BAB 1 PENDAHULUAN. kematian. Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di mana salah satu indikator tingkat kesehatan tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting diperhatikan oleh ibu. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) padabayi

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting diperhatikan oleh ibu. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada bayi

BAB I PENDAHULUAN. menyelamatkan kehidupan seorang anak, tetapi kurang dari setengah anak di

BAB I PENDAHULUAN. satu-satunya makanan yang terbaik untuk bayi, karena memiliki. komposisi gizi yang paling lengkap untuk pertumbuhan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu dari delapan target Millenium Development Goals (MDGs). yang mesti

BAB I PENDAHULUAN. otak dimulai dalam kandungan sampai dengan usia 7 tahun (Menteri Negara

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman lain atau disebut dengan ASI Eksklusif dapat memenuhi

BAB 1 PENDAHULUAN. pertama. Pemberian ASI secara eksklusif pada bayi penting untuk. meningkatkan kelangsungan hidup dan kualitas bayi.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemberian ASI (Air Susu Ibu) secara eksklusif sampai usia 6 bulan pertama

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan bayi akan zat gizi sangat tinggi untuk mempertahankan

I. PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Millennium Develepment Goals (MDG s) Indonesia menargetkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Program peningkatan penggunaan ASI menjadi prioritas karena

BAB 1 PENDAHULUAN. Indikator utama derajat kesehatan masyarakat adalah Angka Kematian Bayi

BAB I PENDAHULUAN. menyusui bayinya, meyakinkan ibu akan keuntungan Air Susu Ibu (ASI) dan

BAB I PENDAHULUAN. terdapat 14% ibu yang memberikan ASI eksklusif kepada bayinya sampai

BAB 1 PENDAHULUAN. ASI Ekslusif pada bayinya (Laksono, 2010). Di daerah pedesaan, pada

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian. Air susu ibu (ASI) adalah cairan hasil sekresi kelenjar payudara ibu, yang

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut yaitu dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) sampai bayi

BAB I PENDAHULUAN. angka kesakitan dan kematian anak, United Nation Children Fund (UNICEF) dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia tercatat angka kematian bayi masih sangat tinggi yaitu 2%

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan yang merugikan kesehatan. Hal-hal ini secara langsung menjadi. anak usia dibawah 2 tahun (Depkes RI, 2009)

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan bayi. Kebutuhan gizi secara kuantitatif

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

BAB I PENDAHULUAN. protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan 2010 bahwa kejadian diare pada bayi terus meningkat dan

BAB I PENDAHULUAN. internasional yang menganjurkan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian multi-center yang dilakukan UNICEF menunjukkan bahwa MP-

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan pertama dan utama bagi bayi adalah air susu ibu (ASI). Air susu ibu sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dan WHO, 2009). Pemberian ASI Ekslusif harus terinisiasi dini ASI saja dengan 1

BAB I PENDAHULUAN. The World Health Report Tahun 2005 dilaporkan Angka Kematian Bayi Baru

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan pertumbuhan, juga mengandung sel-sel darah putih, antibodi,

BAB I PENDAHULUAN. (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR). Angka Kematian Bayi tidak berdiri sendiri,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk bayi. ASI sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. ilmiah tentang manfaat ASI bagi daya tahan hidup bayi, pertumbuhan, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari United Nations Children's Fund (UNICEF) pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. terhadap tumbuh kembang anak. Selain menguntungkan bayi, pemberian ASI eksklusif juga menguntungkan ibu, yaitu dapat

BAB I PENDAHULUAN. enam bulan pertama kehidupan bayi (Saleha, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal serta melindungi anak dari

BAB 1 PENDAHULUAN. langkah awal menuju kesuksesan menyusui. Salah satu tujuan IMD adalah menekan

BAB I PENDAHULUAN. bahwa terdapat perbedaan yang mencolok Angka Kematian Balita (AKB)

BAB I PENDAHULUAN. sebagai makanan utama bayi. Pada awal kehidupan, seorang bayi sangat

BAB I PENDAHULUAN. terbaik yang bersifat alamiah. Menurut World Health Organization (WHO),

BAB 1 PENDAHULUAN. Eksklusif dan praktik menyusui selama 2 tahun. Pemberian ASI Eksklusif merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Angka Kematian Bayi (AKB) di dunia masih tergolong tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. mencerminkan keadaan derajat kesehatan di suatu masyarakat. Data. Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007

BAB I PENDAHULUAN. ASI merupakan susu yang tepat untuk bayi karena susu ini khusus diproduksi ibu

serta suami sangat dibutuhkan. Karena pikiran pikiran negatif atau rasa kurang

BAB I PENDAHULUAN. bagi bayi, ibu maupun lingkungan. Bayi yang diberikan ASI eksklusif akan

protein, natrium, klorida, dan besi untuk memenuhi kebutuhan bayi yang prematur.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare merupakan salah satu penyebab morbiditas dan. Secara nasional, target Sustainable Development Goals (SDGs) untuk

PENDAHULUAN. United Nations International Children s Emergency Fund (UNICEF)

BAB 1 : PENDAHULUAN. sedini mungkin, bahkan sejak masih dalam kandungan. Usaha untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Kementerian Kesehatan RI, World Health Organization (WHO) dan

BAB I PENDAHULUAN. bagi bayi hingga berusia 6 bulan. ASI cukup mengandung seluruh zat gizi yang

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu (AKI), angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian balita. jangkauan maupun kualitas pelayanan (Novia ika, 2011).

1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masyarakat pekerja mempunyai peranan & kedudukan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. program KIA tersebut menurunkan angka kematian ibu dan anak (Depkes, RI 2007)

Kata Kunci: Sikap Ibu, Dukungan Suami, Pemberian ASI Eksklusif

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah yang terjadi di dunia saat ini adalah menyangkut kemiskinan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB). AKB menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan

Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Status gizi merupakan indikator dalam menentukan derajat kesehatan bayi dan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu 98 kematian per kelahiran hidup. Tingginya angka kematian bayi

BAB I PENDAHULUAN. kesakitan dan kamatian ibu dan bayi. menurut World Health Organization

PENDAHULUAN. dalam kandungan disertai dengan pemberian Air susu ibu (ASI) sejak usia

BAB I PENDAHULUAN. target Millenium Depelopment Goals (MDGs) Dimana angka kematian bayi

PENGARUH IMPLEMENTASI 10 LANGKAH MENUJU KEBERHASILAN MENYUSUI TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DALAM PEMBERIAN ASI PADA BAYI USIA 0-3 BULAN

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dahulu Air Susu Ibu merupakan makanan yang terbaik untuk bayi, karena

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang setinggi-tingginya (Depkes, 2006). Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), BKKBN, dan Depkes dalam

BAB I PENDAHULUAN. garam-garam organik yang di sekresikan oleh kedua kelenjar payudara ibu, serta

GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PEMBERIAN MPASI DINI DI RW 1 KELURAHAN NGAGEL KECAMATAN WONOKROMO SURABAYA


BAB I PENDAHULUAN. suatu proses alamiah, namun sering ibu-ibu tidak berhasil menyusui atau menghentikan

BAB 5 HASIL PENELITIAN. 5.1 Gambaran Umum Pemberian ASI Eksklusif Di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Upaya untuk memperbaiki kesehatan ibu, bayi baru lahir, dan anak telah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud, melalui terciptanya

I. PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan, sikap..., Rindiarni Inten Putri, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. harus diperhatikan oleh ibu. Salah satu pemenuhan kebutuhan gizi bayi ialah

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) adalah cairan dari hasil sekresi kelenjar payudara ibu.

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. kematian bayi mencapai 36 per kelahiran (SDKI, 2007). menyusui dengan program pemberian ASI eksklusif on demand yang

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare.

mencukupi kebutuhan pertumbuhan sampai usia sekitar empat bulan. Setelah untuk bayi yang mendapat makanan tambahan yang tertumpu pada beras.

BAB 1 PENDAHULUAN. Colostrum merupakan bagian dari ASI yang penting untuk diberikan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. rakyat terutama di bidang kesehatan. Salah satu cara untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. digantikan oleh apapun juga. Pemberian ASI ikut memegang peranan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Akibatnya, program pemberian ASI ekslusif tidak berlansung secara optimal

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Upaya meningkatkan derajat kesehatan ibu dan balita sangatlah penting,

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) tahun 2013 diare. merupakan penyebab mortalitas kedua pada anak usia

BAB I PENDAHULUAN. ASI merupakan nutrisi alamiah terbaik bagi bayi karena mengandung

BAB I PENDAHULUAN. sama. Angka tersebut yang akan menjadi indikator penilaian derajat

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indikator kesehatan suatu bangsa salah satunya masih dilihat pada angka kematian. Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian Balita (AKABA), merupakan beberapa indikator status kesehatan masyarakat. Ditemukan lebih 200 juta anak di bawah 5 tahun tidak berkembang sesuai umur. Kebanyakan di temukan di daerah Asia selatan dan Afrika bagian sahara, yang dikarenakan oleh kemiskinan, nutrisi yang kurang, krisis kesehatan dan lingkungan yang tidak memadai (KIA-KR UGM, 2008). Di Indonesia saat ini angka kematian bayi masih relatif tinggi yaitu 31 per 1000 kelahiran hidup (Senewe, 2004). Menurut data survey demografi kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, AKB 34 per 1000 kelahiran hidup, dibanding dengan negara-negara lainnya di ASEAN seperti Vietnam 24,37 per 1000 kelahiran hidup, Malaysia 16,62 per 1000 kelahiran hidup, Brunai Darussalam 13,12 per 1000 kelahiran hidup dan Singapura 2,30 per 1000 kelahiran hidup (The World Factbook, 2007). Penyebab kematian bayi terbesar di Indonesia adalah kematian neonatal dan dua pertiga dari kematian neonatal adalah pada satu minggu pertama dimana daya imun bayi masih sangat rendah Committee on Nutrition (ACC/SCN) dalam edisi laporan tahun 2000 menyebutkan perlunya meningkatkan durasi pemberian ASI eksklusif karena perilaku menyusui sangat berhubungan dengan kesehatan dan

kelangsungan hidup anak. Untuk menurunkan angka kesakitan dan angka kematian anak, United Nation Children Foundation (UNICEF) dan World Health Organitation (WHO) merekomedasikan agar anak sebaiknya disusui hanya ASI saja selama paling sedikit enam bulan dan setelah enam bulan dapat diberi makanan tambahan lainnya dan ASI dapat diteruskan sampai anak berusia 2 tahun (WHO, 2005). Pemberian ASI Eksklusif dapat menekan angka kematian bayi hingga 13%. Pedoman internasional yang menganjurkan pemberian ASI eksklusif selama enam bulan pertama didasarkan pada bukti ilmiah tentang manfaat ASI eksklusif bagi daya tahan hidup bayi, pertumbuhan, dan perkembangannya. ASI eksklusif memberi semua energi dan gizi (nutrisi) yang dibutuhkan bayi selama enam bulan pertama hidupnya. Pemberian ASI eksklusif mengurangi tingkat kematian bayi yang disebabkan berbagai penyakit yang umum menimpa anak-anak seperti diare dan radang paru (Wahyuni, 2011). Berbagai penelitian telah mengkaji manfaat pemberian ASI eksklusif dalam hal menurunkan mortalitas bayi, menurunkan morbiditas bayi, mengoptimalkan pertumbuhan bayi membantu perkembangan kecerdasan anak dan membantu memperpanjang jarak kehamilan bagi ibu. ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan bayi, karena ASI adalah makanan bayi yang paling sempurna baik secara kualitas maupun kuantitas.. Secara alamiah ASI dibekali enzim pencerna susu sehingga organ pencernaan bayi mudah mencerna dan menyerap gizi (Khairuniyah, 2004). Keuntungan dari ASI akan

optimal jika pemberian ASI dilakukan secara eksklusif atau biasa disebut ASI Eksklusif. ASI eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada Bayi sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain (PP Nomor 33 tahun 2012). Sejalan dengan hal ini, pemerintah Indonesia menetapkan kebijakan pemberian ASI eksklusif sampai bayi berusia enam bulan pertama kehidupannya dan dilanjutkan sampai anak berusia 2 tahun pada PP Nomor 33 tahun 2012. Isi keputusan tersebut tentang Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif yang ditandatangani oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Peraturan ini melaksanakan ketentuan pasal 129 ayat (2) UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan. Dalam rangka melindungi, mendukung, dan mempromosikan pemberian ASI eksklusif perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan dukungan dari pemerintah, pemerintah daerah, fasilitas pelayanan kesehatan dan tenaga kesehatan, masyarakat serta keluarga agar ibu dapat memberikan ASI eksklusif pada bayi (PP, 2012) Pemberian ASI eksklusif dapat menurunkan resiko bayi mengidap berbagai penyakit seperti radang paru-paru, diare, infeksi/peradangan telinga, asma, kencing manis, overweight dan beberapa infeksi lainnya yang disebabkan oleh kuman (Harm s Way, 2002). Bayi yang tidak diberikan ASI eksklusif mempunyai kemungkinan lebih besar menderita kekurangan gizi, obesitas, kanker, jantung, hipertensi dan diabetes (Amiruddin dan Rostia, 2006). ASI ekskluif masih menjadi masalah di Dunia. Di benua Eropa, cakupan ASI eksklusif hanya sebesar 20%. Di Benua Asia, cakupan ASI eksklusif belum mencapai

50% dengan cakupan terbanyak di Asia selatan sebesar 445 dan disusul dengan Asia Pasifik sebesar 43% (UNICEF, 2009). Menurut Laporan Anak Dunia UNICEF tahun 2011, 136,7 juta bayi dilahirkan di seluruh dunia dan hanya 32,6% dari mereka mendapat ASI secara eksklusif pada enam bulan pertama (Apriani, 2012). Berdasarkan survey sosial ekonomi nasional (SUSENAS) tahun 2007 ibu yang memberikan ASI Eksklusif pda bayi dibawah enam bulan di Indonesia hanya 62,2% dan menunjukkan penurunan pada tahun 2008 menjadi 56,2% sedangkan cakupan ASI Eklusif pada bayi sampai enam bulan turun 28,6% tahun 2007 menjadi 24,3% pada tahun 2008. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2010, pemberian ASI Eksklusif secara keseluruhan pada umur 0-1 bulan sebesar 45,4%. Pemberian ASI Eksklusif umur 2-3 bulan sebesar 38,3% dan pada umur 4-5 bulan sebesar 31%. Hal ini menunjukkan penurunan pemberian ASI Eksklusif di setiap umur bayi. Kondisi ini masih sangat jauh dari target nasional cakupan ASI Eksklusif yaitu 80%. Secara nasional cakupan pemberian ASI Eksklusif di Indonesia berfluktuasi selama 3 tahun terakhir. Cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-5 bulan turun dari 62,2% tahun 2007 menjadi 56,2% pada tahun 2008, namun meningkat lagi pada tahun 2009 menjadi 61,3%. Sedangkan cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi sampai enam bulan turun dari 28,6% pada tahun 2007 menjadi 24,3% pada tahun 2008 dan naik lagi menjadi 34,3% pada tahun 2009. Alasan yang menjadi penyebab kegagalan praktek ASI eksklusif bermacam-macam seperti budaya memberikan makanan pralaktal, memberikan tambahan susu formula karena ASI tidak keluar,

menghentikan pemberian ASI Eksklusif karena bayi atau ibu sakit, ibu harus bekerja, dan ibu ingin mencoba susu formula (Kemenkes, 2010). Menurut hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2006-2007, data jumlah pemberian ASI Eksklusif pada bayi di bawah usia dua bulan hanya mencakup 67% dari total bayi yang ada. Persentase tersebut menurun seiring dengan bertambahnya usia bayi, yakni, 54% pada bayi usia 2-3 bulan dan 19% pada bayi usia 7-9. Lebih memprihatinkan, 13% bayi di bawah dua bulan telah diberi susu formula dan satu dari tiga bayi usia 2-3 bulan telah diberi makanan tambahan. Berdasarkan survei Dinkes tahun 2007 data jumlah total 934.297 bayi yang diberikan ASI eksklusif yaitu sebanyak 502.174 (53,75%). Data Profil Kesehatan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (2007), bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif hanya 18.508 atau 16,8 % dari sejumlah 110.301 bayi. Adapun Kabupaten dengan cakupan paling rendah adalah: (1) Nagan Raya, Gayo Lues, dan Kota Sabang, masing-masing 2% bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif. (2) Aceh Jaya, 66 bayi atau 3,6%, (3) Aceh Timur, 327 bayi atau 3,9 %; dan Aceh besar 629 bayi atau 9,25 % menempati urutan 8 setelah Aceh Utara, Aceh Selatan, Bener Meriah dan Bireuen. Praktek pemberian ASI Eksklusif yang semakin menurun dapat disebabkan oleh berbagai faktor antara lain seperti budaya memberikan makanan pralaktal, memberikan tambahan susu formula karena ASI tidak keluar, menghentikan pemberian ASI karena bayi atau ibu sakit, ibu harus bekerja, dan ibu ingin mencoba susu formula (Kemenkes, 2010).

Kegagalan pemberian ASI disebabkan karena kondisi bayi (BBLR, trauma persalinan, infeksi, kelainan kongenital, bayi kembar dll) dan kondisi ibu (pembengkakan, abses payudara, cemas/kurang percaya diri, anggapan yang salah tentang nilai susu botol, ingin bekerja, ibu kurang gizi, dll) Selain itu penyebab kegagalan menyusui adalah karena inisiasi yang terhambat, ibu belum berpengalaman, paritas, umur, status perkawinan, merokok, pengalaman menyusui yang gagal, tidak ada dukungan keluarga, kurang pengetahuan, sikap dan keterampilan, faktor sosial budaya dan petugas kesehatan, rendahnya pendidikan laktasi saat prenatal dan kebijakan rumah sakit yang kurang mendukung laktasi (Brown, 2002 dalam Agam, 2012). Sosiodemografi seperti usia ibu, tingkat pendidikan ibu, tingkat pendidikan suami, status pekerjaan, dan tingkat pendapatan keluarga juga mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif. Hasil penelitian Kurniawan (2012) menyatakan faktor sosiodemografi yaitu usia ibu dan status pekerjaan ibu memilki hubungan dengan keberhasilan ASI eksklusif. Nurjanah (2007) menyebutkan bahwa terdapat hubungan pendidikan ibu dengan pemberian ASI eksklusif. ibu yang mempunyai sikap mendukung terhadap pemberikan ASI eksklusif dia akan berusaha keras untuk memenuhi kebutuhan bayinya dalam hal ini adalah pemenuhan gizi dengan memberikan ASI secara ekslusif. Sementara ibu yang tidak mempunyai sikap mendukung terhadap pemberian ASI eksklusif akan berusaha merubah perannya dalam masa laktasi dengan memberikan susu botol pada bayinya dengan alasan ASI

tidak cukup, ibu bekerja, takut gemuk, selain itu dukungan dari keluarga juga sangat berpengaruh (Widiyanto, 2012). Budaya turut mempengaruhi pemberian ASI eksklusif karena masyarakat di Indonesia sangat menghargai tradisi yang telah ada sebelumnya. Mustamin (1998) dalam bukunya membahas pengaruh budaya terhadap pemberian ASI pada masyarakat To Bunggu. ASI keluar beberapa jam setelah kelahiran pada masyarakat dan kolostrum yang keluar harus dibuang karena masyarakat menganggap kolostrum dapat membuat bayi sakit perut. Promosi susu formula merupakan salah satu penyebab menurunnya jumlah bayi yang mendapat ASI Eksklusif (Wibisono, 2008). Siregar (2004) menyatakan bahwa salah satu faktor yang menyebabkan seorang ibu tidak memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya disebabkan meningkatnya promosi susu kaleng sebagai pengganti ASI. Menurut hani (2008) melalui penelitiannya menyatakan dukungan kepada ibu menjadi satu faktor penting yang juga mempengaruhi ibu memberikan ASI eksklusif. Seorang ibu yang punya pikiran positif tentu saja akan senang melihat bayinya, kemudian memikirkannya dengan penuh kasih sayang, terlebih bila sudah mencium dan menimang bayi. Semua itu terjadi bila ibu dalam keadaan tenang (Yayasan Eureka Indonesia, 2009). Keadaan tenang ini didapat oleh ibu jika adanya dukungandukungan dari lingkungan sekitar ibu untuk memberikan ASI kepada bayinya. Karena itu, ibu memerlukan dukungan yang kuat agar dapat memberikan ASI Eksklusif. Fikawati dan Syafiq menyatakan terdapat pengaruh pendidikan, pengetahuan, dan pengalaman ibu adalah faktor predisposisi yang berpengaruh positif terhadap

keberhasilan ASI eksklusif. Dari segi faktor pendorong,dukungan tenaga kesehatan penolong persalinan paling nyata pengaruhnya dalam keberhasilan pelaksanaan ASI eksklusif dan iklan susu formula di media massa ternyata mempengaruhi keberhasilan ASI eksklusif terutama pada ibu yang berpendidikan rendah Salah satu dukungan yang paling dominan dalam memotivasi ibu memberikan ASI saja kepada bayinya sampai usia enam bulan adalah keluarga. Keluarga adalah sekelompok manusia yang tinggal dalam satu rumah tangga dalam kedekatan yang konsisten dan memiliki hubungan yang erat (Helvie, 1981 dalam Mubarak, 2009). Dukungan keluarga adalah sebuah proses yang terjadi sepanjang masa kehidupan, sifat dan jenis dukungan berbeda dalam berbagai tahap-tahap kehidupan. Dukungan keluarga dapat berupa dukungan sosial internal seperti dukungan dari suami, istri atau dukungan dari saudara kandung, dan dapat juga berupa dukungan eksternal keluarga inti (Friedman, 2010). Dukungan petugas penolong persalinan dengan memberikan penyuluhan dan motivasi merupakan faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam praktek pemberian ASI Eksklusif (Faisal, 2011). Kebiasaan pada masyarakat Aceh, terutama orang tua dan mertua adalah segera memberikan makanan tambahan seperti bubur, madu, larutan gula, susu dan pisang kepada bayi dengan alasan bayi kelaparan bila hanya diberikan ASI. Suami sebagai kepala keluarga biasanya menuruti kebiasaan tersebut dengan berbagai alasan, antara lain kurangnya pemahaman tentang ASI Eksklusif atau patuh kepada orang tua atau mertua.

Masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Bandaraya Banda Aceh juga memiliki kebiasaan yang sama, yaitu memberikan makanan tambahan seperti bubur, madu, larutan gula, susu dan pisang kepada bayi yang biasanya di sarankan dari pihak keluarga seperti dari pihak orang tua, mertua maupun saudara. Hal inilah yang membuat kurang suksesnya pemberian ASI Ekslusif pada bayi, terlihat dari cakupan ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Bandaraya Banda Aceh yaitu hanya sebesar 45,4%. Berdasarkan latar belakang di atas, perlu dilakukan penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Bandaraya Banda Aceh Tahun 2014. 1.2. Permasalahan Permasalahan dalam penelitian ini adalah faktor apa sajakah yang memengaruhi pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Bandaraya Banda Aceh Tahun 2014. 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor faktor yang memengaruhi pemberian ASI eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Bandaraya Banda Aceh Tahun 2014.

1.4. Hipotesis Ada pengaruh faktor sosiodemografi, sikap, budaya, promosi susu formula, dukungan keluarga dan dukungan tenaga kesehatan terhadap pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Bandaraya Banda Aceh Tahun 2014. 1.5. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: a. Masukan bagi pihak Wilayah Kerja Puskesmas Bandaraya Banda Aceh Banda mengenai faktor yang memengaruhi pemberian ASI Eksklusif yang dapat digunakan sebagai dasar untuk menyusun kebijakan dalam upaya meningkatkan cakupan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan. b. Bahan masukan untuk masyarakat dalam upaya meningkatkan kesehatan dan menambah ilmu pengetahuan di bidang kesehatan khususnya pengetahuan tentang pemberian ASI Eksklusif