I. PENDAHULUAN. Dewasa ini tindak pidana perkosaan merupakan kejahatan yang cukup mendapat

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia adalah Negara hukum berdasarkan Pancasila

I. PENDAHULUAN. dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke-4 yang menyatakan sebagai berikut bahwa : Pemerintah

Kejahatan merupakan bayang-bayang peradaban manusia, bahkan lebih maju dari peradaban

I. PENDAHULUAN. Saat ini tindak pidana perkosaan merupakan kejahatan yang cukup mendapat

melaksanakan kehidupan sehari-hari dan dalam berinterkasi dengan lingkungannya. Wilayah

I. PENDAHULUAN. mempunyai ciri dan sifat khusus, karena anak merupakan titipan dari Tuhan yang

I.PENDAHULUAN. Kejahatan merupakan salah satu masalah kehidupan masyarakat

I. PENDAHULUAN. dari masyarakat yang masih berbudaya primitif sampai dengan masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekarang ini masyarakat sangat membutuhkan peran Polisi sebagai pelindung

I. PENDAHULUAN. Di era globalisasi dan perkembangan teknologi dan komunikasi, telah menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.

I. PENDAHULUAN. Hukum merupakan seperangkat aturan yang diterapkan dalam rangka menjamin

I. PENDAHULUAN. tanpa ada satu pun aparat keamanan muncul untuk mengatasinya. Selama ini publik Jakarta

I. PENDAHULUAN. Fenomena penyalahgunaan dan peredaran narkotika merupakan persoalan

BAB I PENDAHUULUAN. terjadi tindak pidana perkosaan. Jika mempelajari sejarah, sebenarnya jenis tindak

I. PENDAHULUAN. dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh dan, berkembang, dan

I. PENDAHULUAN. kemakmuran bagi rakyatnya. Namun apabila pengetahuan tidak diimbangi dengan rasa

I. PENDAHULUAN. terhadap tindak pidana pencurian, khususnya pencurian dalam keluarga diatur didalam

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berdasarkan atas hukum ( rechtstaat) tidak berdasarkan atas kekuasaan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tindak pidana kriminal di samping ada pelaku juga akan

I. PENDAHULUAN. saat ini membutuhkan kendaraan dengan tujuan untuk mempermudah segala akses

hukum terhadap tindak pidana pencurian, khususnya pencurian dalam keluarga diatur

I. PENDAHULUAN. merupakan peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh setiap masyarakat agar

I. PENDAHULUAN. dan undang-undang yang berlaku. Meskipun menganut sistem hukum positif,

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara hukum ( rechtstaats), maka setiap orang yang

I. PENDAHULUAN. peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh setiap masyarakat agar keseimbangan

I.PENDAHULUAN. Pembaharuan dan pembangunan sistem hukum nasional, termasuk dibidang hukum pidana,

I. PENDAHULUAN. seluruh masyarakat untuk meningkatkan mutu kehidupannya, sebagaimana yang

I. PENDAHULUAN. kebijakan sosial baik oleh lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif maupun

I. PENDAHULUAN. Perdagangan orang (human traficking) terutama terhadap perempuan dan anak

BAB I PENDAHULUAN. tempat lain dengan menggunakan kendaraan di ruang lalu lintas jalan. 1

I.PENDAHULUAN. Pembaharuan dan pembangunan sistem hukum nasional, termasuk dibidang hukum pidana,

I. PENDAHULUAN. Pembunuhan berencana dalam KUHP diatur dalam pasal 340 adalah Barang

I. PENDAHULUAN. demokratis berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, menjunjung tinggi atas hak

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan suatu aturan hukum tertulis yang disebut pidana. Adapun dapat ditarik kesimpulan tujuan pidana adalah: 2

I. PENDAHULUAN. Penyalahgunaan izin tinggal merupakan suatu peristiwa hukum yang sudah sering

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam

I. PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi, perbaikan sistem publik, melakukan usaha

I. PENDAHULUAN. sehingga banyak teori-teori tentang kejahatan massa yang mengkaitkan dengan

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Penerapan hukum dengan cara menjunjung tinggi nilai-nilai yang

I. PENDAHULUAN. dalam rumah tangga saat ini kerap terjadi baik merupakan kekerasan secara fisik

I. PENDAHULUAN. Salah satu upaya yang sudah lumrah dilakukan oleh pembentuk Peraturan

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari, baik di lingkup domestik (rumah tangga) maupun publik.

I. PENDAHULUAN. masyarakat menimbulkan dampak lain, yaitu dengan semakin tinggi kepemilikan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat tersebut, aturan-aturan tersebut disebut juga normanorma

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah Negara yang berdasarkan atas hukum (rechtsstaat), tidak

I. PENDAHULUAN. hukum sebagai sarana dalam mencari kebenaran, keadilan dan kepastian hukum. Kesalahan,

I. PENDAHULUAN. berlainan tetapi tetap saja modusnya dinilai sama. Semakin lama kejahatan di ibu

I. PENDAHULUAN. karena itu sering timbul adanya perubahan-perubahan yang dialami oleh bangsa

I. PENDAHULUAN. Pemberantasan penyalahgunaan narkotika merupakan masalah yang sangat penting,

I. PENDAHULUAN. Kajian mengenai rasa takut menjadi korban kejahatan (fear of crime) telah

I. PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia. Kepolisian adalah hak-ihwal berkaitan dengan fungsi

TINJAUAN PUSTAKA. Upaya penanggulangan tindak pidana dikenal dengan istilah kebijakan kriminal

BAB I PENDAHULUAN. persoalan yang cukup menyita waktu, khususnya persoalan pribadi yang

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun yang benar-benar menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia serta

I. PENDAHULUAN. dengan daerah daratan, lautan dan udara yang dimana musim penghujan dan

I. PENDAHULUAN. tidak sesuai dengan perundang-undangan. Sebagai suatu kenyataan sosial,

DAFTAR PUSTAKA. Arief, Barda Nawawi Berbagi Aspek Kebijakan Penegakan Pembangunan Hukum Pidana. PT. Citra Aditya Bakti. Bandung.

l. PENDAHULUAN perkosaan. Jika mempelajari sejarah, sebenarnya kejahatan ini sudah sejak dulu,

I. PENDAHULUAN. kemajuan dalam kehidupan masyarakat, selain itu dapat mengakibatkan perubahan kondisi sosial

I. PENDAHULUAN. Anak merupakan generasi penerus cita-cita bangsa, oleh karena itu komitmen dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peraturan-peraturan hukum yang telah ada di masyarakat wajib

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemeriksaan suatu perkara pidana di dalam suatu proses peradilan pada

BAB I PENDAHULUAN. Kejahatan sebagai fenomena sosial yang terjadi di muka bumi ini mungkin

I. PENDAHULUAN. Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya untuk

I. PENDAHULUAN. Anak adalah amanat sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa

UPAYA PENEGAKAN HUKUM NARKOTIKA DI INDONESIA Oleh Putri Maha Dewi, S.H., M.H Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta

I. PENDAHULUAN. Perubahan kehidupan manusia pada era globalisasi sekarang ini terjadi dengan

PENDAHULUAN. penyalahgunaan, tetapi juga berdampak sosial, ekonomi dan keamanan nasional,

I. PENDAHULUAN. usahanya ia tidak mampu, maka orang cenderung melakukanya dengan jalan

Kata kunci : Kebijakan Hukum Pidana, perlindungan, korban perkosaan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai Negara berkembang sangatlah membutuhkan pembangunan yang merata di

BAB I PENDAHULUAN. kongkrit. Adanya peradilan tersebut akan terjadi proses-proses hukum

I. PENDAHULUAN. kesehatan penting untuk menunjang program kesehatan lainnya. Pada saat ini

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KORBAN DAN PELAKU TINDAK PIDANA KEKERASAN DOMESTIK

I.PENDAHULUAN. Fenomena yang aktual saat ini yang dialami negara-negara yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. Penyelidikan merupakan bagian yang tidak dapat di pisahkan dari. penyidikan, KUHAP dengan tegas membedakan istilah Penyidik dan

I. PENDAHULUAN. Perdagangan orang (trafficking) merupakan salah satu bentuk perlakuan terburuk

1.PENDAHULUAN. di zaman era reformasi ini sangat berpengaruh bagi. masyarakat, khususnya terpengaruh oleh budaya-budaya yang modernisasi.

I. PENDAHULUAN. adalah bertujuan untuk mencari kebenaran materi terhadap perkara tersebut. Hal

I. PENDAHULUAN. mengisi kemerdekaan dengan berpedoman pada tujuan bangsa yakni menciptakan

I. PENDAHULUAN. dengan tindakan ancaman dan kekerasan. Perkosaan sebagai salah satu bentuk kejahatan yang

I. PENDAHULUAN. Negara kesatuan Republik Indonesia dikarunia dengan daerah daratan, lautan dan

I. PENDAHULUAN. hukum serta Undang-Undang Pidana. Sebagai suatu kenyataan sosial, masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hak dan kewajiban merupakan sesuatu yang melekat dan menyatu pada

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan zaman dan ilmu pengetahuan dan

I. PENDAHULUAN. Tindak pidana sekarang ini telah menjadi suatu fenomena, dimana hampir setiap hari ada berita

I. PENDAHULUAN. masing-masing wilayah negara, contohnya di Indonesia. Indonesia memiliki Hukum

informasi, tetapi setiap pembangunan memiliki dampak negatif dari pembangunan antara lain

TINJAUAN PUSTAKA. eksistensinya diakui dan diterima sebagai suatu fakta, baik oleh masyarakat

I. PENDAHULUAN. yang merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan bangsa dimasa yang

BAB I PENDAHULUAN. Tercatat 673 kasus terjadi, naik dari tahun 2011, yakni 480 kasus. 1

I. PENDAHULUAN. menjembatani kesenjangan dan mendorong pemerataan hasil-hasil pembangunan antar wilayah,

I. PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Sebagai bagian dari sistem transportasi nasional, Lalu. dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi.

I. PENDAHULUAN. seseorang (pihak lain) kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara sebagai

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan yang besar. Perubahan tersebut membawa dampak, yaitu munculnya problema-problema terutama dalam lingkungan pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembedaan antara bidang ilmu yang satu dengan yang lain adalah kedudukan

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini tindak pidana perkosaan merupakan kejahatan yang cukup mendapat perhatian di kalangan masyarakat. Di koran atau majalah diberitakan terjadi tindak pidana perkosaan. Jika mempelajari sejarah, sebenarnya jenis tindak pidana ini sudah ada sejak dulu, atau dapat dikatakan sebagai suatu bentuk kejahatan klasik yang akan selalu mengikuti perkembangan kebudayaan manusia itu sendiri, ia akan selalu ada dan berkembang setiap saat walaupun mungkin tidak terlalu berbeda jauh dengan sebelumnya. Tindak pidana perkosaan ini tidak hanya terjadi di kota-kota besar yang relatif lebih maju kebudayaan dan kesadaran atau pengetahuan hukumnya, tapi juga terjadi di pedesaan yang relatif masih memegang nilai tradisi dan adat istiadat. Tindak pidana yang sering menimpa pada kaum perempuan adalah perkosaan. Setiap peristiwa perkosaan tidak serta merta terjadi begitu saja, melainkan hal itu tidak dapat dilihat sebagai suatu kasus yang berdiri sendiri. Sebab, tindak pidana perkosaan juga erat kaitannya dengan budaya dan struktur sosial sebuah masyarakat. Perkosaan selalu melibatkan dua belah pihak, yaitu pelaku dan korban, dan yang pasti lazimnya pelaku adalah laki-laki dan korban adalah perempuan.

2 Pada kasus perkosaan, setiap orang dapat menjadi pelaku perkosaan tanpa mengenal usia, status, pangkat, pendidikan, dan jabatan. Berdasarkan data usia pelaku tindak kejahatan perkosaan, dapat dikatakan bahwa pelaku perkosaan sesungguhnya tidak mengenal batas usia. Selama individu masih mempunyai daya seksual, dari anak-anak hingga kakek-kakek masih sangat mungkin untuk dapat melakukan tindak kejahatan perkosaan. Demikian pula dengan korban. Setiap perempuan dapat menjadi korban dari kasus perkosaan tanpa mengenal usia, kedudukan, pendidikan, dan status. ( Abar & Subardjono, 1998:34 ), Perkosaan di angkutan umum yang belakangan ini sering terjadi, menjadi sangat menghawatirkan, bukan hanya mempengaruhi si korban pelaku perkosaannya saja, bahkan masyarakat yang sering menggunakan jasa angkutan umum pun terusik dengan fenomena baru yang belakangan ini terjadi. Kasus pemerkosaan di wilayah Jakarta, Depok, Tangerang, dan Bekasi akhir-akhir ini cukup meresahkan. Sementara itu, kasus pemerkosaan pada 2011 hingga pertengahan bulan September ini mencapai 40 kasus. Diperkirakan, jumlah ini meningkat jika tidak segera dilakukan upaya pencegahan. Umumnya tindak perkosaan di angkutan umum ini terjadi pada malam hari. ( http. VIVAnews.com, 15 Desember 2011 ) Para pelaku paling banyak melakukan aksinya di lingkungan perumahan, yakni mencapai 26 kasus. Lainnya, di jalan umum termasuk angkutan umum (4 kasus), kantor (1 kasus), keramaian (1 kasus), perumahan BTN (8 kasus), dan real estate (1 kasus). Sementara itu, wilayah yang paling rawan aksi pemerkosaan terletak di Kabupaten Tangerang mencapai 9 kasus. Lainnya, di Kabupaten Bekasi (7 kasus),

3 Tangerang Kota (5 kasus), Jakarta Barat (4 kasus), dan Jakarta Pusat (4 kasus). ( http:vivanews.com, 31 oktober 2011 ). Pemerkosaan di angkutan umum yang baru-baru ini terjadi di daerah Depok, yang dialami oleh seorang pedagang sayur. Ia diperkosa dan ditelantarkan begitu saja setelah diperkosa di kawasan Cikeas, Jawa Barat. Kejadian ini merupakan salah satu contoh kasus tindak pidana perkosaan yang dilakukan di angkutan umum dan merupakan modus baru dalam kajian mengenai kejahatan yang berkembang dewasa ini. ( http: Tribunnews.com, 14 Desember 2011 ) Modus baru tindak pidana perkosaan di angkutan umum ini yang belakangan banyak diberitakan. Faktor kaca gelap dan sound system yang dipasang kencang-kencang itu juga menjadi peluang terjadinya perkosaan. Kejadian perkosaan di angkutan umum harus diselidiki tuntas, karena patut dicurigai bentuk baru teror kepada masyarakat. Kejadian ini harus menjadi evaluasi bagi seluruh pihak terkait khususnya Polri. Perlu dicari mengapa kejahatan semakin menghawatirkan. Tidak hanya serta-merta pelaku melakukan perkosaan tetapi juga diikuti serangkaiaan tindak pidana lainnya, seperti penganiayaan dan pencurian. Sehingga Polri bersama-sama masyarakat mencari solusinya.pada dasarnya, rasa aman adalah hak semua warga negara khususnya para wanita. Kewajiban negara untuk memenuhi hak-hak tersebut. Pemerkosaan beramairamai adalah perbuatan yang sangat tidak beradab. Para pelaku harus diganjar hukuman seberat-beratnya untuk memberi efek jera.

4 Tindak pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum, larangan mana disertai ancaman ( sanksi ) yang berupa pidana tertentu, bagi barang siapa yang melanggar larangan tersebut. Tindak pidana Perkosaan diartikan secara umum yaitu sebagai suatu timdakan criminal-seksual dimana pelaku memaksakan kehendaknya tanpa disetujui oleh korban. ( Moeljanto, 1987 ) Sebagaimana yang diatur dalam Pasal 285 KUHP: Barangsiapa dengan kekerasan atau dengan ancaman kekerasan memaksa seorang wanita bersetubuh dengan dia di luar pernikahan, diancam karena melakukan perkosaan, dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun. Perumusan tersebut menerapkan beberapa kriteria untuk dapat menyebut suatu perbuatan sebagai tindak pidana perkosaan yaitu: 1. dengan kekerasan atau ancaman kekerasan 2. memaksa perempuan (berarti tidak ada persetujuan dari si korban) 3. yang bukan istrinya 4. untuk bersetubuh Data dari laporan kasus di atas diharapkan dapat menggambarkan beberapa problematika yang dihadapi oleh korban yang mengalami tindak pidana perkosaan khususnya yang dilakukan di angkutan umum, yang disebabkan karena adanya kelemahan-kelemahan dalam upaya preventif dan revrentif yang dilakukan oleh aparat penegak hukum khususnya pihak kepolisian. Faktor adanya kesempatan pelaku untuk melakukan tindak perkosaan dan juga si korban yang memberikan peluang sehingga timbulah niat pelaku, hal ini lah yang membuat tindak pidana perkosaan di

5 angkutan umum ini terjadi dan menjadi fenomena baru yang belakangan sering terjadi. Kriminologi merupakan ilmu bantu untuk mencoba mengkaji dan mencari cara untuk menyelesaikan masalah kejahatan baru ini. Menyelidiki gejala kejahatan seluasluasnya, melakukan analisis ilmiah atas sebab musabab terjadinya kejahatan dan cara pengendalian kejahatan tersebut. Selain itu kriminologi juga memberikan pengetahauan mengenai kebijakan pidana ( criminal policy ) yang merupakan pengetahuan tentang pencegahan kejahatan yang juga meliputi usaha pencarian jalan keluar dalam memecahkan masalah mengenai suatu tindak pidana tertentu. (Soerjono Soekamto, 1985:12 ) Masalah kejahatan khususnya tindak pidana perkosaan hakikatnya merupakan suatu komponen yang perlu diperhatikan dan atuu dikaji. Lazimnya hanya memperhatikan dalam analisis kejahatan hanya komponen penjahat, undang-undang, dan penegak hukum serta intraksi antara ketiga komponen itu. Masalah konstelasi masyarakat dan faktor lainnya, kalaupun dikaji, lebih banyak disoroti oleh sosiologi dan kriminologi. Dalam hal ini komponen korban hampir terlupakan dalam analisis ilmiah. Suatu tindakan kejahatan (crime) mesti melibatkan dua pihak, yaitu si pelaku kejahatan (perpetrator) dan si korban (victim). Sebagai contoh kasus perkosaan (rape) baru dapat diproses oleh pengadilan apabila si korban melaporkan kejadian tersebut. Sejauh mana si korban mempersepsi kasus pemerkosaan itu sebagai suatu kejahatan tergantung pada bagaimana akibat tindakan pemerkosaan tersebut pada dirinya. ( J.E. Sahetapy, 1987:86 )

6 Uraian latar belakang diatas, merupakan faktor yang dijadikan alasan Penulis untuk melakukan penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul Kajian Terhadap Tindak Pidana Perkosaan Di Angkutan Umum Dalam Perspektif Kriminologi. B. Permasalahan dan Ruang Lingkup Penelitian 1. Permasalahan Penelitian Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mengangkat permasalahan sebagai berikut: a. Bagaimanakah persfektif kriminologi terhadap faktor penyebab tindak pidana perkosaan di angkutan umum? b. Bagaimanakah upaya penanggulangan tindak pidana perkosaan di angkutan umum? c. Apakah faktor penghambat dalam upaya penanggulangan terhadap tindak pidana perkosaan di angkutan umum? 2. Ruang Lingkup Penelitian Agar tidak terjadi peluasan dalam pembahasan sehingga memungkinkan penyimpangan dari judul, maka penulis membatasi ruang lingkup dalam penelitian ini terbatas pada hukum pidana materil dengan substansi kajian hukum pidana dan kriminologi terhadap tindak pidana perkosaan di angkutan umum di wilayah hukum Bandar lampung tahun 2011-2012.

7 C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : a. Untuk mengetahui persfektif kriminologi terhadap faktor-faktor penyebab tindak pidana perkosaan di angkutan umum. b. Untuk mengetahui upaya penanggulangan terhadap tindak pidana perkosaan di angkutan umum. c. Untuk mengetahui faktor penghambat dalam upaya penanggulangan terhadap tindak pidana perkosaan di angkutan umum. 2. Kegunaan Penelitian Kegunaan yang diharapkan dari penelitian adalah sebagai berikut : a. Kegunaan secara teoritis Secara teoritis ini dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka pengembangan hukum pidana tentang tindak pidana perkosaan khususnya yang dilakukan di angkutan umum. Juga penelitian diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan informasi bagi dat penegak hukum dalam melaksanakan tugasnya dan sebagai bahan informasi pada penelitian selanjutnya.

8 b. Kegunaan secara praktis Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan kepada para praktisi hukum dan para hakim yang bertugas menangani perkara pidana dan bagi pihak-pihak yang berkepentingan lainnya yang ingin mengetahui lebih dalam mengenai pokok permasalahan yang dibahas dalam penulisan skripsi ini. D. Kerangka Teoritis dan Konseptual 1. Kerangka Teoritis Kerangka teoritis adalah konsep yang merupakan abstraksi dari hasil pemikiran atau kerangka acuan yang pada dasarnya untuk mengadakan identifikasi terhadap dimensidimensi sosial yang dianggap relevan oleh penulis (Soerjono Soekamto, 1984: 128). Adapun yang menjadi kerangka teori dalam penelitian ini adalah: Pengaturan terhadap tindak pidana perkosaan diatur dalam KUHP, RUU KUHP, pengaturan lain tentang tindak pidana ini juga dilaksanakan dengan konsep pengkajian terhadap beberapa kasus yang sedang marak terjadi, khususnya terhadap tindak pidana perkosaan yang dilakukan di angkutan umum. Pengkajian adalah suatu proses, cara penelaahan untuk menyelidiki secara mendalam dari suatu objek kajian. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001:491). Kriminologi merupakan ilmu bantu untuk mencoba mengkaji penyebab dan mencari cara untuk menyelesaikan masalah kejahatan. Menyelidiki gejala kejahatan seluas-

9 luasnya, melakukan analisis ilmiah atas sebab musabab terjadinya kejahatan dan cara mengendalikan kejahatan tersebut. Teori tentang penyebab terjadinya tindak pidana perkosaan dalam kriminologi menurut Williams III dan Marilyn MacShane, teori mikro kriminologi yaitu teori yang menjawab mengapa seorang/kelompok orang dalam masyarakat melakukan kejahatan atau menjadi kriminal ( etiology criminal ). Teori ini lebih bertendensi pada pendekatan internal dan eksternal dari pelaku dan korban kejahatan. ( Yasmin Anwar, 2010:73 ) Dibutuhkan upaya-upaya dalam menanggulangi kejahatan tindak pidana perkosaan. G.P. Hoefnogels dengan teorinya, membagi dua cara upaya penanggulangan terhadap tindak pidana, yaitu dengan cara penal dan non penal. Dengan sarana hukum pidana yaitu sistem pemidanaan dan peradilan diupayakan dapat menyelesaikan masalah kejahatan tindak pidana perkosaan di angkutan umum ini. Sedangkan cara penanggulangan diluar hukum pidana yaitu dengan menekan upaya preventif. Upaya penanggulangan dan pencegahan kejahatan ini memerlukan pendekatan integral dikarenakan hukum pidana tidak akan mampu menjadi satu-satunya sarana dalam upaya penanggulangan kejahatan yang begitu komplek yang terjadi dimasyarakat. Penggunaan hukum pidana dalam penanggulangan kejahatan hanya bersifat Kurieren am Symptom dan bukan sebagai faktor yang menghilangkan sebab-sebab terjadinya kejahatan. Adanya sanksi pidana hanyalah berusaha mengatasi gejala atau akibat dari penyakit dan bukan sebagai obat (remidium) untuk mengatasi sebab-sebab terjadinya penyakit. ( Barda Nawawi Arif, 1996 )

10 Semestinya tindak pidana perkosaan khususnya yang terjadi belakangan ini yaitu tindak perkosaan yang dilakukan di angkutan umum perlu mendapatkan perhatian khusus agar secepatnya dapat ditanggulangi, namun upaya penanggulangan suatu tindak pidana khususnya tindak perkosaan ini tidak luput dari hambatan-hambatan, teori tentang faktor penghambat menurut (Soejono Soekamto, 1983:17) menjelaskan 5 (lima) faktor penghambat penegakan hukum suatu kaedah hukum benar -benar berfungsi, yaitu: 1. Kaedah hukum itu sendiri Berlaku kaedah hukum dalam masyarakat ditinjau dari kaedah hukum itu sendiri, menurut teori-teori hukum harus memenuhi 3 ( tiga ) macam hal berlakunya kaedah hukum itu : a. Berlaku secara yuridis, artinya hukum harus dibuat sesuai dengan mekanisme dan prosedur yang telah ditetapkan sebagai syarat berlakunya suatu kaedah hukum. b. Berlaku secar sosiologis, artinya kaedah hukum itu dapat berlaku secara efektif, baik karena dipaksakan oleh penguasa walaupun tidak diterima oleh masyarakat ataupun berlaku dan diterima oleh masyarakat. c. Berlaku secara filosofis, artinya sesuai dengan cita-cita hukum sebagai nilainyang tertinggi, jika hanya berlaku secara filosofis maka kaedah hukum tersebut hanya merupakan hukum yang dicita-citakan ( ius contituendum ).

11 2. Penegak Hukum Komponen yang bersifat struktural ini menunjukan adanya kelembagaan yang diciptakan oleh sistem hukum. Lembaga-lembaga tersebut itu memiliki undangundang tersendiri. Secara singkat dapat dikatakan bahwa komponen yang bersifat struktural ini memungkinkan kita untuk mengharapkan bagaimana suatu sistem hukum harus bekerja. 3. Fasilitas ( sarana ) Fasilitas dapat diartikan sebagai sarana penunjang yang bersifat fisik, yang berguna sebagai faktor pendukung untuk mencapai tujuan. 4. Masyarakat Dapat dikatakan bahwa derajat kepatuhan masyarakat terhadap hukum merupakan salah satu indikator berfungsinya hukum yang bersangkutan. Bisa diartikan bahwa jika derajat kepatuhan warga masyarakat terhadap suatu peraturan tinggi, maka peraturan tersebut memang berfungsi. 5. Kebudayaan Sebagai hasil karya, cipta, rasa, didasarkan pada karsa manusia didalam pergaulan hidup. Keseluruhan pengetahuan manusia sebagai mahluk sosial yang digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalamannya dan menjadi pedoman tingkah lakunya.

12 2. Konseptual Memahani istilah-istilah yang digunakan dalam membahas permasalahan yang ada pada skripsi ini, maka peneliti mengemukakan konsep-konsep arti dan istilah-istilah yang dipakai, antara lain sebagai berikut : 1) Hukum adalah seperangkat norma tentang apa yang benar dan apa yang salah, yang dibuat dan diakui eksistensinya oleh pemerintah yang dituangkan baik dalam aturan tertulis (peraturan) maupun yang tidak tertulis yang mengikat dan sesuai dengan kebutuhan masyarakatnya secara keseluruhan dan dengan ancaman sanksi bagi pelanggar aturan tersebut (Achmad Ali, 2001: 18). 2) Tindak pidana adalah perbuatan melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang oleh peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana, untuk dinyatakan sebagai tindak pidana, selain perbuatan tersebut dilarang dan diancam pidana oleh peraturan perundang-undangan, harus juga bersifat melawan hukum atau bertentangan dengan kesadaran hukum masyarakat. Setiap tindak pidana selalu dipandang bersifat melawan hukum, kecuali ada alasan pembenar (Soerjono Soekamto, 1976: 97) 3) Perkosaan adalah perbuatan seksual yang diulakukan oleh seorang laki-laki atau beberapa orang laki-laki atas diri seorang wanita secara paksa dengan tindak kekerasan. ( Pasal 285 KUHP yang menyatakan : Barang siapa dengan

13 kekerasan atau dengan ancaman kekerasan memaksa perempuan yang bukan istrinya bersetubuh dengan dia, dihukum, karena memperkosa, dengan hukuman penjara selama-lamanya dua belas tahun. ) 4) Kriminologi adalah sebagai ilmu pengetahuan yang bertujuan menyelidiki gejala kejahatan selus-luasnya. Yang mempelajari kejahatan serta prosesproses formal dan informal dari kriminalisasi dan deskriminalisasi, situasi kejahatan penjahat masyarakat, sebab-sebab dan hubungan diantara sebabsebab kejahatan, serta reaksi-reaksi masyarakat yang timbul dari kejahatan tersebut. (Soejono Soekamto, 1986:14) 5) Angkutan Umum menurut ketentuan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu lintas dan Angkatan Jalan, pengangkutan darat diselenggarakan oleh Perusahaan Pengangkutan Umum, yang menyediakan jasa pengangkutan penumpang dan/atau barang dengan kendaraan umum di jalan. Kendaraan umum adalah setiap kendaraan bermotor yang disediakan untuk dipergunakan oleh umum dengan dipungut biaya. (Abdulkadir Muhammad, 2008:64) Pengangkutan penumpang dengan kendaraan umum menggunakan kendaraan bermotor untuk penumpang. Pelayanan pengangkutan penumpang dengan kendaraan umum meliputi pengangkutan berikut ini : a. Pengangkutan antarkota adalah pemindahan penumpang dari satu kota ke kota lain. b. Pengangkutan kota adalah pemindahan penumpang dalam wilayah kota.

14 c. Pengangkutan pedesaan adalah pemindahan penumpang dalam atau antarwilayah pedesaan. d. Pengangkutan lintas batas negara adalah pemindhan penumpang yang melalui lintas batas negara. (Abdulkadir Muhammad, 2008:65) E. Sistematika Penulisan Untuk memudahkan didalam pemahaman skripsi ini akan dibuat sistematika penulisan sebagai berikut : BAB I. PENDAHULUAN Membahas tentang Latar Belakang Masalah, Permasalahan dan Ruang Lingkup Penelitian, Tujuan dan Kegunaan Penelitian, Kerangka Pemikiran, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan. BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Berisikan Pengertian Tindak Pidana, Unsur-unsur Tindak Pidana, Perkosaan dan Penanggulangan Kejahatan. BAB III. METODE PENELITIAN Berisikan Pendekatan Masalah, Jenis dan Sumber Data, Penentuan Populasi dan Sampel, Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data dan Analisis Data.

15 BAB VI. HASIL PENELITAN DAN PEMBAHASAN Berisikan tentang hasil dari pengkajian mengenai analisis yuridis penanggulangan tindak pidana perkosaan yang dilakukan di angkutan umum. BAB V. PENUTUP Berisikan kesimpulan yang merupakan hasil pembahasan pada bab-bab sebelumnya yang merupakan jawaban permasalahan berdasarkan hasil penelitian dan saran yang merupakan sumbangan pemikiran penulis sehubungan dengan hasil penelitian sebagai salah satu alternatif penyelesaian permasalahan demi perbaikan di masa mendatang.

16