BAB I PENDAHULUAN. Nanggroe Aceh Darussalam dikenal dengan sebutan Seramoe Mekkah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. Aceh, pemerintah Aceh telah mengesahkan beberapa Qanun untuk pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah dan dengan memperhitungkan masyarakat Indonesia yang plural,

BAB I PENDAHULUAN. yang bersifat terang-terangan maupun secara sembunyi-sembunyi. Dalam

-1- QANUN ACEH NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEMBINAAN DAN PERLINDUNGAN AQIDAH

TINDAK PIDANA JUDI MENURUT HUKUM POSITIF (KUHP) DAN QANUN NOMOR 13 TAHUN 2003 SKRIPSI. Oleh IRVAN DERIZA DEPARTEMEN HUKUM PIDANA

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENCEGAHAN PERMAINAN JUDI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

sendiri diatur dalam pasak 303 ayat (3) KUHP yang berbunyi:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK SYARI AT ISLAM FUNGSINYA SEBAGAI KONTROL SOSIAL

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 14 TAHUN 2003 TENTANG KHALWAT (MESUM) BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG MAISIR (PERJUDIAN) BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

BAB 1 PENDAHULUAN. Qanun merupakan Peraturan Perundang-undangan sejenis Peraturan

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG MAISIR (PERJUDIAN) BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

LAMPIRAN TEMUBUAL. Ketua Majlis Permusyawaratan Ulama (MPU) Kota Lhokseumawe, Aceh.

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 9 TAHUN 2004 T E N T A N G SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS SYARIAT ISLAM DAN KELUARGA SEJAHTERA KOTA BANDA ACEH

F A T W A MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA ACEH NOMOR 02 TAHUN 2013 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA,

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan merugikan masyarakat (Bambang Waluyo, 2008: 1). dengan judi togel, yang saat ini masih marak di Kabupaten Banyumas.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kesejahteraan (welfare state). Itulah konsep

BAB I PENDAHULUAN. Bali sebagai bagian dari Kebudayaan Indonesia yang bersifat Binneka Tunggal Ika (Berbedabeda

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

CAPAIAN MAHKAMAH SYAR IYAH ACEH TAHUN 2011 HAMBATAN DAN TANTANGAN DALAM PELAKSANAAN TUGAS SERTA PROYEKSI TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak sesuai dengan norma-norma yang ada. 1. diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar

OTONOMI HUKUM PROVINSI ACEH DALAM SISTEM HUKUM NASIONAL: SEBUAH TANTANGAN

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOLAKA UTARA NOMOR 5 TAHUN 2011 T E N T A N G PELARANGAN PERJUDIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kesejahteraan (welfare state). Itulah konsep negara

-1- QANUN ACEH NOMOR 13 TAHUN 2017 TATA CARA PEMBERIAN PERTIMBANGAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA

KEWENANGAN MAHKAMAH SYAR IYAH DI ACEH SEBAGAI PENGADILAN KHUSUS DALAM PENYELESAIAN SENGKETA

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum, sejalan dengan ketentuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat banyak yang memperbincangkan tentang pornografi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan di masyarakat sering sekali terjadi pelanggaran terhadap

BAB I PENDAHULUAN. sosial, dan politik dalam dunia internasional, Indonesia telah ikut berpatisipasi

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB III PENUTUP. dalam penulisan skripsi ini, mencoba mengambil beberapa kesimpulan yakni :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap masyarakat dengan karakteristiknya masing-masing, mungkin

Jenis Kelamin. Umur : tahun

BAB I PENDAHULUAN. Keempat daerah khusus tersebut terdapat masing-masing. kekhususan/keistimewaannya berdasarkan payung hukum sebagai landasan

BAB 1 PENDAHULUAN. melalui pernyataan bahwa manusia adalah makhluk zoonpoliticon 75, yaitu bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan masyarakat di Indonesia perjudian masih menjadi

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara berkembang yang dari waktu ke waktu

2. Macam-Macam Norma. a. Norma Kesusilaan

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN,

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG MINUMAN KHAMAR DAN SEJENISNYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan di masyarakat sering sekali pelanggaran terhadap

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dan akan terus berkembang mengikuti dinamika masyarakat itu sendiri.

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG MINUMAN KHAMAR DAN SEJENISNYA

BAB I PENDAHULUAN. Jawa Barat. Indramayu disebut dengan kota mangga karena Indramayu merupakan

QANUN KABUPATEN ACEH TENGAH NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan manusia atau istilah Human Trafficking merupakan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan orang yang memiliki Ilmu (Ilmu Agama). Secara Panggilan dan

Efektifitas Uqūbat dalam Qanun No. 14/ 2003 dan DQHR Tentang Khalwat dan Ikhtilath

BAB I PENDAHULUAN. terjadi kasus pidana anak dibawah umur yang menyebabkan kematian, baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

QANUN ACEH NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari tidak akan lepas dari norma yang

BAB I PENDAHULUAN. memberi petunjuk kepada manusia bagaimana ia bertindak dan bertingkah

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT LEMBAGA KEISTIMEWAAN ACEH TIMUR

BAB V PENUTUP. dikonfirmasikan dengan teori-teori yang menjadi acuan peneliti, maka dapat

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAWAHLUNTO/SIJUNJUNG NOMOR 19 TAHUN 2006 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN MAKSIAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

QANUN ACEH NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH,

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG TEKNIS PENANGANAN KONFLIK SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara republik Indonesia adalah negara hukum, berdasarkan pancasila

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekarang ini masyarakat sangat membutuhkan peran Polisi sebagai pelindung

I. PENDAHULUAN. hidup sebagai makhluk sosial, melakukan relasi dengan manusia lain karena

Program Pascasarjana Ilmu Hukum FAKULTAS HUKUM Universitas Brawijaya

PEMERINTAH KOTA PADANG PANJANG

BAB I PENDAHULUAN. didaerah, salah satunya fenomena produk hukum didaerah yaitu syari ah Islam.

Moral Akhir Hidup Manusia

BAB I PENDAHULUAN. Perjudian adalah salah satu penyakitmasyarakat yang manunggal dengan

POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK

PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN MAKSIAT

HUKUMAN MATI NARAPIDANA NARKOBA DAN HAK ASASI MANUSIA Oleh : Nita Ariyulinda *

BAB I PENDAHULUAN. Nullum delictun, nulla poena sine praevia lege poenali yang lebih dikenal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam UUD 1945 ditegaskan bahwa Negara Indonesia berdasarkan atas

I. PENDAHULUAN. sangat sering kita jumpai di lingkungan sekitar kita bahkan kita sendiri pernah melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 25A Undang - Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa wilayah

Penghormatan dan Penegakan Hukum dan Hak Asasi Manusia

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, sehingga harus diberantas 1. hidup masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini.

RANCANGAN QANUN ACEH NOMOR... TAHUN 2017 TENTANG BANTUAN HUKUM FAKIR MISKIN

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DALAM KABUPATEN ACEH TIMUR BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

BAB V PENUTUP. pembahasan, maka telah didapat pokok-pokok kesimpulan dalam penulisan

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT ACEH NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG KODE ETIK DEWAN PERWAKILAN RAKYAT ACEH

BAB 10 PENGHORMATAN, PENGAKUAN, DAN PENEGAKAN ATAS HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG

PELAKSANAAN SYARI AT ISLAM DI ACEH ANTARA HARAPAN DAN KENYATAAN Oleh : BAIDHOWI. HB

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 11 TAHUN 2002 TENTANG PELAKSANAAN SYARIAT ISLAM BIDANG AQIDAH, IBADAH DAN SYI AR ISLAM

I. PENDAHULUAN. juga dapat menyengsarakan dan menghancurkan suatu negara. Dampak korupsi bagi negara-negara dengan kasus korupsi berbeda-beda bentuk,

Penerapan Pidana Bersyarat Sebagai Alternatif Pidana Perampasan Kemerdekaan

BAB IV. asusila di Kotamadya Daerah Tingkat II Surabaya. kegiatan maupun praktik asusila, baik yang dilakukan di jalan-jalan yang

TUGAS DAN FUNGSI WILAYATUL HISBAH DALAM PENEGAKAN SYARIAT ISLAM DI ACEH TAMIANG. (Studi Qanun No. 13 Tahun 2003 Tentang Maisir)

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda. Itu sebabnya dalam keseharian kita dapat menangkap berbagai komentar

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR 5 TAHUN 2000 PELAKSANAAN SYARIAT ISLAM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1980 TENTANG TINDAK PIDANA SUAP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG

Angket Motivasi Belajar. 1) Isilah identitas nama anda dengan lengkap dan benar. 2) Bacalah dengan seksama butir pertanyaan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nanggroe Aceh Darussalam dikenal dengan sebutan Seramoe Mekkah (Serambi Mekkah) memiliki prinsip bahwa Syariat Islam merupakan satu kesatuan adat, budaya dan sekaligus keyakinan yang harus dijunjung tinggi sebagai pedoman hidup masyarakat Aceh. Identiknya agama Islam di Aceh dapat dilihat dari bagaimana peraturan yang dibuat untuk mengatur dan menata kehidupan masyarakat Aceh dari berbagai hal. Disamping itu aturan juga dibuat untuk membatasi kegiatan apa yang dilarang dan apa yang dianjurkan sesuai dengan ajaran agama Islam. Aturan yang dibuat oleh pemerintah Aceh ini dinamakan Qanun. Dan aturan itu dikemas dengan nama Qanun Syari at Islam. Syari at Islam yang akan menjadi hukum materil di Aceh dituliskan dalam bentuk Qanun terlebih dahulu, untuk mencegah kesimpangsiuran. Penerapan hukum jika hakim mengambil langsung dari buku-buku Fiqih dan Ijtihad sendiri dari Al-quran dan Sunnah Rasul. Setelah Aceh diberikan status Otonomi Khusus tahun 2001, pemerintah mencanangkan syari at Islam secara kaffah khusus wilayah Aceh. Syari at Islam secara kaffah diartikan pelaksanaan hukum syari ah secara sempurna oleh pemerintah daerah. Beberapa lembaga yang dibentuk untuk menjalankannya yaitu, Dinas Syari at Islam yang mempunyai tanggung jawab utama pelaksanaan hukum syari ah. Dasar hukum pelaksanaan syariat Islam di Aceh adalah UU No

44 Tahun 1999 dan UU No 18 Tahun 2001. Dalam UU nomor 44 Syari at Islam didefinisikan sebagai semua aspek ajaran Islam. Dalam undang-undang nomor 18 tahun 2001 disebutkan bahwa Mahkamah Syari ah akan melaksanakan syari at Islam yang dituangkan ke dalam qanun terlebih dahulu. Qanun adalah peraturan yang dibuat oleh pemerintah daerah Aceh untuk melaksanakan syari at Islam bagi pemeluknya di Aceh ( Al Yasa Abu Bakar, 2004:61). Kelahiran UU No. 44 1999 tentang penyelenggaraan keistimewaan. Di Provinsi Daerah Istimewa Aceh dan UU No. 18 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Daerah Istimewa Aceh membawa -perkembangan baru bagi pelaksanaan peraturan di Aceh, sehingga dapat leluasanya pemerintah Aceh untuk membuat aturan yang dapat mengatur rakyatnya dengan lebih baik. Salah satunya adalah Qanun Aceh No.13 tahun 2003 tentang larangan Maisir. Maisir (perjudian) adalah kegiatan dalam bentuk permainan yang bersifat taruhan antara dua pihak atau lebih, dimana pihak yang memenangkan permainan akan mendapat imbalan dari kesepakatan taruhan yang telah dibuat oleh pelaku judi sebelumnya. Pada hakikatnya perjudian merupakan perbuatan yang bertentangan dengan norma agama, moral, kesusilaan maupun hukum, serta membahayakan bagi penghidupan dan kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara. Meskipun demikian, berbagai macam dan bentuk perjudian dewasa ini sudah demikian merebak dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, baik yang bersifat terangterangan maupun secara sembunyi-sembunyi.

Dalam perspektif hukum, perjudian merupakan salah satu tindak pidana yang meresahkan masyarakat. Sehubungan dengan itu, dalam Pasal 1 UU No. 7 Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian dinyatakan bahwa semua tindak pidana perjudian sebagai kejahatan. Mengingat masalah perjudian sudah menjadi penyakit akut masyarakat, maka perlu upaya yang sungguh-sungguh dan sistematis, tidak hanya dari pemerintah dan aparat penegak hukum saja, tetapi juga dari kesadaran hukum dan partisipasi masyarakat untuk bersama-sama dan bahu membahu menanggulangi dan memberantas semua bentuk perjudian. Maisir yang berarti perjudian merupakan suatu kegiatan yang melanggar syari at Islam sehingga memiliki aturan tersendiri di dalam qanun syari at Islam, walaupun pada saat ini pelaksanaannya terkesan vakum dan malah membuat warga di Aceh Tengah semakin marak melakukan perjudian. Penerapan syari at Islam hampir berjalan selama 10 tahun. Perlahan-lahan hukum positif yang dituangkan dalam KUHP digantikan dengan hukum Allah yang terangkum dalam Al-Qur an dan Hadist dan di tuangkan dinas syari at Islam ke dalam qanun. Pro dan kontra dari berbagai pihak terus saja mengalir, mereka berusaha mengkritisi, mengevaluasi dan mengajukan ide baru untuk perbaikan sistem penerapan syari at Islam ke depan. Menurut Yanda (2013.htpp://duniapenuhhikmah.com) mengatakan bahwa : penerapan syari at Islam lebih berkorelasi dengan aspek politik, yaitu sebagai upaya pemerintah menyelesaikan konflik Aceh. Syari at Islam cenderung di praktekkan dengan cara-cara kekerasan oleh masyarakat dan pihak pelaksana syari at Islam sendiri tidak berdaya mencegah aksi kekerasan masyarakat tersebut. Hal yang sering muncul kepermukaan

adalah kasus mesum, khalwat, judi, khamar yang direspon masyarakat melalui sweeping di kafe dan jalan dengan penekanan pada busana wanita. Pelaksanaan syari at telah terjadi pelanggaran terhadap serangkaian aturan lainnya, apakah korupsi dan manipulasi keuangan Negara dibenarkan dalam Islam? Apakah menghujat orang lain, memukul dan menghina pelaku pelanggar syari at Islam tanpa proses hukum yang adil dibenarkan dalam Islam? Sebagian besar masyarakat Aceh membenci pelanggar syari at Islam padahal justru si pembenci sendiri terkadang jarang beribadah untuk melakukan kewajiban sebagai seorang muslim. Di Kabupaten Aceh Tengah, pelaksanaan hukum syari at Islam dalam hal hukum maisir masih terkesan vakum dan terbengkalai. Hal ini berbanding terbalik dengan situasi disaat hukum syariat Islam pertama kali disahkan dan diterapkan. Masih jelas dalam ingatan bahwa kasus pertama pelanggaran syari at Islam di empat (4) Kabupaten/Kota di provinsi Aceh yaitu Aceh Tengah, Kota Bireuen, Aceh Barat dan Aceh Singkil diawali dengan kasus pelanggaran maisir. Khusus mengenai kasus maisir di Aceh Tengah, terjadi 3 kasus maisir yang berdekatan dalam rentang waktu 1 tahun. Ini memberikan janji semu kepada masyarakat yang pada saat itu menganggap bahwa efektifitas hukum syari at Islam sangat positif. Kenyataan berbanding terbalik dari kejadian di atas telah membuat kekuatan hukum syari at Islam terkesan mati. Kabupaten Aceh Tengah yang berpusat di kota Takengon itu kini tak ubahnya seperti ladang judi. Segala bentuk judi bisa didapati disana dengan aneka ragam jenis dan pelakunya. Mulai dari kalangan menengah ke atas hingga menengah ke bawah. Dan dalam kejadian ini dinas syari at Islam di Kabupaten Aceh Tengah terkesan tak peduli dan melakukan pembiaran terhadap maraknya kegiatan perjudian tersebut.

Di samping itu juga penulis ketahui banyak hambatan atau aspek lain yang menjadi pertimbangan pelaksanaan hukum syari at Islam dalam menjalankan tugasnya sehingga konsistensi hukum syari at Islam di kabupaten Aceh Tengah dipertanyakan. Oleh karena semakin menciutnya pelaksanaan qanun syari at Islam tentang maisir, maka saya sebagai penulis memandang perlu untuk mengkaji dan meneliti tentang apa dan bagaimana kendala dalam pelaksanaan qanun syari at Islam khususnya tentang hukum maisir. Oleh karena itu, penelitian ini saya beri judul IMPLEMENTASI HUKUM SYARI AT ISLAM DI KABUPATEN ACEH TENGAH (STUDI TENTANG PELAKSANAAN HUKUM MAISIR). B. Identifikasi Masalah Berdasarkan Latar Belakang Masalah yang telah diuraikan diatas, maka dapat di identifikasikan beberapa masalah, yaitu sebagai berikut: 1. Belum optimalnya implementasi hukum syari at Islam di Kabupaten Aceh Tengah. 2. Tidak Efektifnya sosialisasi hukum syari at Islam (hukum maisir) di Kabupaten Aceh Tengah. 3. Menggambarkan tidak konsistennya pelaksanaan syari at Islam di Kabupaten Aceh Tengah. 4. Banyaknya faktor faktor penghambat yang menyebabkan vakumnya penerapan syari at Islam di Kabupaten Aceh Tengah.

C. Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, agar pembahasan lebih terarah dan terstruktur sesuai dengan tujuan yang akan dicapai maka yang menjadi pembatasan masalah adalah sebagai berikut: 1. Implementasi Syari at Islam di Kabupaten Aceh Tengah dalam menerapkan hukum maisir 2. Efektivitas kinerja pelaksanaan syari at Islam 3. Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan hukum Syariat Islam D. Rumusan Masalah Adapun yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah penerapan dan sosialisasi hukum maisir secara khusus? 2. Berapakah persentase tingkat pelanggaran hukum maisir di Kabupaten Aceh Tengah? 3. Apakah kendala dalam meningkatkan efektivitas penerapan hukum maisir? E. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui penerapan dan sosialisasi hukum maisir secara khusus. 2. Untuk mengetahui persentase tingkat pelanggaran hukum maisir di Kabupaten Aceh Tengah.

3. Untuk mengetahui kendala dalam meningkatkan efektivitas penerapan hukum maisir. F. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberi sejumlah manfaat, diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Bagi peneliti Agar peneliti lebih terasah dalam menguak berbagai hal secara ilmiah dan relevan sesuai dengan kaidah penelitian. 2. Bagi masyarakat Agar masyarakat lebih memahami hukum syari at Islam yang telah terhenti belakangan ini terutama dalam masalah maisir atau perjudian. 3. Bagi instansi terkait Agar mampu menemukan solusi dalam memperbaiki kinerjanya dalam menerapkan hukum syari at Islam lebih efektif.