BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendapatan suatu Negara berasal dari berbagai sektor, salah satunya berasal dari sektor pajak. Lebih dari 70 % pengeluaran Negara dibiayai oleh pajak (www.pajak.go.id, 2012). Definisi pajak menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 tahun 2007 pasal 1 ayat 1 adalah kontribusi wajib pajak kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar besarnya kemakmuran rakyat (Damayanti, 2015). Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan yang di berlakukan oleh hampir seluruh Negara di dunia. Di berbagai Negara pendapatan pajak sangat penting digunakan untuk kesejahteraan masyarakat. Di Indonesia besar penerimaan dari sektor pajak pada realisasi penerimaan Negara terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Berdasarkan informasi Badan Pusat Statistik (BPS), realisasi penerimaan pajak Indonesia pada tahun 2012 mencapai Rp. 980,518 triliun dan terus mengalami peningkatan hingga tahun 2016 yang mencapai Rp. 1.539,166 triliun atau meningkat sebesar 56,97% dalam lima tahun terakhir (Waluyo, 2015). Pajak merupakan sumber penerimaan paling besar di banding sektor penerimaan lain. Sumber penerimaan pajak berasal dari wajib pajak orang pribadi dan wajib pajak badan. Di Indonesia telah banyak perusahaan yang 1
2 tergolong sebagai wajib pajak badan dari berbagai sektor industri, salah satunya adalah perusahaan manufaktur. Perusahaan sebagai wajib pajak badan mempunyai kewajiban untuk membayar pajak yang besarnya di hitung dari laba bersih yang di peroleh perusahaan. Semakin besar pajak yang dibayarkan oleh perusahaan, maka pendapatan Negara semakin tinggi. Tetapi bagi perusahaan pajak dianggap sebagai beban yang dapat mengurangi laba bersih perusahaan. Perbedaan kepentingan ini yang menyebabkan banyak perusahaan mencari cara untuk meminimalkan pembayaran pajak baik secara legal (tax avoindance) maupun ilegal (tax evasion) yang merupakan bagian dari perencanaan pajak (tax planning) (Waluyo, 2015). Tax avoindance merupakan suatu usaha untuk menghindari pajak secara legal yang tidak melanggar peraturan perpajakan. Disini perusahaan memanfaatkan kelemahan kelemahan (loophole) ketentuan perpajakan suatu negara sehingga ahli pajak menyatakan legal karena tidak melanggar peraturan perpajakan. Fenomena penghindaran pajak di Indonesia dapat dilihat dari rasio pajak (tax ratio) negara Indonesia. Rasio pajak menunjukan kemampuan pemerintah dalam mengumpulkan pendapatan dari masyarakat dalam bentuk pajak. Semakin tinggi rasio pajak suatu Negara, maka semakin baik kinerja pemungutan pajak di Negara tersebut (Darmawan dan Sukartha, 2014). Fenomena penghindaran pajak di Indonesia terjadi pada kasus PT RNI yang begerak di bidang jasa kesehatan terafiliasi perusahaan di Singapura. PT RNI secara badan usaha sudah terdaftar sebagai perseroan terbatas. Tetapi, dari segi permodalan, perusahaan tersebut menggantungkan hidup dari utang afiliasi, yang berarti pemilik
3 di Singapura memberikan pinjaman kepada RNI di Indonesia. Lantaran modalnya dimasukkan sebagai utang dan menjadi beban perusahaan secara otomatis mengurangi pajak yang harus di bayar oleh perusahaan. Perusahaan ini praktis bisa terhindar dari kewajiban. Dalam laporan keuangan PT RNI 2014, tercatat utang sebesar Rp 20,4 miliar. Sementara, omzet perusahaan hanya Rp 2,178 miliar. Belum lagi ada kerugian ditahan pada laporan tahun yang sama senilai Rp 26,12 miliar. Kondisi tersebut membuat PT RNI, kini tengah menjalani proses pemeriksaan oleh Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Jakarta Khusus. Menurut Menteri Keuangan Bambang PS Brodjonegoro memastikan perusahaan-perusahaan yang nakal dan tidak tertib kewajiban pajak, seperti PT RNI ini, akan dikenakan sanksi hukum. 2016 ini adalah tahun penegakan hukum, artinya kita tidak akan segansegan melakukan law enforcement terhadap wajib pajak yang dianggap belum patuh atau melakukan kesalahan, (www.kompas.com). Penghindaran pajak jika didefinisikan lebih luas selain untuk meningkatkan laba juga diharapkan mampu meningkatkan nilai perusahaan. Informasi laba bersih yang tinggi akibat dari aktivitas penghindaran pajak diharapkan mampu menjadi sinyal positif bagi investor sehingga berdampak positif pada nilai perusahaan yang tercermin dari kenaikan nilai sahamnya dipasar modal. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi penghindaran pajak (tax avoidance) antara lain, Corporate Social Responsibility (CSR), profitabilitas, leverage, komisaris independen dan ukuran perusahaan.
4 Selain melakukan kewajiban berkaitan pembayaran pajak untuk pembangunan dan kesejahteraan umum, perusahaan sendiri mempunyai tanggung jawab atas lingkungan sosialnya. Tanggung jawab sosial dan lingkungannya yang di maksud adalah komitmen perusahaan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat. Baik bagi perusahaan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya. Tanggung jawab sosial perusahaan disebut dengan Corporate Social Responsibility (CSR). Tujuan utama perusahaan adalah untuk memperoleh laba yang tinggi tanpa menghilangkan tanggung jawab sosial dan lingkungan, sehingga semakin besar laba yang diperoleh perusahaan maka, semakin besar pula penghasilan kena pajaknya. Sehingga besar kemungkinan perusahaan untuk melakukan penghindaran pajak. Profitabilitas merupakan gambaran kinerja keuangan perusahaan dalam menghasilkan laba. Profitabilitas terdiri dari beberapa rasio, salah satunya adalah return on asset (ROA). ROA memiliki keterkaitan dengan laba bersih perusahaan dan pengenaan pajak penghasilan untuk perusahaan (Kurniasih dan Sari, 2013). Menurut Surbakti (2012), profitabilitas perusahaan dengan penghindaran pajak akan memiliki hubungan yang positif dan apabila perusahaan ingin melakukan penghindaran pajak maka harus efisien dari segi beban sehingga tidak perlu membayar pajak dalam jumlah besar. Leverage merupakan rasio yang menunjukan besarnya komposisi utang suatu perusahaan ( Pradita, 2015 ). Leverage menggambarkan hubungan antara total assets dengan penggunaan utang untuk meningkatkan laba dan menunjukan penggunaan
5 utang untuk membiayai ivestasi (Kurniasih dan Sari, 2013). Pada umunya perusahaan menggunakan utang kepada pihak ketiga dalam menjalankan aktivitas perusahaan. Penambahan sejumlah utang suatu perusahaan akan menimbulkan beban bunga yang akan menjadi pengurang beban pajak perusahaan. Komisaris independen merupakan anggota komisaris yang berasal dari luar perusahaan tidak mempunyai saham baik langsung maupun tidak langsung pada perusahaan tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan perusahaan, komisaris, direksi, atau pemegang saham utama perusahan; dan tidak memiliki hubungan usaha baik langsung maupun tidak langsung yang berkaitan dengan kegiatan usaha perusahaan (BAPEPAM, 2004). Komisaris independen merepresentasikan kepentingan pemegang saham minoritas, atau pemegang saham publik. Pemegang saham publik cenderung mentaati peraturan perpajakan, karena mengharapkan perusahaan berperan serta dalam pembangunan bagi masyarakat. Dengan adanya tanggungjawab terhadap kepentingan pemegang saham publik, maka komisaris independen akan memperjuangkan ketaatan pajak perusahaan, sehingga mencegah praktik penghindaran pajak (Ngadiman, 2014). Ukuran perusahaan menunjukan kestabilan dan kemampuan perusahaan untuk melakukan aktivitas ekonominya. Menurut Suwito dan Herawati dalam Kuniarsih dan Sari (2013) ukuran perusahaan adalah suatu skala yang dapat mengklasifikasikan perusahaan untuk menjadi large firm, medium firm, dan small firm. Ada beberapa cara yang digunakan untuk mengklasifikannya antara lain, total asset, penjualan bersih dan kapitalisasi pasar. Semakin besar aset yang dimilki perusahaan maka semakin besar ukuran perusahaan. Besar kecilnya aset juga mempengaruhi jumlah
6 produktifitas perusahaan, sehingga laba yang dihasilkan perusahaan juga akan terpengaruh. Laba yang dihasilkan oleh perusahaan yang memilki aset yang besar akan mempengaruhi tingkat pembayaran pajak perusahaan dan cenderung melakukan penghindaran pajak. Penelitian lain yang terkait dengan Corporate Social Responsibility (CSR), profitabilitas, leverage, komisaris independen dan ukuran perusahaan terhadap penghindaran pajak (tax avoindance) sudah pernah diteliti oleh peneliti sebelumnya, dengan hasil penelitian yang berbeda beda antara peneliti yang satu dengan yang lainya. Penelitian tentang hubungan antara CSR dengan penghindaran pajak dengan hasil yang berbeda-beda. Diantaranya Pradipta (2015) berpendapat bahwa variabel CSR berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penghindaran pajak atau semakin tinggi tingkat tanggung jawab sosial perusahaan maka semakin rendah tingkat penghindaran pajak nya. Sementara penelitian Wahyudi (2015) dengan hasil bahwa CSR tidak berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak. Dalam Penelitian Maharani (2014), Prakoso (2014) dan Pradipta (2015) dengan hasil ROA yang merupakan proksi dari profitabilitas berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak. Kurniasih dan Sari (2013), Waluyo (2015), dan Darmawan dan Sukartha ( 2014 ) dengan hasil penelitian profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap penghindaran pajak. Sedangkan penelitian Jessica (2014) menyatakan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak.
7 Hasil penelitian Waluyo (2015) dan Jessica (2014) menyatakan bahwa Leverage berpengaruh positif dan signifikan terhadap penghindaran pajak, tetapi menurut Swingly (2015) dan Dharma (2016) leverage berpengaruh terhadap penghindaran pajak, namun bertentangan dengan hasil penelitian Pradipta (2015) dan Prakosa (2015) yang menyatakan bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Hasil penelitian Prakosa (2014) menyatakan bahwa komisaris independen berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penghindaran pajak, hal ini berarti jika komisaris independen mengalami peningkatan maka penghindaran pajak akan mengalami penurunan. Hasil penelitian tersebut bertentangan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Pradipta (2015) dan Wahyudi (2015) yang menyatakan bahwa komisaris independen tidak berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak Darmawan dan Sukartha (2013), dan Waluyo (2015) di dalam penelitianya menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap penghindaran pajak, Kurniasih dan Sari (2013) bependapat bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak, sedangkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Saifudin dan Yuananda (2016) berpendapat bahwa variabel ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap praktik penghindaran pajak. Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian Pradipta (2015) tentang penghindaran pajak dengan sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di
8 Bursa Efek Indonesia periode 2011-2013. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Pradipta (2015) menggunakan empat variabel independen antara lain, CSR, Profitabilitas, Leverage, Komisaris Independen, dengan variabel dependenya Penghindaran Pajak. Sedangkan, Peneliti mengembangkan penelitian dengan menambah variabel ukuran perusahaan, sesuai dengan penelitian yang sudah dilakukan oleh Waluyo (2015) dengan hasil yang signifikan. 2. Sampel yang digunakan dalam penelitian Pradipta (2015) adalah Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Busra Efek Indonesia periode 2011-2013. Sedangkan, sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2016. 3. Pengungkapan CSR dalam Penelitian Pradipta (2015) menggunakan Global Reporting Initiative (GRI) 3 dengan total pengungkapan 79 item. Sedangkan, dalam penelitian ini item pengungkapan CSR disesuaikan oleh Global Reporting Initiative (GRI) 4 yang merupakan alat pengukuran terbaru dengan total pengungkapan 91 item. 4. Proksi yang digunakan Pradipta (2015) untuk mengukur nilai Penghindaran Pajak adalah Effective Tax Rate (ETR) dengan analisis uji regresi linear berganda. Sedangkan, dalam penelitian ini analisis yang digunakan adalah regresi logistik dengan proksi penghindaran pajak tetap ETR. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bahwa corporate social responsibility, profitabilitas, leverage, komisaris independen, dan ukuran perusahaan mempengaruhi penghindaran pajak perusahaan manufaktur di BEI periode 2012-
9 2016. Berdasarkan kondisi diatas peneliti ingin mencoba meneliti dengan judul penelitian PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY, PROFITABILITAS, LEVERAGE, KOMISARIS INDEPENDEN DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP PENGHINDARAN PAJAK ( Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012 2016 ) 1.2 Rumusan Masalah Masalah perpajakan merupakan fenomena yang selalu berkembang dalam kehidupan masyarakat. Arti pajak sendiri dideskripsikan berbeda antara negara dan perusahaan. Bagi Negara pajak merupakan sumber pendapatan, sedangkan bagi perusahaan pajak merupakan beban yang mengurangi laba bersih. Sehingga menimbulkan niat perusahaan untuk meminimalkan beban pajak. berdasarkan uraian latar belakang di atas maka perumusan masalah yang diambil sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap penghindaran pajak pada perusahaan manufaktur? 2. Bagaimana pengaruh Profitabilitas terhadap penghindaran pajak pada perusahaan manufaktur? 3. Bagaimana pengaruh Leverage terhadap penghindaran pajak pada perusahaan manufaktur? 4. Bagaimana pengaruh Komisaris Independen terhadap penghindaran pajak pada perusahaan manufaktur? 5. Bagaimana pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap penghindaran pajak pada perusahaan manufaktur?
10 1.3 Tujuan dan Kegunaan penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk menganalisis secara empiris pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap penghindaran pajak pada perusahaan manufaktur. 2. Untuk menganalisis secara empiris Profitabilitas terhadap penghindaran pajak pada perusahaan manufaktur. 3. Untuk menganalisis secara empiris pengaruh Leverage terhadap penghindaran pajak pada perusahaan manufaktur. 4. Untuk menganalisis secara empiris Komisaris Independen terhadap penghindaran pajak pada perusahaan manufaktur. 5. Untuk menganalisis secara empiris Ukuran Perusahaan terhadap penghindaran pajak pada perusahaan manufaktur. 1.3.2 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat meberi manfaat, antara lain : 1. Bagi perusahaan dan manajemen Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan yang dapat dijadikan tolak ukur pemikiran dalam menyusun laporan perpajakan perusahaan, dan dapat memberikan informasi berkenaan dengan gambaran mengenai sikap perusahaan di Indonesia mengenai kewajiban dan kepatuhan membayar pajak.
11 2. Bagi investor Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan investasi pada perusahaan yang akan ditanamkan dananya dengan melihat laporan pajak dan mekanisme tata kelola perusahaannya. 3. Bagi Pembaca Penelitian ini dapat menjadi sebuah tambahan literatur yang memberikan bukti empiris terkait dengan CSR, Profitabilitas, Leverage, Komisaris Independen, dan Ukuran Perusahaan dengan penghindaran pajak yang bisa menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya. 1.4 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisis tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisii mengenai landasan teori yang digunakan sebagia dasar acuan penelitian yang berasal dari bebrbagiai literatur. BAB III METODE PENELITIAN Bab ini berisi objek penelitian, metode pengumpulan data, sumber data, dan metode analisis yang digunakan dalam penelitan ini
12 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi hasil penelitian dan pembahasan dari penelitian yang telah dilakukan BAB V PENUTUP Bab ini berisi simpulan dan saran dari penelitian ini.