HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN DIARE DENGAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI KELURAHAN BEKONANG KECAMATAN MOJOLABAN KABUPATEN SUKOHARJO

dokumen-dokumen yang mirip
Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh: ERIN AFRIANI J.

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan, tidak saja di negara berkembang tetapi juga di negara

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN UPAYA PENCEGAHAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS NGORESAN SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Makanan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia dan merupakan hak

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KADARZI DENGAN ASUPAN ENERGI DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA JAGAN KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO

HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 4 6 BULAN SKRIPSI. Diajukan Oleh : Afitia Pamedar J

BAB I PENDAHULUAN juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka

SUKOHARJO. Oleh : Kesehatan Bidang J NIM FAKULTAS

BAB I PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan kecerdasan anak. Pembentukan kecerdasan pada masa usia

BAB I PENDAHULUAN. yang berusia antara satu sampai lima tahun. Masa periode di usia ini, balita

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.S DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN DIARE DI BANGSAL MELATI RSUD SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab timbulnya masalah gizi salah satunya yaitu status gizi yang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. yang relatif sangat bebas, termasuk untuk memilih jenis-jenis makanan

KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III ( Tiga ) Kesehatan Bidang Gizi.

I. PENDAHULUAN. terkontaminasi akibat akses kebersihan yang buruk. Di dunia, diperkirakan sekitar

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan fisiknya dan perkembangan kecerdasannya juga terhambat.

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang termasuk Indonesia (Depkes RI, 2007). dan balita. Di negara berkembang termasuk Indonesia anak-anak menderita

BAB 1 PENDAHULUAN. utama kematian balita di Indonesia dan merupakan penyebab. diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. 1

BAB I PENDAHULUAN. melalui perbaikan perilaku masyarakat dalam pemberian makanan

BAB I PENDAHULUAN. disekelilingnya khususnya bagi mereka yang termasuk ke dalam kelompok rentan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus diperhatikan untuk

BAB I PENDAHULUAN. balita yang cerdas. Anak balita salah satu golongan umur yang rawan. masa yang kritis, karena pada saat itu merupakan masa emas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Diare adalah penyebab kematian yang kedua pada anak balita setelah

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di Indonesia diare merupakan penyebab kematian utama pada bayi dan anak.

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita adalah masa yang membutuhkan perhatian lebih dari

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kecerdasan terutama pada anak-anak (Arisman, 2004). Gangguan

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Pada usia balita merupakan masa perkembangan tercepat

Sikap ibu rumah tangga terhadap penyuluhan gizi dalam pemenuhan gizi balita di wilayah binaan puskesmas I Gatak kecamatan Gatak kabupaten Sukoharjo

BAB I PENDAHULUAN. kematian di negara berkembang bagi bayi (18%), yang artinya lebih dari

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Diare adalah sebagai perubahan konsistensi feses dan perubahan frekuensi

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas Sumber Daya Manusia. (SDM), karena keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. (mordibity) dan angka kematian (mortality). ( Darmadi, 2008). Di negara

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan dan kualitas sumber daya manusia. merupakan faktor yang menentukan untuk meningkatan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional mengarah kepada peningkatan kulitas sumber

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan salah satunya adalah penyakit infeksi. Masa balita juga merupakan masa kritis bagi

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan masa yang kritis dalam upaya menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. yang harus ditangani dengan serius. Ditinjau dari masalah kesehatan dan gizi, terhadap kekurangan gizi (Hanum, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. sakit dan 3-5 juta kematian setiap tahunnya. Di Amerika Serikat, ada juta

BAB I PENDAHULUAN. energi protein (KEP), gangguan akibat kekurangan yodium. berlanjut hingga dewasa, sehingga tidak mampu tumbuh dan berkembang secara

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia adalah penyakit diare. Diare adalah peningkatan frekuensi buang air

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan gagalnya pertumbuhan,

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung maupun tidak langsung. Status gizi secara langsung

Oleh: Aulia Ihsani

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang memungkinkan seseorang hidup secara produktif dan harmonis.

BAB 1 PENDAHULUAN. Usia anak dibawah lima tahun (balita) merupakan usia dalam masa emas

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN

RETNO DEWI NOVIYANTI J

BAB I PENDAHULUAN. intoleran. Dampak negatif penyakit diare pada bayi dan anak-anak adalah

KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun oleh : AGUSTINA ITRIANI J

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Gizi Prof.DR.Dr.Poorwo Soedarmo melalui Lembaga Makanan Rakyat

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Gelar S 1 Keperawatan. Oleh: WAHYUNI J

HUBUNGAN ANTARA UMUR PERTAMA PEMBERIAN MP ASI DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA 6 12 BULAN DI DESA JATIMULYO KECAMATAN PEDAN KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan morbiditas dan

BAB I PENDAHULUAN. lima tahun pada setiap tahunnya, sebanyak dua per tiga kematian tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. Sepuluh Besar Penyakit Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Tahun 2010 di Idonesia (Kemenes RI, 2012)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya dan pembangunan masyarakat seluruhnya. Untuk menciptakan sumber daya

BAB 1 PENDAHULUAN. ganda yaitu masalah kurang gizi dan gizi lebih. Kurang energi protein (KEP) pada

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. harapan hidup yang merupakan salah satu unsur utama dalam penentuan

BAB I PENDAHULUAN. Balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di Indonesia, hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya angka

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan gizi yang sering terjadi di seluruh negara di dunia adalah

Karya Tulis Ilmiah. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun Oleh : ERY MAITATORUM J

BAB I PENDAHULUAN. klien kekurangan cairan / dehidrasi. Keadaan kekurangan cairan apabila tidak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan Angka Kematian Balita (AKABA/AKBAL). Angka kematian bayi dan balita

BAB V PEMBAHASAN. balita yang menderita ISPA adalah kelompok umur bulan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa sampai usia lanjut. Dari seluruh siklus kehidupan, program perbaikan

ARIS SETYADI J

HUBUNGAN ASUPAN ZAT BESI DENGAN KADAR HEMOGLOBIN DAN KADAR FERRITIN PADA ANAK USIA 6 SAMPAI 24 BULAN DI PUSKESMAS KRATONAN SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 adalah mengumpulkan. dan menganalisis data indikator MDG s kesehatan dan faktor yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kesakitan dan kematian pada bayi dan anak-anak di dunia. kedua pada anak dibawah 5 tahun. 1

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan 2010 bahwa kejadian diare pada bayi terus meningkat dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak. Pada tahun 2001 sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. yaitu buang air besar yang tidak normal. berbentuk tinja encer dengan frekuensi

BAB I PENDAHULUAN. variabel tertentu, atau perwujudan dari Nutriture dalam bentuk variabel

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sehat. Program PHBS telah dilaksanakan sejak tahun 1996 oleh

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi kurang masih tersebar luas di negara-negara. berkembang termasuk di Indonesia, masalah yang timbul akibat asupan gizi

BAB 1 : PENDAHULUAN. Millenuim Development Goals (MDGs) adalah status gizi (SDKI, 2012). Status

BAB I PENDAHULUAN. bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR) dan Angka Kematian Ibu (AKI).

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kesehatan dan gizi, sehingga membutuhkan perhatian dan

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN DIARE DENGAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI KELURAHAN BEKONANG KECAMATAN MOJOLABAN KABUPATEN SUKOHARJO KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III (tiga) Kesehatan Bidang Gizi Di susun oleh : Muthowif Saiful A. J300 060 018 PROGRAM STUDI D III GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2009

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah menciptakan kualitas manusia Indonesia yang ditandai oleh penduduk yang berperilaku hidup sehat dalam menuju pelayanan kesehatan yang bermutu terutama dalam memperbaiki status gizi. Namun manusia belum bisa menciptakan kualitas yang baik dalam meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan manusia sendiri khususnya dalam hal gizi (Depkes RI, 1999). Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan dan kesejahteraan manusia. Keadaan gizi dikatakan baik bila terdapat keseimbangan dan kesesuaian antara perkembangan fisik dan mental, sehingga tingkat keadaan gizi optimal terpenuhi. Keadaan gizi seseorang dalam suatu waktu bukan saja ditentukan oleh konsumsi zat gizi masa lampau bahkan jauh sebelum masa itu. Hal ini berarti konsumsi gizi pada masa kanakkanak memberi andil terhadap status gizi masa dewasa (Suharjo, 1996). Konsumsi gizi yang baik dan cukup sangat diperlukan oleh seseorang, terutama pada anak balita karena seringkali tidak bisa dipenuhi oleh seorang anak balita. Konsumsi gizi tersebut, tidak bisa dipenuhi karena faktor eksternal maupun internal. Faktor eksternal menyangkut keterbatasan ekonomi keluarga sehingga uang yang tersedia tidak cukup untuk membeli makanan, sedangkan faktor internal adalah faktor yang terdapat didalam diri anak yang secara psikologis muncul sebagai problema makan pada anak balita. Oleh sebab itu, konsumsi gizi anak lebih diperhatikan karena akan menyebabkan status gizi kurang pada balita (Suhardjo, 2002). Status gizi balita merupakan hal penting yang harus diketahui oleh setiap orang tua. Perlunya perhatian lebih dalam tumbuh kembang di usia balita karena berada dalam situasi rentan didasarkan fakta bahwa kurang gizi yang terjadi pada masa emas ini, bersifat irreversible (tidak dapat pulih).

Kurang gizi yang terjadi pada masa emas ini antara lain kekurangan energi protein, gangguan kekurangan yodium, kekurangan vitamin A dan penyakit infeksi yang sering terjadi pada balita adalah penyakit diare (Lisdiana, 1998). Penyakit diare, sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia. Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam golongan 6 besar yaitu karena infeksi, malabsorbsi, alergi, keracunan, immuno defisiensi, dan penyebab lain, tetapi yang sering ditemukan di lapangan ataupun klinis adalah diare yang disebabkan infeksi rotavirus dan keracunan. Rotavirus adalah virus dengan ukuran 100 nanometer yang berbentuk roda yang termasuk dalam family Reoviridae. Adapun penyebab-penyebab tersebut sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, misalnya keadaan gizi, kebiasaan atau perilaku, sanitasi lingkungan, dan sebagainya. Pada tahun 2007, diare merupakan penyakit dengan frekuensi Kejadian Luar Biasa (KLB) kelima terbanyak setelah DBD, Campak, Tetanus Neonatorium dan keracunan makanan ( Dirjen, 1991). Angka kejadian diare di Indonesia begitu banyak dan setiap tahun meningkat. Dari hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) sekitar 162 ribu balita meninggal setiap tahun atau sekitar 460 balita setiap harinya. Diperkirakan dari setiap satu juta penduduk anak balita Indonesia mengalami episode diare sebanyak 1,6 2 kali pertahun. Selain itu, di negara berkembang, menyebabkan kematian sekitar 3 juta penduduk setiap tahun. Di Afrika anak-anak terserang diare infeksi 7 kali setiap tahunnya dibanding di negara berkembang lainnya yang mengalami serangan diare 3 kali setiap tahun (Irianto, 2000). Penyakit diare di negara maju walaupun sudah terjadi perbaikan kesehatan dan ekonomi masyarakat tetapi insiden diare infeksi tetap tinggi dan masih menjadi masalah kesehatan. Di Inggris 1 dari 5 orang menderita diare infeksi setiap tahunnya dan 1 dari 6 orang pasien yang berobat ke dokter menderita diare infeksi. Tingginya kejadian diare di negara barat ini oleh karena infeksi makanan dan waterborne infections yang disebabkan bakteri Salmonella spp, Campylobacter jejuni, Stafilococcus aureus, Bacillus cereus,

Clostridium perfringens dan Enterohemorrhagic Escherichia coli (EHEC) (Irianto, 2000). Menurut Scrimsham, (1999) ada hubungan yang sangat erat antara infeksi (penyebab diare) dengan status gizi terutama pada anak balita karena adanya tekanan interaksi yang sinergis. Mekanisme patologisnya dapat secara sendiri-sendiri maupun bersamaan, yaitu penurunan asupan zat gizi akibat kurangnya nafsu makan, menurunnya absorpsi, kebiasaan mengurangi makan pada saat sakit, dan peningkatan kehilangan cairan/gizi akibat penyakit diare ysng terus menerus sehingga tubuh lemas. Begitu juga sebaliknya, ada hubungan antara status gizi dengan infeksi diare pada anak balita. -Apabila masukan makanan atau zat gizi kurang- akan terjadi penurunan metabolisme sehingga tubuh akan mudah terserang penyakit. Hal ini dapat terjadi pada anak balita yang menderita penyakit diare. Oleh sebab, itu masukan makanan atau zat gizi harus diperhatikan agar tidak terjadi penurunan metabolisme di dalam tubuh. Hasil laporan dari survey yang dilakukan tahun 2008 menunjukkan kejadian diare di Puskesmas I Mojolaban Sukoharjo diketahui bahwa anak yang menderita kejadian diare di Kelurahan Bekonang lebih tinggi dari desa yang lain di Kecamatan Mojolaban. Data kejadian diare di Kelurahan Bekonang sebanyak 15,02 % dibandingklan dengan Kelurahan yang lain seperti Klumprit kejadian diare sebanyak 11,6 %, Cangkol kejadian diare sebanyak 11,3 %, Wirun kejadian diare sebanyak 12,7 %, sedangkan data status gizi kurang pada balita sebanyak 11 %. Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian hubungan antara kejadian diare dengan status gizi anak balita di Kelurahan Bekonang Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo karena angka kejadian diare di wilayah tersebut sangat tinggi

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, dapat dibuat perumusan masalah yaitu : Apakah terdapat hubungan antara kejadian diare dengan status gizi anak balita di Kelurahan Bekonang Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo?. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan antara kejadian diare dengan status gizi anak balita di Kelurahan Bekonang Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan kejadian diare di Kelurahan Bekonang Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo. b. Menentukan status gizi anak balita di Kelurahan Bekonang Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo c. Menganalisis hubungan antara kejadian diare dengan status gizi anak balita di Kelurahan Bekonang Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo. D. Hipotesis Ada hubungan antara kejadian diare dengan status gizi anak balita di Kelurahan Bekonang Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo. E. Manfaat Dari penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberikan manfaat bagi : 1. Instansi Puskesmas Memberikan informasi bagi petugas kesehatan mengenai kejadian diare dan status gizi anak balita di Kelurahan Bekonang Kecamatan Mojolaban Kecamatan Sukoharjo sehingga dapat dijadikan masukan dan

pertimbangan dalam memberikan pelayanan konsultasi gizi dan penyuluhan bagi masyarakat. 2. Masyarakat Memberikan informasi mengenai hubungan antara kejadian diare dengan status gizi anak balita sehingga dapat lebih memperhatikan konsumsi makanan (zat gizi) pada anak balita dan higienis sanitasi makanan. 3. Peneliti Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai hubungan antara kejadian diare dengan status gizi anak balita.