BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu bangunan yang membutuhkan sumber daya, baik biaya, tenaga kerja,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Keselamatan Kesehatan Kerja (K3)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

BAB IV HASIL DAN ANALISA

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 09/PER/M/2008

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : PER.04/MEN/1995 T E N T A N G PERUSAHAAN JASA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KEPENTINGAN DAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (STUDI KASUS PROYEK GEDUNG P1 DAN P2 UKP)

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan pembangunan (Sastrohadiwiryo, 2003,hal.17). Menurut Sumakmur (1996,hal.23), disisi lain kegiatan industri dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

EVALUASI PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) PADA PROYEK PEMBANGUNAN APARTEMEN GUNAWANGSA MERR SURABAYA

LAMPIRAN 1 TATA CARA PENYUSUNAN SMK3 KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM

BENTUK RENCANA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KONTRAK (RK3K) I. BENTUK RK3K USULAN PENAWARAN DAFTAR ISI

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NO.PER-04/MEN/1995 TENTANG PERUSAHAAN JASA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA MENTERI TENAGA KERJA R.I.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN PERUNDANGAN TERKAIT K3

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan kerja yang sangat tinggi sehingga mengakibatkan banyaknya korban

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatannya sewaktu

BAB I PENDAHULUAN. lain, misalnya industri pabrikan (manufacture), maka bidang konstruksi

DAFTAR ISI PERNYATAAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang menjadi penentu pencapaian dan kinerja suatu perusahaan. Jika dalam proses

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sumber Daya Manusia (SDM) mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat

BAB 1 : PENDAHULUAN. maupun pemberi kerja, jajaran pelaksana, penyedia (supervisor) maupun manajemen,

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03/MEN/98 TAHUN 1998 TENTANG TATA CARA PELAPORAN DAN PEMERIKSAAN KECELAKAAN

DASAR HUKUM - 1. Peraturan Pelaksanaan. Pasal 5, 20 dan 27 ayat (2) UUD Pasal 86, 87 Paragraf 5 UU Ketenagakerjaan. UU No.

PERATURAN PERUNDANGAN TERKAIT K3 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI

Ujian Akhir Semester Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindung Lingkungan Semester Pendek Oleh: Arrigo Dirgantara

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan proyek konstruksi di Indonesia, penerapan. keselamatan dan kesehatan kerja masih kurang maksimal.

BAB 1 : PENDAHULUAN. kuat. (2) Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu bentuk upaya untuk

2016, No Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2003 tentang Pengesahan ILO Convention Nomor 81 Concerning Labour Inspection in Industry and Commerce

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER.04/MEN/1987

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan dan keselamatan kerja perlu dilakukan karena menurut Undang-Undang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja. subkontraktor, serta safety professionals.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA LANGSA PERATURAN WALIKOTA LANGSA NOMOR 34 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. kerja baik antara pelanggan/klien (customer) dengan pengusaha jasa

KEPUTUSAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development) (Tambusai,

2017, No Tahun 2015 Nomor 237, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5747); 3. Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2015 tentang Kemen

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam UU RI Nomor 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja dituliskan

BAB III LANDASAN TEORI

Keselamatan & Kesehatan Kerja PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

BAB I PENDAHULUAN. seperti faktor modal, alam, dan tenaga kerja. Ketiga faktor tersebut merupakan hal yang

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. dipelihara dan dikembangkan.oleh karena itu karyawan harus mendapatkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. perhatian dan kerja keras dari pemerintah maupun masyarakat.

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : PER-02/MEN/1992 T E N T A N G TATA CARA PENUNJUKAN KEWAJIBAN DAN WEWENANG AHLI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

HUBUNGAN ANTARA PERSPESI IKLIM KESELAMATAN DAN MASA KERJA DENGAN KEPATUHAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA PEKERJA KONSTRUKSI PT.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1992 TENTANG JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG

ANALISIS PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA PROYEK GEDUNG DI KABUPATEN BADUNG

Dosen Pengampu: Ir. Erwin Ananta, Cert.IV, MM

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER.03/MEN/1998 T E N T A N G TATA CARA PELAPORAN DAN PEMERIKSAAN KECELAKAAN

Lampiran 3 FORMAT DAFTAR SIMAK AUDIT INTERNAL PENYEDIA JASA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BAB 1 : PENDAHULUAN. Dunia perindustrian di era globalisasi mengalami perkembangan yang semakin pesat. Hal

2 Sistem Jaminan Sosial Nasional pada dasarnya merupakan program negara yang bertujuan memberi kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi se

BAB 1 PENDAHULUAN. Potensi bahaya dan risiko kecelakaan kerja antara lain disebabkan oleh

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR: KEP. 372 /MEN/XI/2009 T E N T A N G

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (SMK3) PADA PERUSAHAAN JASA KONSTRUKSI DI WILAYAH SUMATERA BARAT ARTIKEL

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN PEMBERLAKUAN SYARAT SERTIFIKASI KETERAMPILAN KERJA MANDOR DI LAPANGAN

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan disebabkan oleh perbuatan yang tidak selamat (unsafe act), dan hanya

BAB I PENDAHULUAN. terbukti dari pesatnya pembangunan berbagai pusat perbelanjaan, pendidikan, perumahan, dan

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA

BAB I PENDAHULUAN. menuntut produktivitas kerja yang tinggi. Produktivitas dan efisiensi kerja yang baik

COMPANY POLICY OF EMPLOYMENTS 2016

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/VII/2010 TAHUN 2010 TENTANG ALAT PELINDUNG DIRI

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.102 /MEN/VI/2004 TENTANG WAKTU KERJA LEMBUR DAN UPAH KERJA LEMBUR

BAB 1 : PENDAHULUAN. teknologi serta upaya pengendalian risiko yang dilakukan. Kecelakaan kerja secara

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG UPAH MINIMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konstruksi juga memiliki karakteristik yang bersifat unik, membutuhkan sumber

MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi tahun 2020 mendatang kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. hal tersebut dengan meratifikasi 15 Konvensi International Labour Organization (ILO). Delapan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen Proyek Konstruksi dan Peran Manajer. satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek.

BAB I PENDAHULUAN. tidak mendapat perlindungan sebagaimana mestinya. Dalam Pasal 27 ayat (2)

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : PER. 05/MEN/1996 TENTANG SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 72 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN DI KABUPATEN PURWAKARTA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB I PENDAHULUAN. akan ditimbulkan akibat aktivitas-aktivitas yang ditimbulkan seperti kecelakaan

BAB I PENDAHULUAN. hak pekerja yang wajib dipenuhi oleh perusahaan disamping hak-hak normatif

BAB II LANDASAN TEORI. dan proses produksi (Tarwaka, 2008: 4). 1. Mencegah dan Mengurangi kecelakaan.

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

CONTOH (SAMPLE) Penerapan Sistem K3LM Proyek Konstruksi

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 42 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PENANGGUHAN PELAKSANAAN UPAH MINIMUM PROVINSI

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan penerapan suatu ilmu pengetahuan dalam upaya mencegah kecelakaan, kebakaran, peledakan, pecemaran, dan penyakit akibat pekerjaan yang dilaksanakan. Filosofi Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan pemikiran dan upaya untuk menjamin kebutuhan dan kesempurnaan. Filosofi tersebut adalah sebagai berikut. (Kusmawan, 2014) 1. Tenaga kerja dan manusi pada umumnya, baik jasmani maupun rohani. 2. Hasil karya dan budaya menuju masyarakat adil, makmur, dan sejahtera. Mengintip sejarah K3 istilah keselamtan dan kesehatan kerja sangat erat hubungannya, tetapi tidaklah sama. Salah satu pendapat mengatakan keselamatan dikaitkan dengan kecelakaan, sedangkan kesehatan berhubungan dengan penyakit. Pendapat ini cukup akurat dalam menggambarkan masalah kesehatan dan keselamatan kerja, tetapi belum jelas batasannya. Di Indonesia, undang-undang utama tetang K3 disebut UU keselamatan kerja, yakni UU No. 1 tahun 1970 yang menggantikan Veiligheidssreglement Tahun 1910. Perkembangan K3 di Indonesia atas permintaan pemerintah RI (Depertemen Perburuhan saat itu), pada tahun 1953, dilakukan survei oleh seorang ahli daro International Labor Organization (ILO), yaitu Dr. Thiis Evenson. Hasil survei tersebut antara lain menyatakan bahwa inspeksi industri dilakukan hanya oleh Depertemen Perburuhan, yakni Jawatan Pengawas Perburuhan. Depertemen Kesehatan hanya berfungsi sebagai konsultan. Dasar inspeksi ialah beberapa peraturan perubahandan Veiligheids Ordonatie/Reglement (VO) yang dibuat pada tahun 1910, dicabut pada tahun 1970 dengan di undangkannya UU No, 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja (Lembaga Negara RI No. 1 tahun 1970). Setelah selesai survei yang dialakukan oleh ILO, disadari pentingnya kesehatan kerja 5

6 sehingga ditempatkan seorang dokter ahli Depertemen Perburuhan yang berwenang melakukan inspeksi (alm. Prof dr. Kamirudin). Kemudian dibentuk lembaga K3 di bawah Depertemen Perburuhan yang saat ini menjadi Lembaga Nasional K3. (Salami, dkk. 2015) Secara hakiki K3 merupakan upaya utuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya, untuk meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja. Tujuan utamanya adalah sebagai berikut. (Kusmawan, 2014) 1. Mengamankan suatu sistem kegiatan/pekerjaan mulai dari input, proses sampai dengan output. Kegiatan yang dimaksud bisa berupa kegiatan produksi kegiatan di dalam industri maupun di luar industri seperti di sektor publik dan yang lainnya. 2. Penerapan program keselamatan kerja juga diharapkan dapat maningkatkan kesejahteraan (well-being). Dapat disimpulkan bahawa kesehatan kerja adalah suatu keadaan atau kondisi badan/tubuh yang terlindungi dari segala macam penyakit atau gangguan yang diakibatkan oleh pekerjaan yang dilaksanakan. Sedangkan kecelakaan adalah sesuatu yang tidak dapat diprediksi, disengaja, bahkan direncanakan karena terjadi secara kebetulan. Namun, dalam dunia indistri, kejadian kecelakaan ini mempunyai kemungkinan terjadi dan dampak yang lebih besar daripada kecelakaan di tempat umum. Hal ini disebabkan karena rendahnya kesadaran pekerja dan upaya pencegahan kecelakaan kerja di Indonesia. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) membutuhkan manajemen yang baik, karena dapat mengatur suatu proses pekerjaan untuk mencapai tujuan yang di tentukan. Sehingga hasil yang diperoleh dalam pekerjaan itu sesuai dengan konsep yang telah ditentukan.

7 1. Peran Manajemen Untuk Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Manajemen adalah elemen yang di dalamnya mempunyai unsur kepemimpinan yang dapat memimpin, merencanakan, mengendalikan, dan mengelola suatu proses aktivitas untuk mencapai berbagai tujuan. Keberhasilan seseorang untuk mencapai suatu tujuan yang di inginkan tergantung bagaimana prores menjalankannya. Proses itu akan berhasil sangat ditentukan oleh manajemen. Proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek. Dalam rangkaian kegiatan tersebut, terdapat suatu proses yang mengelola sumber daya proyek menjadi suatu hasil kegiatan yang berupa bangunan. Proses tersebut melibatkan pihak-pihak yang terkait, baik secara langsung maupun tidak langsung. ( Ervianto, 2002) Lembaga Internal Pemilik Proyek Konsultan: Perencana,supervisi, manajemen Tenaga Kerja Kontraktor Utama Kontraktor Khusus Badan pemerintah Manajemen Proyek Pemasok (supplier) Lembaga Pelayanan masyarakat Institusi Keuangan Gambar 2.1 Pihak Yang Terlibat Dalam Proyek Konstruksi

8 Manajemen proyek harus meiliki manager proyek yang baik, karena mampu bertanggung jawab terhadap pelaksanaan hingga selesai suatu proyek. Adapun kriteria manager proyek adalah mampu mengusahakan sumber daya yang memadai, memotivasi sumber daya manusia, membuat keputusan yang tepat, melakukan trade off untuk kebutuhan proyek, mempunyai pandangan yang berimbang terhadap timnya, berkomunikasi dengan baik, dan mampu melakukan negosiasi. Sistem manajemen K3 adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan. Kesuksesan program K3 tidak lepas dari peran berbagai pihak yang saling terlibat, berinteraksi dan bekerja sama. Terdapat dua kelompok penyebab kecelakaan, yaitu penyebab langsung dan tidak langsung. Penyebab langsung atau primer disebabkan oleh unsafe act (perilaku manusia tidak aman) dan unsafe condition (kondisi lingkungan kerja yang tidak aman). Sedangkan penyebab tidak langsung (underlying) dapat disebabkan oleh faktor manusia, lingkungan, dan faktor manajemen. (Salami, dkk. 2015). Tujuan dari K3 adalahmelindungi dan menjamin keselamatan setiap tenaga kerja dan orang lain di dalam lingkungan kerja, menjamin setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien, dapat meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas. Dalam penerapan program keselamatan kerja di bidang konstruksi, diperlukan pendekatan-pendekatan agar lebih mudah dijalankan, terutama dalam proses pelaksanaannya. Bentuk-bentuk pendekatan dalam menjalankan program ini adalah pendekatan perilaku dan pendekatan fisik, elemen-elemen yang patut dipertimbangkan dalam mengembangkan dan mengimplementasikan program keselamatan dan kesehatan kerja adalah sebagai berikut. (Ervianto, 2002) 1. Komitmen pimpinan perusahan untuk mengembangkan program yang mudah dijalankan. 2. Kebijakan pimpinan tentang keselamatan dan kesehatan kerja.

9 3. Ketentuan penciptaan lingkungan kerja yang menjamin terciptanya kesehatan dan keselamatan kerja. 4. Ketentuan pengawasan selama proyek berlangsung. 5. Pendelegasian wewenang yang cukup selama proyek berlangsung. 6. Ketentuan penyelenggaraan pelatihan dan pendidikan. 7. Pemeriksaan pencegahan terjadinya kecelakaan kerja. 8. Melakukan penelusuran penyebab utama terjadinya kecelakaan kerja. 9. Mengukur kinerja program keselamatan dan kesehatan kerja. 10. Pendokumentasian yang memadai dan pencatatan kecelakaan kerja secara kontinue. Program K3 adalah elemen pelengkap peran manajemen K3 dalam proses pembangunan proyek konstruksi. Dimana manajemen dapat berproses karena adanya sebuah program, program yang menentukan suatu hasil pekerjaan sesuai dengan target tidak lepas dari peran manajemen. Karena kedua elemen tersebut saling mendukung untuk mecapai hasil akhir pekerjaan yang di inginkan. Dapat ditarik kesimpulan bahwa fungsi manajemen proyek adalah dapat mengatur sebuah organisasi untuk mencapai sasaran dan tujuan yang telah di tentukan agar mendapatkan hasil yang optimal. Karena fungsi manajemen proyek adalah dapat merencanakan, mengarahkan, dan mengatur. B. Penunjang Keamanan K3 Undang-Undang sangat berfungsi untuk mengatur, menganjurkan, menghukum, dan untuk mendeklarasikan. Maka dari itu UU sangat ideal di pakai untuk program K3 dalam pembangunan proyek konstruksi. Menimbang banyak kasus/pelanggaran yang sering terjadi dalam proses pembangunan konstruksi. Dengan adanya UU tentang keselamatan kerja maka terlihat kejelasan tentang kewajiban pengurus (pimpinan tempat kerja) dan kewajiban pekerja dalam melaksanakan keselamatan kerja.berikut adalah beberapa peraturan-peraturan

10 yang dikeluarkan oleh pemerintah yang mengatur tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). 1. Uundang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Menimbang : a. Bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas Nasional. b. Bahwa setiap orang lainnya yang berada di tempat kerja terjamin pula keselamatannya. c. Bahwa setiap sumber produksi perlu dipakai dan dipergunakan secara aman dan efisien. d. Bahwa berhubung dengan itu perlu diadakan segala daya upaya untuk membina norma-norma perlindungan kerja. e. Bahwa pembinaan norma-norma itu perlu diwujudkan dalam Undang-undang yang memuat ketentuan-ketentuan umum tentang keselamatan kerja yang sesuai dengan perkembangan masyarakat, industrialisasi, teknik dan teknologi. 2. Undang-Undang No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan. Menimbang : a. Bahwa kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 melalui pembangunan nasional yang berkesinambungan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945; b. Bahwa pembangunan kesehatan diarahkan untuk mempertinggi derajat kesehatan, yang besar artinya bagi pengembangan dan pembinaan sumber daya manusia Indonesia dan sebagai modal bagi pelaksanaan pembangunan nasional yang pada hakikatnya adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia;

11 c. Bahwa dengan memperhatikan peranan kesehatan di atas, diperlukan upaya yang lebih memadai bagi peningkatan derajat kesehatan dan pembinaan penyelenggaraan upaya kesehatan secara menyeluruh dan terpadu; d. Bahwa dalam rangka peningkatan derajat kesehatan masyarakat sebagaimana dimaksud butir b dan butir c, beberapa undangundang di bidang kesehatan dipandang sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan dan tuntutan pembangunan kesehatan; e. Bahwa sehubungan dengan hal-hal tersebut di atas, perlu ditetapkanundang-undang tentang Kesehatan; 3. Undang-Undang No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Dalam undang-undang ini yang dimaksud dengan : a. Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama dan sesudah masa kerja. b. Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barangdan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. c. Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. d. Pemberi kerja adalah orang perseorangan, pengusaha, badan hukum, atau badan-badan lainnya yang memperkerjakan tenaga kerja dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain. 4. Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 1993 tentang Penyakit Yang Timbul Akibat Hubungan Kerja. Menimbang: a. Bahwa untuk lebih meningkatkan perlindungan terhadap tenaga kerja, Undang-undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja menetapkan perlunya pengaturan mengenai penyakit yang timbul karena hubungan kerja dengan Keputusan Presiden. 5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor PER.02/MEN/1992 tentang

12 Tata Cara Penunjukkan, Kewajiban dan Wewenang AhliKeselamatan dan Kesehatan Kerja. Menimbang: a. Bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan pasal 1 ayat (6) dan pasal 5 ayat (2) Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja, perlu menetapkan tata cara penunjukan, kewajiban dan wewenang ahli keselamatan dan kesehatan kerja; b. Bahwa tata cara penunjukan, kewajiban dan wewenang ahli keselamatan dan kesehatan kerja sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi No. PER-03/Men/1978 dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per- 04/Men/1987 sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan sehingga perlu disempurnakan; c. Bahwa untuk itu perlu ditetapkan dengan Peraturan Menteri; Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3) membutuhkan sebuah peraturan yang dapat menjadi pedoman untuk para pengguna jasa dan pekerja itu sendiri. Seperti yang tercantum dalam beberapa peraturan Undang Undang yang tertera di atas makak3 wajib dilaksanakan oleh pengguna jasa maupun pekerja itu sendiri. Hal-hal yang harus diperhatikanoleh pengguna jasa adalah menyediakan peralatan standar K3 di dalam proyek pembangunan tersebut. Guna melindungi semua tenaga kerja dalam proses pengerjaan proyek. Keperluan peralatan/perlengkapan antara lain seperti. (Ervianto, 2002) 1. Pakaian Kerja 2. Sepatu Kerja 3. Kacamata Kerja 4. Penutup Telinga 5. Sarung Tangan 6. Helm

13 7. Masker 8. Jas Hujan 9. Sabuk Pengaman 10. Tangga 11. P3K 12. Tanda Dalam Proyek Konstruksi C. Analisis Resiko Menganalisis resiko yang terjadi dalam proses pengerjaan proyek konstruksi dapat dilakukan dengan cara survey karena metode ini sangat ideal untuk mengumpulkan informasi. Untuk menganalisis sebuah resiko kita perlu mengetahui/mengidentifikasi maslaah yang terjadi pada proyek pembangunan konstruksi tersebut. Penelitian ini menggunakan survey dengan checklist keselamatan dan kesehatan kerja. D. Checklist Keselamatan dan Kesehatan Kerja Checklist keselamatan dan kesehatan kerja dilakukan dalam pembanguan proyek guna mengetahui resiko yang terjadi jika pekerjaan tersebut mengalami kecelakaan. Metode ini dapat mendukung terciptanya keselamatan dan kesehatan kerja. Checklistdilakukan dengan cara mewawancarai semua anggota yang terlibat dalam proyek konstruksi baik itu pengguna jasa dan para pekerja.jenis pertanyaan dalam ChecklistK3 bersifat terbuka dan tertutup, karena pada pertanyaan terbuka responden hanya akan menjawab pertanyaan yang ada di kuisioner. Sedangkan pertanyaan tertutup responden akan di wawancarai lebih bersifat pribadi.

14 E. Literatur Terdahulu 1. Milen (2016) Menganalisis level Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) proyek konstruksi terhadap risiko dan manajemen K3 untuk menilai penerapan sistem manajemen K3 dan mengkuantifikasi risiko kecelakaan kerja yang terjadi dalam proyek konstruksi. Bedasarkan penelitian di atas perlu menjalankan aturan manajemen K3 serta melaksanakan sanksi yang tegas dan dijalankan kepada pekerja di lapangan agar pekerjaan menjadi lebih efektif, aman dan terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan. 2. Kurniawan (2015) Tingkat Pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) pada proyek konstruksi. Perlu adanya peningkatan pelaksanaan SMK3 seiring dengan berkembangnya teknologi pada era modern sekarang ini. Tindakan tegas juga diberikan kepada semua unsur yang terlibat dalam proyek konstruksi. 3. Herlina ( 2016 ) Analisis Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Di PT. Semen Padang Tahun 2015. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan SMK3 di PT. Semen Padang belum optimal diterapkan hal ini disebabkan karena kebijakan yang sudah ada belum maksimal disosialisasikan, SDM memiliki tugas ganda dan perusahaan belum merekrut tenaga dengan latar pendidikan K3, pekerja tidak mematuhi pemakaian APD dalam bekerja dan kurangnya pengawasan dari petugas.