BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kronis menjadi masalah kesehatan yang sangat serius dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO Tahun 2013, diperkirakan 347 juta orang di dunia menderita

BAB I PENDAHULUAN. Menurut American Diabetes Association / ADA (2011) DM adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah peningkatan jumlah kasus diabetes melitus (Meetoo & Allen,

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menduduki rangking ke 4 jumlah penyandang Diabetes Melitus terbanyak

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. metabolisme gula akibat kurangnya sekresi hormon insulin sehingga terjadi

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. manifestasi berupa hilangnya toleransi kabohidrat (Price & Wilson, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. ditandai oleh kadar glukosa darah melebihi normal serta gangguan

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah penderita 7,3 juta jiwa (International Diabetes Federation

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit kronis yang mengacu pada

berkembang akibat peningkatan kemakmuran di Negara bersangkutan akhir-akhir ini banyak disoroti. Peningkatan perkapita dan perkembangan gaya hidup

BAB I PENDAHULUAN. adanya kenaikan gula darah (hiperglikemia) kronik. Masalah DM, baik aspek

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus telah menjadi masalah kesehatan di dunia. Insidens dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makanan, berkurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran / polusi

BAB I PENDAHULUAN. tipe 2. Diabetes tipe 1, dulu disebut insulin dependent atau juvenile/childhoodonset

BAB I PENDAHULUAN. mellitus dan hanya 5% dari jumlah tersebut menderita diabetes mellitus tipe 1

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan umat manusia pada abad ke 21. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

I. PENDAHULUAN. sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat

BAB I PENDAHULUAN. demografi, epidemologi dan meningkatnya penyakit degeneratif serta penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang


I. PENDAHULUAN. adekuat untuk mempertahankan glukosa plasma yang normal (Dipiro et al, 2005;

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan dipengaruhi dari pola hidup, pola makan, faktor lingkungan kerja, olahraga dan stress.

BAB I PENDAHULUAN. kumpulan gejala yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula (glukosa)

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRESS TERHADAP KADAR GULA DARAH PENDERITA DIABETES MELITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKOHARJO I KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah

HUBUNGAN KADAR GULA DARAH DENGAN KECEMASAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit diabetes mellitus ditetapkan oleh PBB sebagai penyakit tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat secara global, regional, nasional dan lokal. Salah satu penyakit tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. tertentu dalam darah. Insulin adalah suatu hormon yang diproduksi pankreas

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kelainan sekresi insulin, ketidakseimbangan antara suplai dan

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia Indonesia seutuhnya. Visi Indonesia sehat yang diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan jiwa dari penderita diabetes. Komplikasi yang didapat

BAB I PENDAHULUAN. sebagai masalah kesehatan global terbesar di dunia. Setiap tahun semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di negara-negara maju dan berkembang setiap tahunnya, sebagai akibat

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien

BAB I PENDAHULUAN. atau keduanya (Sutedjo, 2010). Diabetes mellitus adalah suatu kumpulan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. timbulnya berbagai penyakit. Salah satu penyakit yang dapat terjadi yaitu diabetes

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus merupakan sindrom metabolik yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) adalah salah satu diantara penyakit tidak menular

Kesehatan (Depkes, 2014) mendefinisikan diabetes mellitus sebagai penyakit. cukup atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin secara efektif, dan

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit degeneratif yang

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun terus meningkat, data terakhir dari World Health Organization (WHO)

RIZKY KUSUMAWATI NPM PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh gangguan sekresi insulin, penggunaan insulin atau keduanya(ada,

BAB I PENDAHULUAN. (glukosa) akibat kekurangan atau resistensi insulin (Bustan, 2007). World

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

BAB 1 : PENDAHULUAN. penyakit Diabetes Melitus yang dapat disingkat dengan DM.Menurut American Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus, merupakan penyakit kronis yang disebabkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal (Depkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah

BAB I PENDAHULUAN. penyakit masyarakat serta andil terhadap perubahan pola fertilitas, gaya hidup dan

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi penyakit dan kesakitannya. Dari data-data yang ada dapat

BAB I PENDAHULUAN. modernisasi terutama pada masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Diabetes Melitus atau kencing manis, seringkali dinamakan

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat PTM mengalami peningkatan dari 42% menjadi 60%. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perilaku dan gaya hidup yang dijalani oleh masyarakat. Saat pendapatan tinggi,

BAB I PENDAHULUAN. kaum lanjut usia, namun juga telah diderita usia dewasa bahkan usia remaja.

BAB I PENDAHULUAN. Statistik (2013), angka harapan hidup perempuan Indonesia dalam rentang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menua pada seseorang bukanlah suatu penyakit, akan tetapi merupakan proses

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gula. DM memang tidak dapat didefinisikan secara tepat, DM lebih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Era globalisai membawa pengaruh yang sangat besar tidak hanya dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. makan, faktor lingkungan kerja, olah raga dan stress. Faktor-faktor tersebut

BAB I PENDAHULUAN. insulin dependent diabetes melitus atau adult onset diabetes merupakan

BAB I PENDAHULUAN. insulin secara relatif maupun absolut (Hadisaputro & Setyawan, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 2 berkaitan dengan beberapa faktor yaitu faktor resiko yang tidak dapat diubah dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF)

BAB I PENDAHULUAN. resistensi insulin, serta adanya komplikasi yang bersifat akut dan kronik (Bustan,


BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan

BAB 1 PENDAHULUAN. komprehensif pada self-management, dukungan dari tim perawatan klinis,

BAB I PENDAHULUAN. Fluktuasi politik dan ekonomi saat ini mengakibatkan perubahan pada tingkat

BAB I PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2010). Menurut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kronis menjadi masalah kesehatan yang sangat serius dan dapat menyebabkan kematian terbesar di seluruh dunia, salah satunya adalah diabetes melitus (DM). Diabetes melitus atau yang sering disebut kencing manis merupakan penyakit kronik yang akan diderita seumur hidup. Hal ini dipengaruhi oleh gangguan metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak. Diabetes melitus disebabkan oleh faktor genetik, pola hidup tidak sehat, dan pengaruh lingkungan (Dinkes Prov. Jateng, 2015). Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2015 memperkirakan adanya peningkatan jumlah penyandang DM di seluruh dunia. WHO menyebutkan 415 juta orang menderita diabetes di dunia pada tahun 2015 dan akan meningkat menjadi 642 juta orang pada tahun 2040. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang mempunyai angka kejadian DM tinggi. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF) tahun 2014, bahwa penduduk Indonesia yang terdiagnosa penyakit DM sebanyak 9,1 juta orang. Jumlah tersebut menyebabkan Indonesia menduduki urutan ketujuh di dunia, dibandingkan data IDF tahun 2013 Indonesia menduduki urutan ke-5 di dunia dengan jumlah pendeita DM sebanyak 7,6 juta orang. 1

2 Prevalensi peningkatan penderita DM di Indonesia salah satunya di Provinsi Jawa Tengah yang mencapai 152.301 kasus. Salah satu Kota di Jawa Tengah dengan penderita DM tertinggi berada di Kota Surakarta mencapai 23.433 jiwa (Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2013). Tercatat pada tahun 2014 penderita diabetes melitus di kota Surakarta mengalami peningkatan mencapai 31.002 orang, dengan penderita DM tipe 1 berjumlah 1.957 orang dan 29.045 orang untuk penderita DM tipe II (Dinkes Kota Surakarta, 2014). Berdasarkan hasil studi pendahuluan di RSUD Moewardi pada tanggal 05 Desember 2016 didapatkan data jumlah pasien DM yang menjalani rawat jalan selama satu tahun terakhir, terhitung mulai bulan Desember 2015 sampai bulan November 2016 sejumlah 8.424 pasien yang terdiri dari 111 pasien untuk Diabetes Melitus tipe 1 dan 8.313 pasien dengan Diabetes Melitus tipe II. Kunjungan pasien Diabetes Melitus tipe 2 ke Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi pada tahun 2016 rata-rata berjumlah 600 kunjungan setiap bulannya, baik pasien lama maupun pasien baru (Rekam Medik, 2016). Dengan melihat hasil rekam medik dari Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta kebanyakan orang menderita diabetes melitus tipe 2. Hal ini didukung oleh pendapat dari David M. Nathan tahun 2009 seorang direktur Massachusetts General Hospital Diabetes Center dan Professor ilmu kedokteran di Harvard Medical School bahwa lebih dari 90% orang menderita diabetes melitus tipe 2. Banyaknya penderita diabetes melitus tipe

3 2 ini disebabkan karena gaya hidup tidak sehat (Nathan, 2009). Selain itu, perubahan gaya hidup yang buruk seperti mengkonsumsi makanan serba instan atau cepat saji yang banyak mengandung lemak, gula dan sedikit serat, serta kurangnya berolahraga (Kumar, Abbas, & Aster, 2015). Penderita diabetes melitus tipe 2 dituntut untuk merubah pola hidupnya menuju pola hidup sehat. Misalnya, harus menjaga pola makan dengan melakukan diet, rutin berolahraga, melakukan periksa rutin tiap bulan. Namun tidak semua individu mampu merubah pola hidupnya dalam waktu yang singkat. Perubahan pola hidup dalam waktu yang singkat dapat membuat individu merasa rendah diri, stres bahkan depresi (American Association of Diabetes Educator [AADE], 2014). Mengelola keberhasilan hidup dengan kondisi penyakit kronis seperti DM tipe 1 maupun DM tipe 2 membutuhkan tugas yang sangat besar. Kebanyakan orang yang hidup dengan diabetes mengalami depresi sehingga menjadi beban dalam hidupnya (Snouffer & Fisher, 2016). Penderita diabetes yang mengalami depresi akan memunculkan beberapa respon, salah satunya adalah respon perilaku. Respon perilaku tampak dari perilaku menarik diri, menurunnya kepatuhan pasien dalam melakukan diet, menurunnya kepatuhan dalam minum obat, dan monitoring gula darah (Safaria, 2009). Depresi pada penderita diabetes melitus akan mengakibatkan buruknya kontrol gula darah, kurangnya dukungan dari keluarga, serta rasa khawatir terjadinya komplikasi diabetes (Harista & Lisiswanti, 2015). Komplikasinya

4 dapat menyebabkan serangan jantung, stroke, kebutaan, gagal ginjal dan amputasi pada kaki (WHO, 2016). Diagnosis DM meningkatkan risiko kondisi kesehatan mental seperti kecemasan atau depresi berat, dan putus asa hidup dengan diabetes mengganggu kualitas hidup karena tekanan terhadap beban penyakit yang dialaminya. Orang dengan tekanan diabetes cenderung memeliki gula darah tinggi dan komplikasi diabetes. Tekanan diabetes tersebut membuat beban bagi penderita diabetes dalam mengelola sakitnya. Beban bagi penderita diabetes tersebut dapat diartikan sebagai distres diabetes (Wagner, 2016). Distres Diabetes mengacu kekhawatiran komplikasi jangka panjang, kekhawatiran tentang hipoglikemia dan berbagai tekanan pada kehidupan sehari-hari (Snouffer & Fisher, 2016) serta mereka berfikir bahwa diabetes mengendalikan hidup mereka, dengan tuntutan hidup sehat bagi penderita diabetes (Mascott, 2015). Seperti hasil wawancara peneliti tanggal 12 Desember 2016 pada tujuh pasien diabetes melitus di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta, didapatkan tiga orang pasien mengungkapkan apabila kontrol ke poliklinik selalu ditemani oleh keluarga, empat pasien sering datang sendiri. Berikutnya dari tujuh pasien, tiga pasien mengungkapkan terbebani dengan kondisi penyakit yang dialaminya, dua diantanya mengatakan kewalahan dalam mengontrol kadar gula darah serta merasa kurang diperhatikan oleh keluarganya, serta dua orang lainnya berpikiran bahwa diabetes itu

5 mengendalikan mereka, dan menuntut harus hidup sehat sehingga sudah tidak bisa sembarangan mengkonsumsi makanan. Orang yang menderita diabetes harus disiplin terhadap pengobatannya sehingga membutuhkan seseorang yang memberikan dukungan dan mendengarkan dengan baik keluhan yang dirasakan oleh penderita. Dorongan, motivasi, bahkan sedikit humor dan simpati membantu untuk menangani perilaku distres sehari-hari (Wagner, 2016). Dukungan emosional dari orang terdekat sangat diperlukan penderita diabetes jadi diharapkan dapat menambah percaya diri dalam melakukan pengobatan (Mascott, 2015). Dukungan emosional tersebut dapat didapat dari anggota keluarga yang merawat orang diabetes, termasuk dari orang tua dari anak-anak dan dukungan dari saudara kandung (Snouffer & Fisher, 2016). Menurut Taylor (2006) dalam Yusra (2010) dukungan keluarga merupakan suatu pertolongan dari keluarga untuk memberikan kenyamanan fisik dan psikologis pada keadaan stres. Diharapkan dukungan yang diterima mampu menurunkan stres pada penderita diabetes mellitus. Dukungan keluarga ini terjadi selama proses kehidupan berlangsung, sifat dan jenis dukungan yang diberikan beraneka ragam. Dengan dukungan keluarga membuat keluarga mampu berfungsi dengan maksimal dalam meningkatkan kesehatan keluarga (Friedman, (2010) dalam Suwardiman (2011)). Seperti simpulan dalam penelitian Atyanti Isworo dan Saryono (2010) bahwa dukungan keluarga merupakan faktor yang paling berpengaruh

6 terhadap glukosa darah. Hasil penelitiannya diperlukan perhatian dari anggota keluarga untuk menurunkan depresi sehingga memudahkan tenaga kesehatan untuk mendiagnosa dan ketepatan memberikan intervensi sehingga pasien DM termotivasi untuk memeriksakan kesehatan dan cek gula darah secara rutin (Isworo & Saryono, 2010). Penelitian tersebut didukung dengan hasil penelitian oleh Wardani & Isfandiari (2014) bahwa pengidap diabetes yang mendapatkan dukungan keluarga yang baik, hanya separuhnya yang teratur dalam mengelola kadar gula darah. Maka tidak ada hubungannya dukungan keluarga dengan gejala komplikasi mikrovaskuler, namun dukungan keluarga berhubungan dengan pengendalian kadar gula darah Berdasarkan paparan di atas dapat di simpulkan bahwa dukungan keluarga berperan penting dalam membantu proses penyembuhan pasien diabetes. Pasien diabetes dituntut untuk menjalankan pola hidup sehat dan diet. Maka dari itu, seseorang yang menderita diabetes melitus akan mengalami banyak perubahan di kehidupan sehari-harinya. Perubahan yang dialami pasien dapat menjadi beban sehingga menyebabkan tekanan atau stres bagi pasien diabetes, maka tidak mustahil bila penderita diabetes melitus mengalami stres. Berdasarkan fenomena di atas, dapat diasumsikan bahwa penderita diabetes melitus mengalami tekanan dari beban penyakit diabetes melitus yang dialaminya. Hal ini yang membuat peneliti ingin melakukan penelitian yang berjudul Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Perilaku Distres Pada Pasien Diabetes di Rumah Sakit Moewardi.

7 B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dan fenomena diatas peneliti merumuskan masalah penelitian yaitu apakah ada hubungan dukungan keluarga dengan perilaku distress pada pasien diabetes di Rumah Sakit Moewardi? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui apakah ada hubungan dukungan keluarga dengan perilaku distres pada pasien diabetes melitus di Rumah Sakit Moewardi. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui karakteristik personal pasien DM. b. Mengetahui deskripsi dukungan keluarga pada pasien DM. c. Mengetahui deskripsi perilaku distres pada pasien DM. d. Mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan perilaku distres pada pasien DM. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Keilmuan atau Teori Menambah pemahaman dan pedoman mengenai dukungan keluarga dengan perilaku distres pada pasien DM. 2. Bagi Pendidikan Sebagai suatu pandangan terkini bagi mahasiswa tentang dukungan kelurga dengan perilaku distres pasien DM.

8 3. Bagi Instansi Rumah Sakit Sebagai sumber data untuk pengambilan kebijakan tindakan kepada pasien DM yang di rumah sakit. 4. Bagi Pembaca Menambah informasi bagi keluarga, sahabat, maupun kerabat mengenai hubungan dukungan keluarga dengan perilaku ditres pasien DM. 5. Bagi Peneliti Menambah wawasan dan pengalaman peneliti mengenai hubungan dukungan keluarga dengan perilaku distres pasien DM yang dirawat di rumah sakit. E. Keaslian Penelitian Penelitian tentang hubungan dukungan keluarga dengan perilaku distres pada pasien diabetes melitus di Rumah Sakit Moewardi belum pernah diteliti, namun beberapa penelitian lain yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan peneliti, adalah: 1. Wahyuni (2012), meneliti hubungan dukungan keluarga dengan stres pada lansia di Dusun Karangbendo Banguntapan Bantul Yogyakarta. Hasil penelitiannya menerangkan bahwa pada penelitiannya dari 125 lansia, 65 orang (52,0%) mayoritas mendapatkan dukungan keluarga baik dan 63 orang (50,4%) dengan tingkat stress ringan. Kesamaan dengan penelitian peneliti yaitu variabel bebasnya, dukungan keluarga. Perbedaannya pada variabel terikat, yaitu penulis variabel terikatnya

9 adalah perilaku distres pasien diabetes, sedangkan pada penelitian ini variabel terikatnya stres pada lansia. 2. Mayberry & Osborn (2012) meneliti Family Support, Medication Adherence, and Glycemic Control Among Adults With Type 2 Diabetes. yang inti penelitiannya bertujuan untuk mengetahui dukungan keluarga dengan kepatuhan dalam pengobatan dan mengontrol kadar gula darah penderita diabetes tipe 2. Persamaan penelitian ini dengan peneliti adalah pada variabel bebasnya, yaitu dukungan keluarga pada pasien DM. Perbedaannya adalah pada variabel terikatnya pada penelitian ini yaitu kepatuhan dalam pengobatan dan mengontrol gula darah, sedangkan pada penelitian yang dilakukan peneliti variabel terikatnya adalah perilaku distres (Mayberry & Osborn, 2012). 3. Isworo & Saryono (2010), meneliti Hubungan Depresi dan Dukungan Keluarga Terhadap Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di RSUD Sragen, yang inti penelitiannya bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara depresi dan dukungan keluarga dengan kadar gula darah pada pasien DM tipe 2. Hasil penelitian ini adalah: ada hubungan yang signifikan antara depresi dan kadar gula darah dan dukungan keluarga. Kesamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah lingkup keilmuannya, yaitu keperawatan, selain itu pada salah satu variabel bebasnya sama-sama dukungan keluarga. Perbedaannya adalah pada variabel terikatnya, yaitu dalam penelitian peneliti, variabel terikat yang digunakan adalah perilaku distres, sedangkan dalam

10 penelitian ini variabel terikatnya kadar gula darah (Isworo & Saryono, 2010).