Hasil Penelitian dan Kegiatan PTLR Tahun 2012 ISSN 0852-2979



dokumen-dokumen yang mirip
PENGEMBANGAN PENGENDALIAN PROTEKSI RADIASI DAERAH KERJA, PERSONIL DAN LINGKUNGAN DI PTLR

EVALUASI PENGENDALIAN KESELAMATAN RADIASI DAN NON RADIASI DALAM PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF TAHUN

EVALUASI PENGENDALIAN KESELAMATAN RADIASI DAN NON RADIASI DALAM PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF TAHUN

EVALUASI KESELAMATAN RADIASI PENGUNJUNG DI TEMPAT PENYIMPANAN SEMENTARA LIMBAH RADIOAKTIF

KAJIAN KESELAMATAN PADA PROSES PRODUKSI ELEMEN BAKAR NUKLIR UNTUK REAKTOR RISET

ANALISIS KESELAMATAN RADIASI PENYIMPANAN LIMBAH RADIOAKTIF DI INTERIM STORAGE-1 SELAMA PERIODE

PEMANTAUAN PAPARAN RADIASI DAN KONTAMINASI DI DALAM HOTCELL 101 INSTALASI RADIOMETALURGI

EVALUASI PENGUKURAN RADIOAKTIVITAS ALPHA DAN BETA DI PERMUKAAN LANTAI INSTALASI RADIOMETALURGI TAHUN 2009

EVALUASI KEGIATAN PROTEKSI RADIASI DALAM PROSES PEMINDAHAN BAHAN PASCA IRADIASI

KEGIATAN PEMINDAHAN BAHAN BAKAR NUKLIR BEKAS DAN MATERIAL TERIRRADIASI DI KH-IPSB3 TH

EVALUASI DOSIS RADIASI EKSTERNAL PEKERJA PUSAT RADIOISOTOP DAN RADIOFARMAKA ( PRR )

EVALUASI DOSIS RADIASI EKSTERNAL PEKERJA PUSAT RADIOISOTOP DAN RADIOFARMAKA ( PRR )

ASPEK KESELAMATAN OPERASI PENYIMPANAN SEMENTARA BAHAN BAKAR NUKLIR BEKAS

PEMANTAUAN TINGKAT KEBISINGAN DAERAH KERJA UNTUK MENUNJANG KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DI PTLR-BATAN

PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF BENTUK PADAT BERAKTIVITAS RENDAH DI INSTALASI RADIOMETALURGI TAHUN 2007

TINJAUAN DOSIS RADIASI EKSTERNAL TERHADAP PEKERJA DALAM PERBAIKAN DETEKTOR NEUTRON JKT03 CX 821 DI RSG-GAS

ANALISIS DOSIS RADIASI PEKERJA RADIASI IEBE BERDASARKAN KETENTUAN ICRP 60/1990 DAN PP NO.33/2007

EVALUASI PENGARUH POLA ALIR UDARA TERHADAP TINGKAT RADIOAKTIVITAS DI DAERAH KERJA IRM

EVALUASI DOSIS RADIASI INTERNAL PEKERJA RADIASI PT-BATAN TEKNOLOGI DENGAN METODE IN-VITRO

BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL 2012

OPTIMASI DAN REVISI KANAL HUBUNG - INSTALASI PENYIMPANAN SEMENTARA BAHAN BAKAR BEKAS

IMPLEMENTASI SK. BAPETEN NOMOR : 01/KA-BAPETEN/V 1999, TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN KERJA TERHADAP RADIASI DI INSTALASI NUKLIR.

EVALUASI KEGIATAN PROTEKSI RADIASI DI INSTALASI ELEMAN BAKAR EKSPERIMENTAL TAHUN 2011

PENGUKURAN RADIOAKTIVITAS ALPHA DAN BETA DI PERMUKAAN LANTAI INSTALASI RADIOMETALURGI TAHUN 2008.

PREDIKSI DOSIS PEMBATAS UNTUK PEKERJA RADIASI DI INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL

PEMANTAUAN LINGKUNGAN DI SEKITAR PUSAT PENELITIAN TENAGA NUKLIR SERPONG DALAM RADIUS 5 KM TAHUN 2005

PENGUKURAN RADIASI DAN PENGOLAHAN DATA DI INSTALASI NUKLIR

PENANGANAN LlMBAH RADIOAKTIF PADAT AKTIVITAS RENDAH PASCA PENGGANTIAN HEPA FILTER DI IRM

PEMANTAUAN RADIOAKTIVITAS UDARA BUANG INSTALASI RADIOMETALURGI TAHUN 2008

PARAMETER YANG DIPERTIMBANGKAN SEBAGAI KONDISI BATAS UNTUK OPERASI NORMAL

PEMILIHAN JALUR FILTER UDARA SEBELUM KELUAR CEROBONG MENGGUNAKAN INDIKATOR TINGKAT AKTIVITAS RADIONUKLIDA DI KH-IPSB3

LAMPIRAN III PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG BATASAN DAN KONDISI OPERASI INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR

PENGENDALIAN DAERAH RADIASI DAN KONTAMINASI IEBE DAN IRM TAHUN 2009

BAB V Ketentuan Proteksi Radiasi

PERANCANGAN SISTEM PEMANTAU RADIASI TERPUSAT KANAL HUBUNG- INSTALASI PENYIMPANAN BAHAN BAKAR BEKAS (KH-IPSB3)

PEMANTAUAN KERADIOAKTIFAN UDARA RUANGAN KERJA INSTALASI RADIOMETALURGI SAAT SUPPLY FAN DIMATIKAN

PEMINDAHAN BAHAN BAKAR NUKLIR BEKAS DARI KOLAM REAKTOR KE CASK TRANSNUCLEAR MATERIAL TESTING REACTOR

DEKONTAMINASI MIKROSKOP OPTIK HOTCELL 107 INSTALASI RADIOMETALURGI DENGAN CARA KERING

PEMANTAUAN RADIOAKTIVITAS LINGKUNGAN DI SEKITAR KAWASAN NUKLIR SERPONG TAHUN 2012

ANALISIS LEPASAN RADIOAKTIF DI RSG GAS

SISTEM MANAJEMEN DOSIS PADA PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF DENGAN KENDARAAN DARAT

PEMANTAUAN RADIOAKTIVITAS UDARA RUANG KERJA DI IRM TAHUN 2009

EVALUASI ASPEK KESELAMATAN KEGIATAN METALOGRAFI DI INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL

PENGUKURAN DOSIMETER PERORANGAN PEKERJA RADIASI PUSAT REAKTOR SERBA GUNA TAHUN Yanni Andriani, Elfida Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN

PENGUKURAN KONSENTRASI RADON DALAM TEMPAT PENYIMPANAN LIMBAH RADIOAKTIF. Untara, M. Cecep CH, Mahmudin, Sudiyati Pusat Teknologi Limbah Radioaktif

Widyanuklida, Vol. 15 No. 1, November 2015: ISSN

RADIASI DI INSTALASI SEMINAR PROSIDING. Suliyanto, dkk ABSTRAK telah. (IRM) tahun. radiasi yang. balok Pb dan II yaitu < 20.

LAMPIRAN FAKTOR-FAKTOR YANG HARUS DIPERTIMBANGKAN UNTUK MENETAPKAN KONDISI-KONDISI BATAS UNTUK OPERASI YANG AMAN

PEMANTAUAN PENERIMAAN DOSIS EKSTERNA DAN INTERNA DI INSTALASI RADIOMETALURGI TAHUN 2012

KAJIAN TERHADAP IMPLEMENTASI PROGRAM PROTEKSI RADIASI DI INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL

PENGENDALIAN PERSONEL DI PUSAT PENELITIAN TENAGA NUKLIR SERPONG TAHUN 2005

PEMANTAUAN RADIOAKTIVITAS ALPHA PADA BAK PENAMPUNG AIR PENDINGIN ACCUTOM PASCA PEMOTONGAN LOGAM U-Zr

EVALUASI PAPARAN RADIASI TERHADAP DOSIS EKSTERNA YANG DITERIMA PEKERJA RADIASI DI IEBE TAHUN 2008

PENINGKATAN SISTEM PROTEKSI RADIASI DAN KESELAMATAN KAWASAN NUKLIR SERPONG TAHUN 2009

PENGAWASAN PEMBUATAN DI PUSA T RADIOISOTOP DAN RADIOFARMAKA

PENGENDALIAN PAPARAN RADIASI NEUTRON DI KANAL HUBUNG PRSG PSTBM PADA SAAT REAKTOR RSG-GAS BEROPERASI

PENINGKATAN SISTEM PROTEKSI RADIASI KAWASAN NUKLIR SERPONG

Kata kunci: sumber radiasi, material, pascairadiasi

OPTIMALISASI PENDINGINAN BAHAN BAKAR NUKLIR BEKAS REAKTOR SERBAGUNA SIWABESSY DI KOLAM PENYIMPANAN SEMENTARA

PENGUKURAN DAN EVALUASI KESELAMATAN TERHADAP BAHAYA RADIASI EKSTERNA DI PTAPB-BATAN YOGYAKARTA

PEMANTAUAN RADIOAKTIVITAS UDARA BUANG IEBE TAHUN 2009

Waste Acceptance Criteria (Per 26 Feb 2016)

PENGANGKUTAN LIMBAH RADIOAKTIF PADAT DAN CAIR DARI PENIMBUL KE INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF. Arifin Pusat Teknologi Limbah Radioaktif -BATAN

PENGENDALIAN DAERAH KERJA PAPARAN RADIASI GAMMA DI RSG GAS

METODA DAN PENGOLAHAN DATA PENGUKURAN RADIOAKTIVITAS DI PERMUKAAN LANTAI INSTALASI NUKLIR

PEMANTAUAN KONTAMINASI DAN DEKONTAMINASI ALAT POTONG ACCUTOM DI LABORATORIUM KENDALI KUALITAS HR-22 IEBE PTBN

*39525 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 27 TAHUN 2002 (27/2002) TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

EVALUASI PELAKSANAAN PEMINDAHAN SPENT FUEL DARI INSTALASI RADIOMETALURGI KE KH-IPSB3 TAHUN 2010

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENGARUH PENGOPERASIAN REAKTOR TRIGA 2000 TERHADAP KONTAMINASI PERMUKAAN RUANG REAKTOR MENGGUNAKAN METODE SMEAR TEST

KAJIAN LAJU PAPARAN RADIASI PADA TITIK PENGUKURAN DI REAKTOR KARTINI SEBAGAI DASAR PENENTUAN KONDISI BATAS OPERASI (KBO)

PENGARUH IRADIASI BATU TOPAS TERHADAP KUALITAS AIR PENDINGIN PRIMER DAN KESELAMATAN RSG-GAS

Penentuan Dosis Gamma Pada Fasilitas Iradiasi Reaktor Kartini Setelah Shut Down

PENENTUAN WAKTU SAMPLING UDARA UNTUK MENGUKUR KONTAMINAN RADIOAKTIF BETA DI UDARA DALAM LABORATORIUM AKTIVITAS SEDANG

PENERAPAN PERTANGGUNGJAWABAN DAN PENGENDALIAN BAHAN NUKLIR PADA PEMINDAHAN SPENT FUEL DARI MBA RI-F KE MBA RI-G

ANALISA TINGKAT KONTAMINASI DOSIS NUKLIR DAN LAJU PAPARAN RADIASI PADA INSTALASI KEDOKTERAN NUKLIR

TRANSFER MATERIAL RADIOAKTIF DI HOTCELL 101 IRM VIA KH-IPSB3

OPERASIONAL SISTEM PEMANTAUAN RADIASI SECARA REALTIME DI DAERAH KERJA INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2 instalasi nuklir adalah instalasi radiometalurgi. Instalasi nuklir didesain, dibangun, dan dioperasikan sedemikian rupa sehingga pemanfaatan tenaga

PEMANTAUAN PAPARAN RADIASI LINGKUNGAN DI PUSAT PENGEMBANGAN GEOLOGI NUKLIR TAHUN 2011

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENENTUAN WAKTU TUNDA PADA KONDISIONING LIMBAH HASIL PENGUJIAN BAHAN BAKAR PASCA IRADIASI DARI INSTALASI RADIOMETALURGI

PRARANCANGAN SISTEM PEMANTAUAN DOSIS EKSTERNAL PERORANGAN PEKERJA RADIASI PLTN

A ALISIS LIMBAH RESI PE UKAR IO SISTEM PEMUR IA AIR PE DI GI PRIMER RSG-GAS*

PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF DAN B3 DI IRM. Sunardi

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF

PENGUKURAN LAJU DOSIS PAPARAN RADIASI EKSTERNAL DI AREA RADIOTERAPI RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG. Diterima: 6 Juni 2016 Layak Terbit: 25 Juli 2016

EVALUASI DOSIS EKIVALENT SELURUH TUBUH (DEST) PEKERJA RADIASI DI INSTALASI RADIOMETALURGI TAHUN 2010

PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF TINGKAT TINGGI DAN BAHAN BAKAR NUKLIR BEKAS DI PTNBR

PEMANTAUAN PAPARAN RADIASI DAERAH KERJA IEBE DAN IRM TAHUN 2009

PRARANCANGAN PEMANTAUAN RADIASI DAN KONTAMINASI UDARA DI RUANG KERJA KOMPAKSI DI IPLR

PEMANTAUAN TERPUSAT KONTINYU PAPARAN RADIASI UDARA AMBIEN KAWASAN NUKLIR SERPONG

PERTIMBANGAN DALAM PERANCANGAN PENYIMPANAN BAHAN BAKAR BEKAS SECARA KERING. Dewi Susilowati Pusat Teknologi Limbah Radioaktif

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 05-P/Ka-BAPETEN/I-03 TENTANG PEDOMAN RENCANA PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG NILAI BATAS RADIOAKTIVITAS LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

EVALUASI KINERJA SISTEM KESELAMATAN REAKTOR RSG-GAS SELAMA BEROPERASI 25 TAHUN

KAJIAN BESARNYA DOSIS YANG DITERIMA PEKERJA RADIASI PADA PROSES PRODUKSI RADIOISOTOP

Transkripsi:

EVALUASI KESELAMATAN RADIASI DI KANAL HUBUNG INSTALASI PENYIMPANAN SEMENTARA BAHAN BAKAR NUKLIR BEKAS (KH-IPSB3) PASCA PENGISIAN BAHAN BAKAR NUKLIR BEKAS REAKTOR SERBA GUNA GA. SIWABESSY ABSTRAK L.Kwin Pudjiastuti Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN EVALUASI KESELAMATAN RADIASI DI KANAL HUBUNG INSTALASI PENYIMPANAN SEMENTARA BAHAN BAKAR NUKLIR BEKAS (KH-IPSB3) PASCA PENGISIAN BAHAN BAKAR NUKLIR BEKAS REAKTOR SERBA GUNA G.A. SIWABESSY. Telah dilakukan evaluasi dan pemantauan terhadap potensi bahaya radiasi, sebelum, selama dan sesudah pengisian bahan bakar nuklir bekas dari Reaktor Serba Guna GA. Siwabessy ke dalam kolam penyimpanan sementara KH-IPSB3 sebanyak 246 buah. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk meyakinkan bahwa bahan bakar nuklir bekas serta pekerja dalam kondisi aman dan terpantau. Pemantauan dilakukan melalui beberapa cara antara lain, pengukuran laju dosis, pengukuran dosis kumulatif serta pengukuran tingkat kontaminasi permukaan dan kontaminasi udara yang ada disekitar kolam dan keluar cerobong. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa laju dosis dan dosis kumulatif daerah kerja sebelum, selama dan sesudah pemindahan bahan bakar nuklir bekas, tidak ada peningkatan signifikan, masih jauh dibawah batas yang diijinkan. Demikian juga dengan hasil evaluasi tingkat kontaminasi permukaan sebesar 0,01 Bq/cm 2 masih di bawah nilai batas kontaminasi rendah yaitu 3,7 Bq/cm 2 untuk pemancar beta/gamma. Tingkat kontaminasi udara sekitar kolam dan yang keluar melalui cerobong juga masih jauh dari batasan yaitu antara 0,53 Bq/m 3-0,78 Bq/m 3 dengan nilai batasan 70 Bq/m 3. Hasil pemantauan dosis radiasi pada pekerja tidak memberikan peningkatan sesuai dengan hasil pengukuran laju dosis dan dosis kumulatif. Kata Kunci : keselamatan radiasi, bahan bakar nuklir bekas, tingkat radiasi dan kontaminasi. ABSTRACT EVALUATION OF RADIATION SAFETY IN TRASFER CHANNEL- INSTALLATION STORAGE FOR SPENT FUEL (TC-ISFSF) POST- FILLING NUCLEAR SPENT FUEL MULTI PURPOSES REACTOR G.A. SIWABESSY. Monitoring and evaluation of the potential radiation hazards has been done, before, during and after filling spent nuclear fuel from the Multipurpose Reactor GA. Siwabessy into the storage pool of KH-IPSB3 as many as 246 units. This is done to ensure that spent nuclear fuel and workers as well as in a safe condition and monitored. Monitoring is done through several ways, among others, the measurement of dose rate, the cumulative dose and the measurement of surface and ambien air contamination levels around storage pool also out from stack. The results of evaluation indicate that the dose rate and cumulative dose of the working area before, during and after the removal of spent nuclear fuel, there was no significant improvement, is still well below the allowable limits. The Assessments of the surface contamination is 0.01 Bq/cm 2 was below the lower limit value of 3.7 Bq/cm 2 for the beta/gamma emitter. The level of air contamination around the pool and comes out through the stack is still too far from the boundaries between 0.53-0.78 Bq/m 3 with limit value is 70 Bq/m 3. The results of monitoring radiation doses to workers not increased as measured dose rate and cumulative dose. Key words: radiation safety, nuclear spent fuel, radiation and contamination levels. 655

PENDAHULUAN Sebagaimana biasa penggunaan bahan bakar akan menghasilkan panas, maka bahan bakar reaktor nuklir, selama operasi akan menghasilkan panas dan neutron. Panas dan neutron dari bahan bakan reaktor akan dikeluarkan apabila telah memenuhi tingkat pembakaran sesuai dengan disain reaktor tersebut. Bahan bakar yang digunakan di Reaktor Serba Guna G.A. Siwabessy (RSG-GAS), panas pembakaran dari bahan bakan nuklir (burn up) dirancang < 56 %, sehingga apabila bahan bakar nuklir telah mendekati nilai burn up 56 %, maka bahan bakar harus diganti. Bahan bakar nuklir yang telah mengalami proses, dikeluarkan dari teras reaktor dan didinginkan di dalam kolam penyimpan sementara yang terletak disebelah kolam teras reaktor. Bahan bakar nuklir bekas mengandung unsur-unsur radioaktif hasil fisi, elemen trans uranium dan hasil aktivasi, bahan bakar tersebut juga mengeluarkan panas dan radiasi yang ditimbulkan oleh peluruhan unsur-unsur radioaktif.[1] Kanal Hubung dan Instalasi Penyimpanan sementara Bahan Bakar Bekas (KH-IPSB3) merupakan instalasi yang dikelola oleh Pusat Teknologi Limbah Radioaktif (PTLR). Instalasi yang berbentuk kolam dengan ukuran 5 m x 14 m, mempunyai kapasitas penyimpanan elemen bakar atau elemen kendali sebanyak 1458 perangkat. Semua Bahan Bakar Nuklir Bekas (BBNB) yang disimpan di kolam IPSB3 ditempatkan dalam rak penyimpan stainless steel yang dapat dipindahkan. Rak-rak ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara bahan bakar nuklir bekas yang sudah tidak dipergunakan lagi di RSG-GAS serta bahan teriradiasi hasil penelitian di Instalasi Radiometalurgi (IRM) Pencegahan kritikalitas dilaksanakan dengan menyimpan BBNB di dalam rak yang terbuat dari stainless steel, ukuran 0,94 m 0,94 m dengan jarak pitch antar bahan bakar 140 mm. Konfigurasi ini akan menghasilkan harga K eff < 0,95 yang merupakan ukuran bahwa bahan bakar tidak akan mengalami kekritisan.. Kanal hubung selain berfungsi untuk memindahkan BBNB, dapat juga berfungsi sebagai media transportasi material teriradiasi dari RSG-GAS ke Instalasi Produksi Radioisotop (IPR) maupun instalasi Radiometalurgi (IRM). 656

Bahan bakar nuklir bekas yang disimpan di IPSB3 dapat berupa BBNB sebelum dilakukan reeksport maupun penyimpanan sementara tidak di reeksport. Dalam Laporan Analisis Keselamatan (LAK) KH-IPSB3, kolam IPSB3 hanya dipergunakan untuk menyimpan BBNB yang tidak cacat dan telah melalui pendinginan sedikitnya 100 hari. Bahan bakar nuklir bekas dipindahkan ke rak kolam IPSB3 tidak secara berkelompok tetapi satu persatu perangkat dan disimpan didalam rak di bawah permukaan air bebas mineral sedalam 2,5 meter dari bagian puncak bahan bakar. Sistem pemurnian air disediakan untuk mempertahankan kualitas air sesuai dengan syarat keselamatan yang telah ditetapkan. Air kolam dijaga pada temperatur sekitar 35 o C dengan cara mensirkulasikan air kolam melalui unit penukar panas (primer dan sekunder). Sistem ventilasi dipasang untuk memperkuat kungkungan kemungkinan lepasnya material radioaktif berupa gas ke lingkungan.[1] Bahan bakar nuklir bekas yang disimpan di rak penyimpanan kolam IPSB3 saat ini adalah bahan bakar nuklir bekas dari RSG-GAS dan bahan teriradiasi dari penelitian di IRM. Pada akhir tahun 2011 telah dilakukan pemindahan bahan bakar nuklir bekas dari kolam penyimpanan sementara RSG-GAS ke IPSB3 sebanyak 246 buah yang terdiri dari elemen bakar dan elemen kendali. Tujuan utama dari pengelolaan BBNB adalah keamanan dalam penyimpanan, dengan memperhatikan faktor ekonomis dan memenuhi ketentuan keselamatan terhadap manusia dan lingkungan di dalam kolam. Penyimpanan di IPSB3 merupakan daur tebuka yaitu tidak dilakukan proses ulang BBNB dan diperkirakan selama 40 tahun sampai tersedia tempat penyimpanan lestari di formasi geologi pada kedalaman 500-1000 m di bawah permukaan tanah.[2] Proses pemindahan BBNB dari RSG ke IPSB3 melalui kanal hubung satu persatu dipindahkan dan dimasukkan kedalam rak yang telah disediakan di kolam IPSB3 sesuai dengan posisi yang telah ditetapkan. Proses pemindahan BBNB melalui kanal hubung dan rak penyimpanan ditampilkan dalam Gambar 1 dan Gambar 2 sebagai berikut. 657

Gambar 1. Pemindahan BBNB melalui kanal Gambar 2. Rak penyimpanan BBNB di kolam Sebagai pengawasan proteksi radiasi, maka perlu diperhatikan prinsip dasar untuk menghindari paparan radiasi yang tidak diinginkan pada pekerja dan penyebaran kontaminasi dalam penanganan bahan bakar nuklir bekas. Pengawasan dilakukan secara berkala dan terus menerus sehingga kondisi lingkungan sekitar kolam penyimpanan bahan bakar nuklir bekas terpantau aman. Bahan bakar nuklir bekas berpotensi pada penerimaan dosis radiasi eksterna sehingga peraturan bekerja di daerah pengawasan harus ditegaskan agar pekerja mematuhi persyaratan bekerja pada daerah pengawasan yang meliputi penggunaan dosimeter perseorangan, pakaian kerja, shoe-cover, masker dan harus memperoleh izin dari pengawas proteksi radiasi. Selain potensi paparan radiasi, maka kondisi air kolam juga harus dijaga tetap memenuhi persyaratan dengan memperhatikan konduktivitas, suhu dan ph. Dalam makalah ini akan diuraikan tentang pengawasan keselamatan radiasi sebelum kolam berisi bahan bakar nuklir bekas, pada saat pengisian bahan bakar nuklir bekas dan setelah selesai pengisian bahan bakar nuklir bekas, untuk mengetahui terjadinya peningkatan parameter proteksi radiasi signifikan atau tidak. Parameter proteksi radiasi yang dipantau meliputi, laju dosis, dosis kumulatif, tingkat kontaminasi permukaan dan tingkat kontaminasi udara daerah kerja. Pemantauan juga dilakukan terhadap penerimaan dosis pekerja. 3] 658

TATA KERJA Bahan dan alat : Pemantauan terhadap keselamatan pekerja pada saat pemindahan bahan bakar nuklir bekas dari RSG-GAS diperlukan peralatan diantaranya adalah Surveymeter, TLD, Dosimeter pena, Alat Pemadam Api Ringan (APAR), tempat limbah, Alat Pelindung Diri (pakaian kerja, masker, sarung tangan shoecover) dan pakaian timbal APRON jika diperlukan. Bahan yang diperlukan adalah kertas filter, bahan dekontaminasi. Metode : 1. Pemantauan. 4] Pemantauan dilakukan terhadap paparan radiasi daerah kerja, tingkat kontaminasi permukaan (lantai) di daerah kerja dan kontaminasi udara sekitar kolam. Pemantauan laju dosis, dilakukan pada daerah kerja Zona III meliputi kanal, kolam, ruang purifikasi, Zona II Ruang Kendali Utama dan Ruang ganti dan Zona I di Lobby. Pemantauan dilakukan sebelum, saat bahan bakar nuklir bekas di pindahkan dan setelahnya selesai pemindahan bahan bakar nuklir bekas sejumlah 246 buah secara terus menerus. Pemantauan laju dosis menggunakan radiameter FAG40F2 yang terkalibrasi dengan faktor kalibrasi 1,02. Pemantauan laju dosis dilakukan setiap dua minggu sekali. Pemantauan dosis kumulatif diukur tiga bulan sekali sesuai dengan periode pemakaiannya dengan memasang Dosimeter Thermoluminisence (TLD) pada ruangan yang dipantau. Pemantauan tingkat kontaminasi permukaan diukur setiap bulan sekali, dengan melakukan uji usap (smear test) menggunakan filter, kemudian dicacah menggunakan alat α/β Sample counter. Pemantauan tingkat kontamiansi udara disekitar kolam dilakukan dengan alat Countinous Air Monitor. Alat ini baru terpasang bulan Februari, sehingga data hanya diproleh setelah selesai pengisian BBNB di kolam IPSB3. Pemantauan udara buang melalui cerobong dilakukan dengan 659

mengambil/mencuplin sampel udara yang keluar cerobong dengan filter dan dilakukan pencacahan menggunakan alat α/β Sample counter. 2. Evaluasi Hasil pemantauan dilakukan analisis untuk memperoleh laju dosis radiasi, dosis kumulatif dan tingkat kontaminasi daerah kerja sebagai bahan evaluasi dan dibandingkan dengan batasan yang diijinkan. 6] HASIL DAN PEMBAHASAN Pengawasan terhadap tingkat radiasi di daerah kerja dilakukan melalui pemantauan laju dosis selama proses loading bahan bakar nuklir bekas dan pengukuran tingkat kontaminasi permukaan maupun udara daerah kerja. Hasil pemantauan ditunjukkan dalam Gambar 3 sebagai berikut. Gambar 3. Pengukuran laju dosis daerah kerja sebelum pengisian, saat pengisian dan setelah pengisian Bahan Bakar Nuklir Bekas di IPSB3. Gambar pemantauan laju dosis diatas terlihat pemantauan sebelum kolam berisi BBNB, zona I laju dosis rata-rata sebesar 0,19 µsv/jam sedangkan pada zona II dan III rata-rata sebesar 0,25 µsv/jam. Zona I merupakan daerah pengawasan meliputi ruang lobby dengan batasan sebesar 1,00 µsv/jam. Pada saat kegiatan pemindahan BBNB dan setelah kegiatan selesai hasil pengukuran laju dosis tidak meningkat signifikan, bahkan cenderung menurun meskipun tidak banyak. Berdasarkan hasil pengkajian bahwa laju dosisi sampai dengan 0,30 merupakan dosis latar, maka dari hasil pemantauan sebelum kegiatan pengisian 660

BBNB laju dosis dapat dikatakan sebagai background. Gambar 1 diatas, pemantauan radiasi selama kegiatan pengisian BBNB dan setelah selesai pengisian, tidak ada kenaikan/ peningkatan laju dosis yang signifikan, hasil pengukuran masih dibawah batasan laju dosis. Air kolam sangat cukup untuk menahan radiasi yang ditimbulkan oleh adanya peluruhan radionuklida yang masih ada di dalam BBNB tersebut sehingga paparan masih dalam batas aman. Data pengukuran laju dosis juga di dikuatkan dengan data pengukuran dosis kumulatif di daerah kerja dengan menggunakan Thermoluminisence Dosimeter yang dapat dipergunakan sebagai pembanding. Data hasil pengukuran dosis kumulatif pada berbagai zona pada saat kolam belum diisi BBNB, saat proses pemindahan/ pengisian dan saat setelah pengisian BBNB ditampilkan dalam Gambar 4 sebagai berikut. Gambar 4. Dosis kumulatif pada berbagai zona menggunakan TLD Dosis kumulatif pada Zona I dan Zona II sebelum pemindahan BBNB tidak dilakukan pengukuran, sedangkan pada saat pemindahan dan setelahnya dilakukan pemantauan selama 3 bulan terus menerus baru dilakukan evaluasi, sedangkan pada zona III dilakukan pengukuran baik sebelum, saat pemindahan dan setelahnya. Pada zona II tertinggi sebesar 0,35 msv selama 3 bulan. Dosis kumulatif tertinggi pada zona III dan yang paling berkontribusi adalah daerah purifikasi, sebesar 1,43 msv, sedangkan pada kolam dan kanal masing-masing hanya sekitar 0,23 dan 0,24 msv, besaran batasan dosis atau Nilai Batas Dosis (NBD) per tahun adalah 20 msv, jadi perkiraan penerimaan dosis bagi pekerja relatif kecil sekali. Dosis kumulatif tertinggi pada zona III terpantau di ruang 661

purifikasi, karena pada ruang tersebut terdapat instalasi pemurnian air menggunakan resin bed dan fasilitas penampungan resin bekas purifikasi yang mengikat radionuklida di air. Untuk membandingkan kecenderungan antara dosis kumulatif dan laju dosis pada zona I, II dan III ditampilkan pada Gambar 5 di bawah. Pengukuran laju dosis menggunakan radiameter dengan satuan µsv/jam dan pengukuran dosis kumulatif menggunakan TLD dengan satuan msv/tahun yang memiliki kecenderungan yang simetris. Gambar 5. Perbandingan dosis kumulatif dan laju dosis Hasil evaluasi tingkat kontaminasi permukaan daerah kerja yang dilakukan dengan uji usap menggunakan filter, selanjutnya pencacahan menggunakan alat alpha/beta sampel counter, diperoleh data tingkat kontaminasinya seperti ditunjukkan dalam Gambar 6 dibawah. 662

Gambar 6. Tingkat kontaminasi permukaan gross β/γ KH-IPSB3 Dalam uji usap tidak ditemukan adanya kontaminasi gross α, sedangkan untuk kontaminasi dibandingkan dengan batasan. gross β/γ, terdeteksi meskipum relatif sangat kecil Tingkat kontaminasi gross β/γ pada permukaan di zona I dan zona II, dari grafik diatas tidak mengalami peningkatan pada saat dilakukan pemindahan BBNB dan stabil saat setelah pengisian BBNB yaitu sekitar 0,01 Bq/cm 2. Jika dilihat pada zona III, maka tingkat kontaminasi permukaan sekilas meningkat empat kali dibandingkan dengan sebelum pengisian, tapi apabila dilihat dari besaran tingkat kontaminasi, maka masih jauh dibawah batasan yang diijinkan sebesar 3,7 Bq/cm 2[5]. Perbedaan antara sebelum, saat pemindahan dan sesudahnya, juga dapat disebabkan adanya kontaminan debu radon yang terdapat di ruangan karena udara sekelilingnya. Tingkat kontaminasi gross β/γ pada permukaan di zona III, mengalami peningkatan meskipun masih dibawah nilai batas, karena zona III merupakan daerah kegiatan pemindahan bahan bakar nuklir bekas dengan fasilitas pendukungnya meliputi kolam, kanal dan purifikasi. Ruang purifikasi ini yang memberikan kontribusi hasil pengukuran paling besar seperti pengukuran yang lainnya. Namun tingkat aktivitas ini diusahakan tidak akan meningkat, dengan melakukan dekontaminasi daerah kerja, sehingga tidak melebihi nilai batas yang diijinkan. Pemantauan tingkat kontaminasi udara diukur dengan menggunakan alat I- CAM yang dipasang di sekitar kolam IPSB3. Selain itu udara yang keluar cerobong juga dipantau dengan mengambil cuplikan dan dianalisis hasil pengukuran tingkat kontaminasi udara di KH-IPSB3 seperti ditunjukkan dalam Tabel 1 sebagai berikut. No Tabel 1. Pengukuran kontaminasi udara di sekitar kolam dan di stack Lokasi Tingkat kontaminasi Udara Gross (Bq/m 3 ) Februari Maret April Mei α β α β α β α β 1 Kolam 0.01 0.72 0.01 0.76 0.01 0.78 0.02 0.53 2 Stack 0.11 0.23 0.01 0.09 ttd 0.00 ttd 0.09 663

Tabel diatas adalah hasil pengukuran tingkat kontaminasi udara setelah kegiatan pengisian bahan bakar nuklir bekas selesai. Pengukuran kontaminasi udara di sekitar kolam menggunakan alat Countinues Air Monitor sehingga langsung dapat diperoleh data tingkat kontaminasi. Hasil pengukuran untuk gross α terdeteksi antara 0,01 Bq/m 3-0,02 Bq/m 3, dan antara 0,53 Bq/m 3-0,78 Bq/m 3 untuk gross β/γ. Besaran ini kemungkinan tidak berasal dari kontaminasi bahan uranium yang masih ada, tetapi lebih cenderung karena adanya gas radon yang memang ada di udara ambien. Besaran ini masih sangat kecil jika dibandingkan dengan batasan kontaminasi udara sebesar 70 Bq/m 3. Hasil pengukuran tingkat kontaminasi udara yang keluar melalui cerobong (stak) relatif sangat kecil bahkan tidak terdeteksi adanya kontaminan yang keluar cerobong. Hasil pengukuran tertinggi pada bulan Februari sebesar 0,11 Bq/m 3 untuk gross α dan 0,23 Bq/m 3 untuk gross β/γ. Besaran ini juga masih sangat kecil jika dibandingkan dengan batasan kontaminasi udara. Sedangkan pada pengukuran periode selanjutnya dapat dikatakan tidak terdeteksi adanya keluaran radionuklida melalui cerobong. Penerimaan dosis radiasi pekerja dilakukan setiap tiga bulan dan dievaluasi, hasil pemantauan dosis radiasi sebelum, selama dan setelah pengisian BBNB ditampilkan pada Tabel 2 sebagai berikut. Tabel 2. Penerimaan dosis radiasi pekerja di KH-IPSB3 Dosis efektif yang diterima pekerja (msv)* No Dosis Tahun 2011 Tahun 2012 TW III TW IV TW I TW II 1 Jumlah TLD 31 31 31 31 2 Minimum Ttd Ttd Ttd Ttd 3 Maksimum 0,13 0,11 1,92 0,21 4 Rata-rata 0,01 0,03 0,11 0,01 *NBD/ = 20 msv/tahun 7] Untuk melengkapi hasil pemantauan daerah kerja dengan komponen laju dosis, kontaminasi permukaan, kontaminasi udara di sekitar kolam dan yang keluar melalui stack tersebut diatas, maka penerimaan dosis radiasi oleh pekerja yang bertugas di KH-IPSB3 dapat dijadikan hasil evaluasi keselamatan. Dosis 664

maksimum tertinggi pada triwulan I tahun 2012, namun besarnya dosis tersebut tidak berasal dari kegiatan di KH-IPSB3 saja karena pekerja di KH-IPSB3 juga melakukan kegiatan pengolahan, pengangkutan dan penyimpanan limbah radioaktif selain BBNB. Rata-rata penerimaan dosis radiasi tidak ada peningkatan yang signifikan, hal ini sesuai dengan hasil pengukuran tingkat radiasi dan dosis kumulatif pada sebelum, saat pengisian dan setelah pengisian BBNB ysng relatif tidak ada peningkatan. KESIMPULAN Dari pemantauan keselamatan sebelum pengisian bahan bakar nuklir bekas, pada saat proses loading, dan setelah terisi 246 buah bahan bakar nuklir bekas, dapat disimpulkan bahwa hasil evaluasi terhadap keselamatan di KH-IPSB3 tidak memberikan penerimaan dosis baik dosis eksterna yang berasal dari paparan radiasi maupun dosis interna yang berasal dari tingkat kontaminasi di daerah kerja. Dari hasil evaluasi keselamatan penerimaan dosis kepada pekerja tidak melebihi batasan keselamatan yang ditentukan, karena masih jauh dibawah batasan daerah kerja dan Nilai Batas Dosis yang ditetapkan. Namun demikian tetap harus dijaga agar tidak melebihi batasan yang diijinkan agar keselamatan pekerja dan masyarakat serta lingkungan sekitar terjamin. DAFTAR PUSTAKA [1]. ANONIM, LAPORAN ANALISIS KESELAMATAN KH-IPSB3, Pusat Teknologi Limbah Radioaktif, revisi 6, 2009 [2]. HERLAN M, Karakteristik Penyimpanan Bahan Bakar Nuklir Bekas dan Gelas Limbah Jurnal Teknologi Pengelolaan Limbah Volume 10 No 1 Oktober 2007, PTLR. ISSN 1410-9565. [3]. INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY SEFETY STANDARDS SERIES ; Occupational Radiation Protection, Safety Guide No. RS-G-1.1, ViENNA 1999. [4]. ANONIM, Prosedur Pemantauan Radiasi daerah kerja KH-IPSB3 [5]. ANONIM Peraturan Pemerintah No. 33 Tahun 2007 tentang 665

Keselamatan Radiasi Pengion dan keamanan sumber radioaktif. [6]. ANONIM Keputusan Kepala BAPETEN No. 01/Ka-BAPETEN/V-99 tentang Ketentuan Keselamatan Kerja Terhadap Radiasi. [7]. INTERNATIONAL COMMISION ON RADIOLOGICAL PROTECTION, 1990 Recomendations of the international Commission on Radiological Protection, Publication No.60 Pergamon Press, Oxford and New York (1991) 666