HUBUNGAN SALURAN TATANIAGA DENGAN EFISIENSI TATANIAGA CABAI MERAH (Capsicum annuum SP.) (Kasus : Desa Beganding, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo) Masyuliana*), Kelin Tarigan **) dan Salmiah **) *) Alumni Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera E-mail: masyulianauli@gmail.com **) Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis saluran tataniaga cabai merah, biaya, keuntungan, dan margin tataniaga setiap lembaga di masing-masing saluran, menganalisis efisiensi pemasaran setiap saluran tataniaga cabai merah di daerah penelitian, dan menganalisis hubungan antara saluran tataniaga dengan efisiensi tataniaga cabai merah di daerah penelitian. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif untuk menganalisis pola saluran tataniaga cabai merah, biaya, keuntungan, dan margin tataniaga setiap lembaga di masing-masing saluran, efisiensi pemasaran setiap saluran tataniaga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat tiga saluran tataniaga di daerah penelitian yaitu : petani pedagang pengecer konsumen, petani pedagang besar - pedagang pengecer konsumen, dan petani pedagang besar - pedagang pengecer pedagang pengecer lokal - konsumen. Margin pemasaran terendah terdapat pada saluran pertama dan margin pemasaran tertinggi terdapat pada saluran ketiga. Saluran tataniaga di daerah penelitian sudah efisien (Ep > 50%). Ada keterkaitan antara saluran tataniaga dengan efisiensi tataniaga cabai merah di daerah penelitian dengan nilai keeratan hubungan sebesar 81,6%. Kata Kunci : Tataniaga, cabai merah, biaya, margin, keuntungan, efisiensi pemasaran. ABSTRACT The objectives of this study were to analyze the red chili trading channels, cost, profitability, and margins of each agency's channel management, to analyze the marketing efficiency of each channel of red chili management in the research area, and to analyze the relationship between the marketing channels and the efficiency of the red chili research area. The data analysis method used is descriptive analysis to analyze the pattern of red chili trading channel, cost, profit, and margin of each institution's agency arrangement in each channel, marketing efficiency of each channel of trading. The results showed that there were three marketing channels in the study area, they are first farmers - retailers - consumers, second farmers - wholesalers - retailers - consumers, and the last one is farmers - wholesalers - retailers - local retailers - consumers. The lowest marketing margin is in the first channel and the highest marketing margin is on the third channel. The sales channels in the research area are efficient (Ep> 50%). There is a correlation between 1
the marketing channel and the efficiency of red peppercake management in the research area with a close relationship value of 81.6%. Keywords: Trading, red chili, cost, margin, profit, marketing efficiency. Latar Belakang PENDAHULUAN Pertanian yang ada di Indonesia terdiri dari beberapa sub sektor, antara lain tanaman bahan pangan, peternakan, perkebunan, perikanan, kehutanan, dan hortikultura. Salah satu sub sektor pertanian yang sangat penting dalam kehidupan sehari hari adalah tanaman hortikultura. Salah satu komoditas tanaman hortikultura yang selalu dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia adalah cabai merah. Kabupaten Karo sebagai daerah sentra penghasil cabai merah terbesar di Sumatera Utara memiliki rata-rata produksi yang bersifat fluktuatif namun cenderung menurun selama tahun 2012-2015. Kondisi ini dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Luas panen, Produksi dan Produktivitas Cabai Merah di Kecamatan Simpang Empat Tahun 2012 2015 Tahun Luas Panen Produksi Produktivitas (Ha) (Ton) (Ton/Ha) 2012 303 1795 5,9 2013 184 1387 7,5 2014 414 6152 14,9 2015 728 9369 12,7 Sumber : BPS Kabupten Karo Dalam Angka (2016) Dari Tabel 1 dapat diketahui bahwa pada tahun 2012 rata-rata produktivitas cabai merah mencapai 5,9 ton/ha dan pada tahun 2013 mengalami peningkatan sebesar 1,6 ton menjadi 7,5 ton/ha, kemudian pada tahun 2014 mengalami kenaikan menjadi 14,9 ton/ha namun kembali mengalami penurunan di tahun 2015 menjadi 12,7 ton/ha. Dalam proses pembentukan harga perilaku petani dan pedagang memiliki peranan penting karena petani dapat mengatur volume penjualannya yang disesuaikan dengan kebutuhan konsumen. Berdasarkan hal tersebut maka dapat dikatakan bahwa fluktuasi harga yang relatif tinggi pada komoditas hortikultura pada dasarnya terjadi akibat kegagalan petani dan pedagang sayuran dalam mengatur volume pasokannya sesuai dengan kebutuhan konsumen. Fluktuasi harga 2
yang relatif tinggi pada komoditas sayuran pada dasarnya terjadi akibat kegagalan petani dan pedagang hortikultura dalam mengatur volume pasokannya sesuai dengan kebutuhan konsumen (Swastha dan Irawan, 2007). Kenaikan harga yang terjadi dapat meningkat lebih dari 100%. Banyak faktor yang menyebabkan hal ini terjadi. Harga dasar diperlukan untuk menjaga agar harga pasar pada saat panen tidak turun sehingga produsen bisa menerima hasilnya sesuai dengan harga yang telah ditetapkan. Karena harga dasar tersebut telah ditetapkan dengan memperhitungkan besarnya input yang telah dikeluarkan oleh petani. Adanya kenaikan harga di petani dapat mempengaruhi harga di pedagang, namun apabila terjadi kenaikan harga di tingkat pedagang belum tentu harga di tingkat petani juga mengalami kenaikan. Panjangnya saluran tataniaga yang dilewati menyebabkan perbedaan harga yang terjadi antara petani dengan konsumen akhir. Hal inilah yang dapat menyebabkan permasalah apabila hanya pedagang yang menikmati kenaikan harga tersebut. Semakin panjang saluran tataniaga yang dilewati maka akan semakin meningkatkan harga di konsume n. Semakin panjang saluran tersebut maka harga yang diterima konsumen semakin tidak efisien. Identifikasi Masalah Identifikasi masalah dari penelitian ini adalah : 1. Bagaimana saluran tataniaga cabai merah di Desa Beganding, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo, 2. Bagaimana biaya, keuntungan dan marjin tataniagacabai merah di masingmasing lembaga tataniaga cabai merah di Desa Beganding, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo, 3. Bagaimana efisiensi saluran pemasaran cabai merah di Desa Beganding, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo, 4. Bagaimana hubungan antara saluran tataniaga dengan efisiensi tataniaga cabai merah di Desa Beganding, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini ialah 1.Untuk menganalisis saluran tataniaga cabai merah di Desa Beganding, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo, 2. Untuk menganalisis biaya, keuntungan dan marjin tataniagacabai merah di masing-masing 3
lembaga tataniaga cabai merah di Desa Beganding, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo, 3. Untuk menganalisis efisiensi saluran pemasaran cabai merah di Desa Beganding, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo, 4. Untuk menganalisis hubungan antara saluran tataniaga dengan efisiensi tataniaga cabai merah di Desa Beganding, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo. TINJAUAN PUSTAKA Menurut Kohl dan Uhl (1985) saluran tataniaga adalah sekumpulan pelakupelaku usaha (lembaga-lembaga tataniaga) yang saling melakukan aktivitas bisnis dalam membantu menyampaikan produk dari petani sampai konsumen akhir. Dalam saluran tataniaga, lembaga-lembaga tataniaga saling melakukan fungsi tataniaga sehingga kemudian akan terbentuk beberapa alternatif saluran tataniaga. Setiap alternatif saluran tataniaga memungkinkan terjadinya aliran produk yang berbeda-beda. Hal ini bergantung pada kepada siapa saja produk tersebut berhenti, apa saja perlakuan yang diberikan kepada produk selama melewati lembagalembaga tataniaga, dan seberapa panjang rantai tataniaga yang terbentuk (Sihombing, 2011). Efisiensi merupakan rasio antara input dan output. Input pemasaran meliputi sumber daya (tenaga kerja, mesin, energi, dll) yang digunakan dalam fungsi pemasaran. Output pemasaran meliputi kegunaan waktu, kegunaan bentuk, kegunaan tempat, dan kegunaan lain yang mengarah pada kepuasan konsumen (Kohl dan Uhl, 1990). METODE PENELITIAN Pengambilan lokasi penelitian dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling (sengaja). Penelitian ini dilakukan di Desa Beganding, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo. Sampel dipilih dengan metode purposive sampling. Sampel dalam penelitian ini dibagi atas dua jenis yaitu sampel dari petani cabai merah (produsen) dan sampel dari pedagang perantara yang terdiri dari, pedagang besar, pedagang pengumpul, dan pedagang pengecer. Untuk menetukan jumlah petani yang akan dijadikan sampel maka metode penentuan besar sampel menggunakan Rumus Slovin (Supranto, 2000), di mana 4
jumlah populasi telah diketahui dengan pasti sebesar 72 KK, sehingga diperoleh jumlah sampel sebanyak 42 KK. Untuk menjelaskan pola saluran tataniaga dan fungsi yang dilakukan oleh masing-masing lembaga tataniaga cabai merah di daerah penelitian diuji dengan analisis deskriptif berdasarkan survei lapangan. Setelah data diperoleh maka dapat diuraikan pola saluran tataniaga yang dilalui mulai dari petani hingga konsumen akhir. Untuk menguraikan biaya, keuntungan dan marjin tataniagadi masingmasing lembaga tataniaga di daerah penelitian dihitung dengan menggunakan rumus : MP = Pr Pf atau MP = m i=1 Bi + m i=1 Ki Keterangan : MP = Marjin Pemasaran (Rp/kg) Pr = Harga ditingkat pengecer (Rp/kg) Pf = Harga ditingkat petani/produsen (Rp/kg) m i=1 m i=1 Bi= Jumlah biaya tiap lembaga perantara ke-i (Rp/kg) Ki= Jumlah keuntungan tiap lembaga perantara ke-i (Rp/kg) Untuk mengetahui pola saluran tataniaga dan fungsi yang dilakukan oleh masing-masing lembaga tataniaga cabai merah di daerah penelitian diuji dengan analisis deskriptif berdasarkan survei lapangan. Setelah data diperoleh maka dapat diuraikan pola saluran tataniaga yang dilalui mulai dari petani hingga konsumen akhir. 5
Untuk menjelaskan biaya, keuntungan dan marjin tataniagadi masingmasing lembaga tataniaga di daerah penelitian dihitung dengan menggunakan rumus : MP = Pr Pf atau MP = m i=1 Bi + m i=1 Ki Keterangan : MP Pr Pf m i=1 m i=1 = Marjin Pemasaran (Rp/kg) = Harga ditingkat pengecer (Rp/kg) = Harga ditingkat petani/produsen (Rp/kg) Bi= Jumlah biaya tiap lembaga perantara ke-i (Rp/kg) Ki= Jumlahkeuntungan tiap lembaga perantara ke-i (Rp/kg) Untuk menghitung biaya tataniaga dapat digunakan rumus sebagai berikut : Bp = Bp1 + Bp2+ Bp3 +... Bpn Keterangan : Bp = Biaya Pemasaran (Rp) Bp1, Bp2, Bp3, Bpn = Biaya pemasaran di lembaga tataniaga 1, 2, 3 dan seterusnya (Rp) Untuk menghitung keuntungan dimasing-masing lembaga tataniaga dapat menggunakan rumus : Kp = Kp1 + Kp2 + Kp3 +... Kpn Keterangan : Kp = Keuntungan pemasaran Kp1, Kp2, Kp3, Kpn = Keuntungan Pemasaran di lembaga tataniaga 1, 2, 3 dan seterusnya. Untuk menjelaskan efisiensi saluran tataniaga di daerah penelitian sudah efisien dapat dihitung dengan menggunakan rumus : Keterangan : Fs = Farmer share (%) M = Margin tataniaga (RP/Kg) Pr = Harga eceran (Rp/Kg) Fs = 1 M Pr 100% 6
Untuk menguji apakah suatu variabel berhubungan atau tidak dengan variabel lain yang dapat dilihat dari nilai signifikansinya. Kriteria pengambilan keputusan adalah: Jika nilai signifikansi > α maka H0 diterima atau H1 ditolak Jika nilai signifikansi < α maka H0 ditolak atau H1 diterima Hipotesis yang diajukan adalah: H0 : Tidak ada hubungan antara saluran tataniaga dengan efisiensi tataniaga cabai merah H1 : Ada hubungan antara saluran tataniaga dengan efisiensi tataniaga cabai merah HASIL DAN PEMBAHASAN Saluran Tataniaga Cabai Merah Petani P. Pengecer Konsumen Petani P. Besar P. Pengecer Konsumen P. Pengecer Lokal Konsumen Gambar 2. Saluran tataniaga cabai merah di Desa Beganding Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo. Saluran Tataniaga I Petani Pedagang Pengecer Konsumen Saluran tataniaga cabai merah pada saluran I memperlihatkan bahwa sebanyak 12 orang petani di daerah penelitian menjual hasil panen mereka langsung kepada pedagang pengecer yang berada di desa tersebut. Kemudian pedagang pengecer tersebut menjual cabai merah lansung ke pasar di daerah penelitian hingga sampai ke konsumen akhir. Biasanya pedagang pengecer datang langsung kerumah petani untuk mengambil hasil panen, namun beberapa petani juga ada yang menghantarkan langsung karena jarak rumah petani kepada pedagang pengecer tidak terlalu jauh. 7
Saluran Tataniaga II Petani Pedagang Besar Pedagang Pengecer Konsumen Saluran cabai merah yang kedua menunjukkan bahwa sebanyak 11 orang petani di desa tersebut menjual hasil panennya kepada pedagang besar. Para pedagang besar ini membeli cabai merah di pasar Singa namun ada juga petani yang datang kerumah mereka untuk menjual hasil panennya. Kemudian cabai merah tersebut dijual ke pedagang pengecer yang berada di pasar-pasar Kota Medan, Siantar, hingga Sumatera Barat kemudian dijual ke konsumen akhir. Sistem pembayaran juga dilakukan secara tunai pada saat transaksi berlangsung untuk transaksi dalam kota, sedangkan untuk luar provinsi pedgang besar akan menerima sebahagian uang sebelum cabai merah dikirim dan sisanya dibayarkan setelah cabai merah sampai di tujuan. Saluran Tataniaga II Petani Pedagang Besar Pedagang Pengecer Pedagang pengecer lokal Konsumen Saluran tataniaga cabai merah yang ketiga memperlihatkan bahwa sebanyak 19 orang petani cabai merah di daerah penelitian menjual hasil cabai merahnya kepada pedagang besar yang terdapat di pasar Singa Kabanjahe. Selanjutnya pedagang besar yang membeli hasil panen petani menjualnya pedagang pengecer di berbagai daerah, antara lain pusat pasar di Medan. Selanjutnya pedagang pengecer di pusat pasar menjual cabai merahnya ke pedagang pengecer lokal di pasar-pasar yang terdapat di kota Medan hingga ke tangan konsumen. Analisis Biaya, Margin dan Keuntungan Tataniaga Cabai Merah Di Masing- Masing Lembaga Tataniaga Cabai Merah Analisis marjin tataniaga cabai merah di daerah penelitian pada saluran I dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Analisis Biaya, Margin dan Keuntungan Tataniaga Cabai Merah pada Saluran I No Uraian Harga (Rp/Kg) % 1. Harga Jual Petani 15.583 84,59 Biaya Produksi 7.889 Keuntungan 7.694 8
2. Harga Beli Pedagang Pengecer 15.583 3. Harga Jual pedagang Pengecer 18.421 Biaya : 505 2,74 Transportasi 200 1,09 Penyusutan 148 0,80 Pengemasan 157 0,85 Keuntungan 2.333 12,66 Margin Pemasaran 2.838 4. Harga Beli Konsumen 18.421 100,00 Sumber : Data Primer Diolah (2017) Saluran tataniaga I ini merupakan saluran terpendek yaitu petani langsung menjual hasi produksi cabai merah ke pedagang pengecer yang terdapat di daerah penelitian. Keuntungan yang paling besar diperoleh oleh petani. Pedagang pengecer tersebut langsung datang ke rumah petani atau ada ada juga petani yang mengantarkan hasil panen ke rumah pedagang pengecer. Analisis marjin tataniaga cabai merah di daerah penelitian pada saluran II dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3.Analisis Biaya, Margin dan Keuntungan Tataniaga Cabai Merah pada Saluran II No Uraian Harga (Rp/Kg) % 1. Harga Jual Petani 15.250 75,16 Biaya Produksi 7.889 Keuntungan 7.361 2. Harga Beli Pedagang Besar 15.250 3. Harga Jual Pedagang Besar 17.870 Biaya : 837 4,22 Transportasi 500 2,46 Penuyusutan 153 0,75 Tenaga Kerja 124 0,61 Pengemasan 60 0,30 Keuntungan 1.783 8,79 Margin Pemasaran 2.620 4. Harga Beli Pedagang Pengecer 17.870 5. Harga Jual Pedagang Pengecer 20.289 Biaya : 606 2,98 Transportasi 153 0,75 Penyusutan 352 1,73 Kemasan 101 0,50 Keuntungan 1.813 8,94 Margin Pemasaran 2.419 6. Harga Beli Konsumen 20.289 100,00 9
Sumber : Data Primer Diolah (2017) Biaya tertinggi pada saluran II terdapat pada pedagang besar, sedangkan biaya terendah terdapat pada pedagang pengecer. Keuntungan terbesar diperoleh oleh petani. Margin pemasaran terbesar terdapat pada pedagang besar dan margin terendah terdapat pada pedagang pengecer. Analisis marjin tataniaga cabai merah di daerah penelitian pada saluran III dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4.Analisis Biaya, Margin dan Keuntungan Tataniaga Cabai Merah pada Saluran III No Uraian Harga (Rp/Kg) % 1. Harga Jual Petani 15.000 69,77 Biaya Produksi 7.889 Keuntungan 7.111 2. Harga Beli Pedagang Besar 15.000 3. Harga Jual Pedagang Besar 17.167 Biaya : 828 4,26 Transportasi 483 2,25 Penyusutan 148 0,69 Tenaga Kerja 137 0,64 Pengemasan 60 0,28 Keuntungan 1.339 6,23 Margin Pemasaran 2.167 4. Harga Beli Pedagang Pengecer 17.167 5. Harga Jual Pedagang Pengecer 19.166 Biaya : 534 Transportasi 316 1,47 Penyusutan 168 0,78 Kemasan 50 0,23 Keuntungan 1.465 6,81 Margin Pemasaran 1.999 9,30 6. Harga Beli Pedagang Pengecer Lokal 19.166 7. Harga Jual Pedagang Pengecer Lokal 21.500 Biaya : 309 Transportasi 101 0,47 Penyusutan 108 0,50 Kemasan 100 0,47 Keuntungan 2.025 9,42 Margin Pemasaran 2.334 10
8. Harga Beli Konsumen 21.500 100,00 Sumber : Data Primer Diolah (2017) Biaya tertinggi pada saluran III terdapat pada pedagang besar, sedangkan biaya terendah terdapat pada pedagang pengecer lokal. Keuntungan terbesar diperoleh oleh petani. Margin pemasaran terbesar terdapat pada pedagang besar dan margin terendah terdapat pada pedagang pengecer. Efisiensi Saluran Pemasaran Cabai Merah tabel 16. Nilai efisiensi saluran tataniaga pada daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 5. Efisiensi Saluran Pemasaran Cabai Merah Saluran tataniaga Margin Tataniaga Harga Jual (Rp/Kg) Efisiensi Tatniaga (%) (Rp/Kg) I 2.838 18.421 84,59 II 5.039 20.289 75,16 III 6.510 21.500 69,72 Sumber : Data Primer Diolah (2017) Dari hasil analisis dapat dilihat bahan saluran tataniaga pertama merupakan saluran yang paling efisien dibandingkan dengan saluran tataniaga kedua dan ketiga karena memiliki nilai farmer share yang paling besar. Saluran pemasaran akan semakin efisien jika dilihat dari nilai yang diterima petani semakin besar. Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin panjang saluran tataniaga yang dilewati maka akan semakin rendah tingkat efisiensi tataniaga cabai merah tersebut. Hubungan antara saluran tataniaga dengan efisiensi tataniaga cabai merah di daerah pnelitian Pada Case Processing Summary, terlihat 42 data yang dianalisa tidak terdapat missing value sehingga tingkat kevalidan datanya adalah 100%. Tabel Chi-Square Tests Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square 84,000 a 4,000 Likelihood Ratio 89,684 4,000 Linear-by-Linear Association 41,000 1,000 11
N of Valid Cases 42 Sumber : Data Primer Diolah Berdasarkan hasil yang diperoleh dari Chi-Square Test, nilai Chi-Square yang diperoleh sebesar 84,00 dengan nilai signifikansi sebesar 0.000 (< 0.05). Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak atau H1 diterima yang berarti ada hubungan antara saluran tataniaga dengan efisiensi tataniaga di daerah penelitian.n ilai koefisien kontingensi adalah sebesar 0.816, artinya keeratan hubungan antara saluran tataniaga dengan efisiensi tataniaga sebesar 81,6%. Kesimpulan KESIMPULAN Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat tiga saluran tataniaga cabai merah di Desa Beganding Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, biaya, marjin, dan keuntungan yang diterima masing-maing lembaga tataniaga tiap saluran berbeda, biaya tataniaga tertinggi terdapat pada saluran III dan biaya tataniaga terendah terdapat pada saluran I. Saluran tataniaga cabai merah di daerah penelitian tergolong efisien. Saluran tataniaga yang pertama merupakan saluran yang paling efisien dibandingkan dengan saluran lainnya. Semakin panjang saluran tataniaga maka akan semakin rendah tingkat efisiensi tataniaga tersebut, dan ada hubungan antara saluran tataniaga dengan efisiensi tataniaga di daerah penelitian. Keeratan hubungan antara saluran tataniaga dengan efisiensi tataniaga sebesar 81,6%. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik. 2016. Kabupaten Karo dalam Angka 2016. Medan: Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara Supranto, J. 2000. Statistik Teori dan Aplikasi. Jilid 1 Edisi 6. Jakarta. Erlangga Swastha, B dan Irawan. 2007. Manajemen Pemasaran Modern. Yogyakarta.Fakultas Ekonomi UGM Press Kohl, R. L dan Uhl, J. N. 1990. Marketting of Agricultural Product. MacMillan Sihombing, L. 2011. Tata Niaga Hasil Pertanian. Medan.USU Press. 12