BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laporan keuangan merupakan sumber informasi yang di dalamnya mencakup kondisi keuangan yang mana mengenai posisi keuangan perusahaan dan kinerja keuangan perusahaan, serta perubahan posisi keuangan perusahaan yang mana diperlukan untuk memenuhi berbagai pihak, pihak internal perusahaan maupun eksternal investor, kreditur dan pemerintah (Olivia, 2007 dan Sindi, 2011). Laporan keuangan juga merupakan salah satu sarana untuk menunjukkan kinerja manajemen yang diperlukan investor dalam menilai maupun memprediksi kapasitas perusahaan menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada (Rahmawati, 2012). Salah satu informasi yang sangat penting untuk pengambilan keputusan adalah informasi atas laba. Informasi laba merupakan komponen laporan keuangan perusahaan yang bertujuan untuk menilai kinerja manajemen atau pertanggungjwaban manajemen, membantu mengestimasi kemampuan laba yang representif dalam jangka panjang, menaksir risiko dalam investasi atau meminjamkan dana (Hasanah, 2013). Pentingnya informasi laba adalah untuk menampilkan performa di depan investor sebelum menanamkan dananya, apabila perusahaan menampilkan informasi laba yang tinggi dalam laporan keuangan, maka investor akan menanamkan dananya pada perusahaan terkait, dan apabila informasi laba yang terdapat dalam laporan keuangan adalah 1
2 menurun setiap waktunya maka investor tidak memiliki minat untuk menanamkan dananya pada perusahaan tersebut. Jadi sangatlah penting perusahaan menampilkan informasi laba yang baik. Ketatnya persaingan dalam dunia bisnis menjadi pemicu yang kuat bagi manajemen perusahaan untuk menampilkan performa terbaik dari perusahaan yang dipimpinnnya, karena baik buruknya performa perusahaan akan berdampak terhadap nilai pasar perusahaan di pasar dan juga mempengaruhi minat investor untuk menanam atau menarik investasinya dari sebuah perusahaan (Algery, 2013). Oleh karena dilandasi hal tersebut, kecenderungan untuk memperhatikan laba yang terdapat dalam laporan laba rugi yang ditentukan banyak peneliti. Situasi ini didasari oleh manajemen terutama dari kalangan manajemen yang kinerjanya diukur berdasarkan informasi tersebut, sehingga mendorong timbulnya disfunctional behaviour. Adapun bentuk perilaku yang tidak semestinya yang timbul maka mendorong manajer untuk melakukan manajemen laba atau manipulasi atas laba, salah satu bentuk manipulasi laba adalah perataan laba (Okkarisma, 2010). Income smoothing adalah pola manajemen laba yang dilakukan perusahaan dengan cara meratakan laba yang dilaporkan sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar karena pada umumnya investor lebih menyukai laba yang relatif stabil (Shintia, 2010). Salah satu motivasi yang mendorong dilakukannya perataan laba adalah untuk memperbaiki hubungan dengan kreditor, investor, karyawan, dan pihak terkait lainnya (Rita,2011). Manajemen memilih untuk menjaga nilai laba yang stabil
3 dibandingkan nilai laba yang cenderung bergejolak (volatile), sehingga manajemen akan menaikkan laba yang dilaporkan jika jumlah laba yang sebenarnya menurun dari laba tahun sebelumnya. Sebaliknya manajemen akan memilih untuk menurunkan laba yang dilaporkan jika laba yang sebenarnya meningkat dibandingkan laba tahun sebelumnya (Sindi dan Etna, 2011). Para investor dan manajemen menyukai laba yang rata dari tahun ke tahun karena laba yang rata mengindikasikan bahwa perusahan tersebut kuat dan stabil. Namun apabila dilihat dari sisi investor dan pemegang saham, praktik perataan laba ini tentu tidak mereka harapkan. Karena dengan adanya praktik ini, artinya mereka tidak tahu keadaan sesungguhnya dari perusahaan. Sehingga kebijakan yang diambil untuk masa depan pun bisa jadi merugikan. Praktik perataan laba merupakan fenomena yang umum dibanyak negara. Perataan laba menjadi suatu hal yang merugikan investor karena investor tidak dapat memperoleh informasi yang akurat mengenai laba untuk mengevaluasi tingkat pengembalian dari portofolionya jika terdapat praktik perataan laba. Oleh karena itu, perlu diketahui sejak awal apakah perusahaan melakukan perataan laba atau tidak dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya. Perataan laba memiliki faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya. Ada beberapa faktor yang seringkali digunakan untuk mengindentifikasi hal-hal yang mempengaruhi indeks perataan laba (Rita, 2011 dan Algery, 2013). Profitabilitas sangat penting bagi semua pengguna, khususnya investor ekuitas dan kreditor. Bagi investor ekuitas, laba merupakan satu-satunya faktor penentuan perubahan nilai efek (sekuritas). Pengukuran dan peramalan laba
4 merupakan pekerjaan paling penting bagi investor ekuitas. Bagi kreditor, laba dan arus kas operasi umumnya merupakan sumber pembayaran bunga dan pokok (Wild, Subramanyam dan Halsey, 2005; 110). Profitabilitas dalam penelitian ini menggunakan net profit margin, dimana net profit margin adalah suatu pengukuran dari setiap satuan nilai penjualan yang tersisa setelah dikurangi oleh seluruh biaya, termasuk bunga dan pajak (Sartono, 2008 : 123). Dalam penelitian Rahmawati (2012) net profit margin tidak berpengaruh terhadap perataan laba dan sedangkan pada penelitian Shintia (2012) net profit margin berpengaruh terhadap perataan laba. Leverage keuangan digunakan dengan harapan dapat meningkatkan pengembalian ke para pemegang saham biasa. Menguntungkan atau tidaknya suatu leverage keuangan, dinilai dalam hal pengaruhnya atas EPS bagi para pemegang saham biasa (Dwi, 2010:12). Dalam penelitian Okkarisma (2010) membuktikan bahwa financial leverage berpengaruh pada perataan laba, sedangkan pada penelitian Ratnasari (2012), Rahmawati (2012), Shintia dan Kurniawan (2012) mengatakan bahwa financial leverage (DER) tidak berpengaruh terhadap perataan laba. Ukuran perusahaan menunjukkan besar atau kecilnya kekayaan (asset) yang dimiliki suatu perusahaan (Hasanah, 2013). Di dalam penelitian Ratnasari (2012) ukuran perusahaan berpengaruh terhadap perataan laba, dimana apabila ukuran perusahaan besar menggambarkan segala sesuatunya sudah layak sehingga dapat menarik perhatian investor, tetapi untuk penelitian yang dilakukan oleh Okkarisma (2010) tidak berpengaruh terhadap perataan laba.
5 Dari adanya beberapa faktor yang mempengaruhi perataan laba diatas, maka dapat diuji kembali beberapa variabel yang menjadi faktor-faktor praktik perataan laba dengan judul Pengaruh Profitabilitas, Financial Leverage, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Perataan Laba Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. B. Rumusan Masalah Apakah profitabilitas, financial leverage, dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap perataan laba? C. Batasan Masalah Penelitian ini mempunyai cakupan yang luas dimana faktor-faktor yang mempengaruhi perataan laba cukuplah banyak, tetapi penelitian hanya memfokuskan pada variabel profitabilitas (NPM), financial leverage (DER), dan ukuran perusahaan. Penelitian ini menguji pada perusahaan manufaktur yang mana terdiri dari dari 131 perusahaan dan ada beberapa kriteria yang menjadi syarat-syarat untuk layak di olah datanya yaitu tidak untuk perusahaan yang rugi, data keuangan tidak lengkap, tidak menerbitkan laporan keuangan selama tahun yang diteliti 2010-2012, dan perusahaan yang laporan keuangannya tidak berakhir 31 Desember. Periode penelitian difokuskan pada perusahaan manufaktur untuk tahun 2010, 2011, dan 2012. D.Tujuan Penelitian Untuk mengidentifikasi dan menganalisis pengaruh ukuran profitabilitas, financial leverage, dan ukuran perusahaan terhadap perataan laba.
6 E.Manfaat penelitian 1. Bagi peneliti selanjutnya Sebagai acuan dalam menguji variabel ukuran perusahaan, leverage operasi, profitabilitas dan debt equity return sebagai pedoman untuk menguji kembali atau menambahkan variabel-variabel yang relevan tetapi belum diuji. 2. Pihak Internal Manajemen Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan dasar pertimbangan dalam memutuskan apakah perusahaan perlu melakukan praktik perataan laba atau tidak. 3. Pihak Eksternal a. Bagi para investor dan calon investor yang melakukan investasi di pasar modal dimana hasil penelitian ini dapt memberikan masukan dalam pembuatan keputusan investasi serta dalam pengelolaan portofolio saham yang dimilikinya. b. Bagi para kreditur hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dalam pengambilan keputusan pemberian kredit.