BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan fisiknya dan perkembangan kecerdasannya juga terhambat.

Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Anemia Pada Anak Usia Sekolah Dasar 6 12 Tahun Di SD N 1 Rowosari Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan. perkembangan kecerdasan, menurunkan produktivitas kerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. (Suharno, 1993). Berdasarkan hasil penelitian WHO tahun 2008, diketahui bahwa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin kurang dari

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan pertumbuhan fisik yang tidak optimal dan penurunan perkembangan. berakibat tingginya angka kesakitan dan kematian.

BAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Tujuan. penerus harus disiapkan sebaik-baiknya. Salah satu faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan prevalensi tertinggi dialami negara berkembang termasuk Indonesia.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Periode remaja adalah periode transisi dari anak - anak menuju dewasa, pada

PERBEDAAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI SMA PEDESAAN DAN PERKOTAAN DI KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. 2001). Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada

BAB I PENDAHULUAN. seperti puberteit, adolescence, dan youth. Remaja atau adolescence (Inggris),

BAB I PENDAHULUAN. trimester III sebesar 24,6% (Manuba, 2004). Maka dari hal itu diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. sebelum berangkat melakukan aktivitas sehari-hari (Utter dkk, 2007).

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kasus anemia merupakan salah satu masalah gizi yang masih sering

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI, DAN VITAMIN C DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI KELURAHAN SEMANGGI DAN SANGKRAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan baik, bayi tumbuh sehat sesuai yang diharapkan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat ( Public Health Problem) adalah anemia gizi.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat dilakukan. pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut usia (Depkes, 2003).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. kurang vitamin A, Gangguan Akibat kurang Iodium (GAKI) dan kurang besi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. cadangan besi kosong yang pada akhirnya mengakibatkan pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. yang relatif sangat bebas, termasuk untuk memilih jenis-jenis makanan

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia

BAB 1 PENDAHULUAN. yang banyak terjadi dan tersebar di seluruh dunia terutama di negara

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN. terutama di negara berkembang. Data Riset Kesehatan Dasar (R iskesdas)

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan suatu kondisi konsentrasi hemoglobin kurang dari

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi salah satu indikator penting. dalam menentukan derajat kesehatan masyatakat.

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas, istilah. pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan biologis.

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kualitas SDM yang dapat mempengaruhi peningkatan angka kematian. sekolah dan produktivitas adalah anemia defisiensi besi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia Gizi Besi (AGB) dan Kekurangan Energi Protein (KEP) di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. usia subur. Perdarahan menstruasi adalah pemicu paling umum. kekurangan zat besi yang dialami wanita.meski keluarnya darah saat

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak. perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan. Dalam periode kehamilan ini ibu membutuhkan asupan makanan sumber energi

GAMBARAN ANEMIA DAN INTELLIGENCE QUOTIENT (IQ) PADA SANTRI PUTRI PONDOK PESANTREN IMAM SYUHODO KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. gangguan absorpsi. Zat gizi tersebut adalah besi, protein, vitamin B 6 yang

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN, BESI DAN VITAMIN C DENGAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI KELAS XI SMU NEGERI I NGAWI

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan antara bangun pagi sampai jam 9 (Hardinsyah, 2012). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. yang menyiapkan tenaga kerja, dituntut mampu menghasilkan lulusan

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan zat gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik, perkembangan kecerdasan, menurunnya produktifitas kerja dan

BAB I PENDAHULUAN. Ketidak cukupan asupan makanan, misalnya karena mual dan muntah atau kurang

BAB I PENDAHULUAN. demikian derajat kesehatan di Indonesia masih terhitung rendah apabila

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah merupakan Sumber Daya Manusia (SDM) generasi. penerus bangsa yang potensinya perlu terus dibina dan dikembangkan.

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang. Berdasarkan Riskesdas (2013), dilaporkan bahwa angka

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan sosial yang ada di masyarakat umum di luar rumah. Seorang anak TK

BAB I PENDAHULUAN. Usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa pengembangan. intelektual, dikarenakan pada masa itu anak memiliki keinginan dan

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berkembang, termasuk. Riskesdas, prevalensi anemia di Indonesia pada tahun 2007 adalah

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Remaja adalah tahapan umur yang datang setelah masa anak anak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan gagalnya pertumbuhan,

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional mengarah kepada peningkatan kulitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan permulaan suatu kehidupan baru. pertumbuhan janin pada seorang ibu. Ibu hamil merupakan salah satu

BAB 1 : PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat juga dipengaruhi oleh faktor ekonomi, pendidikan, lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas. Peningkatan sumber daya manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi ketika kadar hemoglobin (Hb) dalam darah lebih rendah dari batas normal kelompok orang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan mempunyai arti yang sangat penting bagi manusia, karena

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang diharapkan setiap pasangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Periode Kehamilan merupakan masa dimulainya konsepsi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. merupakan salah satu tempat potensial untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber

BAB I. antara asupan (intake dengan kebutuhan tubuh akan makanan dan. pengaruh interaksi penyakit (infeksi). Hasil Riset Kesehatan Dasar pada

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Kesehatan nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. balita yang cerdas. Anak balita salah satu golongan umur yang rawan. masa yang kritis, karena pada saat itu merupakan masa emas

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Usia remaja merupakan usia peralihan dari anak-anak menuju dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012

HUBUNGAN ASUPAN ZAT BESI DENGAN KADAR HEMOGLOBIN DAN KADAR FERRITIN PADA ANAK USIA 6 SAMPAI 24 BULAN DI PUSKESMAS KRATONAN SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. faktor yang harus diperhatikan untuk menciptakan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sering ditemukan dan merupakan masalah gizi utama di Indonesia

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. nasional, karena masalah kesehatan menyentuh hampir seluruh aspek kehidupan manusia. (1)

PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTERI TENTANG ANEMIA DEFISIENSI BESI DI SMA NEGERI 15 MEDAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kekurangan zat besi merupakan salah satu masalah gizi utama dan jika terjadi pada anak-anak akan menjadi persoalan serius bangsa. Kekurangan zat besi mempunyai pengaruh yang amat besar terhadap tingkat kemampuan dan prestasi belajar, bila tidak segera diatasi akan terjadi kehilangan sumber daya manusia baru yang berkualitas. Keberhasilan pembangunan suatu negara sangat tergantung kepada keberhasilan bangsa dalam menyiapkan sumber daya manusia yang merupakan salah satu kebutuhan untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan pembangunan kesehatan nasional. Pembangunan kesehatan manusia tidak hanya kesehatan mental maupun fisik tetapi juga kesehatan untuk mencapai kecerdasan khususnya anak sekolah (Soeida, 2008). Tingkat kesehatan dan status gizi merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi kemampuan belajar anak dalam masa pendidikan. Anak yang kurang sehat dan kurang gizi sulit memperoleh prestasi belajar yang memadai, disebabkan anak mengalami letih, lesu, dan berkurangnya pusat konsentrasi belajar sehingga sering tidak hadir mengikuti pelajaran di sekolah dan daya serap terhadap materi pengajaran sangat rendah. Selain peningkatan metode belajar mengajar di sekolah, peningkatan kesehatan untuk keberhasilan proses belajar mengajar perlu di upayakan (Khomsan, 2004). Tumbuh kembang anak menjadi terganggu karena anemia, yang biasa disebut di kalangan awam dengan anemia, didefinisikan sebagai penyakit yang ditandai rendahnya kadar hemoglobin dalam darah. Umumnya, anemia disebabkan kurangnya zat besi yang masuk ke dalam tubuh. Dengan demikian, hemoglobin yang berfungsi membawa oksigen ke seluruh tubuh tidak berjalan dengan baik (Maharani, 2008). 1

2 Anemia merupakan kondisi di mana kurangnya konsentrasi sel darah merah atau menurunnya kadar hemoglobin dalam darah di bawah normal, penurunan kadar tersebut banyak di jumpai pada anak karena kurangnya zat besi, sehingga anemia ini dapat disebut juga sebagai anemia defisiensi besi (anemia kurang zat besi). Anemia defisiensi besi adalah salah satu bentuk gangguan gizi yang merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di seluruh dunia, terutama di negara berkembang termasuk Indonesia. Penyebab utama anemia defisiensi besi adalah karena kurangnya konsumsi zat besi yang tidak cukup dan absorbsi ( bioavaibilitas ) beberapa jenis bahan makanan. Berkurangnya zat besi dalam makanan, meningkatnya kebutuhan akan zat besi, atau kehilangan darah yang khronis dan adanya infeksi kecacingan akan menambah kemungkinan timbulnya anemia. Penyebab langsung timbulnya anemia gizi besi adalah asupan makanan yang tidak cukup secara kuantitas dan kualitas serta infeksi penyakit seperti cacingan dan malaria. Penyebab tidak langsung adalah pola makan yang kurang sehat dan tidak teratur pada anak sehingga anak mudah sekali kekurangan zat gizi dan ketersediaan dan distribusi pangan keluarga yang bergizi untuk ibu dan anak terbaikan (Harold, 2005). Kelompok masyarakat yang paling rawan adalah anak prasekolah, usia sekolah dan bayi. Terjadinya anemia pada bayi erat hubungannya dengan taraf gizi ibunya. Hal ini disebabkan antara lain karena diet tidak seimbang, proses penyerapan yang tidak baik, terjadi peningkatan kebutuhan zat besi seperti saat hamil dan menyusui, masa pertumbuhan, atau kehilangan darah. Menurut Kodiyat dalam RAN (Remote Area Nurse, 2006 ), di Indonesia anemia gizi masih menjadi masalah utama. Data hasil penelitian menunjukan prevalensi anemi gizi besi masih tinggi yaitu pada ibu hamil prevalensinya mencapai 63,5%, balita 55,5%, anak usia sekolah 20% - 40%, wanita dewasa 30% - 40%, pekerja berpenghasilan rendah 30% - 40%, dan pria dewasa 20% - 30%. Penelitian lain oleh Pusponegoro menyebutkan

3 anemi ditemukan pada balita 40,5%, anak usia sekolah 47,2%, remaja puteri 57,1% dan ibu hamil 50,9%. Sementara Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) pernah meneliti pada 1000 anak sekolah dasar di 11 propinsi dan hasilnya menunjukan 20%-25% terkena anemia. Dari hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 menyebutkan prevalensi anemia pada anak 0-5 tahun 47% anak usia sekolah dan remaja 26,5% dan wanita usia subur 40% (RAN, 2006). Manusia dalam setiap tahapan kehidupannya memerlukan perhatian terhadap kebutuhan gizinya, terutama anak usia sekolah agar tumbuh menjadi generasi penerus bangsa yang berkualitas karena menurut Budiyanto (2002), kekurangan gizi bisa menyebabkan menurunnya produktivitas kerja, kecerdasan anak, serta daya tahan tubuh. Gangguan gizi tersebut bisa disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah kebiasaan makan yang salah. Kebiasaan makan yang salah yang masih sering terjadi pada anak usia sekolah yaitu kebiasaan tidak sarapan sebelum berangkat sekolah. Hal tersebut bisa disebabkan oleh berbagai faktor, yakni dari karakteristik keluarga maupun karakteristik anak itu sendiri. Hal tersebut perlu adanya perhatian khusus. Salah satu cara untuk menempuh perbaikan gizi anak agar prestasi belajar tidak terganggu yaitu dengan perbaikan pola makan dikeluarga dengan menekankan pentingnya makan pagi (sarapan) sebelum berangkat sekolah (Sulistyoningsih, 2011) Pola makan pada anak di SD Negeri 1 Rowosari kecamatan Gubug kabupaten Grobogan adalah para siswa-siswi jarang sarapan pagi bila akan berangkat ke sekolah. Mereka cenderung terbiasa jajan diluar dari pada sarapan pagi. Hal itu disebabkan oleh keterbatasan keluarga untuk menyiapkan sarapan pagi karena kebanyakan orang tua mereka berangkat bekerja pagi-pagi, sehingga orang tua mereka lebih memilih memeberi uang untuk membeli sarapan di luar. Hal itu sangat disayangkan karena sarapan pagi bagi anak usia sekolah sangatlah penting bagi pertumbuhan dan

4 perkembangan anak itu sendiri. Apabila anak kurang medapatka asupan gizi yang cukup maka meraka akan cenderung mudah terserang penyakit salah satunya adalah anemia. Anemia sangat banyak ditemukan pada anak-anak usia sekolah terutama anemia gizi besi yang disebabkan oleh kebiasaan pola makan yang kurang baik. Maka dari itu anak haruslah dibiasakan sarapan pagidi rumah sebelum berangkat ke sekolah. Anemia defisiensi besi pada anak menjadi masalah kesehatan yang harus diatasi. Mengingat salah satu faktor penyebab anemia defisiensi besi adanya rendahnya asupan makanan sumber zat besi, maka perlu dilakukan penelitian keterkaitan antara pola konsumsi dengan kejadian anemia pada anak. Anak-anak kelas V dan VI SD Negeri Rowosari merupakan salah satu kelompok penderita anemia, hal tesebut didukung oleh Informasi dari petugas Puskesmas Gubug 1 Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan dan hasil pengukuran awal terhadap kadar Hb pada sebagian siswa-siswi kelas V dan VI SD Negeri Rowosari Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan. B. Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukan di atas maka yang menjadi rumusan masalah adalah : apakah ada hubungan antara pola makan dengan kejadian anemia pada anak usia sekolah di SD Negeri I Rowosari Kecamatan Gubug, Kabupaten Grobogan. C. Tujuan penelitian 1. Tujuan umum Mengetahui hubungan antara pola makan dengan kejadian anemia pada anak usia sekolah di SD Negeri Rowosari I Kecamatan Gubug, Kabupaten Grobogan.

5 2. Tujuan khusus a. Mendeskripsikan kejadian anemia pada anak di SD Negeri Rowosari I, Kecamatan Gubug, Kabupaten Grobogan. b. Mendeskripsikan pola makan pada anak di SD Negeri Rowosari I, Kecamatan Gubug, Kabupaten Grobogan. c. Menganalisis hubungan pola makan dengan kejadian anemia pada anak usia sekolah dasar 6-12 tahun di SD Negeri Rowosari I, Kecamatan Gubug, Kabupaten Grobogan. D. Manfaat penelitian 1. Masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan pengetahuan bagi ibu dalam menerapkan pola makan yang sehat dan baik bagi anak agar anak membiasakan dirinya untuk makan secara teratur. 2. Responden Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan kepada anak agar membiasakan diri untuk makan secara teratur dan bergizi, mungkin dengan tidak jajan di sembarang tempat. 3. Institusi pendidikan SD Institusi pendidikan SD dapat memahami hal-hal yang menjadi penyebab terjadinya anemia khususnya pola makan pada siswa-siswi nya yaitu mungkin bisa dengan membuat kantin sehat disekolah agar siswa-siswi nya tidak jajan sembarangan. 4. Profesi keperawatan Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi tambahan bagi profesi keperawatan khususnya berkaitan dengan keperawatan anak. E. Bidang ilmu Penelitian ini berkaitan dengan ilmu keperawatan anak.

6 F. Originalitas Penelitian No Peneliti/Tahun 1 Ida Farida 2007 Judul dan Desain penelitian Determinan kejadian anemia pada remaja Putri di kecamatan gebog kabupaten kudus Tahun 2006 Sample Populasi adalah remaja putri usia 13-18 tahun dengan jumlah sampel sebanyak 163 orang yang diambil dari 4 desa dengan cara multistage random sampling Hasil Hasil penelitian menunjukkan prevalensi anemia remaja putri di Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus sebesar 36,8%. Sebagian besar remaja putri mempunyai orangtua dengan tingkat pendapatan dan pendidikan rendah. Hasil uji korelasi menunjukkan ada hubungan pendidikan orangtua, pendapatan keluarga, pengetahuan dan sikap remaja putri tentang anemia dengan tingkat konsumsi gizi (energi, protein, besi, vitamin A, dan vitamin C). 2 Cholida Amalida purba 2011 Gambaran Pola Makan, Status Gizi, Pola Haid Dan Kejadian Anemia Remaja Putri SMU Negeri 18 Medan. Jenis penelitian deskriptif dengan desain penelitian cross sectional Jumlah sampel sebanyak 69 orang dengan teknik simple random sampling. Jumlah konsumsi energi, protein, dan besi (Fe) diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan formulir food recall 24 jam Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kecukupan energi remaja putri sebagian besar pada kategori sedang. Namun demikian, masih ada remaja putri yang tingkat kecukupan energi, protein dan besi pada kategori kurang dan defisit.

7 No Peneliti / Tahun Judul dan Desain Penelitian 3 Muhammad nur Pengaruh Suplementasi 2011 Fe Terhadap Kadar Hemoglobin Dan Prestasi Belajar Anak Sekolah Dasar Di Kecamatan Peukan Baro Kabupaten Pidie Nanggroe Aceh Darussalam. Jenis penelitian ini adalah eksperimen quasi dengan rancangan preand post test Sample Jumlah sampel penelitian adalah 32 murid perkelompok Hasil Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh signifikan pemberian suplemen Fe terhadap peningkatan kadar hemoglobin Table 1.1 Originalitas Penelitian Perbedaan penelitian ini dengan penelitian lain pada tabel keaslian penelitian diatas adalah: 1. Judul penelitian adalah Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Anemia Pada Anak Usia Sekolah Dasar 6 12 tahun di SD Negeri 1 Rowosari, Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan. 2. Variabel yang digunakan adalah pola makan dengan kejadian anemia pada anak usia sekolah dasar. 3. Lokasi penelitian adalah di SD Negeri 1 Rowosari, Kecamatan Gubug, Kabupaten Grobogan. 4. Waktu penelitian dilakukan pada tahun 2012