HUKUM ACARA PERDATA BAB I PENDAHULUAN

dokumen-dokumen yang mirip
[DEVI SELVIYANA, SH] BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang harus dihargai dan dihormati oleh orang lain.

PHI 5 ASAS HUKUM ACARA PERDATA

Putusan di atas merupakan putusan dari perkara cerai talak, yang diajukan. oleh seorang suami sebagai Pemohon yang ingin menjatuhkan talak raj i di

1 Abdul Manan, Penerapan, h R.Soesilo, RIB/HIR Dengan Penjelasan, (Bogor: Politea, 1995). h. 110.

Mengenal Sistem Peradilan di Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV PEMBAHASAN. Dasar pertimbangan hakim dalam mengabulkan permohonan dispensasi nikah dibawah umur di Pengadilan Agama Bantul

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling berinteraksi atau melakukan hubungan-hubungan antara satu sama

HUKUM ACARA PENGADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

PEMBAHARUAN SISTEM HUKUM ACARA PERDATA Oleh: Dwi Agustine * Naskah diterima: 11 Juni 2017; disetujui: 15 Juni 2017

BAB I PENDAHULUAN. kondisi yang wajar dan tidak bisa dihindari. Di dalam hubungan itu selalu

SISTIM HUKUM INDONESIA POKOK BAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembuktian merupakan salah satu proses yang sangat penting dalam

Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk mengetahui kekuatan pembuktian alat bukti

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia ada tata hukum yaitu tata tertib dalam pergaulan hidup

BAB IV ANALISIS STUDI KASUS PUTUSAN HAKIM

BAB I PENDAHULUAN. menerima atau mendengarkan sumpah tersebut, apakah mempercayainya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kebenaran yang harus ditegakkan oleh setiap warga Negara.

BAB I PENDAHULUAN. dengan pemerintah. Prinsip negara hukum menjamin kepastian, ketertiban dan

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan diantara mereka. Gesekan-gesekan kepentingan tersebut biasanya menjadi sengketa hukum

BAB 1 PENDAHULUAN. Liberty, 1981), hal ), hal. 185.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah mempunyai peran paling pokok dalam setiap perbuatan-perbuatan

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2008 Tentang PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

ELIZA FITRIA

BAB I PENDAHULUAN. perkara perdata islam tertentu, bagi orang-orang islam di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya menurut Sudikno Mertokusumo yang dimaksud dengan

I. HUKUM ACARA PERDATA

PANDUAN WAWANCARA. proses mediasi terhadap perkara perceraian? b. Apa ada kesulitan dalam menerapkan model-model pendekatan agama?

UNDANG-UNDANG (UU) 1948 No. 19. (19/1948) Peraturan tentang susunan dan kekuasaan Badan-badan Kehakiman. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV. memutuskan dan mengadili perkara Nomor: 207/Pdt. G/2011/PA. Kdr. tentang

BAB I. Eksekusi pada hakekatnya tidak lain ialah realisasi daripada kewajiban pihak yang

MASALAH PUTUSAN SERTA MERTA DALAM PRAKTEK DI PENGADILAN NEGERI (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Surakarta)

TENTANG DUDUK PERKARANYA

Dinamika Pembangunan dan Pengembangan Hukum di Indonesia sejak masa kolonial hingga era kemerdekaan

HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang cenderung untuk selalu hidup

BAB I PENDAHULUAN. putusan ini, hubungan antara kedua belah pihak yang berperkara ditetapkan untuk selamalamanya,

BAB I PENDAHULUAN. zoon politicon, yakni sebagai makhluk yang pada dasarnya. selalu mempunyai keinginan untuk berkumpul dengan manusia-manusia lainnya

UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 1948 TENTANG SUSUNAN DAN KEKUASAAN BADAN-BADAN KEHAKIMAN DAN KEJAKSAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BERACARA DALAM PERKARA PERDATA Sapto Budoyo*

KEJURUSITAAN PENGADILAN

BAB IV ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA MALANG NOMOR: 786/PDT.G/2010/PA.MLG PERIHAL KUMULASI PERMOHONAN IZIN POLIGAMI DAN IS BAT NIKAH

SEKITAR PENYITAAN. (Oleh : H. Sarwohadi, S.H., M.H. Hakim Tinggi PTA Bengkulu)

BAB IV. tunduk dan patuh pada putusan yang dijatuhkan. 1

BAB IV ANALISIS PUTUSAN PA PURWODADI TENTANG KUMULASI GUGATAN. A. Analisis terhadap Putusan PA Purwodadi tentang Kumulasi Gugatan

BAB IV. Putusan Pengadilan Agama Malang No.0758/Pdt.G/2013 Tentang Perkara. HIR, Rbg, dan KUH Perdata atau BW. Pasal 54 Undang-undang Nomor 7

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KUMULASI GUGATAN. Secara istilah, kumulasi adalah penyatuan; timbunan; dan akumulasi

BAB II PRAPERADILAN DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA INDONESIA. A. Sejarah Praperadilan dalam Sistem Peradilan Pidana di Indonesia

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PROSES PEMERIKSAAN DI MUKA SIDANG DALAM PERKARA WARIS

Prosedur Bantuan Hukum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kerangka Teori atau Konseptual

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI BAB I

SEKITAR EKSEKUSI. (oleh H. Sarwohadi, S.H., M.H. Hakim Tinggi PTA Bengkulu)

KEDUDUKAN AKTA OTENTIK SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM PERKARA PERDATA. Oleh : Anggun Lestari Suryamizon, SH. MH

EKSEKUSI TERHADAP KEPUTUSAN HAKIM YANG MEMPUNYAI KEKUATAN HUKUM TETAP DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA

BAB IV. ANALISIS PELAKSANAAN PUTUSAN No. 0985/Pdt.G/2011/PA.Sm. TENTANG MUT AH DAN NAFKAH IDDAH

BAB IV. Hakim dalam memutuskan suatu perkara yang ditanganinya, selain. memuat alasan dan dasar dalam putusannya, juga harus memuat pasal atau

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV. ANALISIS TERHADAP PUTUSAN NO. 0688/Pdt.G/2011/PA.Tbn TENTANG PENCABUTAN GUGATAN TANPA PERSETUJUAN TERGUGAT DALAM PERKARA CERAI GUGAT

KESAKSIAN PALSU DI DEPAN PENGADILAN DAN PROSES PENANGANANNYA 1 Oleh: Gerald Majampoh 2

Langkah-langkah yang harus dilakukan Pemohon (Suami) atau kuasanya :

EKSEKUSI PUTUSAN PERKARA PERDATA

ALUR PERADILAN PIDANA

BAB I PENDAHULUAN. pihak lainnya atau memaksa pihak lain itu melaksanakan kewajibannya. dibentuklah norma-norma hukum tertentu yang bertujuan menjaga

PENYELESAIAN PERKARA GUGATAN PIHAK KETIGA /DERDEN VERZET

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. menghukum orang-orang yang melanggar norma-norma dengan hukum yang

BAB IV. ANALISIS HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA TERHADAP PENETAPAN PENGADILAN AGAMA BUKITTINGGI NOMOR:83/Pdt.P/2012/PA.Bkt

RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 061/PUU-II/2004

PENGAJUAN GUGATAN by Fauzul. FH UPN JATIM 22 Maret 2013

UPAYA PERLAWANAN HUKUM TERHADAP EKSEKUSI PEMBAYARAN UANG DALAM PERKARA PERDATA (Studi Kasus Pengadilan Negeri Surakarta)

SEKITAR PEMERIKSAAN SETEMPAT DAN PERMASALAHANNYA ( Oleh : H. Sarwohadi, S.H.,M.H. Hakim Tinggi PTA Mataram )

BAB II TINJAUAN HUKUM TENTANG ALAT BUKTI SURAT ELEKTORNIK. ( )

1. Langkah-langkah yang harus dilakukan Pemohon / suami atau kuasanya :

DERDEN VERZET (Oleh : Drs. H. M. Yamin Awie, SH. MH. 1 )

ALAT BUKTI DALAM PERKARA PERDATA. OLEH : Dr. H. Gunarto,SH,SE,Akt,M.Hum

BAB IV ANALISIS KUMULASI PERMOHONAN IZIN POLIGAMI, ISBAT NIKAH DAN PENETAPAN ANAK

BAB II KOMPETENSI PERADILAN AGAMA TENTANG PENCABUTAN GUGATAN DAN PERCERAIAN

RINGKASAN PUTUSAN. Darmawan, M.M Perkara Nomor 13/PUU-VIII/2010: Muhammad Chozin Amirullah, S.Pi., MAIA Institut Sejarah Sosial Indonesia (ISSI), dkk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Didalam sistem hukum Negara Republik Indonesia ini, terdapat

SKRIPSI. Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum. Oleh:

TINJAUAN HUKUM TENTANG KENDALA-KENDALA EKSEKUSI YANG TELAH INKRACHT (Studi Pada Pengadilan Negeri Palu) TEGUH SURIYANTO / D

TINJAUAN YURIDIS TENTANG IKUT SERTANYA PIHAK KETIGA ATAS INISIATIF SENDIRI DENGAN MEMBELA TERGUGAT (VOEGING) DALAM PEMERIKSAAN SENGKETA PERDATA

HAKIM SALAH MEMBAGI BEBAN BUKTI GAGAL MENDAPATKAN KEADILAN ( H. Sarwohadi, S.H.,M.H., Hakim Tinggi PTA Mataram )

PROSEDUR DAN PROSES BERPERKARA DI PENGADILAN AGAMA

LAMPIRAN II : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 600/PRT/M/2005 Tanggal : 23 Desember 2005

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI [LN 1999/140, TLN 3874]

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA

I. PENDAHULUAN. sesuai dengan aturan hukum yang berlaku. Dengan demikian sudah seharusnya penegakan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan hukum perdata itu dibagi menjadi dua macam yaitu hukum perdata

FORMULASI KUMULASI GUGATAN YANG DIBENARKAN TATA TERTIB ACARA INDONESIA (STUDI PUTUSAN MA NOMOR K/PDT/2012 DAN PUTUSAN MA NOMOR.

JENIS SITA. Sita Jaminan thdp barang milik Debitur/Tergugat (Conservatoir Beslag) Sita Jaminan thdp barang bergerak milik Penggugat :

BAB IV PENUTUP. Perselisihan Hubungan Industrial yang Telah Berkekuatan Hukum Tetap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KAJIAN HUKUM PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MEMUTUS PERKARA SENGKETA TANAH AKIBAT PERBUATAN MELAWAN HUKUM

Transkripsi:

HUKUM ACARA PERDATA BAB I PENDAHULUAN 1. Istilah dan pengertian - Hukum perdata materiil : hukum yang mengatur hak dan kewajiban pihak-pihak dalam hubungan perdata - Hukum perdata formil : hukum acara perdata : hukum yang mengatur cara mempertahankan atau melaksanakan hak dan kewajiban para pihak dalam hubungan hukum perdata - Hubungan antara hukum perdata materiil dengan hukum perdata formil : hukum perdata formil mempertahankan tegaknya hukum perdata materiil : jika ada yang melanggar hukum perdata materiil maka diselesaikan dengan perdata formil Pengertian hukum acara perdata menurut pendapat beberapa ahli : - Abdul Kadir Muhammad : peraturan hukum yang mengatur proses penyelesaian perkara perdata melalui pengadilan (hakim), sejak diajukan gugatan sampai dengan pelaksanaan putusan hakim - Wirjono Projodikoro : rangkaian peraturan yang memuat cara bagaimana orang harus bertindak terhadap dan di muka pengadilan dan cara bagaimana pengadilan harus bertindak satu sama lain untuk melaksanakan berjalannya peraturanperaturan hukum perdata - Sudikno Mertokusumo : peraturan hukum yang mengatur bagaimana caranya menjamin ditaatinya hukum perdata materiil dengan perantaraan hakim. Hukum yang mengatur bagaimana caranya mengajukan tuntutan hak, memeriksa serta memutusnya dan pelaksanaan daripada putusannya 2. Tujuan dan Sifat Hukum Acara Perdata - Tujuan : Mencegah jangan sampai main hakim sendiri (eigenrichtig) Mempertahankan hukum perdata materiil Memberikan kepastian hukum - Sifat : Memaksa : mengikat para pihak yang berperkara dan ketentuan-ketentuan yang ada peraturan hukum acara perdata harus dipenuhi Contoh : gugatan harus diajukan di tempat atau domisili tergugat Mengatur : peraturan-peraturan dalam hukum acara perdata dapat dikesampingkan para pihak Contoh : dalam hal pembuktian

3. Sumber Hukum Acara Perdata Pada zaman Hindia Belanda - RV (reglement op de burgerlijk rechtsvordering) : golongan Eropa - HIR (herzeine indlandsch reglement) : golongan Bumiputera daerah Jawa dan Madura - RBg (reglement voor de buitengewesten) : golongan Bumiputera luar Jawa dan Madura Saat ini - HIR dan RBg - UU No 29 Tahun 1947 tentang Peradilan Banding Jawa dan Madura - UU No 1 Tahun 1974 tentang Pokok Perkawinan - UU No 4 Tahun 2004 tentang Pokok Kehakiman - UU No 5 Tahun 2004 tentang Mahkamah Agung - KUHPerdata Buku ke-iv tentang Pembuktian dan Daluarsa - Yurisprudensi - SEMA - Hukum Adat - Doktrin 4. Asas-asas Hukum Acara Perdata - Hakim bersifat menunggu : inisiatif mengajukan tuntutan hak diserahkan sepenuhnya kepada yang berkepentingan - Hakim bersifat pasif : ruang lingkup atau luas pokok perkara ditentukan para pihak berperkara tidak hakim. Hakim tidak boleh menjatuhkan putusan melebihi dari yang dituntut - Persidangan terbuka untuk umum : setiap orang diperbolehkan hadir dan mendengarkan pemeriksaan perkara, walaupun ada beberapa perkara yang dilakukan pemeriksaannya secara tertutup. Contoh dalam perkara perceraian - Mendengarkan kedua belah pihak - Putusan harus disertai dengan alasan-alasan - Berperkara dikenai biaya - Beracara tidak harus diwakilkan 5. Perbedaan Hukum Acara Perdata dengan Hukum Acara Pidana Dasar timbulnya gugatan - Perdata : timbulnya perkara karena terjadi pelanggaran hak yang diatur dalam hukum perdata - Pidana : timbulnya perkara karena terjadi pelanggaran terhadap perintah atau larangan yang diatur dalam hukum pidana

Inisiatif berperkara - Perdata : dating dari salah satu pihak yang merasa dirugikan - Pidana : dating dari penguasa negara/pemerintah melalui aparat penegak hukum seperti polisi dan jaksa Istilah yang digunakan - Perdata : yang mengajukan gugatan (disebut penggugat), pihak lawannya/yang digugat (disebut tergugat) - Pidana : yang mengajukan perkara ke pengadilan (jaksa atau penuntut umum), pihak yang disangka (tersangka-terdakwa-terpidana) Tugas hakim dalam beracara - Perdata : mencari kebenaran formi : mencari kebenaran sesungguhnya yang didasarkan apa yang dikemukakan oleh para pihak dan tidak boleh melebihi dari itu - Pidana : mencari kebenaran materiil : tidak terbatas apa saja yang telah dilakukan oleh terdakwa melainkan lebih dari itu. Harus diselidiki sampai latar belakang perbuatan terdakwa Perdamaian - Perdata : dikenal adanya perdamaian - Pidana : tidak dikenal adanya perdamaian Sumpah decissoire - Perdata : ada sumpah decissoire yaitu sumpah yang dimintakan oleh satu pihak kepada pihak lawannya tentang kebenaran suatu peristiwa - Pidana : tidak dikenal Hukuman - Perdata : kewajiban untuk memenuhi prestasi (melakukan, memberikan dan tidak melakukan sesuatu) - Pidana : hukuman badan (kurungan, penjara dan mati), denda, dan hak. BAB II GUGATAN Perkara perdata ada dua, yaitu : 1. Perkara contentiosa : perakara yang di dalamnya terdapat sengketa atau perselisihan 2. Perkara voluntaria : perkara yang di dalamnya tidak terdapat sengketa atau perselisihan Beda contentiosa dengan voluntaria : Pihak yang berperkara - Contentiosa : pengugat dan tergugat - Voluntaria : pemohon

Aktivitas hakim yang memeriksa perkara - Contentiosa : terbatas yang dikemukakan dan diminta oleh pihak-pihak - Voluntaria : hakim dapat melebihi apa yang dimohonkan karena tugas hakim bercorak administratif Kebebasan hakim - Contentiosa : hakim hanya memperhatikan dan menerapkan apa yang telah ditentukan UU - Voluntaria : hakim memiliki kebebasan menggunakan kebijaksanaannya Kekuatan mengikat putusan hakim - Contentiosa : hanya mengikat pihak-pihak yang bersengketa serta orang-orang yang telah didengar sebagai saksi - Voluntaria : mengikat terhadap semua pihak Pengertian gugatan - Sudikno Mertokusumo : tuntutan hak adalah tindakan yang bertujuan memperoleh perlindungan yang diberikan oleh pengadilan untuk mencegah main hakim sendiri Syarat gugatan: 1. Gugatan dalam bentuk tertulis 2. Diajukan oleh orang yang berkepentingan 3. Diajukan ke pengadilan yang berwenang Isi gugatan: Menurut Pasal 8 BRv gugatan memuat: 1. Identitas para pihak 2. Dasar atau dalil gugatan 3. Tuntutan Teori pembuatan gugatan: 1. Substantieseringstheorie yaitu membuat surat gugatan dengan menguraikan rentetan kejadian nyata yang mendahului peristiwa yang menjadi dasar gugatan 2. Individualseringstheorie yaitu hanya memuat kejadian-kejadian yang cukup menunjukkan adanya hubungan hukum yang menjadi dasar gugatan Pencabutan gugatan: 1. Sebelum pemeriksaan perkara oleh hakim 2. Dilakukan dalam proses pemeriksaan perkara dengan syarat disetujui oleh pihak tergugat Perubahan surat gugatan Dapat dilakukan dengan syarat:

1. Tidak boleh mengubah kejadian materiil yang menjadi dasar gugatan 2. Bersifat mengurangi atau tidak menambah tuntutan Kesempatan atau waktu melakukan perubahan gugatan dapat dibagi menjadi dua: 1. Sebelum tergugat mengajukan jaaban dapat dilakukan tanpa perlu izin tergugat 2. Sesudah tergugat mengajukan jawaban harus dengan izin tergugat jika tidak disetujui perubahan tetap dapat dilakukan dengan ketentuan: a. Tidak menyebabkan kepentingan kedua belah pihak dirugikan terutama tergugat b. Tidak menyimpang dari kejadian materiil sebagai penyebab timbulnya perkara c. Tidak boleh menimbulkan keadaan baru dalam positanya Penggabungan gugatan atau kumulasi gugatan : 1. Kumulasi subjektif yaitu para pihak lebih dari satu orang 2. Kumulasi objektif yaitu penggabungan beberapa tuntutan Tujuan penggabungan gugatan: 1. Menghindari kemungkinan putusan yang berbeda atau berlawanan 2. Untuk kepentingan beracara yang bersifat sederhana, cepat dan biaya ringan Para pihak yang berperkara yaitu penggugat dan tergugat, untuk ini dapat dibedakan atas: 1. Pihak materiil yaitu pihak yang mempunyai kepentingan (penggugat dan tergugat) 2. Pihak formil yaitu mereka yang beracara di pengadilan (penggugat, tergugat dan kuasa hukum) Surat kuasa Adalah suatu dokumen di mana isinya seseorang menunjuk dan memberikan wewenang pada orang lain untuk melakukan perbuatan hukum untuk dan atas namanya Macam-macam surat kuasa: 1. Surat kuasa umum : surat yang menerangkan bahwa pemberian kuasa tersebut hanya untuk hal-hal yang bersifat umum saja, artinya untuk segala hal atau segala perbuatan dengan titik berat pengurusan 2. Surat kuasa khusus : kuasa yang menerangkan bahwa pemberian kuasa hanya berlaku untuk hal-hal tertentu saja. Dalam beracara perdata digunakan surat kuasa khusus Isi surat kuasa khusus: 1. Identitas pemberi kuasa dan penerima kuasa 2. Apa yang menjadi pokok perkara 3. Pertelaan isi kuasa yang diberikan

4. Hak substitusi/pengganti BAB III BESLAAG/SITA Bentuk-bentuk penyitaan: 1. Conservatoir beslaag/sita jaminan yaitu penyitaan terhadap barang milik tergugat - Dasar hukum : Pasal 227 HIR/261 RBg - Tujuan : untuk menjamin terlaksananya putusan pengadilan 2. Revindicatoir Beslaag yaitu sita terhadap barang milik penggugat yang dikuasai oleh orang lain - Dasar hukum : Pasal 226 HIR/260 RBg - Tujuan : menjamin suatu hak kebendaan dari pemohon dan berakhir dengan penyerahan barang yang disita 3. Marital Beslaag yaitu sita yang diletakkan atas harta perkawinan Sita dapat dimohonkan dalam sengketa perceraian, pembagian harta perkawinan, pengamanan harta perkawinan. 4. Eksekusi Beslaag yaitu eksekusi dalam rangka pelaksanaan putusn hakim