BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai perencanaan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pendidikan telah berkembang pesat dan terspesialisasi. Salah satu di

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah, melalui bimbingan, pengajaran dan latihan yang berlangsung di

BAB I PENDAHULUAN. penting karena Pendidikan Anak Usia Dini merupakan fondasi dasar. Pendidikan Nasional, Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AWAL ANAK MELALUI PERMAINAN KARTU GAMBAR DI TAMAN KANAK-KANAK NEGERI PEMBINA AGAM

BAB I PENDAHULUAN. usia ini merupakan usia emas (golden age) yang merupakan masa peka dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dasar bagi perkembangan anak selanjutnya. dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah tunas berpotensi, generasi penerus yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini pada

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini merupakan masa keemasan atau golden age (Slamet. Suyanto, 2005: 6). Oleh karena itu pendidikan pada masa ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini adalah jenjang pendidikan sebelum pendidikan dasar yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. masa yang terjadi sejak anak berusia 0 6 tahun. Masa ini adalah masa yang

BAB I PENDAHULUAN. dapat menemukan potensi tersebut. Seorang anak dari lahir memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan anak karena merupakan masa peka dalam kehidupan anak. Masa

Jurnal Pesona PAUD, Vol. I. No.1.Wani

I. PENDAHULUAN. anak belajar menguasai tingkat yang lebih tinggi dari aspek-aspek gerakan,

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan jasmani dan rohani anak, agar anak dapat memiliki kesiapan dalam

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), saat ini sedang mendapat perhatian

BAB I PENDAHULUAN. sejak lahir sampai usia enam tahun, yang dilakukan melalui pemberian

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus. dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa

I. PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun (NAEYC, 1992). Anak usia

BAB I PENDAHULUAN. sejajar atau menyeluruh agar dapat menghasilkan insan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan salah satu lembaga pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini merupakan masa keemasan (golden age), oleh karena itu

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA ANAK MELALUI PERMAINAN MEMANCING HURUF BERGAMBAR DI TK NEGERI PEMBINA AGAM NIKE PRANSISKA ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. mencerdaskan dan meningkatkan taraf hidup suatu bangsa. Bagi bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Usia dini merupakan masa keemasan (golden age), oleh karena itu

PENDAHULUAN. Masing-masing anak memiliki bakat dan potensi yang telah dibawanya dari

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah proses pembinaan tumbuh

I PENDAHULUAN. Pada usia prasekolah (3-6 tahun) atau biasa disebut masa keemasan (golden age)

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA ANAK MELALUI PERMAINAN MAZE KATA DI TAMAN KANAK-KANAK PADANG ARTIKEL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini adalah jenjang pendidikan sebelum memasuki

BAB I PENDAHULUAN. usia dini yang merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan bentuk pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dan berlangsung seumur hidup. Oleh karena itu, pendidikan. sistem yang terdiri dari komponen-komponen yang saling berhubungan dan

BAB I PENDAHULUAN. pentingnya kemampuan bahasa bagi kehidupan manusia, tidak terkecuali bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai usia enam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia no. 20 tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Istilah kognitif sering kali dikenal dengan istilah intelek. Intelek

BAB I PENDAHULUAN. ada dijalur pendidikan formal. Pendidikan prasekolah adalah pendidikan untuk membantu

I. PENDAHULUAN. proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan. selanjutnya. Masa ini proses pertumbuhan dan perkembangan anak dalam

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan dalam memasuki pendidikan yang lebih tinggi. Salah satu bentuk. pendidikan Taman Kanak-kanak (PP No.27 Tahun 1990).

BAB I PENDAHULUAN. pesat dan mendapat perhatian yang luar biasa terutama di negara-negara maju,

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan dalam memasuki pendidikan yang lebih tinggi. yang di selenggarakan di lingkungan keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang sangat penting bagi sumber daya manusia yang berkualitas. kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah pembinaan yang ditujukan kepada

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Astriana Rahma, 2014

BAB I PENDAHULUAN. tersebut sangat menentukan bagi anak untuk mengembangkan seluruh. potensinya. Berdasarkan kajian dalam Ernawulan Syaodih dan Mubiar

BAB I PENDAHULUAN. sebelum pendidikan dasar yang merupakan upaya pembinaan yang ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. diberikan sejak dini dengan layak. Oleh karena itu, anak memerlukan program

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini sebagai pribadi unik yang memiliki masa-masa emas dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini merupakan manusia yang memiliki karakteristik yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. oleh mutu pendidikan dari bangsa itu sendiri. Pendidikan yang tinggi akan

BAB I PENDAHULUAN. Anak sebagai individu yang unik memiliki karakteristik yang berbeda beda. Masing

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan Pendidikan Taman Kanak-Kanak merupakan salah satu bentuk Pendidikan anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini adalah anak yang berumur nol tahun atau sejak lahir

BAB I PENDAHULUAN. mendefiniskan pendidikan anak usia dini sebagai. boleh terpisah karena ketiganya saling berkaitan. Aspek kognitif berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya saat ini pendidikan anak usia dini. baik dalam aspek fisik-motorik, kognitif, bahasa, moral dan agama, sosial

PENINGKATAN KEMAMPUAN ANAK MENGENAL HURUF MELALUI PERMAINAN MENGURAIKAN KATA DI TAMAN KANAK-KANAK NEGERI PEMBINA AGAM. Pebriani.

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa. Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Artinya, pendidikan diharapkan dapat membuat manusia menyadari

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya. Berdasarkan penelitian Benyamin S. Bloon (1992)

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. formal, non-formal dan informal. Pendidikan anak usia dini jalur pendidikan

I. PENDAHULUAN. Usia dini merupakan masa keemasan (golden age), oleh karena itu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. berhasil dari mereka. Sebaliknya tidak ada orang tua di muka bumi ini yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini mendasari jenjang pendidikan selanjutnya.

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut. Hal ini tertera didalam Undang-Undang

ARTIKEL SKRIPSI OLEH: SITI MUALIQOH SATTA NPM : P

KONSEP DASAR PENDIDIKAN PAUD. Oleh: Fitta Ummaya Santi

BAB I PENDAHULUAN. Karena pada hakikatnya, pendidikan merupakan usaha manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas sehingga mampu memajukan dan mengembangkan bangsa atau negara,

BAB I PENDAHULUAN. Anak Usia Dini menurut NAEYC (National Association Educational

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya. Perkembangan anak terjadi melalui beberapa tahapan dan setiap

BAB I PENDAHULUAN. satunya ialah PAUD yang membahas pendidikan untuk anak usia 0-6 tahun.

BAB I PENDAHULUAN. buruknya masa depan bangsa. Jika sejak usia dini anak dibekali dengan

BAB I PENDAHULUAN. pilar yaitu, learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live

BAB I PENDAHULUAN. Anak bukanlah orang dewasa mini. Anak memiliki cara tersendiri untuk. lebih bereksplorasi menggunakan kemampuan yang dimiliki.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini diselenggarakan dengan tujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa awal kanak-kanak merupakan masa yang penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh. anak perlu diberi stimulasi yang optimal melalui pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Paradigma pendidikan mengalami perubahan yang disesuaikan dengan

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara terjadwal, dan dalam suatu interaksi edukatif di bawah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neuneu Nur Alam, 2014

PENINGKATAN KEMAMPUAN SOSIAL ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN BERHITUNG DI TK GIRIWONO 2

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pembelajaran di Taman Kanak-Kanak merupakan suatu wadah untuk

BAB I PENDAHULUAN. dan emosional. Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. dari berbagai pihak yaitu pemerintah, masyarakat, dan steakholder yang terdiri

SURAKARTAA. SKRIPSI persyaratan. Sarjana S-1. Disusun Oleh : DWI A USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha atau kegiatan yang disengaja untuk membantu, membina, dan mengarahkan manusia mengembangkan segala kemampuannya yang dilaksanakan dan dikembangkan secara sistematis melalui proses pembelajaran yang terencana dengan baik. Pendidikan mempunyai perencanaan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Kemajuan suatu kebudayaan bergantung kepada cara kebudayaan tersebut mengenali, menghargai, dan memanfaatkan sumber daya manusia dan hal ini berkaitan erat dengan kualitas pendidikan yang diberikan kepada anggota masyarakatnya, kepada peserta didik. Pendidikan dilakukan seumur hidup sejak usia dini sampai akhir hayat, pentingnya pendidikan diberikan pada anak usia dini terdapat di dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Peraturan Pemerintah tentang Pendidikan Anak Usia Dini pada bab 1, pasal 1 butir 14, dinyatakan bahwa: Pendidikan anak usia dini yang selanjutnya disebut PAUD, adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai berusia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Usia dini merupakan masa keemasan (golden age), oleh karena itu pendidikan pada masa ini merupakan pendidikan yang sangat fundamental dan sangat menentukan perkembangan anak selanjutnya (Hartati, 2005:11). Pada periode ini hampir seluruh potensi anak mengalami masa peka untuk tumbuh dan berkembang secara cepat. Pada masa ini anak sangat membutuhkan 1

2 stimulasi dan rangsangan dari lingkungannya. Apabila anak mendapatkan stimulus yang baik, maka seluruh aspek perkembangan anak akan berkembang secara optimal. Menurut teori Montessori seperti dikutip Yus (2011:18) menyatakan pada rentang usia 3-6 tahun pada masa ini ditandai dengan masa peka terhadap segala stimulasi yang diterimanya melalui panca indera. Dilihat dari ciri umumnya indra berkembang dengan menangkap rangsangan yang kemudian diorganisasikan dalam pikirannya sehingga membentuk persepsi, sedangkan ciri khususnya anak sensitif untuk belajar membaca. RA (Raudhatul Athfal ) adalah salah satu bentuk satuan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan program pendidikan umum dan pendidikan keagamaan Islam bagi anak berusia 4-6 tahun. Kurikulum RA tahun 2009 menyatakan program pembelajaran yang diharapkan pada pendidikan RA adalah tercapainya tugas-tugas perkembangan secara optimal sesuai dengan standar yang telah dirumuskan. Aspek-aspek perkembangan yang diharapkan dicapai meliputi aspek dua bidang pengembangan, yaitu : (1) bidang pengembangan diri yang merupakan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dan ada dalam kehidupan sehari-hari, sehingga menjadi kebiasaan yang baik. Bidang pengembangan ini meliputi lingkup perkembangan agama dan nilai-nilai Islam, serta pengembangan sosial, emosional, dan kemandirian, dan (2) bidang kemampuan dasar yang merupakan kegiatan yang dipersiapkan oleh guru untuk meningkatkan kemampuan dan kreativitas sesuai dengan tahap perkembangan anak. Bidang kemampuan dasar meliputi lingkup perkembangan berbahasa, kognitif/motorik, dan seni. Sebagai dasar perkembangan di atas harus mendapatkan stimulasi dan pembinaan secara seimbang sehingga potensi anak dapat berkembang dengan optimal. Sebagai persiapan bagi anak sebelum menempuh pendidikan dasar, RA memberikan pengenalan dan pembiasaan akan

3 pentingnya belajar. Pengenalan ini dilakukan dalam serangkaian kegiatan harian yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh dan seimbang. Perkembangan bahasa untuk anak RA berdasarkan acuan standar pendidikan anak usia dini no. 58 tahun 2009, mengembangkan tiga aspek yaitu menerima bahasa, mengungkapkan bahasa, dan keaksaraan. Menciptakan lingkungan keaksaraan bagi anak-anak seperti penyediaan buku, pensil dan kertas juga memberikan perspektif keberaksaraan yang mencerahkan. Oleh karena itu, meskipun anak-anak belum dapat membaca dan menulis adalah sangat baik jika guru atau orang tua dapat menyediakan buku-buku di sudut ruang kelas atau rumah. Kelas-kelas RA misalnya lebih baik dipenuhi dengan huruf-huruf atau rangkaian huruf yang membentuk kata yang ditempelkan di dinding. Kegiatan itu lebih memberikan perspektif keaksaraan yang cemerlang daripada guru RA memperkenalkan huruf secara langsung kepada anak-anak RA. Anak-anak yang terpajankan dengan keaksaraan pada usia emergent literacy akan memiliki latar kondisi yang mendukung pertumbuhan diri, memotivasi dan melanjutkan pembelajaran. Tugas utama RA adalah mempersiapkan anak dengan memperkenalkan berbagai pengetahuan, sikap/perilaku, keterampilan dan intelektual agar dapat melakukan adaptasi dengan kegiatan belajar yang sesungguhnya di sekolah dasar. Di satu sisi membaca bukanlah tujuan yang sebenarnya dari penyelenggaraan pendidikan RA, namun di sisi lain hal itu justru menambah daftar alasan mengapa belajar membaca sejak RA itu penting. Kondisi demikian menjadikan masyarakat yang telah menyekolahkan anak-anaknya di RA berharap, bahkan mengharuskan agar kelak setelah selesai mengikuti program di RA, anak-anak mereka terampil membaca. Pembelajaran membaca tidak akan berhasil apabila tidak didasarkan pada dua hal, yakni kemunculan literacy anak (emergent literacy) dan kebermaknaan belajar membaca bagi anak. Ini

4 berarti pembelajaran membaca akan efektif ketika diberikan pada saat anak membutuhkan dan menginginkan. Oleh karena itu, langkah terbaik adalah menstimulasi anak agar mereka tertarik membaca, senang terhadap tulisan, dan memiliki kesadaran fonem dan leksikal. Menurut Jalongo seperti dikutip Musfiroh (2009:16) buku-buku yang penuh gambar dengan sedikit tulisan justru efektif untuk mendorong anak senang membaca. Memasuki era teknologi informasi dan komunikasi sekarang ini sangat dirasakan kebutuhan dan pentingnya penggunaan teknologi komputer dalam kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang diharapkan. Melalui teknologi komputer individu dapat meningkatkan mutu pendidikan, yaitu dengan cara membuka lebar-lebar terhadap akses ilmu pengetahuan dan teknologi informasi dalam rangka penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas dan menyenangkan. Kemajuan pesat di bidang teknologi dan informasi seperti sekarang telah menuntut individu agar memiliki kesiapan yang lebih. Otomatis, hal tersebut membutuhkan kemampuan dalam menerima serta mencari informasi sebanyak mungkin. Oleh karena itu individu tidak bisa melepaskan diri dari budaya membaca. Akan tetapi, hingga kini budaya membaca belum sepenuhnya berkembang di masyarakat Indonesia. Jika Bangsa Indonesia ingin berhasil dalam pembangunan di masa depan, maka pembinaan terhadap budaya membaca kepada anak mutlak dibutuhkan. Menurut Rita (2009:3) menyatakan empat aspek keterampilan berbahasa yang mencakup dalam pelajaran bahasa adalah: 1) keterampilan menyimak, 2) keterampilan berbicara, 3) keterampilan membaca, dan 4) keterampilan menulis.salah satu aspek pengajaran bahasa yang memegang peran penting adalah membaca, khususnya membaca permulaan. Pada sisi lain, pentingnya pengajaran membaca permulaan pada anak diberikan sejak usia dini

5 Membaca merupakan salah satu di antara empat keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis) yang penting untuk dipelajari dan dikuasai oleh setiap individu, dengan mengajarkan kepada anak cara membaca, berarti memberi anak tersebut sebuah masa depan, yaitu memberi suatu teknik bagaimana cara mengekplorasi dunia manapun yang ia pilih dan memberikan kesempatan untuk mendapatkan tujuan hidupnya. Membaca bukanlah suatu kegiatan pembelajaran yang mudah. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan anak dalam membaca. Secara umum, faktor-faktor tersebut dapat diidentifikasi seperti guru, siswa, kondisi lingkungan, materi pelajaran, serta teknik mempelajari materi pelajaran. Faktor terakhir yang dapat mempengaruhi keberhasilan anak dalam membaca adalah penguasaan teknik-teknik membaca (Sumadayo,2013:90). Pembelajaran bahasa untuk anak usia dini diarahkan pada kemampuan berkomunikasi, baik secara lisan maupun tertulis (simbolis). Untuk memahami bahasa simbolis, anak perlu belajar membaca dan menulis. Waktu terbaik untuk anak mulai belajar membaca adalah pada usia yang sangat muda, bahkan sebelum anak memasuki pra-sekolah. Setelah anak mampu berbicara, ia dapat mulai mengembangkan kemampuan membaca dasar. Anak-anak suka melihat-lihat buku dan menikmati setiap tulisan dan gambar yang ada di buku. Mereka bahkan akan berpura-pura berperilaku seperti pembaca dengan memegang buku dan berpura-pura membacanya. Melalui gemar membaca diharapkan anak-anak dapat membaca dengan baik sehingga mempunyai rasa kebahasaan yang tinggi, berwawasan yang lebih luas keberagamannya dan mampu mengembangkan pola berpikir kreatif dalam dirinya. Memberikan pembelajaran keaksaraan pada anak usia RA tetaplah melalui bermain karena bagi anak usia RA bermain adalah belajar dan belajar adalah bermain.

6 Penelitian di Negara maju menunjukkan lebih dari 10% murid mengalami kesulitan membaca, yang kemudian menjadi penyebab utama kegagalan di sekolah (Yusuf, 2003:69). Dampaknya orang tua pun meyakini bahwa sebelum masuk sekolah dari putra-putrinya harus mampu membaca. Pada akhirnya RA yang bertujuan untuk meletakkan dasar ke arah perkembangan sikap, pengetahuan, keterampilan dan daya cipta yang di perlukan anak untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dan perkembangan selanjutnya berubah menjadi sekolah baca tulis dengan metode yang seringkali mengenyampingkan aspek-aspek perkembangan dan pertumbuhan anak. RA yang seharusnya berfungsi sebagai tempat bermain yang indah, nyaman, gembira dan menarik bagi anak untuk mewujudkan berbagai aktivitasnya dalam masa bermain, bersosialisasi dengan teman sebaya, beradaptasi dengan lingkungan baru setelah rumah, dan mengembangkan potensi dasar yang anak miliki, menjadi tempat yang kurang nyaman bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak-anak merasa tertekan, dan merasakan beban yang berat, sehingga keceriaan mereka berkurang, dan mengalami ketidakseimbangan perkembangan pada aspek keterampilan dan kreatifitasnya. Akhirnya mereka merasa pendidikan RA merupakan suatu prasyarat masuk sekolah dasar. Di satu sisi membaca bukanlah tujuan yang sebenarnya dari penyelenggaraan pendidikan RA namun disisi lain hal itu justru menambah daftar alasan mengapa belajar membaca sejak RA itu penting. Melihat kenyataan di sekolah dan dampak yang akan dihasilkan dari kegagalan membaca, dirasakan bahwa kemampuan membaca perlu dirangsang sejak dini. Pelatihan membaca dini adalah pelatihan membaca yang diterapkan untuk anak RA dengan tujuan menyiapkan anak mengikuti kegiatan membaca lanjutan, sehingga kelak diharapkan anak tidak mengalami kesulitan di Sekolah Dasar.

7 Dari hasil wawancara peneliti dengan guru kelompok B1 di RA Bunayya 1 Tanjung Sari Medan Selayang, terhadap pembelajaran keaksaraan khususnya membaca, menggambarkan bahwa pembelajaran yang dilakukan guru masih bersifat konvensional. Salah satu contoh dalam mengajar pembelajaran membaca gambar sederhana, media yang digunakan tidak berwarna, yaitu guru menggambar di papan tulis, dan memberi keterangan gambar dengan tulisan di samping gambar, saat guru menggambar anak ribut sendiri. Dampak dari kondisi ini berakibat menyebabkan kemampuan membaca anak rendah, karena kondisi keterbatasan media pembelajaran dan juga metode yang digunakan guru secara monoton, tidak menarik. Kondisi tersebut membuat anak menjadi bosan dan malas untuk latihan membaca. Keinginan dan aktivitas anak mengikuti kegiatan cenderung menurun dan kurang diperhatikan. Berikut data aspek pengembangan anak, sebagaimana tertera pada tabel 1.1 berikut : 2011-2012. Tabel 1.1 Deskripsi Hasil Belajar RA Bunayya 1 Tanjung Sari Medan Selayang Tahun NO Conten Belajar Rata-rata Persentase 1 Nilai-nilai Agama dan Moral 68,40 70 % 2 Motorik 62.20 65 % 3 Kognitif 70.00 80 % 4 Bahasa A. Menerima Bahasa 60.00 55 % B. Mengungkapkan Bahasa 56.50 50 % C. Keaksaraan : 1. Menyebutkan kata-kata yang mempunyai huruf awal yang sama 2. Menghubungkan gambar dengan kata. 3. Membaca kata yang memiliki gambar 4. Menghubungkan kata dengan simbol yang melambangkannya 53.3 50.0 40.0 40.0 55 % 16 % 15 % 12 % 12 % 5 Sosial emosional 65%

8 Melihat begitu rendahnya hasil tingkat pencapaian perkembangan keaksaraan, di RA Bunayya 1 Tanjung Sari Medan Selayang, maka diperlukan upaya dan sungguh-sungguh guru melalui tindakan perbaikan metode dan pendekatan serta teknik belajar yang berorientasi pada anak. Salah satu strategi yang dapat digunakan untuk menarik perhatian anak untuk belajar keaksaraan adalah dengan menggunakan kartu kata bergambar melalui media komputer. Kartu kata bergambar yang dilengkapi dengan gambar memiliki kekuatan besar dalam merespons otak anak. Melalui gambar, selain bisa menangkap bunyi lafal dari suatu huruf atau nama tertentu, anak juga dapat mengingat bentuk dari nama-nama benda tersebut. Biasanya anak akan lebih mudah menghafal jika ada suara dan gambar-gambar beserta tulisannnya. Karena suara, gambar dan kata sangat erat kaitannya. Begitu anak sudah menghafal gambar, kemudian dirangkaikan dengan kata, maka dikemudian hari akan mudah buat anak untuk belajar keaksaraan. Berdasarkan fakta di atas, dipandang perlu ada suatu perubahan yang harus dilakukan untuk membantu anak dalam pembelajaran keaksaraan dan membantu pengajar dalam menyampaikan materi dengan media yang ada. Dengan adanya pendekatan yang dilakukan untuk membuat anak lebih berminat dalam membaca. Untuk mendukung metode pembelajaran dan diperlukan media yang tepat agar tujuan pembelajaran dapat terwujud secara optimal. Kemajuan teknologi sekarang, tidak pada tempatnya lagi jika penyampaian pengajaran, masih dilakukan secara verbalitas atau dengan kata-kata saja, karena pengetahuan anak usia dini di dapat dari pengalaman dan pendengaran, sehingga indra penglihatan dan pendengaran anak menjadi sumber masuknya informasi yang utama. Dalam pengajaran keaksaraan dibutuhkan metode pembelajaran yang bervariasi dalam penggunaan media pembelajaran yang melibatkan indra penglihatan dan pendengaran.

9 Penggunaan media pembelajaran diharapkan mampu membantu proses belajar. Seperti disampaikan oleh Hamalik (1994:16), bahwa pemakaian media dalam proses pembelajaran dapat membangkitkan keinginan dan minat baru, membangkitkan motivasi, memberikan rangsangan kegiatan belajar, bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap anak. Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu. Agar anak bisa cepat membaca membiasakan sedini mungkin untuk mengajak mereka bermain interaktif dan memperlihatkan ke mereka berbagai visualisasi yang mendukung kegiatan belajar membaca. Multimedia yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah komputer yang dalam pemanfaatannya membutuhkan LCD proyektor. Hal inilah yang mendorong penulis mengambil judul : Peningkatan Kemampuan Keaksaraan Dengan Kartu Kata Bergambar Melalui Media Komputer Pada Kelompok B Di Raudhatul Athfal Bunayya 1 Tanjung Sari Medan Selayang Tahun Pelajaran 2013/2014. 1..2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian masalah pada latar belakang masalah diatas maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut : (1) Kemampuan keaksaraan anak masih rendah; (2) Metode pembelajaran yang selama ini diterapkan kurang variatif untuk meningkatkan kemampuan keaksaraan; (3) Media pembelajaran masih kurang tepat sehingga mempengaruhi minat belajar anak. 1.3 Batasan Masalah Agar penelitian ini lebih efektif, efisien, terarah dan dapat dikaji lebih mendalam maka perlu dilakukan pembatasan masalah. Masalah penelitian ini dibatasi pada penerapan Kartu Kata

10 Bergambar melalui media komputer dan peningkatan kemampuan keaksaraan yang diteliti adalah kemampuan membaca anak Kelompok B Di Raudhatul Athfal Bunayya 1 Tanjung Sari Medan Selayang Tahun Pelajaran 2013/2014. 1.4. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah yang dikemukakan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimanakah peningkatan kemampuan keaksaraan anak dengan kartu kata bergambar melalui media komputer kelompok B di RA. Bunayya 1 Tanjung Sari Medan Selayang Tahun Pelajaran 2013/2014? 2. Bagaimanakah peningkatan aktivitas anak dalam pembelajaran keaksaraan dengan kartu kata bergambar melalui media komputer kelompok B di RA. Bunayya 1 Tanjung Sari Medan Selayang Tahun Pelajaran 2013/2014? 1.5 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah : 1. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan keaksaraan khususnya kemampuan membaca anak kelompok B dengan kartu kata bergambar melalui media komputer 2. Untuk mengetahui peningkatan aktivitas anak dalam pembelajaran keaksaraan dengan kartu kata bergambar melalui media komputer. 1.6 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memberi manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan baik secara teoretis maupun praktis. Manfaat penelitian ini :

11 1. Teoretis a. Memberi kontribusi pada teori, yaitu memberi kontribusi nilai guna berupa pengembangan mutu teori perilaku dan pembelajaran, serta pengembangan mutu penelitian yang akan datang. b. Terjadinya pergeseran dari paradigma mengajar menuju paradigma belajar yang mengutamakan proses untuk mencapai hasil belajar. 2. Praktis a. Manfaat bagi anak 1. Membantu anak meningkatkan kemampuan keaksaraan, khususnya kemampuan membaca. 2. Aktivitas anak dalam pembelajaran keaksaraan khususnya kemampuan membaca meningkat. b. Guru 1. Membantu mempermudah guru dalam pengembangan kemampuan keaksaraan anak. 2. Sebagai dasar bagi guru dalam memilih media pengembangan kemampuan keaksaraan. 3. Peningkatan profesionalisme guru serta meningkatkan mutu proses pembelajaran. c. Sekolah 1. Sebagai rujukan pihak sekolah dalam memberikan saran kepada orangtua untuk pengembangan kemampuan keaksaraan.

12 2. Penggunaan media komputer diharapkan dapat meningkatkan kemampuan guru dalam mengatasi masalah pembelajaran, khususnya yang berhubungan dengan kemampuan keaksaraan.