Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Siswa Kelas XI SMAN Y Yogyakarta Tahun 2017 (N=114)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

Notoatmodjo, S Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Partowisastr, K Dinamika Psikologi Sosial.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain, perubahan nilai dan kebanyakan remaja memiliki dua

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seksual khususnya kalangan remaja Indonesia sungguh

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada perkembangan zaman saat ini, perilaku berciuman ikut dalam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. Periode perkembangan manusia terdiri atas tiga yaitu masa anak-anak,

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN SEKSUAL TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SEKS BEBAS PADA REMAJADI SMK NEGERI 1 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut Imran (1998) masa remaja diawali dengan masa pubertas,

Hubungan Peran Teman Sebaya Dengan Perilaku Seksual Remaja Di Smk Bina Patria 1 Sukoharjo

GAMBARAN MEDIA INFORMASI, PENGARUH TEMAN, TEMPAT TINGGAL DENGAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI KOTA PALEMBANG TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

BAB 1 PENDAHULUAN. Statistik (BPS) Republik Indonesia melaporkan bahwa Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau keinginan yang kuat tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB 2 Tinjauan Pustaka

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012 STUDI DISKRIPTIF TENTANG GAYA PACARAN SISWA SMA KOTA SEMARANG. Asih Nurul Aini.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan zaman yang semakin pesat, menuntut. masyarakat untuk bersaing dengan apa yang dimilikinya di era

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan sosial-ekonomi secara total ke arah ketergantungan yang

BAB I PENDAHULUAN. (Soetjiningsih, 2004). Masa remaja merupakan suatu masa yang menjadi

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI DI SMA N COLOMADU

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk memiliki. Pada masa ini, seorang remaja biasanya mulai naksir lawan

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali setiap individu akan mengalami masa peralihan ini.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

Dewi Puspitaningrum 1), Siti Istiana 2)

HUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai adanya proses perubahan pada aspek fisik maupun psikologis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam istilah asing yaitu adolescence yang berarti tumbuh kearah

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA PUTRI

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa dalam perkembangan hidup manusia. WHO

BAB I PENDAHULUAN. seorang individu. Masa ini merupakan masa transisi dari kanak-kanak ke masa

The Factors Related to Pre Marriage Sexual Behavior of Adolescents in Grade X and XI in State Senior High School 1 in Bandar Lampung

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat diwujudkan dalam tingkah laku yang bermacam-macam, mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. tampak pada pola asuh yang diterapkan orang tuanya sehingga menjadi anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanan menuju masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut terjadi akibat dari kehidupan seksual remaja yang saat ini semakin bebas

BAB I PENDAHULUAN. akurat khususnya teman (Sarwono, 2006). menarik secara seksual, apakah mereka akan bertumbuh lagi, apakah orang

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan salah satu harapan bangsa demi kemajuan Negara, dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksual telah

BAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh yang mengiringi rangkaian pendewasaan. Pertumbuhan organ-organ

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Latifah

BAB 1 PENDAHULUAN. menuju masyarakat modern, yang mengubah norma-norma, nilai-nilai dan gaya

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2007). World Health

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang berada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam proses kehidupan manusia mengalami tahap-tahap perkembangan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karena kehidupan manusia sendiri tidak terlepas dari masalah ini. Remaja bisa dengan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang

(e) Uang saku rata-rata perbulan kurang dari Rp ,- (64,8%) dan sisanya (35,3%) lebih dari Rp per bulan.

Dinamika Kebidanan vol. 2 no.2. Agustus 2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah-masalah pada remaja yang berhubungan dengan kesehatan

BAB IV HASIL KAJIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Seks bebas atau dalam bahasa populernya disebut extra-marital intercouse

60 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. Volume VII Nomor 1, Januari 2016 ISSN: PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Remaja diidentifikasikan sebagai masa peralihan antara anak-anak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. habis-habisnya mengenai misteri seks. Mereka bertanya-tanya, apakah

KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG PERILAKU SEKSUAL DI SMK PENCAWAN MEDAN TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dimasyarakat pada saat ini melalui media-media seperti televisi, koran, radio dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus

BAB I PENDAHULUAN. dewasa yang meliputi semua perkembangannya yang dialami sebagai. persiapan memasuki masa dewasa (Rochmah, 2005). WHO mendefinisikan

PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA SISWA SMA NEGERI 1 PALU Oleh: Rizal Haryanto 18, Ketut Suarayasa 29,

BAB I PENDAHULUAN. dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat (Sarwono, 2001)

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ekonomi. Remaja akan mengalami transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Pada

BAB 1 PENDAHULUAN. ketertarikan mereka terhadap makna dari seks (Hurlock, 1997). media cetak maupun elektronik yang berbau porno (Dianawati, 2006).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menyenangkan. Apalagi pada masa-masa sekolah menengah atas. Banyak alasan. sosial yang bersifat sementara (Santrock, 1996).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Antara tahun 1970 dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa

BAB I PENDAHULUAN. data BkkbN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar. penduduknya berusia tahun dan 90% diantaranya

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI. Skripsi

BAB 1 PENDAHULUAN. Y, 2009). Pada dasarnya pendidikan seksual merupakan suatu informasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja dikenal sebagai masa peralihan dari anak-anak menuju

Transkripsi:

1 PENDAHULUAN Masa remaja merupakan masa peralihan yang terjadi pada remaja melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dimana remaja menjadi labil dan mudah terpengaruh oleh lingkungan sekitarnya 1. Pada masa remaja, rasa ingin tahu mengenai seksualitas sangat penting terutama dalam membentuk hubungan dengan lawan jenisnya. Besarnya rasa ingin tahu remaja menyebabkan remaja selalu berusaha mencari informasi mengenai seksualitas tanpa pantauan dari orang lain 2. Menurut keterangan BKKBN 2012 seksualitas merupakan salah satu dari tiga masalah yang paling menonjol pada remaja di Indonesia selain penyalahgunaan narkoba dan HIV/AIDS. Saat ini persepsi remaja mengenai perilaku seksual cendrung mengarah pada hal yang negatif. Dulu orang menganggap perilaku seksual dilakukan setelah menikah, namun sekarang perilaku seksual pranikah merupakan hal yang sudah biasa dikalangan remaja 3. Perilaku seksual adalah perilaku yang timbul karena adanya dorongan seksual atau kegiatan untuk mendapatkan kesenangan organ seksual seperti pegangan tangan, berciuman, berpelukan dan melakukan hubungan seksual 4. Objek seksualnya bisa berupa orang lain dan dirinya sendiri. Penyaluran perilaku seksual dengan orang lain terkadang dilakukan karena banyak dari remaja yang tidak dapat menahan hasrat seksualnya sehingga remaja memutuskan untuk melakukan hubungan seksual sebelum menikah 5. Proses perilaku seksual terdiri dari ketertarikan pada lawan jenis, timbulnya gairah, diikuti dengan tercapainya puncak kepuasan seksual (orgasme), dan diakhiri dengan tahap pemulihan atau penenangan kembali (resolusi) 6. Kasus perilaku seksual remaja yang belum menikah dari waktu ke waktu semakin meningkat dan mengkhawatirkan, hal tersebut dibuktikan dengan hasil Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia yang menyatakan bahwa 29,5% remaja laki-laki dan 6,2% remaja perempuan pernah meraba atau merangsang pasangannya, 48,1% remaja laki-laki dan 29,3% remaja perempuan pernah berciuman bibir, serta 79,6% remaja lakilaki dan 71,6% remaja perempuan pernah berpegangan tangan dengan pasangannya 7. Sekitar 53% perempuan berusia 15-19 tahun melakukan hubungan seksual diluar nikah 8. Perilaku seksual dapat berakibat fatal karena beresiko tinggi terhadap timbulnya kehamilan diluar nikah, aborsi, terkena Penyakit Menular Seksual (PMS), HIV/AIDS serta kematian 9. Perilaku seksual juga dapat mengakibatkan masalah psikososial seperti depresi, cemoohan dan penolakan masyarakat sekitar juga akan menambah beban psikologis bagi remaja 10. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual menurut penelitian yang dilakukan oleh Tristiadi adalah paparan media pornografi, pengaruh teman sebaya, tingkat ketaatan agama remaja, tingkat pengetahuan remaja mengenai perilaku seksual yang rendah. Selain itu kurangnya komunikasi dengan orang tua mengenai perilaku seksual, serta kontrol diri yang kurang pada remaja juga dapat mempengaruhi perilaku seksual pada remaja. Faktor perilaku seksual yang paling dominan adalah pengaruh teman sebaya. Teman sebaya adalah sekelompok remaja yang seumur dan mempunyai kelompok sosial yang sama. Teman sebaya merupakan lingkungan bergaul seorang remaja, remaja berkenalan dan mulai berinteraksi dengan teman-teman kelompoknya yang dirasa cocok dalam lingkungannya 11. Teman sebaya dapat mempengaruhi sikap dan perilaku seorang remaja. Remaja lebih memilih menceritakan masalah yang terjadi pada dirinya kepada teman sebaya daripada dengan keluarga. Hal ini terjadi karena

2 remaja lebih sering menghabiskan waktu bersama dengan kelompok teman sebaya daripada di rumah bersama keluarga 12. Menurut Morton dan Farhat menyatakan bahwa teman sebaya mempunyai peran yang sangat dominan dari aspek pengaruh dan percontohan (modelling) dalam perilaku seksual remaja dengan pasangannya. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti melalui wawancara secara langsung pada remaja SMA Y Yogyakarta. Dari 10 siswa yang telah diwawancara oleh peneliti, ternyata 10 siswa tersebut pernah menjalin hubungan pacaran dengan lawan jenis, jalan berdua dengan lawan jenis bahkan berpelukan. Terdapat 6 siswa yang sering menonton video porno bersama temannya sehingga membuat siswa mempunyai keinginan untuk melakukan hal yang mereka lihat didalam video tersebut. HASIL PENELITIAN Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Hubungan teman sebaya terhadap perilaku seksual pranikah remaja SMAN Y Yogyakarta METODE PENELITIAN Metode penelitian ini adalah penelitian kuantitatif correlative desain penelitian ini adalah cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah remaja kelas XI SMAN Y Yogyakarta yang berjumlah 159 orang. Teknik pengambilan sampel dengan simple random sampling berdasarkan absensi. Jumlah sampel yang di teliti adalah 114 responden. Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Siswa Kelas XI SMAN Y Yogyakarta Tahun 2017 (N=114) Karakteristik Frekuensi (f) Prosentase (%) a) Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 52 62 45,6 54,4 Total 114 100 b) Umur 16 tahun 17 tahun 94 20 82,5 17,5 Total 114 100 c) Agama Islam Kristen/katolik 94 20 82,5 17,5 Total 114 100 Pada Tabel 4.1. terlihat bahwa siswa kelas XI di SMAN Y Yogyakarta sebagian besar adalah siswa perempuan yaitu sebanyak 62 orang (54,4%). Karakteristik umur responden sebagian besar adalah usia 16 tahun yaitu sebanyak 94 orang (82,5%), sedangkan karakteristik agama responden berdasarkan kepercayaan yang dianut oleh responden mayoritas adalah beragama Islam sebanyak 94 orang (82,5%). Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Perilaku Seksual Berdasarkan Karakterisktik Responden Siswa Kelas XI SMAN Y Yogyakarta Tahun 2017 (N=114)

3 Karakteristik Responden Jenis Kelamin a. Laki-laki b. Perempuan Perilaku Seksual Remaja Tinggi Sedang Rendah n % n % n % n % 12 13 10,52 11,40 23 25 20,17 21,92 17 24 14,91 21,05 52 62 45,61 54.39 Total 25 21,92 48 42,09 41 35,96 114 100 Umur a.16 tahun b.17 tahun 21 4 18,42 3,5 41 7 35,96 6,14 32 9 28,07 7,89 94 20 82,45 17,55 Total 25 48 41 114 100 Sumber : Data Primer 2017 Tabel 4.2 menunjukkan bahwa perilaku seksual remaja berdasarkan jenis kelamin lebih banyak dilakukan oleh laki-laki, dimana dari 52 responden masuk kategori sedang dalam melakukan perilaku seksual sebanyak 44,23%. Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Teman Sebaya Siswa Kelas XI SMAN Y Yogyakarta Tahun 2017 (N=114) Teman Sebaya Frekuensi (f) Prosentase (%) Lemah Kuat 54 60 47,40% 52,60% Total 114 100% Sumber : Data Primer 2017 Tabel 4.2 menunjukkan bahwa sebagian besar siswa yang mempunyai hubungan teman sebaya terhadap perilaku seksual pranikah dalam kategori kuat sebanyak 60 orang (52,60%). Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Perilaku Seksual Siswa Kelas XI SMAN Y Yogyakarta Tahun 2017 (N=114) Perilaku Seksual Frekuensi (f ) Prosentase (%) Tinggi 25 21,90% Sedang 48 42,10% Rendah 41 36,00% Total 114 100% Sumber : Data Primer 2017 Tabel 4.4 menunjukkan bahwa sebagian besar siswa SMAN Y Yogyakarta berada dalam kategori sedang melakukan perilaku seksual pranikah sebanyak 48 orang (42,10%), sedangkan beberapa siswa dalam kategori rendah melakukan perilaku seksual pranikah sebanyak 25 orang (36,00%). Tabel 4.5 Korelasi antara Teman Sebaya dan Perilaku Seksual siswa kelas XI di SMAN Y Yogyakarta Tahun 2017 (N=114) Teman sebaya Perilaku Seksual Total p Tinggi Sedang Rendah n % n % N % n %

4 Kuat Lemah 20 5 17,5 4,38 Total 25 Sumber : Data Primer 2017 38 10 33,3 2 39 3,3 72,2 60 54 100 100 0,000 Berdasarkan tabel 4.5 menjelaskan bahwa hubungan antara teman sebaya dan perilaku seksual pranikah didapatkan hasil sebagian besar responden memiliki perilaku seksual pranikah dalam kategori sedang yaitu 63,3%. Berdasarkan hasil uji PEMBAHASAN 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin sebagian besar adalah perempuan sebanyak 62 orang. Hasil ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Saputri (2013) bahwa 57,5% adalah perempuan. Fungsi seksual remaja perempuan lebih cepat matang daripada laki-laki, tetapi pada perkembangannya remaja laki-laki lebih cenderung mempunyai perilaku seks yang agresif, gigih, terang-terangan serta sulit menahan diri daripada remaja perempuan 13. Faktor biologis laki-laki lebih mudah terangsang dan mengalami ereksi serta orgasme dibandingkan dengan perempuan, sedangkan faktor sosial laki-laki cenderung lebih bebas dan terbuka dibandingkan dengan perempuan yang lebih tertutup 14. Karakteristik responden berdasarkan umur sebagian besar adalah remaja berusia 16 tahun sebanyak 94 orang. Remaja dengan usia 16 tahun sedang berada pada fase remaja tengah menuju dewasa awal, pada fase ini mulai timbul keinginan untuk berkencan dengan lawan jenis dan berkhayal tentang aktivitas seksual sehingga remaja mulai mencoba aktivitas-aktivitas seksual yang mereka inginkan 15. Pada fase ini remaja mulai tertarik dengan lawan jenis, terjadi perubahan pada fisik dan emosi remaja menjadi labil 16. Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Saputri statistik hubungan teman sebaya terhadap perilaku seksual pranikah remaja didapatkan nilai p =0,000 yang berarti terdapat hubungan antara teman sebaya dengan perilaku seksual pranikah remaja. (2013) bahwa usia remaja yang melakukan perilaku seksual sebanyak 87,5 % berusia 16-17 tahun. Remaja yang berusia 16 tahun mempunyai rasa ingin tahu yang besar dan mulai mempunyai keinginan untuk mencoba segala sesuatu hal yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Selain itu pada usia ini remaja sangat bergantung kepada kelompok teman sebaya daripada dengan keluarga sehingga remaja lebih mendengarkan pendapat dari lingkungan teman daripada keluarga 17. Karakteristik responden berdasarkan agama sebagian besar adalah responden menganut agama Islam sebanyak 94 orang. Menurut Andisti dan Ritandiyono (2011) jika seseorang memiliki tingkat keagamaan yang tinggi maka akan memandang agama sebagai tujuan hidupnya, sehingga ia berusaha mengamalkan ajaran agamanya dalam perilaku seharihari. Jika seseorang memiliki tingkat agama yang kuat sehingga dorongan seksual tidak dapat menggoyahkan imannya. 2. Peran Teman Sebaya Berdasarkan Tabel 4.3 peran teman sebaya terhadap perilaku seksual pranikah remaja dalam kategori kuat. Hal ini didukung oleh penelitian Sulistiowati (2015) tentang hubungan antara interaksi teman sebaya dengan perilaku pacaran yang menunjukan bahwa umumnya remaja siswa SMA Sukoharjo mempunyai interaksi dengan teman sebaya yang tergolong sangat

5 tinggi dengan nilai rata-rata 88,42. Kategori sangat tinggi ini menunjukan bahwa semakin kuat pengaruh teman sebaya maka semakin melemah hubungan individu dengan keluarga, sekolah, dan norma-norma konvensial. Peran teman sebaya berpengaruh terhadap perilaku seksual remaja karena responden mendapatkan banyak hal mengenai perilaku seksual dari teman sebaya. Awalnya hanya mendengarkan cerita apa yang telah teman lakukan terhadap pasangannya lalu kemudian muncul rasa penasaran sehingga membuat responden terdorong untuk melakukan tindakan yang dilakukan oleh temannya tersebut. Berdasarkan hasil penelitian ini siswa lebih banyak menceritakan masalah pribadinya kepada teman daripada keluarga, selain itu siswa mendapatkan informasi mengenai perilaku seksual pertama kali dari teman sebaya. Partowisastro (2009) menjelaskan bahwa interaksi teman sebaya adalah hubungan pergaulan kelompok teman sebaya serta hubungan antar individu atau anggota kelompok yang mencakup keterbukaan, kerjasama, dan frekuensi hubungan. Menurut Papila (2009) setidaknya ada 3 aspek dalam interaksi teman sebaya yaitu komunikasi antar teman sebaya, penyesuaian diri terhadap teman (adaptasi) dan tuntutan untuk mengikuti teman-teman sebayanya. Teman sebaya merupakan orangtua kedua bagi remaja dalam menentukan perilaku remaja termasuk perilaku seksual remaja terhadap pasangannya 18. Morton dan Farhat (2010) menyatakan dukungan teman sebaya menjadi salah satu motivasi dan pembentukan identitas diri seorang remaja dalam melakukan sosialisasi, terutama saat menjalin hubungan dengan lawan jenis. 3. Perilaku Seksual Pranikah Berdasarkan Tabel 4.2 hasil uji silang antara jenis kelamin dengan perilaku seksual didapatkan bahwa lakilaki cendrung melakukan perilaku seksual dibandingkan dengan perempuan. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Lewis (2013) bahwa remaja laki-laki menganggap bahwa perilaku seksual bukan hal yang dilarang, berbeda dengan remaja perempuan, selain itu remaja laki-laki lebih suka dan sering mengakses situs porno dibandingkan dengan remaja perempuan. Berdasarkan Tabel 4.3 diperoleh gambaran bahwa sebagian besar responden memiliki perilaku seksual dengan tingkatan kadang-kadang yaitu sebanyak 48 orang (42,10%) dari keseluruhan jumlah responden. Ratarata semua responden pernah berpacaran, berpegangan tangan dan berciuman. Bahkan ada beberapa responden yang pernah melakukan hubungan seksual dengan pasangannya. Hal ini di dukung oleh penelitian dari Shuhu & Shore (2017) yang menunjukan bahwa prevalensi perilaku seks pranikah di kalangan remaja sebanyak 179 orang dari keseluruhan 363 responden. Sekitar 57 orang memiliki pengalaman sexual intercouse saat umur mereka kurang dari 15 tahun dan sebanyak 134 orang melakukan sexual intercouse 12 bulan sebelum penelitian dilakukan. Bentuk dari perilaku seksual beraneka ragam mulai dari perasaan tertarik hingga tingkah laku berkencan, bercumbu, dan bersenggama 19. Perilaku seksual pranikah yang dilakukan oleh remaja dapat dimotivasi oleh rasa cinta dengan di dominasi perasaan kedekatan yang tinggi terhadap pasangannya 20. Ketertarikan remaja dengan lawan jenis diapresiasikan melalui aktivitas seksual dengan pasangannya. Aktivitas seksual seseorang dengan pasangannya mengikuti suatu proses peningkatan yaitu mulai dari sentuhan, ciuman,

6 rabaan sampai dengan hubungan seksual 21. Sarwono (2012) mengatakan bahwa perilaku seksual pada remaja timbul karena ada beberapa faktor yaitu perubahan hormonal, penundaan usia perkawinan, penyebaran informasi melalui media massa, tabu larangan, norma-norma dimasyarakat, serta pergaulan yang semakin bebas antara laki-laki dan perempuan. Perilaku seksual remaja yang aktif dapat mengarahkan remaja pada perilaku seksual pranikah yang beresiko. 4. Hubungan Teman Sebaya dan Perilaku Seksual Pranikah Berdasarkan Tabel 4.4 menunjukkan bahwa pada penelitian ini terdapat hubungan antara teman sebaya terhadap perilaku seksual pranikah remaja. Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian Zulhaini dan Nasution (2011) yang menunjukan bahwa terdapat pengaruh positif pergaulan teman sebaya terhadap perilaku seksual pada siswa kelas XI SMA Negeri Binjai. Myrers (2012) mengungkapkan bahwa remaja cenderung melakukan ajakan teman sebaya sebagai caranya agar diterima dalam pertemanan atau diterima dalam kelompok. Remaja bertindak sesuai tindakan yang dilakukan oleh temannya demi solidaritas dalam pergaulan. Solidaritas yang kuat dalam pergaulan teman sebaya membuat remaja memiliki ikatan identitas yang kuat sehingga remaja mudah terpengaruh oleh teman sebayanya. Solidaritas yang kuat juga membuat remaja saling memproteksi perilaku buruk temannya dari kontrol orang tua dan guru dengan cara berbohong 22. Dengan demikian, pergaulan remaja tidak hanya mengikuti tekanan kelompok melainkan juga mempengaruhi teman sebaya untuk berperilaku sesuai dengan kelompoknya. Hal ini menjelaskan bagaimana remaja berperilaku seksual sesuai dengan kelompok pergaulannya sekaligus mempengaruhi temannya yang lain untuk berperilaku seksual. Remaja yang sedang melewati masa perubahan fisik merasa lebih nyaman bersama teman-teman yang mengalami kejadian yang sama. Dalam hal ini, teman sebaya seringkali berperan sebagai tempat untuk bertukar pengalaman atau tempat sekedar mencurahkan isi hati. Kebanyakan remaja mengatakan bahwa remaja tidak dapat berbicara secara bebas dengan orang tua mengenai hal-hal seksual, sehingga remaja lebih memilih menceritakan masalah perilaku seksual dengan teman sebaya 23. Sarwono (2011) menambahkan bahwa ikatan emosional yang kuat dengan kelompok teman sebaya menjadikan remaja lebih nyaman untuk menceritakan berbagai pengalaman termasuk pengalaman perilaku seksual kepada teman sebaya dibandingkan dengan orang tua. Pengalaman seksual ini dapat menjadi informasi kepada remaja dalam hal perilaku seksual, sehingga remaja lebih banyak mendapatkan informasi mengenai perilaku seksual dari teman sebaya daripada orangtua, padahal informasi yang didapatkan lebih banyak mengalami unsur negatif daripada unsur positifnya 24. Hasil uji silang pada tabel 4.5 didapatkan bahwa remaja yang memiliki hubungan yang kuat dengan teman sebaya banyak melakukan perilaku seksual dalam kategori sedang, sedangkan remaja yang memiliki hubungan yang lemah dengan teman sebaya memiliki perilaku seksual yang rendah. Menurut Papalia (2009) teman sebaya berhubungan dalam penentuan perilaku seksual remaja. Baron dan Byrne (2008) juga mengungkapkan bahwa semakin tinggi kedekatan remaja dengan temannya sebagai sumber informasi perilaku seksual, maka tekanan untuk melakukan tindakan yang sama akan semakin bertambah.

7 Terlebih lagi jika remaja hidup dalam lingkup pertemanan khusus seperti geng. Hal ini diperkuat dengan penelitian Maryatun (2013) yang melakukan penelitian hubungan peran teman sebaya dengan perilaku seksual pranikah yang menunjukkan bahwa remaja yang mendapatkan informasi seksual dari teman sebaya lebih beresiko berperilaku seksual pranikah dibandingkan dengan remaja yang tidak memperoleh informasi seksual dari teman sebaya. Oleh karena itu, kedekatan dengan teman sebaya sangat mempengaruhi perilaku seksual pranikah pada remaja. Berdasarkan hasil penelitian ini dan beberapa teori diatas maka peneliti berkesimpulan bahwa teman sebaya memiliki hubungan dengan perilaku seksual remaja pranikah yang dikarenakan remaja lebih merasa nyaman dengan kelompok teman sebaya nya, remaja merasa harus mengikuti pola perilaku kelompok teman sebayanya karena bagi remaja solidaritas merupakan hal yang penting dalam pergaulan, termasuk pola perilaku seksual remaja teman sebaya. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan teman sebaya terhadap perilaku seksual pranikah remaja SMAN Y Yogyakarta, dapat diambil kesimpulan bahwa : 1. Peran teman sebaya dalam perilaku seksual pranikah remaja dalam kategori kuat. 2. Gambaran perilaku seksual pranikah remaja dalam kategori sedang melakukan perilaku seksual. 3. Terdapat hubungan yang signifikan antara hubungan teman sebaya terhadap perilaku seksual pranikah remaja. SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti dapat memberikan saran sebagai berikut: 1. Bagi Responden Siswa diharapkan agar berhati-hati dalam berteman dengan teman sebaya, siswa harus bisa mengambil yang baik dalam sebuah pertemanan dan tidak perlu menirukan tindakan negatif yang dilakukan oleh teman sebaya. 2. Bagi Sekolah Pihak sekolah agar dapat memberikan tindakan yang positif kepada siswa dan lebih memperhatikan siswa dalam pergaulan di lingkup sekolah, dan juga memberikan pendidikan kesehatan mengenai bahaya pergaulan bebas. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya dapat meneliti tentang perilaku seksual dan memberikan pendidikan kesehatan mengenai perilaku seksual remaja dan juga melanjutkan melakukan penelitian di sekolah yang lain untuk melihat perbandingan dan hubungan perilaku seksual pranikah remaja. DAFTAR PUSTAKA 1. Hurlock, B. Elizabeth. 2011. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga. 2. Gunawan, Arif. 2011. Remaja dan Permasalahannya.Yogyakarta: Hanggar kreator. 3. Anniswah, Nadira. 2016. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Seksual Beresiko IMS pada Remaja Pria di Indonesia. Skripsi 4. Kusmiran, Eny. 2011. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta : Salemba Medika. 5. Sinaga, S. Natalia. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Pranikah pada Mahasiswa Akademi Kesehatan X di Kabupaten Lebak. Skripsi

8 6. Sarwono, S. Sarlito. 2011. Psikologi Remaja. Jakarta : Raja Grafindo Persada. 7. Mahmudah, Yaunin. Y. Lestari. Y. 2016. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Seksual Remaja di Kota Padang. Jurnal Kesehatan Andalas 8. Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta. Jakarta. 9. Prameswari, Lestari. Fibriana. 2014. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Seksual Pranikah pada Mahasiswa UNNES. Journal of Public Health 10. Sarwono, S. Sarlito. 2011. Psikologi Remaja. Jakarta : Raja Grafindo Persada. 11. Ramadani, Yanti. Lestari. 2011. Peran Teman Sebaya Terhadap Perilaku Seksual Pranikah Siswa SLTA Kota Bukit Tinggi. Jurnal Kesehatan Masyarakat 12. Novitasari, 2014. Pengaruh Teman Sebaya Terhadap Perilaku Seksual Pranikah pada Remaja di SMKN 5 Samarinda. 13. Santrock, W, J. 2007. Psikologi Remaja. Jakarta: Erlangga 14. Christhopherson, T.M & Conner, B.T. (2012). Mediation of Late Adolescent Health Risk Behaviors and Gender Influences. The Journal of Public Health Nursing. 10 (4). 410-413 15. Hurlock, B. Elizabeth. 2011. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga. 16. Potter & Perry, 2009. Fundamental Keperawatan Konsep Proses dan Praktik. Jakarta : EGC. 17. Ali, M. 2011. Psikologi Remaja. Jakarta : Bumi Aksara. 18. Santrock, W, J. 2007. Psikologi Remaja. Jakarta: Erlangga. 19. Azinar, M. 2013. Perilaku Seksual Pranikah Beresiko Terhadap Kehamilan Tidak Diinginkan. Jurnal Kesehatan Masyrakat vol.8, No.2, 153-160 20. Sarwono, S. Sarlito. 2011. Psikologi Remaja. Jakarta : Raja Grafindo Persada. 21. Lewis, T. 2013. How Men s Brains Are Wired Differently Than Women s. The Journal of Public Health Nursing. 22. Sarwono, S. Sarlito. 2011. Psikologi Remaja. Jakarta : Raja Grafindo Persada. 23. Santrock, W, J. 2007. Psikologi Remaja. Jakarta: Erlangga 24. Pramono, dkk. (2011). Pengaruh Teman Sebaya terhadap Perilaku Seksual pada Remaja di SMA Negeri 8 Samarinda Tahun 2010. Jurnal Husada Mahakam Vol. III No. 2, November 2011, hal. 45-94.