BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Republik Indonesia adalah Negara yang menjujung tinggi hak dan kewajiban setiap orang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Oleh karena itu menempatkan pajak sebagai suatu perwujudan kewajiban kenegaraan dalam gotong-royong Nasional suatu peran serta masyarakat dalam Pembiayaan Pembangunan Nasional. Pembangunan Nasional Indonesia bertujuan untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur dengan melalui peningkatan taraf hidup, kecerdasan dan kesejahteraan seluruh rakyat. Dalam rangka mewujudkan tujuan dari Pembangunan Nasional, maka pelaksanaan pembangunan harus merata diseluruh Tanah Air dan ini tidak terlepas dari adanya pembangunan daerah merupakan bagian yang sangat penting dari Pembangunan Nasional. Guna memperlancar Pembangunan Nasional maka perlu digunakan suatu dana yang berasal dari peneriamaan Negara yaitu dari Pemungutan Pajak Daerah. Tanggungjawab atas kewajiban pelaksanaan pemungutan pajak daerah sebagai pencerminan kewajiban dibidang perpajakan berada pada anggota masyarakat wajib pajak. Pemerintah dalam hal ini aparatur perpajakan sesuai dengan fungsinya berkewajiban melakukan pembinaan, pelayanan dan pengawasan terhadap pemenuhan kewajiban perpajakan berdasarkan ketentuan yang telah digariskan dalam Peraturan Perundang - undangan perpajakan. Salah 1
2 satu sumber penerimaan Negara yang berasal dari pungutan pajak adalah Pajak Daerah. Pelaksanaan UU No. 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah dan UU No. 25 Tahun 1999 tentang Desentralisasi Fiskal telah menyebabkan perubahan yang mendasar mengenai pengaturan hubungan Pusat dan Daerah, khususnya perubahan dalam bidang adminitrasi pemerintahan maupun dalam hubungan keungan antara pemerintah Pusat dan Daerah yang dikenal sebagai era otonomi daerah (Sidik, 2002). Dalam perkembangannya, kebijakan ini diperbaharui dengan dikeluarkannya UU No.32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah. Diberlakukannya Undang-Undang ini, memberikan peluang bagi daerah untuk menggali potensi lokal dan meningkatkan kinerja keuangannya dalam rangka mewujudkan kemandirian daerah. Kebijakan pemerintah tentang otonomi daerah, merupakan kebijakan yang dipandang sangat demokratif dan memenuhi aspek desentralisasi pemerintahan yang sesungguhnya. Dalam era otonomi daerah sekarang ini, daerah diberikan kewenangan yang lebih besar untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Tujuannya antara lain, untuk lebih mendekatkan pelayanan pemerintah kepada masyarakat, memudahkan masyarakat untuk memantau dan mengontrol penggunaan dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), selain untuk menciptakan persangingan yang sehat antara daerah dan mendorong timbulnya inovasi. Sejalan dengan kewenangan tersebut, pemerintah daerah diharapkan lebih mampu menggali sumber-sumber keuangan, khususnya
3 untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan pemerintah dan pembangunan didaerahnya melalui Pendaatan Asli Daerah (PAD). Selama ini peranan PAD dalam menunjang pembangunan didaerah masih sangat minim dan banyak tergantung transfer dari Pemerintah Pusat, sedangkan kemampuan pemerintah daerah yang bersal dari PAD masih kurang. PAD merupakan sumber penerimaan yang potensial dan mempunyai proporsi cukup besar, sumber penerimaan dari daerah terdiri dari Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Perusahaan Milik Daerah, dan lan-lain Pendapatan asli daerah. PAD yang merupakan dana hasil penariakan langsung dari masyarakat (khususnya pajak daerah dan retribusi daerah), harus dikelola secara efisiensi dan efektiif. Kabupaten Malang sebagai bagian dari Provinsi Jawa Timur tentunya memerlukan dana yang cukup besar dalam menyelenggarakan kegiatan pembangunan daerah di berbagai sektor. Dana pembangunan tersebut diusahakan sepenuhnya oleh pemerintah Daerah dan bersumber dari penerimaan Perintah Daerah Kabupaten Malang sendiri. Sejalan dengan upaya untuk meningkatkan serta menggali sumber-sumber penrimaan daerah, maka Pemerintah Daerah Kabupaten malang berusaha secara aktif untuk meningkatkan serta menggali sumber-sumber penrimaan daerah terutama penerimaan yang berasal dari daerah sendiri. Hal ini perlu dilakukan untuk mengurangi ketergantungan pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat dalam pembiayaan pembangunan daerah. Upaya untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah, tentunya tidak terlepas dari peranan masing-masing komponen Pendapatan Asli Daerah, Retribusi Daerah, Bagian Laba Perusahaan Milik Daerah, dan penerimaan daerah lainnya.
4 Merupakan beberapa komponen sumber penerimaan daerah yang harus terus digali, baik yang sudah ada maupun sumber penerimaan baru yang potensial. Dalam LKPJ Bupati Malang disebutkan, Penerimaan PAD Kabupaten Malang tahun anggaran 2011 sebesar Rp. 172.333.335.999,86,- dari target yang ditetapkan sebesar Rp. 142.238.867.526,- atau sekitar 121,13%. Jumlah tersebut apabila dilihat dalam struktur APBD memberikan kontribusi terhadap total pendapatan daerah sebesar 8,84%. Perkembangan capaian kinerja tersebut berasal dari jenis pendapatan Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Pengelolahan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan dan Lain-lain PAD yang sah. Sesuai dengan kewenangan Kabupaten Malang dalam pengelolahan Pajak Daerah yang meliputi: Pajak hotel, restoran, hiburan, reklame, penerangan jalan, mineral bukan logam dan batuan, parkir, sarang burung, air tanah dan BPHTB. Terhadap jenis-jenis pajak daerah tersebut dilakukan upaya intensifiksi dan ekstensifikasi dalam bentuk berbagai kegiatan yaitu : menyusun rencana target pajak daerah, melakuakan pelayanan di bidang pajak daerah, melakukan intensifikasi penagihan secara terpadu, melakukan penyesuaian dasar pengenaan pajak tahun 2011, menyempurnakan data base potensi pendapatan, melakuakan penggalian potensi wajib pajak baru, melakukan peningkatan sarana dan prasarana pelayanan untuk meningkatan sumber daya aparatur pengolah pendapatan, baik segi mental maupun ketrampilan sehingga benar-benar dapat diandalkan sebagai pemungut aparat yang cakap, trampil, jujur dan professional, melaksanakan regulasi peraturan daerah tentang pungutan pajak daerah selaras dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 serta mensosialisasikan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun
5 2010 tentang Pajak Daerah sehingga mendorong kemauan wajib pajak dalam melaksanakan kewajibannya. Bedasarkan latar belakang diatas, penerimaan Pajak Daerah sangat potensial untuk memenuhi Anggaran Pendapatan Kabupaten Malang dan diharapkan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi peningkatan PAD. B. Rumusan Masalah Bedasarkan latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana kinerja pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dilihat dari efektifitas, kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah dan Laju Pertumbuhan di Kabupaten Malang tahun 2009-2013? 2. Faktor apa saja yang menjadi pendukung dan kendala pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah di Kabupaten Malang tahun 2009-2013? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Bedasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan tujuan penelitian sebagai berikut : a. Untuk mengetahui tingkat pencapaian pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah di Kabupaten Malang tahun 2009-2013 sudah efektif, berkontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah dan Laju Pertumbuhan. b. Untuk mengetahui Faktor apa saja yang menjadi pendukung dan kendala pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah di Kabupaten Malang tahun 209-2013.
6 2. Manfaat Penelitian Hasil Penelitian ini diharapkan dapat : a. Dijadikan sebagai bahan masukan pemerintah Kabupaten Malang dalam pengambilan kebijakan yang tepat. b. Memberikan masukan dalam meningkatkan efektivitas penerimaan pajak daerah. c. Dijadikan sebagai Refrensi ilmiah bagi peneliti selanjutnya atau sebagai informasi data bagi peneliti yang mengambil topik yang sama.