BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang membawa berbagai konsekuensi tidak hanya terhadap dinamika kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Demokrasi pada era globalisasi saat ini menjadi pilar-pilar bagi

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. konsep pendidikan yang berbasis pada pemanfaatan keragaman yang ada di masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses yang ditempuh oleh peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk memahami nilai-nilai warga negara yang baik. Sehingga siswa

PEMIKIRAN POLITIK DAN GERAKAN SOSIOKULTURAL KEWARGANEGARAAN KAUM INTELEKTUAL MUSLIM NEO-MODERNIS DALAM PENGUATAN DEMOKRASI DAN CIVIL SOCIETY

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Erwin Susanto, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Juanda, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peranan yang sangat

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Thomy Sastra Atmaja, 2013

BAB I PENDAHULUAN. budaya. Pada dasarnya keragaman budaya baik dari segi etnis, agama,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.

I. PENDAHULUAN. pemerintahannya juga mengalami banyak kemajuan. Salah satunya mengenai. demokrasi yang menjadi idaman dari masyarakat Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

: Pendidikan Kewarganegaraan (PKN)

PARADIGMA PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN MENYONGSONG PERUBAHAN KURIKULUM PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN (PPKn) Oleh: SAPARUDDIN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Menciptakan Harmonisasi Hubungan Antaretnik di Kabupaten Ketapang

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa dan merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan

I. PENDAHULUAN. satu usaha pembangunan watak bangsa. Pendidikan ialah suatu usaha dari setiap diri

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

I. PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan yang terjadi pada bangsa kita saat ini sangatlah

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN. Materi Kuliah. Latar Belakang Pendidikan kewarganegaraan. Modul 1

STRUKTUR KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA DAN SMK/MAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Septi Rotari, 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana mengubah kepribadian dan pengembangan diri. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai

BAB II PERSPEKTIF PENDIDIKAN POLITIK

LEONARD PITJUMARFOR, 2015 PELATIHAN PEMUDA PELOPOR DALAM MENINGKATKAN WAWASAN KESANAN PEMUDA DI DAERAH RAWAN KONFLIK

Kewarganegaraan. Pengembangan dan Pemeliharaan sikap dan nilai-nilai kewarganegaraan. Uly Amrina ST, MM. Kode : Semester 1 2 SKS.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

PEMBINAAN KARAKTER KEWARGANEGARAAN MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

BAB I PENDAHULUAN. dan dasar negara membawa konsekuensi logis bahwa nilai-nilai Pancasila harus selalu

BAB I PENDAHULUAN. bagi generasi penerus perjuangan bangsa ini.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai suku, ras, adat istiadat, bahasa, budaya, agama, serta kepercayaan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tris Yuniar, 2015 Peranan panti sosial asuhan anak dalam mengembangkan karakter kepedulian sosial

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. memiliki eksistensi yang lebih bermartabat. Pendidikan formal pada hakikatnya

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik

om KOMPETENSI INTI 13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil enelitian yang telah dilakukan, penulis memperoleh beberapa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana bagi manusia untuk mampu

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PENGEMBANGAN ETIKA DAN MORAL BANGSA. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI

PENDIDIKAN DAMAI SEBAGAI PEMBINAAN KEADABAAN KEWARGANEGARAAN DI BIDANG SOSIAL

ANGGARAN DASAR KOMNAS PEREMPUAN PENGESAHAN: 11 FEBRUARI 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan, karena

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kualitas kepribadian serta kesadaran sebagai warga negara yang baik.

GERAKAN NASIONAL REVOLUSI MENTAL

Daftari Isi. Abstrak... iii Kata Pengantar... vi Daftar Isi... viii Daftar Tabel... xiii Daftar Gambar... xvi

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai makhluk hidup manusia dituntut memiliki perilaku yang lebih baik dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut sebenarnya dapat menjadi modal yang kuat apabila diolah dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nana Sutarna, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PROSES PEMBELAJARAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN DI PERGURUAN TINGGI. Sulistyanto. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai sebuah negara yang masyarakatnya majemuk, Indonesia terdiri

MENERAPKAN PENILAIAN AUTENTIK DI MADRASAH ALIYAH KARAWANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya. Guna mewujudkan itu semua, nilai-nilai demokrasi

BAB I PENDAHULUAN. materi mengenai kehidupan politik suatu negara. Juga bertujuan untuk membentuk

2015 PEMBINAAN KECERDASAN SOSIAL SISWA MELALUI KEGIATAN PRAMUKA (STUDI KASUS DI SDN DI KOTA SERANG)

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesimpulan ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran dari semua

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhammad Rakhman Firdaus, 2016

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dalam bab ini dipaparkan kesimpulan, dan rekomendasi yang mengacu

2015 IMPLEMENTASI MODEL WORD SQUARE DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara awal yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara juga. meningkatkan kualitas pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. teknologi informasi mengakibatkan kaburnya batas-batas antar negara baik

[ Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi] 2012

BAB I PENDAHULUAN. dengan memudarnya sikap saling menghormati, tanggung jawab,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan proses pembelajaran. Di dalam proses

Alokasi Waktu. Sumber Belajar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Venty Fatimah, 2013

PERAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENGATASI GERAKAN RADIKALISME. Oleh: Didik Siswanto, M.Pd 1

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan karakter dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan. Di samping

EDY NOVIYANTO A

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PERDAMAIAN *) Oleh : Dr. Yosaphat Haris Nusarastriya, M.Si**)

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena ketidak-konsistenan antara pendidikan dan keberhasilan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

CATATAN UNTUK RENCANA INDUK NASIONAL PEMBANGUNAN KEBUDAYAAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan gambaran umum lokasi penelitian, deskripsi dan pembahasan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai bangsa yang multikultur ternyata belum berhasil melakukan internalisasi nilai kedamaian yang terlihat dari masih mengemukanya berbagai gejolak sosial di masyarakat. Hal tersebut jika dilihat dari kondisi sosiokultural maupun geografis yang begitu beragam dan luas ditambah dengan ketidakmampuan mengelola keberagaman mendorong terjadinya gejolak sosial, seperti kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) dan disintegrasi di beberapa wilayah. Satu contoh kasus pelanggaran HAM, dari tanggal 1 Januari 1961 sampai 26 Nov 2015 dalam ranah kesetaraan dan non-diskriminasi 13 kasus, kebebasan beragama dan berkeyakinan 108 kasus, hak atas hidup 231 kasus dan perbudakan 5 kasus (Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat, 2015). Dalam kasus pelanggaran HAM terdapat masalah dimana antar individu tidak bisa saling menghargai satu sama lain. Kemudian dalam kasus lain, kita bisa melihat berbagai macam konflik yang terjadi, seperti konflik antara warga Dayak dan Madura di Sampit, Kalimantan Tengah, yang berkembang menjadi konflik antar etnis. Dalam waktu seminggu, jumlah korban yang tewas dari etnis Madura tercatat 315 orang. Konflik Sampit telah menambah panjang daftar konflik yang bernuansa SARA di tanah air (Mahmud, 2006, hlm 119). Konflik juga terjadi di Aceh selama hampir 30 tahun, ironisnya konflik tersebut tidak hanya menimbulkan korban jiwa dan kerugian material yang sangat besar, namun juga disadari atau tidak berpotensi telah mengubah karakter masyarakat Aceh dari karakter masyarakat yang cinta damai menjadi masyarakat yang cinta kekerasan. Fenomena-fenomena di atas telah memberikan catatancatatan dalam tinta hitam sepanjang perjalanan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang tercinta ini (Meiro, 2009).

2 Dalam level internasional, pendidikan digunakan sebagai pendekatan untuk mengurangi konflik dan kekerasan sesungguhnya sudah menjadi wacana terutama pendidikan perdamaian. PBB melalui UNESCO dan UNICEF sudah menggunakan pedidikan perdamaian sebagai respon kemanusiaan paska konflik untuk mengembalikan kondisi masyarakat paska konflik lebih berperilaku kepada perdamaian. Pendidikan terutama pendidikan perdamaian juga dipercaya mempunyai kekuatan untuk mengikis dan meminimalisir gerakan ekstrimisme yang sekarang ini merambah ke kaum pemuda dan pemudi yang tidak memiliki pendidikan yang cukup tentang toleransi dan saling menghormati. Hal ini telah disampaikan oleh Tony Blair Perdana Menteri Inggris dalam pidatonya di Dewan Keamanan PBB pada November 2014 yang mengatakan bahwa pendidikan sangatlah penting dalam menjaga perdamaian dunia (Blair : 2014). Perdana Mentri Blair juga mengungkapan dengan melihat konflik-konflik jaman sekarang yang sangat berbeda dari sebelumnya, beliau juga menyatakan bahwa education is a security issue sehingga sudah seharusnya seluruh masyarakat di dunia memberikan perhatian yang lebih kepada pendidikan damai. Berangkat dari hal tersebut, dapat dikatakan bahwa pendidikan damai merupakan gerakan internasional yang sungguh sangatlah penting dalam mewujudkan perdamaian dunia secara internasional walaupun pelaksanaannya ada di daerah terpencil di suatu negara sekalipun sehingga apabila gerakan ini dilakukan secara bersama-sama oleh semua Negara, tentunya membawa kesempatan untuk mencapai perdamaian dunia lebih besar untuk terwujud (Blair, 2014). UNICEF dan UNESCO selaku badan PBB sudah meletakan pendidikan damai sebagai sebuah perhatian dalam membina perdamaian terutama dalam membina perdamaian di daerah konflik. UNICEF sendiri mempunyai programprogram yang dikhususkan untuk pendidikan damai dalam bentuk informal dan formal. Pendidikan formal dimaksudkan disini merupakan pendidikan damai di sekolah-sekolah berbasis perdamaian atau sekolah-sekolah yang sedang dalam tahap memasukan unsur-unsur perdamaian dengan pengembangan sistem

3 pendidikan, meningkatkan kondisi lingkungan sekolah dan mutu pengajarannya (Fountain, 1999). PBB melalui kedua badannya tersebut juga menekankan bahwa pendidikan damai berbeda dengan pendidikan pada umumnya dimana fokusnya bukan hanya belajar dan menghapalkan semata seperti halnya di konteks Aceh namun lebih dari itu bahwa pendidikan damai menekankan kepada bagaimana seorang generasi muda mampu membangun masa depan dan membuat dunia sekitarnya menjadi tempat yang lebih damai untuk ditinggali. Walaupun pendidikan damai bermula dari gerakan komunitas intenasional namun praktisi perdamaian di bidang pendidikan pada dewasa ini meluaskan jangkauan praktek pengajarannya melewati batasan-batasan wilayah serta tidak hanya fokus pada isu-isu perdamaian internasional namun mencoba merengkuh subyek-subyek yang signifikan di dalam dimensi-dimensi domestik seperti pendidikan demokrasi, Hak Asasi Manusia dan kewarganegaraan. (Fitzduff dan Isabella, 2011, hlm. 7). Dalam tinjauan Pendidikan Kewarganegaraan, Pendidikan Kewarganegaraann secara pragmatik memiliki visi socio-pedagogis untuk mendidik warganegara yang demokratis dalam konteks yang lebih luas, antara lain mencakup konteks pendidikan formal dan non-formal. Sedangkan secara umum Pendidikan Kewarganegaraan memiliki visi formal-pedagogis untuk mendidik warganegara yang demokratis dalam konteks pendidikan formal. Di Indonesia PKn memiliki visi formal-pedagogis, yakni sebagai mata pelajaran sosial dalam dunia persekolahan dan perguruan tinggi yang berfungsi sebagai wahana untuk mendidik warganegara Indonesia yang Pancasilais, singkatnya Pendidikan Kewarganegaraan melakukan pembinaan keadaban kewarganegaraan dalam bidang sosial melalui prinsip-prinsip nilai demokrasi dan ideologi negara yang diajarkan melalui sekolah. Lebih lanjut dalam tinjauan Civic Education, partisipasi warga negara dibentuk oleh elemen-elemen civic knowledge, civic virtue, civic skill, civic disposition, dan civic commitment (Branson dan Quigley, 1998, hlm. 5).

4 Paradigma Civic Education ala civitas internasional dan center for Civic Education juga menitikberatkan pada pengembangan civic virtue dan civic culture (Budimansyah dan Suryadi, 2008, hlm. 22). Keadaban kewarganegaraan atau civic virtue di bidang sosial yang mengalami kemerosotan ditandai dengan semakin banyaknya kekerasan, kerusuhan dan konflik. Kondisi ini membutuhkan alternatif solusi yang mengikutsertakan semua komponen masyarakat. Program peace education yang dilakukan oleh komunitas Peace Generation merupakan contoh sederhana bagaimana warga negara semestinya memberikan partisipasinya dalam bentuk kepedulian terhadap masalah sosial. Berdasarkan uraian di atas, peneliti merasa perlu untuk membahas dan meneliti mengenai pembentukan kesadaran sosial melalui program pendidikan damai pada komunitas Peace Generation. Penelitian ini penting dilakukan karena peneliti setidaknya didukung oleh beberapa alasan argumentatif, yaitu a) Persoalan sosial lebih disebabkan oleh peran manusia yang gagal menjalin hubungan baik dan selaras dengan manusia lainnya. Padahal kehidupan sosial yang harmonis seperti memiliki sifat toleransi, saling menghormati, solidaritas dan hidup dengan penuh kasih sayang merupakan cita-cita setiap orang. b) Program-program dari pemerintah dirasakan belum optimal karena hanya bersifat sentralistik dan vertikal tanpa tercukupinya peran serta masyarakat. Hal ini memerlukan partisipasi non pemerintah secara mandiri untuk mencegah dan menanggulangi permasalahan sosial tanpa menunggu peran pemerintah yang terbatas; dan c) Program pendidikan damai dapat dijadikan model alternatif sebuah pendidikan diwilayah perkotaan seperti Kota Bandung sehingga kondisi perkotaan yang rawan konflik akibat kemajemukannya dapat terminimalisir dengan baik. Maka dari itu peneliti mengambil judul Pembinaan Keadaban Kewarganegaraan (Civic Virtue) dalam Bidang Sosial melalui Program Pendidikan Damai (Peace Education) Pada Komunitas Peace Generation di Kota Bandung.

5 B. Identifikasi Masalah Berdasar latar belakang masalah diatas, maka untuk membatasi penelitian ini maka peneliti memiliki indetifikasi masalah yang dapat dikemukakan, diantaranya sebagai berikut : 1. Faktor pelanggaran HAM yang terjadi merupakan salah satu sikap antar individu yang tidak bisa saling menghargai satu sama lain. 2. Konflik yang bernuansa SARA merupakan salah satu bentuk ketidakberadaban warganegara dalam bidang sosial. 3. Kurangnya sinergi antara berbagai pihak dalam usaha menciptakan keadaban kewarganegaraan dalam bidang sosial, baik dari pemerintah maupun dari masyarakat itu sendiri 4. Kurangnya kesadaran bahwa pendidikan damai merupakan salah satu jalan untuk terciptanya masyarakat yang beradab. 5. Konsep Pendidikan Damai di Indonesia belum bisa diintegrasikan dalam kurikulum pendidikan formal. C. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan sebelumnya, secara umum rumusan masalah pokok dalam penelitian ini, yaitu: Bagaimana pembinaan keadaban Kewarganegaraan (Civic Virtue) di bidang sosial melalui program pendidikan damai (Peace Education) di komunitas Peace Generation kota Bandung? Agar lebih terarah dan terfokus, maka rumusan masalah di atas dapat dikembangkan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana input pendidikan damai yang dimiliki oleh komunitas Peace Generation di kota Bandung? 2. Bagaimana proses pendidikan damai yang dilakukan komunitas Peace Generation di kota Bandung?

6 3. Bagaimana hasil pendidikan damai yang dilakukan oleh komunitas Peace Generation di kota Bandung? D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkapkan tentang pembinaan keadaban kewarganegaraan (Civic Virtue) dalam bidang sosial melualui program pendidikan damai (Peace Education) pada komunitas Peace Generation di kota Bandung. 2. Tujuan Khusus Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk mengumpulkan, menggali, mengkaji, mengorganisasikan informasi, dan menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan, yaitu untuk mengkaji: a. Input pendidikan damai yang dimiliki oleh komunitas Peace Generation di Kota Bandung. b. Proses pendidikan damai yang dilaksanakan oleh komunitas Peace Generation di Kota Bandung. c. Hasil pendidikan damai yang dilakukan oleh komunitas Peace Generation di Kota Bandung. E. Penjelasan Istilah 1. Keadaban Kewarganegaraan (Civic Virtue) dalam bidang sosial Definisi civic virtue (keadaban kewarganegaraan) ialah seperangkat keterampilan, watak, dan ciri karakter yang menghasilkan pribadi yang demokratis dengan komponen utamanya berhubungan dengan pengembangan warga negara demokratis (McClain, 2001, hlm. 1624). Civic virtue juga dapat diartikan sebagai penumbuh kembangan kebiasaan perseorangan yang dianggap penting untuk keberhasilan suatu komunitas. Civic virtue dalam

7 referensi lain merupakan istilah dalam filsafat politik, yaitu kualitas kepribadian yang diasosiasikan kepada peran efektif warga negara dalam kehidupan politik atau penjagaan terhadap nilai-nilai atau prinsip-prinsip publik (Encyclopedia Britania online). Diskusi tentang civic virtue lebih banyak mengenai peran warga negara di area publik sebagai dukungan mereka kepada negara, setidaknya seperti dengan membayar pajak. Dari uraian tersebut keadaban kewarganegaraan (civic virtue) dalam bidang sosial adalah moralitas atau standar perilaku yang benar mengenai keterlibatan warga negara dalam masyarakat, mengenai hak dan kewajiban dalam lingkup masyarakat yang berdasarkan prinsip nilai-nilai demokrasi dalam kaitannya dengan pengertian tersebut dapat ditarik indikator keadaban kewaraganegaraan (civic virtue) dalam bidang sosial antara lain : Toleransi, Anti kekerasan, Solidaritas, Menghargai Hak Asasi Manusia, Hidup dengan adil dan penuh kasih sayang, Hidup dengan budaya damai. 2. Pendidikan Damai Pendidikan damai pada dasarnya merupakan salah satu strategi krusial yang dikerahkan dalam periode peacebuilding dan juga cara yang efektif untuk mencegah konflik (Novarro-Castro & Nario-Galace, 2008, hlm. 21). UNICEF secara khusus mendefinisikan pendidikan damai sebagai sebuah proses untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan, sikap atau tindakan dan nilai yang diperlukan untuk mengubah perilaku anak-anak, pemuda, dan orang dewasa untuk mencegah konflik secara damai, serta menciptakan suasana kondusif bagi perdamaian, baik pada level pribadi, antar pribadi, antar kelompok, nasional ataupun internasional (Fountain, 1999, hlm. 1) F. Manfaat Penelitian 1. Segi Teori Secara teoritik, penelitian ini diharapkan dapat mengumpulkan, menggali, mengkaji, dan mengorganisasikan informasi seputar program Peace

8 Education sebagai pembinaan keadaban warga negara di bidang sosial guna memberikan pengembangan bagi keilmuan PKn (Pendidikan Kewarganegaraan) secara sosio-kultural. Diharapkan kajian PKn mendapatkan nilai tambah dari proses bottom up gerakan sosial yang mencerminkan peran dan partisipasi positif warga negara. 2. Segi Kebijakan Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi mengenai konsep pendidikan guna membangun keadaban di bidang sosial dengan membangun dan mengembangkan kesadaran terhadap bidang sosial bagi warga negara. Sehingga program Peace Education yang pada awalnya sebagai gerakan sosial yang dilakukan oleh kelompok sosial dalam masyarakat menjadi gerakan bersama yang terstruktur, bersinergi, dan mendapatkan dukungan dari segenap pihak dan lintas sektoral. Dengan kepedulian terhadap keadaan sosial yang semakin tumbuh dalam masyarakat melalui gerakan Peace Education sebagai gaya hidup (life style) menjadi solusi terhadap persoalan bersama yaitu kekerasan dan kerusuhan. 3. Segi Praktis Secara praktis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi pihak-pihak berikut: a. Para pengembang kurikulum PKn dan sosial, terutama tambahan muatan isi pendidikan karakter dengan menjalin keterpaduan konsep dan praktek pendidikan sosial pada peserta didik dan masyarakat. b. Peneliti lanjutan, sebagai bahan informasi dan perbandingan agar dikembangkan konsep dan teori lain untuk meningkatkan peran pendidikan bagi upaya menciptakan budaya damai. 4. Segi Isu dan Aksi Sosial Secara isu dan aksi sosial, penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat kepada pihak-pihak berikut:

9 a. Pada masyarakat umum, sebagai bahan refleksi dan motivasi untuk mengambil peran aktif dalam upaya menciptakan budaya damai. Selain manfaat di bidang sosial, melalui kegiatan Peace Education juga memiliki dampak positif dalam mempererat relasi sosial dalam masyarakat. b. Para akademisi, praktisi pendidikan, aktivis sosial, dan tokoh masyarakat, sebagai bahan kontribusi konsep dan paradigma budaya damai, pengembangan pendidikan, dan pelatihan budaya damai dengan mengikutsertakan peran aktif warga negara atau masyarakat. c. Pejabat pemerintah, terutama Pemerintah Kota Bandung, agar memberikan dukungan baik materiil maupun nonmateriil terhadap program-program yang diinisasi oleh perorangan maupun kelompok yang berguna bagi keadaan damai di perkotaan. G. Struktur Organisasi Tesis Pada penelitian yang penulis lakukan, agar alur penulisan lebih mudah dipahami dan jelas, maka tesis yang akan disusun memiliki sistematika sebagai berikut: Metode dan teknik penelitian, teknik pengumpulan data, tahap penelitian, teknik pengolahan dan analisis data, lokasi dan subjek penelitian, dan sistematika penelitian Bab pertama, latar belakang penelitian, identifikasi masalah penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, definisi konseptual, manfaat/signifikansi penelitian,. Bab kedua, memuat dan mengkaji tentang kajian pustaka mengenai keadaban kewarganegaraan dalam bidang sosial, pendidikan damai, penelitian terdahulu, posisi peneliti dan posisi studi. Bab ketiga, memuat tentang pendekatan penelitian yang menggunakan kualitatif, jenis penelitian studi kasus (case study), subjek dan objek penelitian yaitu komunitas Peace Generation yang terdiri dari pengurus, anggota dan peserta program pendidikan dama komunitas Peace Generation, tekhnik pengumpulan

10 data berupa wawancara dengan pedoman wawancara, observasi dengan daftar tilik dan analisis dokumen, tekhik analisis data dan keabsahan data yang menggunakan triangulasi data. Bab keempat, merupakan hasil temuan dan pembahasan penelitian meliputi deskripsi penelitian, bentuk keadaban kewarganegaraan dalam bidang sosial melalui input pendidikan damai, proses pendidikan damai dan hasil dari program pendidikan damai. Bab kelima, merupakan penutup yakni mengenai simpulan baik umum dan khusus, implikasi serta rekomendasi.