HUBUNGAN ANTARA SUPPORT SYSTEM KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN ANAK SEBELUM TINDAKAN SIRKUMSISI DI BALAI PENGOBATAN ADHIA TUNGGUR SLOGOHIMO WONOGIRI

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN ANAK USIA TAHUN YANG AKAN MENJALANI KHITAN MASSAL DI PENDAPA AGUNG TAMANSISWA YOGYAKARTA

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR JENIS KELAMIN DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI DESA LUWANG, GATAK, SUKOHARJO SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan kesehatan bagi masyarakat. Menanggapi hal ini,

BAB I PENDAHULUAN. jika seringkali pasien dan keluarganya menunjukkan sikap yang agak

SKRIPSI. Diajukan Oleh : PARYANTO J

A. PENDAHULUAN Endang Sawitri* Agus Sudaryanto**

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KECEMASAN PASIEN DENGAN TINDAKAN KEMOTERAPI DI RUANG CENDANA RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia, prevalensi gangguan kecemasan berkisar pada angka 6-7% dari

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi

HUBUNGAN ANTARA SUPPORT SYSTEM KELUARGA DENGAN KEPATUHAN BEROBAT KLIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. mengiris anggota tubuh yang sakit. Biasanya dilaksanakan dengan anastesi,

HUBUNGAN PENGGUNAAN MEKANISME KOPING DENGAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI FRAKTUR FEMUR DI UNIT ORTHOPEDI RSU ISLAM KUSTATI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN DENGAN KATEGORI MODERATE CARE DI RUANG PERAWATAN KELAS VIP KELAS I DAN KELAS II DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. prosedur pembedahan. Menurut Smeltzer dan Bare, (2002) Pembedahan / operasi

BAB I PENDAHULUAN. xiv

ARTIKEL EFEKTIVITAS PENGGUNAAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG CEMPAKA RSUD UNGARAN

HUBUNGAN KECEMASAN TENTANG PENULARAN PENYAKIT DENGAN PERAN KELUARGA DALAM PERAWATAN PENYAKIT TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GROGOL I SUKOHARJO

BAB 1 PENDAHULUAN. operasi melalui tiga fase yaitu pre operasi, intraoperasi dan post. kerja dan tanggung jawab mendukung keluarga.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEJADIAN INSOMNIA PADA MAHASISWA KEPERAWATAN SEBELUM MENGHADAPI PRAKTIK KLINIK DI RUMAH SAKIT SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. Keluarga merupakan orang terdekat dari seseorang yang mengalami

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN PASCA OPERASI FRAKTUR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. krisis karena anak mengalami stres akibat perubahan baik terhadap status

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI DESA TAMBAK MERANG GIRIMARTO WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan upaya yang dapat mendatangkan stres karena terdapat ancaman

BAB I PENDAHULUAN. kuat disertai hilangnya kontrol, dimana individu dapat merusak diri sendiri, orang lain maupun

BAB l PENDAHULUAN. peningkatan jumlah anak di Indonesia. Hal ini memberi konsekuensi

BAB I PENDAHULUAN. Kasus gangguan jiwa berat mendapatkan perhatian besar di berbagai negara. Beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa

B A B 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya

PENGARUH RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelayanan kesehatan salah satu bagian terpenting dalam

BAB I PENDAHULUAN. operasi/pembedahan (misalnya takut sakit waktu operasi, takut terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga

GAMBARAN FISIK DAN PSIKOLOGIS KLIEN DENGAN KANKER SERVIKS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. pada ibu dan janin sehingga menimbulkan kecemasan semua orang termasuk

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI HERNIA DI RSUD SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan operasi sangat beresiko, lebih dari 230 juta operasi mayor

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat kompleks. Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Maslow adalah

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN PERAWAT DALAM PENERAPAN PROTAP PERAWATAN LUKA POST OPERASI DI RUANG CENDANA RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. makanan, tempat tinggal, eliminasi, seks, istirahat dan tidur. (Perry, 2006 : 613)

BAB 1 PENDAHULUAN. pembedahan yang dilakukan adalah pembedahan besar. Tindakan operasi atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya. Seseorang yang mengalami peristiwa membahagiakan seperti dapat

SKRIPSI SULASTRI J

HUBUNGAN ANTARA STATUS INTERAKSI SOSIAL DAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI PANTI WERDHA DARMA BHAKTI SURAKARTA

MEKANISME KOPING BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN KEMOTERAPI DI RUANG KEMOTERAPI RS URIP SUMOHARJO LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

SKRIPSI. GAMBARAN KUNJUNGAN PASIEN RAWAT JALAN PADA 10 BESAR ANGKA KUNJUNGAN PASIEN DI POLIKLINIK RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2010

HUBUNGAN ANTARA TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI WILAYAH DESA BUMIHARJO KECAMATAN NGUNTORONADI KABUPATEN WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN.

NASKAH PUBLIKASI. ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Sdr. W DENGAN GANGGUAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn. L DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG SRIKANDI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PERAWAT DENGAN KEPATUHAN PENERAPAN PROSEDUR TETAP PEMASANGAN INFUS DI RUANG RAWAT INAP RSDM SURAKARTA SKRIPSI

TITIN KUSRINI J

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah usia tiga puluh tahun, kanker payudara sangat jarang muncul.

BAB I PENDAHULUAN. mengalami tindakan invasif seperti pembedahan. Dilaporkan pasien mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Bagi sebagian besar pasien, masuk rumah sakit karena sakitnya dan harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Operasi adalah semua tindakan pengobatan yang mengunakan cara

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA DENGAN KETERLIBATAN DALAM MOBILISASI DINI PASIEN STROKE DI RSU ISLAM KUSTATI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. yang penting, sarat dengan tugas, beban, masalah dan harapan yang. memiliki kemampuan dalam menghubungkan aspek-aspek kemanusiaan

BAB I PENDAHULUAN. Masa mengandung dan bersalin adalah masa yang penting bagi seorang wanita.

BAB I PENDAHULUAN. kematian pada seseorang di seluruh dunia. National Cancer Institute (dalam

BAB I PENDAHULUAN. aspek psikologis, biologis, fisiologis, kognitif, sosial, dan spiritual yang akan

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal,

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN MENJALANI HEMODIALISA PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA.

FIRMAN FARADISI J

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun Oleh: M A R Y A T I J

BAB I PENDAHULUAN. bermunculan dan di derita oleh manusia, baik yang bersifat patologis ataupun

BAB I PENDAHULUAN. Teori kehilangan secara konstan mengakui respons dari individu. Teori

BAB I PENDAHULUAN. adanya tekanan fisik dan psikologis, baik secara internal maupun eksternal yang

BAB I PENDAHULUAN. yang sering juga disertai dengan gejala halusinasi adalah gangguan manic depresif

BAB 1 PENDAHULUAN. Operasi adalah tindakan pengobatan yang banyak menimbulkan kecemasan,

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PRE OPERASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI HERNIA DI RSUD KUDUS ABSTRAK

I. PENGANTAR. A. Latar Belakang. Ansietas atau kecemasan adalah keadaan mood yang berorientasi dan

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir dan. perubahan fisik seperti meningkatnya tekanan darah.

BAB I PENDAHULUAN. kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana individu tidak mampu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah individu unik yang mempunyai kebutuhan sesuai dengan

dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.

ASUHAN KEPERAWATAN Ny. S DENGAN POST OPERASI SECTIO CAESAREA INDIKASI KETUBAN PECAH DINI DI RUANG VK RSUD dr. MOEWARDI SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. individual yang tidak dapat dibagi dengan orang lain. Nyeri dapat memenuhi

BAB I LATAR BELAKANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menyerang perempuan. Di Indonesia, data Global Burden Of Center pada tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STRATEGI COPING PERAWAT RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA ( Fenomena pada Perawat di RSJD Surakarta )

BAB 1 PENDAHULUAN. kegagalan anestesi/meninggal, takut tidak bangun lagi) dan lain-lain (Suliswati,

BAB 1 PENDAHULUAN. deskriminasi meningkatkan risiko terjadinya gangguan jiwa (Suliswati, 2005).

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA SUPPORT SYSTEM KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN ANAK SEBELUM TINDAKAN SIRKUMSISI DI BALAI PENGOBATAN ADHIA TUNGGUR SLOGOHIMO WONOGIRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan Oleh : PARJANTO J210 050 083 FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2009

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan manusia secara bertubi-tubi dijumpai konfliks, frustasi dan kegagalan yang pada waktunya dapat menjelma menjadi kecemasan dan depresi, demikian pula dalam kehidupan sehari-hari selalu terjadi pasang surut dari keadaan yang menyenangkan ke keadaan yang tidak menyenangkan. Tindakan operasi atau pembedahan merupakan pengalaman yang sulit bagi hampir semua pasien. Berbagai kemungkinan buruk bisa saja terjadi yang akan membahayakan bagi pasien. Maka sering kali pasien dan keluarganya menunjukan sikap yang agak berlebihan dengan kecemasan yang mereka alami. Kecemasan yang mereka alami biasanya terkait dengan segala macam prosedur asing yang harus dijalani pasien dan juga ancaman terhadap keselamatan jiwa akibat akibat segala macam prosedur pembedahan dan tindakan pembiusan. Kecemasan adalah perasaan takut yang bersifat lama pada sesuatu yang tidak jelas dan berhubungan dengan perasaan yang tidak menentu dan tidak berdaya. Stuart & Laraia cit Hartoyo (2004) menyatakan bahwa individu yang cemas merasa bahwa kepribadiannya terancam. Kapasitas untuk menjadi cemas diperlukan untuk bertahan hidup, tetapi tingkat kecemasan yang parah tidak sejalan dengan kehidupan. 1

2 Kecemasan juga disebut emosi dan pengalaman individu yang terlihat. Kecemasan tersebut membedakan dengan ketakutan. Ketakutan mempunyai sumber atau objek yang spesifik di mana individu dapat mengidentifikasi dan menjelaskannya. Takut melibatkan penilaian intelektual dari rangsang yang mengancam, sedangkan kecemasan adalah respon emosi terhadap penilaian tersebut. Ketakutan disebabkan oleh kondisi fisik atau psikis terhadap situasi yang mengancam dan ketakutan menghasilkan kecemasan (Stuart & Laraia cit Hartoyo, 2004). Anak sebetulnya telah mengalami sejak bulan-bulan pertama dari kehidupan, bahkan menurut beberapa sarjana, bayi sebelum lahir sudah mengalami kecemasan. Akan tetapi manifestasi dari kecemasan ini sering kali tidak dimengerti oleh orang dewasa. Misalnya anak pada saat menunggu giliran untuk disirkumsisi karena tindakan sirkumsisi atau khitan yaitu memotong preposium atau kulit yang menutupi glans penis dengan tujuan menjalankan syari at Islam ataupun indikasi medis. Di indonesia sirkumsisi sudah lama dikenal, pada mulanya sirkumsisi dilakukan oleh dukun, kemudian mantri atau perawat dan sekarang sudah banyak dilakukan oleh dokter. Di indonesia sirkumsisi diwajibkan pada anak laki-laki yang memeluk agama islam. Dalam tradisi agama islam disebutkan bahwa anak laki-laki yang sehat harus disirkumsisi begitu menginjak usia akhir balik yaitu setelah mimpi basah. Umumnya terjadi ketika anak tersebut telah berusia lebih dari 10 tahun. Hermana (2000) menyatakan bahwa sirkumsisi disebut juga sayatan melingkar, yang diidentikan pada pemotongan

3 prepusium yang melingkar terhadap batang penis. Oleh sebab itu kecemasan akan muncul pada anak dan perlu adanya sistem pendukung seperti keluarga atau teman yang akan mendengarkan dan memberikan nasihat dan dukungan emosional akan sangat bermanfaat bagi seseorang yang mengalami kecemasan atau stress. Sistem pendukung dapat mengurangi reaksi stress dan meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental. Dukungan dari keluarga atau support system keluarga sangat diperlukan karena keluarga merupakan sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional serta sosial dari tiap anggota keluarga Faktor yang berpengaruh terhadap tingkat kecemasan adalah adanya hubungan keluarga. Support system keluarga atau dukungan keluarga yang merupakan bagian dari dukungan sosial mempunyai pengaruh terhadap kesehatan. Jika kita merasa didukung oleh lingkungan maka segala sesuatu dapat menjadi lebih mudah pada waktu menjalani kejadian-kejadian yang menegangkan. Dukungan tersebut bisa diwujudkan dalam bentuk dukungan emosional melalui rasa empati, dukungan maju, dukungan kontra mental melalui bantuan langsung berupa harta atau benda dan dukungan informatif melalui pemberian nasehat, saran-saran atau petunjuk. Berdasarkan fakta yang diperoleh dari survey yang dilakukan di Balai Pengobatan Adhia Tunggur Slogohimo Wonogiri terdapat banyak anak yang disirkumsisi pada saat liburan sekolah. Setelah dilakukan wawancara terhadap

4 keluarganya, didapatkan informasi bahwa anak tersebut kurang mendapatkan perhatian dari orang tuanya, dimana kedua orang tuanya bekerja dari pagi sampai sore. Dari segi pergaulan anak tersebut juga kurang bergaul, sehingga kecemasan yang muncul bisa disebabkan karena kurangnya dukungan dari orang-orang disekitarnya. Oleh karena itu anak merasa cemas sebelum disirkumsisi dan mereka membutuhkan dukungan keluarga atau support system keluarga. Dari hasil observasi, terdapat beberapa lingkup kecemasan yang terjadi pada anak yaitu anak mengalami cemas, tidak tahu apa yang dipikirkan dan melintas dipikiran mulai dari bagaimana nanti tindakan sirkumsisinya sampai apa yang nanti terjadi, anak hatinya berdebar-debar, tidak tenang dan selalu bertanya pada keluarganya dan anak merasa lebih tenang setelah mendapat saran, informasi, dan motivasi dari keluarga bahwa semua akan baik-baik saja. Permasalahan yang dihadapi oleh anak tersebut dapat menjadikan mereka mengalami kecemasan yaitu mengalami gangguan rasa takut, tegang, dan gelisah ketika akan dilakukan tindakan sirkumsisi. Mereka juga mengalami kesulitan untuk tidur serta penyakit seperti sakit kepala, peningkatan darah dan sebagainya disebabkan karena adanya tekanan mental saat akan dilakukan tindakan sirkumsisi. Oleh sebab itu sangat dibutuhkan support system keluarga atau dukungan keluarga dalam pelaksanaan tindakan sirkumsisi agar kecemasan pada anak dapat berkurang dan anak akan merasa tenang serta siap untuk dilakukan tidakan sirkumsisi. Adanya permasalahan tersebut maka peneliti tertarik untuk meneliti Hubungan antara Support

5 System Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Anak Sebelum Tindakan Sirkumsisi Di Balai Pengobatan Adhia Tunggur Slogohimo Wonogiri. B. Perumusan Masalah Dari latar belakang masalah, maka rumusan masalah penelitian adalah bagaimanakah hubungan antara support system keluarga dengan tingkat kecemasan anak sebelum tindakan sirkumsisi di Balai Pengobatan Adhia Tunggur Slogohimo Wonogiri. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan antara support system keluarga dengan tingkat kecemasan anak sebelum tindakan sirkumsisi di Balai Pengobatan Adhia Tunggur Slogohimo Wonogiri. 2. Tujuan Khusus a) Untuk mengetahui tingkat support system keluarga pada anak sebelum tindakan sirkumsisi b) Untuk mengetahui tingkat kecemasan pada anak sebelum tindakan sirkumsisi. c) Untuk mengetahui pengaruh support system keluarga dengan tingkat kecemasan anak sebelum tindakan sirkumsisi.

6 D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Keluarga Pasien Sebagai pendorong bagi keluarganya untuk memberikan dukungan atau support system yang efektif dan optimal bagi klien yang akan menjalani sirkumsisi, guna mencegah kecemasan klien. 2. Bagi Tenaga Kesehatan Sebagai masukan bagi tenaga kesehatan untuk mengetahui dan mempertimbangkan pentingnya melibatkan secara aktif keluarga untuk mendukung klien dalam mempersiapkan aspek fisik dan psikologis klien yang akan menjalani sirkumsisi. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar untuk melakukan penelitian selanjutnya, misalnya dengan melakukan penelitian tentang faktor-faktor lain yang berhubungan dengan tingkat kecemasan atau support system keluarga pada pasien yang akan menjalani sirkumsisi atau operasi. E. Keaslian Penelitian Penelitian tentang hubungan support system keluarga dengan tingkat kecemasan anak sebelum tindakan sirkumsisi di Balai Pengobatan Adhia Tunggur Slogohimo Wonogiri sejauh pengetahuan penulis, belum pernah dilakukan penelitian sebelumnya, tetapi ada beberapa penelitian yang mendukung penelitian ini

7 1. Chahyadi (2006) tentang Hubungan Antara Support System Keluarga dan Sosial Ekonomi (pendapatan) dengan Kepatuhan Pengobatan Pada Pasien Yang Mendapatkan Kemoterapi Di Ruang Cendana 1 RS Dr Moewardi Surakarta, yang menyimpulkan bahwa setelah diberikan support dari keluarga, pasien patuh menjalani pengobatan kemoterapi di Ruang Cendana 1 Dr Moewardi Surakarta. 2. Sawitri (2006) tentang Pengaruh Prabedah Terhadap Tingkat kecemasan Pada Pasien Prabedah Mayor Di Bangsal Orthopedi RSUI Kustati Surakarta, yang menyimpulkan bahwa setelah dilakukan komunikasi terapeutik (pemberian informasi) mampu menurunkan tingkat kecemasan pasien prabedah mayor di RSUI Kustati Surakarta. 3. Cahyoputra (2009) tentang Hubungan Antara Faktor Jenis Kelamin Dan Dukungan Sosial Dengan Tingkat Kecemasan Pada Lansia Di Desa Luwang Gatak Sukoharjo, yang menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dukungan sosial lansia dengan tingkat kecemasan pada lansia di Desa Luwang Kecamatan Gatak Kabupaten Sukoharjo. 4. Lestari (2008) tentang Hubungan Antara Penyembuhan Luka Dengan Usia Anak Pada Pasien Sirkumsisi Poliklinik Bedah Minor RSUD Matara, yang menyimpulkan bahwa tidak ada perbedaan waktu penyembuhan luka sirkumsisi pada setiap kelompok usia, faktor yang mempengaruhi penyebuhan luka sirkumsisi selain usia adalah imunitas anak dan nutrisi anak.