BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. seperti leasing, factoring kartu kredit dan sebagainya. Target pasar dari model

Financial Check List. Definisi Pembiayaan. Mengapa Masyarakat. Memerlukan Jasa. Pembiayaan? Kapan Masyarakat. Memerlukan Jasa. Pembiayaan?

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan Nasional, peran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMBIAYAAN. menerus atau teratur (regelmatig) terang-terangan (openlijk), dan dengan tujuan

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 1988 TENTANG LEMBAGA PEMBIAYAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. canggih sehingga tanpa disadari juga berpengaruh kedalam dunia usaha.

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 1988 TENTANG LEMBAGA PEMBIAYAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN. a. Pengertian Lembaga Pembiayaan. Tahun 2009 Tentang Lembaga Pembiayaan, Lembaga Pembiayaan adalah

BAB I PENDAHULUAN. sedikit dari masyarakat Indonesia yang dapat dikategorikan termasuk dalam

BAB I PENDAHULUAN. dalam dunia usaha yang telah berkembang pesat dari waktu ke waktu. Untuk

Lembaga Pembiayaan. Copyright by Dhoni Yusra

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring perkembangan saat ini, pentingnya sistem informasi hampir dirasakan berbagai jenis bidang usaha,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Jumlah kendaraan bermotor

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1169/KMK.01/1991 TENTANG KEGIATAN SEWA GUNA USAHA (LEASING) MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dalam Pasal 1618 menyebutkan bahwa,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dalam Pasal 1618 menyebutkan bahwa, perseroan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tentang Lembaga Pembiayaan Pada tanggal 20 Desember 1988 (PakDes 20, 1988) memperkenalkan

BAB I PENDAHULUAN. alternatif pembiayaan mana yang paling menguntungkan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha dewasa ini, perusahaan dituntut untuk selalu

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN SUB SEKTOR LEMBAGA PEMBIAYAAN DI INDONESIA Sejarah Perusahaan Sub Sektor Lembaga Pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Perusahaan Leasing memiliki peran yang cukup penting dalam pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. Masuknya era globalisasi atau era dimana tidak adanya pembatasan antar

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Multi Finance Tbk ( Adira Finance atau Perusahaan ) yang didirikan sejak tahun

BAB I PENDAHULUAN. laba yang maksimal. Laba yang maksimal tersebut dapat diperoleh melalui

DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

Aspek Perpajakan atas Aktiva Tetap

NERACA ASSET TETAP (LEASING) ASSET TIDAK BERWUJUD

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 448/KMK.017/2000 TENTANG PERUSAHAAN PEMBIAYAAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. yang melibatkan para investor dan kontraktor asing. Kalau jumlah proyek-proyek skala besar yang berorientasi jangka panjang

BAB I PENDAHULUAN. atau mesin. Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia dalam

I. PENDAHULUAN. pergeseran persepsi mengenai mobil sebagai suatu icon yang menandakan suatu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul


BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. dibidang pembiayaan konsumen (consumer finance), anjak piutang (factoring)

BAB I PENDAHULUAN. yang sepakat untuk meningkatkan sumber daya dan upaya mencapai tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan perekonomian Indonesia, perusahaan harus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dunia usaha makin berkembang belakangan ini seiring dengan globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. investasi jangka panjang bagi perusahaan. Mengingat bahwa tujuan dari pengadaan

MENTERI KEUANGAN S A L I N A N KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 1169/KMK.01/1991 T E N T A N G KEGIATAN SEWA-GUNA-USAHA(LEASING)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Hidup Lebih Sejahtera Berkat Pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. Sistem adalah suatu kesatuan yang terdiri dari komponen atau elemen

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kesempatan di bidang keuangan. Perkembangan lembaga pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan aktiva tetap seperti peralatan, mesin, tanah, gedung, kendaraan dan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG LEMBAGA PEMBIAYAAN, PERUSAHAAN PEMBIAYAAN DAN WANPRESTASI. 2.1 Pengertian dan Dasar Hukum Lembaga Pembiayaan

ANALISIS PENURUNAN PEMBIAYAAN KREDIT MOBIL PADA PT. BATAVIA PROSPERINDO FINANCE CABANG PALEMBANG

I. PENDAHULUAN. Bisnis alat berat / alat konstruksi semakin bergairah seiring dengan

ANALISIS PERBANDINGAN ANTARA LEASING DENGAN ANGSURAN (KREDIT) MOBIL PADA USAHA RENTAL MOBIL PT. WAHANA INDONESIA TRANSPORT

BAB I PENDAHULUAN. produk dan ragam yang dihasilkan dan yang menjadi sasaran dari produk-produk

BAB I PENDAHULUAN. sehingga meningkatkan pula pendapatan perkapita masyarakat, walaupun. pemerintah untuk bersungguh sungguh mengatasinya agar tidak

BAB I PENDAHULUAN. Pembiayaan Infrastruktur. Dijelaskan juga bahwa sampai dengan akhir tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia otomotif di Indonesia dari tahun-ketahun

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.

BAB 1 PENDAHULUAN. penting untuk membantu perusahaan jasa pembiayaan dalam proses pengambilan

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi saat ini perusahaan dihadapkan pada tuntutan

ABSTRAK. Kata kunci : Leasing, kredit dari bank. Universitas Kristen Maranatha

Leasing ialah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barangbarang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan, dengan jangka

BAB I PENDAHULUAN. dayanya untuk dapat bertahan di persaingan yang semakin ketat ini.

BAB I PENDAHULUAN. dikeluarkan oleh perusahaan untuk mendukung kegiatan operasional agar

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Pembiayaan (financing institution) merupakan badan usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. ( Februari, 2015 ).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring berjalannya waktu, dunia bisnis mengalami persaingan yang terus meningkat. Dengan adanya persaingan

Judul : Prosedur Penagihan Piutang di PT. Astra Internasional Tbk. AUTO 2000 Kantor Cabang Sanur ABSTRAK

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi sangat memerlukan tersedianya dana. Oleh karena itu, keberadaan

Pegadaian dan Sewa Guna Usaha

Bab 5 SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. melalui penanaman barang modal. Dana yang diterima oleh perusahaan digunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. didalam membangun atau mengembangkan suatu usaha dibutuhkan modal awal. menyediakan sejumlah dana untuk keperluan modal.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menuntut perusahaan untuk dapat menggunakannya secara efektif dan optimal.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. baru baik usaha dagang, jasa, maupun industri. Suatu perusahaan dituntut

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan semakin berkembangnya berbagai bidang usaha. Ketatnya persaingan

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan secara tunai maupun secara kredit. pelanggan sehingga meningkatkan penjualan perusahaan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memacu instansi atau perusahaan untuk terus meningkatkan efisiensi dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembelian aset tetap, perusahaan harus mempertimbangkan alternatif

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 84/PMK. 012/2006 TENTANG PERUSAHAAN PEMBIAYAAN MENTERI KEUANGAN,

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi saat ini bisa dirasakan dunia usaha yang dihadapkan pada

BAB I PENDAHULUAN. antar perusahaan. Perusahaan adalah suatu instansi yang terorganisir, berdiri

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan kerangka teoritis yang telah diuraikan pada BAB II, maka pada bab

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA PEMBIAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik itu lembaga di bidang ekonomi, sosial, budaya, teknologi

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia yang menganut Negara welfare state yaitu negara yang

BAB I PENDAHULUAN. menjaga kelangsungan hidup perusahaan, salah satu strategi untuk

BAB I PENDAHULUAN. masalah yang harus segera diatasi oleh para pengusaha dalam mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan dana secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan yang telah

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB I PENDAHULUAN

BAB III PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI KENDARAAN BERMOTOR PADA PT. ADIRA FINANCE. perusahaan pembiayaan non-bank (multi finance).

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi ini, teknologi berkembang semakin pesat, segala sesuatunya berubah menjadi lebih instan dan lebih mudah. Dengan pesatnya perkembangan yang ada membuat minat masyarakat khususnya yang ada di Indonesia menjadi semakin meningkat pula. Tingginya minat masyarakat terhadap perkembangan-perkembangan yang ada juga tidak lepas dari sifat dasar manusia yang tidak pernah puas atas apa yang dimilikinya. Namun, hal ini juga harus diimbangi dengan kemampuan ekonomi masing-masing individu masyarakat yang ada dalam memenuhi keinginannya, jangan sampai apa yang diinginkan melebihi batas kemampuan yang dimiliki. Untuk membantu masyarakat dalam memenuhi keinginannya, timbullah inisiatif dari pemilik perusahaan untuk mendirikan usaha sewa guna usaha (leasing). Sewa guna usaha (leasing) merupakan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease) untuk digunakan oleh penyewa guna usaha (lessee) selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara angsuran. Dengan adanya usaha ini akan sangat membantu para masyarakat dalam memenuhi keinginannya, karena masyarakat yang tidak memiliki kemampuan untuk memenuhi keinginannya secara tunai akan dibantu oleh perusahaan leasing ini dengan membayar secara kredit atau dengan berangsur-angsur. Sehingga setiap lapisan masyarakat dapat mengikuti perkembangan-perkembangan yang ada dan memenuhi keinginannya. Namun, disisi lain perusahaan juga harus waspada dan berhati-hati dalam memberikan kredit kepada penyewa guna usaha (lessee), karena apabila perusahaan tidak berhati-hati dalam pemberian kredit ini, penyewa guna usaha (lessee) bisa dengan mudah melarikan diri dan tidak bertanggung jawab untuk melunasi kewajiban-kewajibannya sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati sebelumnya, sehingga akan menyebabkan piutang yang tak tertagih bagi 1

2 perusahaan. Piutang tak tertagih timbul akibat karena adanya piutang yang tidak dapat dibayarkan oleh penyewa guna usaha (lessee) karena berbagai alasan, misalnya bangkrut, tidak memiliki mata pencaharian, atau karakteristik dari penyewa guna usaha (lessee) itu sendiri. Menurut Stice (2009:417), yang diterjemahkan oleh Syam Setya, Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih karena penjualan secara kredit, yang merupakan kerugian bagi kreditur. Selanjutnya menurut Kieso (2008:350), Piutang tak tertagih adalah kerugian pendapatan yang memerlukan ayat jurnal pencatatan yang tepat pada akun penurunan aktiva piutang usaha serta penurunan yang berkaitan dengan laba. Sehingga dapat disimpulkan bahwa piutang tak tertagih merupakan piutang yang tidak terbayarkan oleh penyewa guna usaha (lessee) karena berbagai alasan. Untuk melindungi perusahaan dalam meminimalisir piutang tak tertagih yang kemungkinan bisa terjadi, diperlukan sebuah sistem akuntansi piutang yang baik, guna mencatat mutasi piutang perusahaan kepada setiap penyewa guna usaha (lessee) yang terjadi karena adanya transaksi pemberian kredit kepada penyewa guna usaha (lessee), penerimaan kas dari piutang dan penghapusan piutang. Selain itu, perusahaan juga harus memperhatikan dan mengawasi dengan ketat proses penagihan piutang kepada penyewa guna usaha (lessee). Karena proses penagihan piutang mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam pelunasan piutang. Dengan direncakanannya proses penagihan piutang yang baik, akan sangat membantu perusahaan dalam menagih piutang dan tentunya akan dapat meminimalisir piutang tak tertagih yang mungkin akan terjadi di perusahaan. Salah satu perusahaan yang bergerak dibidang sewa guna usaha (leasing) terkemuka yang ada di Palembang adalah PT. Olympindo Multi Finance. PT. Olympindo Multi Finance berdiri sejak tahun 1993. Berdirinya PT. Olympindo Multi Finance berawal dari usaha bapak Ang Andi Bintoro dibidang jual beli mobil bekas yang mulai dirintis beliau pada tahun 1974. Dengan seiring perkembangannya dan untuk menyesuaikan dengan kebutuhan pasar akan suatu lembaga pembiayaan non-bank, pada tahun 1987 didirikan PT. Olympindo

3 Cemerlang dengan izin usaha trading kendaraan dan hire-purchase. Usaha tersebut mengalami peningkatan dengan hasil yang sangat memuaskan dari segi luasnya jangkauan dan penetrasi pasar dan hasil operasional serta keuangan. Sejalan dengan perkembangan peraturan dibidang lembaga pembiayaan, pada tahun 1993 didirikan PT. Olympindo Multi Finance dengan izin melakukan kegiatan usaha dibidang Pembiayaan Konsumen (Consumer Finance), Sewa Guna Usaha (Leasing), Anjak Piutang (Factoring) dan Kartu Kredit (Credit Card). Fokus utama kegiatan usaha pembiayaan PT. Olympindo Multi Finance adalah Pembiayaan Konsumen (Consumer Finance) untuk kendaraaan bermotor roda empat baik baru maupun bekas, perumahan dan Sewa Guna Usaha (Leasing) untuk mesin-mesin industri, genset, forklift, alat kesehatan, dan lain-lain. Dalam rangka memenuhi permintaan masyarakat akan jasa layanan pembiayaan yang berlandaskan Syariah, pada tanggal 23 Juli 2012 PT. Olympindo Multi Finance mendapatkan rekomendasi dari Dewan Syariah Nasional - Majelis Ulama Indonesia untuk menjalankan kegiatan usaha pembiayaan yang sesuai dengan Prinsip Syariah. PT. Olympindo Multi Finance juga memiliki banyak konsumen dan sampai saat ini PT. Olympindo Multi Finance memiliki jaringan kerja berjumlah 44 yang tersebar diseluruh Indonesia, diantaranya di pulau Jawa, Sumatera, Bali, Kalimantan dan Sulawesi. Dengan besarnya jumlah jaringan kerja yang dimiliki oleh PT. Olympindo Multi Finance, menarik minat penulis untuk menganalisa sistem akuntansi piutang dan proses penagihan yang ada didalamnya, apakah sistem akuntansi yang diterapkan oleh perusahaan sudah sesuai dengan teori yang telah dipelajari oleh penulis sebelumnya dan apakah sistem akuntansi yang berlaku di perusahaan sudah efektif. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengambil judul Analisa Sistem Akuntansi Piutang Terhadap Proses Penagihan Piutang dalam Rangka Meminimalisir Piutang Tak Tertagih Pada PT. Olympindo Multi Finance Palembang.

4 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang pemilihan judul di atas, maka penulis dapat merumuskan beberapa permasalahan yang terjadi, yaitu: 1. Bagaimana penerapan sistem akuntansi piutang usaha pada proses penagihan piutang yang ada pada PT. Olympindo Multi Finance Palembang? 2. Apakah proses penagihan piutang yang diterapkan pada PT. Olympindo Multi Finance Palembang berpengaruh dalam meminimalisir piutang tak tertagih? 1.3 Ruang Lingkup Pembahasan Agar dalam penulisan laporan akhir ini tidak menyimpang dari permasalahan yang ada, penulis membatasi ruang lingkup pembahasannya yaitu dalam sistem akuntansi piutang sampai dengan proses penagihan piutang yang ada pada PT. Olympindo Multi Finance Palembang. 1.4 Tujuan dan Manfaat 1.4.1 Tujuan Tujuan dari studi kasus ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui dan menganalisa sistem akuntansi piutang yang diterapkan pada PT. Olympindo Multi Finance Palembang, apakah sistem akuntansi piutang yang diterapkan sudah sesuai dengan teori yang ada. 2. Untuk mengetahui tahapan dari proses penagihan piutang yang ada pada PT. Olympindo Multi Finance Palembang. 3. Untuk mengetahui apakah proses penagihan piutang yang diterapkan oleh PT. Olympindo Multi Finance Palembang berpengaruh dalam meminimalisir kemungkinan terjadinya piutang tak tertagih.

5 1.4.2 Manfaat Manfaat yang dapat diambil dari studi kasus ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat bagi ilmu pengetahuan adalah memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan, terutama mengenai sistem akuntansi piutang. 2. Manfaat bagi para penulis lanjutan adalah sebagi bahan referensi terutama jika penulis melakukan studi kasus mengenai hal serupa pada objek berbeda ataupun dapat dijadikan referensi guna melakukan studi kasus mengenai sistem akuntansi piutang secara lebih luas. Hal ini bertujuan agar hasil studi kasus yang dilakukan oleh penulis selanjutnya akan lebih sempurna. 3. Manfaat bagi para praktisi yaitu sebagai referensi bagi pihak perusahaan sebagai bahan pembanding untuk perubahan yang lebih baik lagi dalam penerapan sistem akuntansi piutang maupun proses penagihan piutang. 1.5 Metode Pengumpulan Data Data dalam pembuatan laporan akhir ini diambil dari PT. Olympindo Multi Finance. Dalam studi kasus yang dilakukan, penulis menganalisa data dengan metode deskriptif yaitu dengan mengumpulkan data-data mengenai standar operasional prosedur tentang piutang maupun tentang penagihan, mempelajari alur kerja atau prosesnya, dan juga mencari tahu jurnal untuk mencatat kegiatankegiatan piutang dan penagihan, dan laporan posisi keuangan PT. Olympindo Multi Finance. Kemudian menguraikan secara rinci untuk mengetahui permasalahan dan mencari penyelesaiannya. 1.5.1 Jenis dan Sumber Data Data adalah sesuatu yang belum mempunyai arti bagi penerimanya dan masih memerlukan adanya suatu pengolahan. Data bisa berwujud suatu keadaan, gambar, suara, huruf, angka, matematika, bahasa ataupun simbol-simbol lainnya yang bisa kita gunakan sebagai bahan untuk melihat lingkungan, obyek, kejadian ataupun suatu konsep. Jenis data yang digunakan adalah :

6 1. Data Primer Data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber pertama baik yang individu maupun lembaga/institusi yang masih membutuhkan pengelolaan yang lebih lanjut. Data primer yang penulis kumpulkan adalah hasil wawancara berupa tanya jawab dengan bagian yang berkaitan dengan pemberian kredit kepada pelanggan, bagian pencatatan piutang dan bagian penagihan piutang. 2. Data Sekunder Data sekunder merupakan data pelengkap bagi data primer yang diperoleh dalam bentuk hasil pengolahan yang sudah jadi, baik berupa publikasi, maupun data perusahaan. Data sekunder yang penulis kumpulkan dari pihak internal perusahaan antara lain berupa sejarah singkat perusahaan, struktur organisasi perusahaan, fungsi dari masing-masing bagian, prosedur penagihan piutang serta dokumen yang digunakan. 1.5.2 Teknik Pengumpulan Data 1. Teknik Wawancara Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang menggunakan pertanyaan lisan kepada subjek studi kasus. Pada saat melakukan wawancara penulis sebelumnya telah menyusun beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan studi kasus untuk diajukan dan dijawab oleh pihak internal perusahaan. 2. Teknik Observasi Mengadakan pengamatan secara langsung terhadap objek studi kasus, dalam hal ini sistem akuntansi piutang pada PT. Olympindo Multi Finance Palembang. 1.6 Sistematika Pembahasan Sistem penulisan ini bertujuan untuk memberikan garis besar mengenai isi Laporan Akhir secara ringkas dan jelas. Sehingga terdapat gambaran hubungan antara masing-masing bab dimana bab tersebut dibagi menjadi beberapa sub-sub

7 secara keseluruhan. Adapun sistematika penulisan terdiri dari 5 (lima) bab, yaitu sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab pertama menjelaskan tentang latar belakang penulisan dilakukannya studi kasus dan pengambilan judul untuk laporan akhir, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, metode pengumpulan data, jenis-jenis data yang digunakan, teknik pengumpulan data, serta sistematika pembahasan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab kedua menjelaskan tentang landasan teori dan literatur-literatur yang digunakan sebagai acuan perbandingan untuk membahas masalah, meliputi sistem, akuntansi, sistem akuntansi, unsur-unsur sistem akuntansi, piutang, klasifikasi piutang, pencatatan piutang, faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah piutang, risiko yang mungkin timbul dalam piutang usaha, sistem akuntansi piutang, fungsi yang terkait, dokumen piutang, catatan akuntansi, piutang tak tertagih, metode pencatatan piutang, pengendalian intern piutang, serta bagan alir dan uraian prosedur penagihan piutang. BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Bab ketiga ini menjelaskan tentang informasi umum yang ada di perusahaan, mulai dari sejarah singkat perusahaan, visi misi dan value perusahaan, struktur organisasi yang ada pada perusahaan dan uraian tugas, produk perusahaan, syarat pemberian kredit, fungsi yang terkait dalam proses penagihan piutang pada PT. Olympindo Multi Finance, Dokumen yang digunakan, serta bagan alir dan prosedur penagihan piutang pada PT. Olympindo Multi Finance. BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN Bab ini merupakan pembahasan dari rumusan masalah yang ada dengan cara menganalisa data yang penulis dapatkan dari data-data yang telah

8 dikumpulkan melalui teknik pengumpulan data wawancara dan observasi pada PT. Olympindo Multi Finance, kemudian menjelaskan tentang analisa data deskriptif. BAB V SIMPULAN DAN SARAN Bab ini merupakan bab terakhir dimana penulis memberikan suatu simpulan dari isi pembahasan yang telah penulis uraikan pada bab-bab sebelumnya. Pada bab ini juga penulis memberikan saran-saran yang diharapkan akan bermanfaat dalam pemecahan masalah.