasi kinerja kepala daerah, yaitu dengan meminta pertanggung jawaban kepala daerah di setiap akhir tahun anggaran untuk menyampaikan laporan pertanggung jawaban yang terdiri dari Laporan Perhitungan APBD, Norma Perhitungan APBD, Laporan Arus Kas, dan Neraca Daerah yang dilengkapi dengan penilaian kinerja. Pengelolaan keuangan daerah tidak dapat dilepaskan dari keberadaan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang- Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan Undang- Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Terbitnya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 maka berbagai prinsip dasar yang ada dalam Undang-Undang Keuangan Negara, Undang-Undang Perbendaharaan Negara dan Undang-Undang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara kembali dipertegas dan menjadi acuan dalam pengalihan 13

keuangan daerah. Pengelolaan Keuangan Daerah meliputi tiga tahapan yaitu : Perencanaan dan Penganggaran, Pelaksanaan serta Pertanggungjawaban. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif yaitu suatu prosedur penelitian yang menggunakan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan pelaku yang dapat diamati. Penulis mencoba menganalisis data yang diperoleh dari hasil penelitian serta membandingkan dengan teori yang ada, kemudian menganalisis penerapannya dalam praktik. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, berupa CALK, LAKIP, dan internet. Unit analisis dalam penelitian ini adalah melakukan penelitian tentang data/spesifikasi pada Laporan Realisasi dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah tiap-tiap program Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Sidoarjo Tahun 2013-2015. Teknis analisis data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah : 1. Collecting/Pengumpulan data, berkaitan dengan laporan realiasasi dan anggaran yang berupa Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah yang diperoleh dari hasil observasi. Hasil tersebut akan dibuat dokumentasi berupa tulisan. 2. Reduksi data, yaitu memilih hal-hal pokok yang sesuai dengan fokus penelitian. Dalam penelitian ini peneliti memfokuskan pada laporan realisasi dan anggaran instansi/perusahaan. Terlebih dahulu peneliti mengklarifikasi data realisasi dan anggaran yang telah diperoleh, kemudian mengolah serta menghubungkan semua data yang telah diperoleh dengan teori yang ada. Pengukuran kinerja keuangan ditinjau dari segi ekonomis sebagaimana diuraikan dalam tinjauan pustaka oleh berikut (Mahmudi:2011) : 14

Efisiensi dapat dirumuskan sebagai berikut (Mahmudi:2011) : Efektifitas dapat dirumuskan sebagai berikut (Mahmudi:2011) : 3. Penyajian data, sekumpulan informasi yang telah tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data berupa analisis dalam bentuk uraian singkat, sehingga peneliti dapat menguasai data. Penyajian data ini dilakukan dengan evaluasi kinerja keuangan berdasarkan laporan realisasi dan anggaran yang telah dianalisis. 4. Penarikan kesimpulan, melakukan simpulan dari hasil penelitian yang dilakukan mengenai Value for Money dalam pengukuran kinerja keuangan. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Pengukuran Kinerja Keuangan Tahun 2013-2015 Kinerja Keuangan ditinjau dari segi ekonomis Input Rasio Ekonomi (2013) = X 100 % Input Value Rp. 7.865.881.450,00 = X 100 % Rp. 7.279.473.216,00 = 108,06 % Input Rasio Ekonomi (2014) = X 100 % Input Value 15

Rp. 14.556.297.122,00 = X 100 % Rp. 13.348.334.783,00 = 109,05 % Input Rasio Ekonomi (2015) = X 100 % Input Value Rp. 23.037.478.532,00 = X 100 % Rp. 17.167.756.285,00 = 134,19 % *Keterangan : Input Input Value = Anggaran Pengeluaran = Realisasi Pengeluaran Kinerja Keuangan ditinjau dari segi efisiensi Rasio Efisiensi Tahun 2013-2015 *Keterangan : Ouput Input = Realisasi Pengeluaran = Realisasi Pendapatan Tabel 1. Rasio Efisiensi 2013-2015 Tahun Persen ( % ) 2013 85,07 % 2014 89,63 % 2015 62,03 % Sumber : Pemerintah BPBD Kab. Sidoarjo, 2013-2015, diolah 16

Kinerja Keuangan ditinjau dari segi efektifitas Outcome Rasio Efektifitas (2013) = X 100 % Output Rp. 220.194.500,00 = X 100 % Rp. 200.904.000,00 = 109,60 % Outcome Rasio Efektifitas (2014) = X 100 % Output Rp. 226.798.500,00 = X 100 % Rp. 220.540.000,00 = 102,84 % Outcome Rasio Efektifitas (2015) = X 100 % Output Rp. 247.076.000,00 = X 100 % Rp. 238.262.000,00 = 103,70 % *Keterangan : Outcome = Realisasi Pendapatan Output = Anggaran Pendapatan Tabel 2. Ikhtisar Pengukuran Kinerja Keuangan Menggunakan Value for Money RATA RASIO 2013 2014 2015 RATA KET RASIO Ekonomi 108,06 % 109,05 % 134,19 % 117,1% Sangat Ekonomis Efisiensi 85,07% 89,63% 62,03% 78,91% Efisien Efektifitas 109,60% 102,84% 103,70% 105,38% Sangat Efektif 17

Pengukuran Kinerja Keuangan Ditinjau dari Segi Ekonomis Hasil analisis menggunakan rasio ekonomi pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Sidoarjo selama tiga tahun berturut-turut mengalami peningkatan karena biaya yang direalisasikan lebih sedikit dibandingkan dengan yang dianggarkan. Hal ini membuktikan bahwa Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Sidoarjo dapat meminimalisir sumber daya yang digunakan, dengan menghindari pengeluaran yang boros. Pengukuran Kinerja Keuangan Ditinjau dari Segi Efisiensi Hasil analisis menggunakan rasio efisiensi pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Sidoarjo selama tiga tahun mengalami fluktuasi. Penurunan ini disebabkan pencapaian keluaran selisihnya tidak jauh berbeda dibanding realisasi yang dianggarkan Efisiensi dapat dimaksimalkan dengan meningkatkan output dalam proporsi yang lebih besar daripada proporsi peningkatan input. Pengukuran Kinerja Keuangan Ditinjau dari Segi Efektifitas Hasil analisis menggunakan rasio efektifitas pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Sidoarjo selama tiga tahun mengalami fluktuasi. Hal ini disebabkan realisasi pendapatan lebih besar dibandingkan dengan anggaran pendapatannya tetapi selisihnya sedikit. Jadi, apabila output yang dicapai tidak jauh berbeda dengan sasaran yang dianggarkan, maka dapat dikatakan semakin efektif. SIMPULAN Kesimpulan yang dapat di ambil dalam penelitian ini adalah : 1. Kinerja keuangan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Sidoarjo berdasarkan metode Value for Money dengan menggunakan teknik perhitungan rasio ekonomi selama tiga tahun menunjukkan kriteria sangat ekonomis yaitu mengalami peningkatan. 2. Kinerja keuangan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Sidoarjo berdasarkan metode Value for Money dengan menggunakan teknik 18

perhitungan rasio efisiensi selama tiga tahun mengalami peningkatan efisiensi meskipun terjadi fluktuasi. 3. Kinerja keuangan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Sidoarjo berdasarkan metode Value for Money dengan menggunakan teknik perhitungan rasio efektifitas selama tiga tahun terjadi fluktuasi. SARAN Saran yang penulis sampaikan untuk Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Sidoarjo antara lain : 1. Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Sidoarjo harus dapat mempertahankan meningkatkan tingkat keekonomisannya dengan meminimalisir sumber daya yang digunakan dengan menghindari pengeluaran yang boros. 2. Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Sidoarjo harus dapat meningkatkan tingkat keefesiennya dengan meningkatkan output pada tingkat input yang sama, atau menurunkan input pada tingkat output yang sama yaitu dengan penggunaan sumber daya dan dana yang serendah-rendahnya untuk mencapai hasil kinerja. 3. Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Sidoarjo harus dapat mempertahankan dan meningkatkan tingkat keefektifitasannya dengan memaksimalkan program unit kebakaran yaitu pengisian APAR guna menambah pendapatan retribusi daerah. DAFTAR PUSTAKA Bastian, Dr. Indra M. B. A. 2011. Akuntansi Sektor Publik di Indonesia. BPFE- Yogyakarta. Halim, Abdul. Kusufi, Muhammad Syam. 2014. Teori, Konsep, dan Aplikasi Akuntansi Sektor Publik. Edisi ke-2. Jakarta: Salemba Empat. Mahsun, Mohammad., dkk. 2007. Akuntansi Sektor Publik. Edisi ke-2. BPFE- Yogyakarta 19

Muindro, Renyowijoyo. 2013. Akuntansi Sektor Publik Organisasi Non Laba. Jakarta: Mitra Wacana Media. Annisa, Dian, 2011, Evaluasi Kinerja Keuangan Dinas Kesehatan Kota Makassar Melalui Pendekatan Value For Money. Arfan, Demi Aulia, 2014, Analisis Value For Money Dalam Pengukuran Kinerja Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta Periode Tahun 2011 2012. http://bpbd.malangkab.go.id/konten-60.html Tanggal 18 Juli 2016 Pukul 10:07 WIB Kurrohman, T 2013, Evaluasi Penganggaran Berbasis Kinerja Melalui Kinerja Keuangan yang Berbasis Value for Money di Kabupaten/Kota di Jawa Timur, vol. 5, no. 1, pp. 1-11. Liando, Saerang, 2014, Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Kepulauan Sangihe Menggunakan Metode Value for Money Putra, Agus Purnomo Adi, 2015, Penilaian Kinerja Berbasis Value for Money atas Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Tabanan Wikipedia (http://id.wikipedia.org/wiki/kinerja). Wirawati, Putra, 2015, Penilaian Berbasis Value for Money atas Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Tabanan, 11.1: 252-268 20