BAB I PENDAHULUAN. dengan penutupan dan penjahitan luka (Syamsuhidajat, 2011). dibagian perut mana saja (Dorland, 1994 dalam Surono, 2009).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. perubahan fisiologis tubuh dan mempengaruhi organ tubuh lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Operasi adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara. invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. macam keluhan penyakit, berbagai tindakan telah dilakukan, mulai dari

SATUAN ACARA PENYULUHAN DETEKSI DINI PADA CA MAMAE

BAB I PENDAHULUAN. Sectio Caesarea (SC) terus meningkat di seluruh dunia, khususnya di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Operasi adalah semua tindakan pengobatan yang mengunakan cara

BAB I PENDAHULUAN. merupakan prioritas tertinggi dalam Hirarki Maslow, dan untuk manusia

BAB I PENDAHULUAN. panggul atau ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar

BAB 1 PENDAHULUAN. di negara berkembang. Di negara miskin, sekitar 25-50% kematian wanita subur

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan operasi merupakan pengalaman yang sulit bagi sebagian pasien

BAB 1 PENDAHULUAN. kegagalan anestesi/meninggal, takut tidak bangun lagi) dan lain-lain (Suliswati,

BAB I PENDAHULUAN. tindakan perbaikan kemudian akan diakhiri dengan penutupan dengan cara. penjahitan luka (Sjamsuhidajat & De Jong, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka (Sjamsuhidajat dan Jong, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. perut kuadran kanan bawah (Smeltzer, 2002). Di Indonesia apendisitis merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya kira-kira 10 cm

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Keperawatan pasca operasi merupakan periode akhir dari keperawatan

fisiologis. Konsep mobilisasi mula-mula berasal dari ambulasi dini yang merupakan pengembalian secara berangsur-angsur ke tahap mobilisasi

BAB I PENDAHULUAN. cacing (appendiks). Infeksi ini bisa terjadi nanah (pus) (Arisandi,2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah persalinan sectio caesarea. Persalinan sectio caesarea adalah melahirkan janin

PENGARUH TERAPI MUSIK TERHADAP TINGKAT GANGGUAN TIDUR PADA PASIEN PASKA OPERASI LAPARATOMI DI IRNA B (TERATAI) DAN IRNA AMBUN PAGI RSUP DR.

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI LAPARATOMI SAAT PERAWATAN LUKA DI RSUD MAJALENGKA TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. fisik yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur. Kebanyakan fraktur

BAB I PENDAHULUAN. dokter menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang

BAB I PENDAHULUAN. akut di Indonesia (Sjamsuhidayat, 2010 dan Greenberg et al, 2008).

tindakan pembedahan di Indonesia menempati urutan ke-11 dari 50 negara

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang No. 36 tahun 2014 bahwa kesehatan. harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. Appendisitis merupakan peradangan yang terjadi pada Appendiks vermiformis

BAB 1 PENDAHULUAN. mengiris anggota tubuh yang sakit. Biasanya dilaksanakan dengan anastesi,

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar penyakit yang menyebabkan penderita mencari pertolongan

BAB I PENDAHULUAN. macam aspek, diantaranya pertolongan persalinan yang salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. beberapa kondisi tertentu proses kehamilan harus dilakukan dengan operasi. caesar atau lebih dikenal dengan sectio caesarea.

BAB I PENDAHULUAN. diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka. Sayatan atau luka yang dihasilkan

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian ibu mulai dari masa kehamilan, persalinan dan nifas. Pada saat ini

BAB I PENDAHULUAN. bertambahnya jumlah pengendara kendaraan bermotor dan pengguna jalan

PENGARUH PENYULUHAN MANFAAT MOBILISASI DINI TERHADAP PELAKSANAAN MOBILISASI DINI PADA PASIEN PASCA PEMBEDAHAN LAPARATOMI

BAB I PENDAHULUAN. Pembedahan merupakan suatu tindakan pengobatan yang menggunakan. cara invasif dengan membuka dan menampilkan bagian tubuh yang akan

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan tindakan pembedahan. Beberapa penelitian di negara-negara industri

BAB I PENDAHULUAN. oksigen (O2). Yang termasuk relaksan otot adalah oksida nitrat dan siklopropane.

BAB I PENDAHULUAN. 2006). Infeksi bakteri sebagai salah satu pencetus apendisitis dan berbagai hal

BAB I PENDAHULUAN. bagian tubuh untuk perbaikan. Beberapa jenis pembedahan menurut lokasinya

BAB 1 PENDAHULUAN. Sectio Caesaria (SC), dimana SC didefinisikan sebagai proses lahirnya janin

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG MOBILISASI DINI DENGAN TINDAKAN MOBILISASI DINI PADA IBU NIFAS 1 HARI POST SECTIO CAESAREA

BAB I KONSEP DASAR. dapat dilewati (Sabiston, 1997: 228). Sedangkan pengertian hernia

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang banyak dialami oleh manusia. Meskipun bukan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan operasi seksio sesaria menurut Sarwono (2008) dalam buku Ilmu

BAB I KONSEP DASAR. saluran usus (Price, 1997 : 502). Obserfasi usus aiau illeus adalah obstruksi

BAB I PENDAHULUAN. yang dilahirkan harus aman dan sehat serta membawa kebahagiaan bagi ibu dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah modal utama bagi manusia, kesehatan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan. Secara operasional,

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012

Kata kunci: mobilisasi dini, penyembuhan luka operasi, sectio caesarea(sc)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hidayat, Jakarta Salemba Medika, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. makanan, tempat tinggal, eliminasi, seks, istirahat dan tidur. (Perry, 2006 : 613)

Efektivitas Ambulasi Dini terhadap Penurunan Intensitas Nyeri pada Pasien Post Operasi Laparatomi di RSUD Kudus

BAB 1 PENDAHULUAN. Laparotomi merupakan salah satu prosedur pembedahan mayor dengan cara melakukan

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. DM adalah penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemik (kadar gula

BAB 1 PENDAHULUAN. Citra diri merupakan sebuah keadaan dalam pikiran tentang diri. Anda, kehilangan citra dirinya dan merasa buruk tentang diri mereka

BAB I PENDAHULUAN. Luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan karena adanya cedera

IKRIMA RAHMASARI J

BAB I PENDAHULUAN. rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 1991).

PENGARUH SENAM KAKI DIABETIK TERHADAP NYERI KAKI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DELANGGU

2015 GAMBARAN BENDUNGAN ASI BERDASARKAN KARAKTERISTIK PADA IBU NIFAS DENGAN SEKSIO SESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM TINGKAT IV SARININGSIH BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penyakit pada anggota gerak yang disebabkan oleh traumatik. Trauma merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Meskipun demikian, kecenderungan sistem perawatan kesehatan baru baru ini

BAB 1 PENDAHULUAN. operasi melalui tiga fase yaitu pre operasi, intraoperasi dan post. kerja dan tanggung jawab mendukung keluarga.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pasien. Laparatomi adalah suatu potongan pada dinding abdomen seperti

MOBILISASI DINI TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA PADA IBU POST SECTIO CAESAREA DI RUANG NIFAS RSUD DOKTER SOEDARSO PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

MANAJEMEN NYERI POST OPERASI

BAB I PENDAHULUAN. patologis kadang membutuhkan tindakan pembedahan (sectio caesarea).

tahun 2004 diperkirakan jumlah tindakan pembedahan sekitar 234 juta per tahun (Weiser, et al,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo

BAB I PENDAHULUAN. yang utuh untuk kualitas hidup setiap orang dengan menyimak dari segi

BAB I PENDAHULUAN. (21,8%) diantaranya persalinan dengan Sectio Caesarea (Hutapea, H, 1976).

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan angka kematian ibu (Maternal Mortality Rate) dan angka. kematian bayi (Neonatal Mortality Rate). (Syaiffudin, 2002).

HUBUNGAN MOBILISASI DINI DENGAN PENYEMBUHAN LUKA PADA IBU POST SECTIO CAESARIA. Endang Rudjianti, Khomsiami Abdillah Akademi Kebidanan YAPPI Sragen

BAB 1 PENDAHULUAN. karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja

BAB III METODE PENELITIAN. observasional, dimana teknik observasi ini adalah cara pengumpulan data yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan merupakan kejadian fisiologi yang normal dialami oleh

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir dan. perubahan fisik seperti meningkatnya tekanan darah.

Budi Setyono, Lilis Murtutik, Anik Suwarni

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi kesehatan di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat berarti dalam

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI HERNIA DI RSUD SRAGEN

BAB 1 PENDAHULUAN. kesuksesan operasi dan penyembuhan luka. Penyembuhan luka operasi sangat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. krisis karena anak mengalami stres akibat perubahan baik terhadap status

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan Sectio Caesaria (SC) adalah sekitar 10 % sampai 15 %, dari semua

LAPORAN PENDAHULUAN. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PRE, INTRA, POST OPERASI HAEMOROIDEKTOMI DI RUANG DIVISI BEDAH SENTRAL RS. Dr.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun luka kronis. Sebuah penelitian terbaru di Amerika menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki

BAB I PENDAHULUAN. anestesi dapat menghambat kemampuan klien untuk merespon stimulus

BAB V PENUTUP. Setelah menguraikan asuhan keperawatan pada Ny. W dengan post

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan di tangani. Pembukaan bagian tubuh ini umumnya dilakukan dengan membuat sayatan. Tindakan pembedahan bertujuan untuk mencegah kecacatan dan komplikasi, dimana tindakan ini menjadi terapi pilihan pada berbagai kondisi yang sulit dan tidak mungkin disembuhkan melalui obat-obatan sederhana. Pembukaan tubuh ini umumnya dilakukan dengan membuat sayatan. Setelah bagian yang akan ditangani ditampilkan dilakukan tindakan perbaikan yang akan diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka (Syamsuhidajat, 2011). Pembedahan laparatomi merupakan insisi pembedahan melalui pinggang, tetapi tidak selalu tidak tepat dan lebih umum dilakukan dibagian perut mana saja (Dorland, 1994 dalam Surono, 2009). Laparatomi juga dilakukan pada kasus-kasus digestif dan kandungan seperti apendiksitis, perforasi, hernia inguinalis, kanker lambung, kanker colon dan rectum, obstruksi usus, inflamasi usus kronis, kolestisitis dan peritonitis (Sjamsuhidajat & Jong, 2005). Indikasi seseorang untuk dilakukan tindakan laparatomi antara lain: trauma abdomen (tumpul atau tajam)/ Ruptur hepar, peritonitis, perdarahan saluran pencernaan (Internal Blooding), sumbatan pada usus 1

2 halus dan usus besar, massa pada abdomen. Selain itu, pada bagian obstetri dan ginecology tindakan laparatorni seringkali juga dilakukan seperti pada operasi caesar (Syamsuhidajat & Wim De Jong, 2008). Laparatomi juga dilakukan pada kasus-kasus digestif dan kandungan seperti apendiksitis, perforasi, hernia inguinalis, kanker lambung, kanker colon dan rectum, obstruksi usus, inflamasi usus kronis, kolestisitis dan peritonitis (Sjamsuhidajat & Jong, 2005). Klasifikasi operasi terbagi manjadi dua, yaitu operasi minor dan operasi mayor. Operasi minor adalah operasi yang secara umum bersifat selektif, bertujuan untuk memperbaiki fungsi tubuh, mengangkat lesi pada kulit dan memperbaiki deformitas, contohnya pencabutan gigi, pengangkatan kutil, kuretase, operasi katarak, dan arthoskopi. Operasi mayor adalah operasi yang bersifat selektif, urgen dan emergensi. Tujuan dari operasi ini adalah untuk menyelamatkan nyawa, mengangkat atau memperbaiki bagian tubuh, memperbaiki fungsi tubuh dan meningkatkan kesehatan, contohnya kolesistektomi, nefrektomi, kolostomi, histerektomi, mastektomi, amputasi dan operasi akibat trauma (Brunner & Sudarth 2001). Pada pembedahan laparatomi umumnya jenis anastesi yang digunakan adalah jenis anastesi umum inhalasi. Anestesi umum inhalasi merupakan satu teknik anestesia umum yang dilakukan dengan jalan memberikan kombinasi obat anastesia inhalasi yang berupa gas dan atau cairan yang mudah menguap melalui alat/mesin anestesia langsung ke udara. Jenis obat anastesi umum inhalasi, umumnya mengunakan jenis

3 obat seperti N 2 O, enfluran, isofluran, sevofluran yang langsung memberikan efek hipnotik, analgetik serta relaksasi pada seluruh otot klien (Mangku G, 2010). Anastesi umum inhalasi menyebabkan relaksasi pada seluruh otot klien sehingga pergerakan colon yang normal menurun dengan penghambatan stimulus parasimpatik pada otot colon. Mobilisasi dini merupakan suatu aspek yang terpenting pada fungsi fisiologis karena hal itu esensial untuk mempertahankan kemandirian (Carpenito, 2007). Mobilisasi dini post operasi laparatomi harus dilakukan secara bertahap. Tahap-tahap mobilisasi dini pada pasien post operasi laparatomi adalah pada 6 jam pertama setelah operasi, pasien harus tirah baring dan hanya bisa menggerakan lengan, tangan, menggerakan ujung jari kaki dan memutar pergelangan kaki, mengangkat tumit, menegangkan otot betis serta menekuk dan menggeser kaki. Pasien diharuskan untuk miring kiri dan kanan setelah 6-10 jam untuk mencegah thrombosis dan thromboemboli. Setelah 24 jam pasien dianjurkan belajar duduk, kemudian dilanjutkan dengan belajar berjalan (Kasdu, 2003). Berdasarkan Data Tabulasi Nasional Departemen Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2009, tindakan bedah menempati urutan ke-11 dari 50 pertama penanganan pola penyakit di rumah sakit di seluruh Indonesia yang diperkirakan 32% diantaranya merupakan tindakan bedah laparatomi (DEPKES RI,2009). Data WHO menunjukkan bahwa selama lebih dari satu abad, perawatan bedah telah menjadi komponen penting dari perawatan kesehatan di seluruh dunia. Diperkirakan setiap tahun ada 230 juta tindakan bedah dilakukan di seluruh dunia (Hasri, 2012). Jumlah

4 pasien dengan tindakan pembedahan mencapai angka peningkatan yang sangat signifikan dari tahun ke tahun. Tercatat di tahun 2011 terdapat 140 juta pasien di seluruh rumah sakit di dunia, sedangkan pada tahun 2012 data mengalami peningkatan sebesar 148 juta jiwa (World Health Organization (WHO) dalam Sartika, 2013). Tindakan operasi di Indonesia pada tahun 2012 mencapai 1,2 juta jiwa (WHO dalam Sartika, 2013). Jumlah pasein dengan laparatomi di RS Lavalette Malang pada rentang waktu bulan Januari s/d bulan Oktober 2016 sebanyak 340 pasien. Tindakan pembedahan salah satu bentuk terapi medis dan merupakan pengalaman menegangkan bagi sebagian pasien yang dapat mendatangkan stress atau cemas, karena terdapat ancaman terhadap tubuh, integritas, dan nyawa seseorang. Terdapat beberapa masalah keperawatan yang sering terjadi pada pasien post operasi laparatomi meliputi pelemahan (memburuknya keadaan), keterbatasan 3 fungsi tubuh dan cacat. Pelemahan meliputi nyeri akut pada bagian lokasi operasi, nyeri yang muncul ketika post operasi merupakan gejala sisa yang diakibatkan oleh operasi pada regio intraabdomen sedangkan nyeri dapat memperpanjang masa penyembuhan, karena dapat mengganggu kembalinya aktifitas pasien serta menjadi salah satu alasan pasien untuk tidak mau bergerak atau melakukan mobilisasi segera. Sedangkan mobilisasi juga dapat mempengaruhi proses penyembuhan luka sehingga menghindari lama hari rawat inap dan menghindari terjadinya resiko infeksi nosokomial maupun resiko adanya tanda-tanda infeksi luka operasi, takut dan keterbatasan LGS (Lingkup Gerak Sendi), Keterbatasan

5 fungsi tubuh meliputi ketidakmampuan berdiri, berjalan, serta ambulasi dan cacat meliputi aktivitas yang terganggu karena keterbatasan gerak akibat nyeri dan prosedur medis. Untuk mengatasi hal tersebut perlu di lakukan mobilisasi dini yang dapat mempertahankan fungsi tubuh, memperlancar peredaran darah, membantu pernafasan menjadi lebih baik, mempertahankan tonus otot, memperlancar eliminasi alvi dan urine, mempercepat proses penutupan jahitan operasi atau proses kesembuhan luka serta mengembalikan aktivitas tertentu, sehingga pasien dapat kembali normal dan dapat memenuhi kebutuhan gerak harian atau melakukan aktivitas dengan normal dalam memenuhi kebutuhan dasar. Namun dalam pelaksanaan mobilisasi dini terdapat beberapa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi mobilisasi dini yang harus diketahui petugas kesehatan diantaranya kondisi kesehatan pasien, emosi, gaya hidup, dukungan sosial, pengetahuan, usia dan tingkat perkembangannya. Dari beberapa faktor tersebut salah satunya adalah kondisi psikologis seseorang dapat memudahkan perilaku yang dapat menurunkan kemampuan mekanika tubuh dan ambulasi yang baik. Seseorang yang mengalami perasaan tidak aman, tidak bersemangat, dan harga diri yang rendah, akan mudah mengalami perubahan dalam mekanika tubuh dan ambulasi. Maka perlu dukungan sosial sebagai info verbal atau non verbal, saran, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orangorang yang akrab dalam subjek lingkungan sosialnya atau yang berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau

6 pengaruh pada tingkah laku penerimanya. Untuk faktor dukungan sosial seperti dalam penelitian yang dilakukan Oldmeadow dkk (2006) dukungan sosial yaitu keluarga, yang terdekat dan perawat sangat mempengaruhi untuk membantu pasien melaksanakan latihan ambulasi, sehingga ada semangat serta dorongan bagi pasien. Sedangkan pengetahuan yang baik terhadap penggunaan mekanika tubuh akan mendorong seseorang untuk menggunakannya dengan benar karena dapat memahami dengan baik manfaat serta penjelasan tentang mobilisasi dini, sehingga mengurangi tenaga yang dikeluarkan. Sebaliknya, pengetahuan yang kurang memadai dalam penggunaan mekanika tubuh akan menjadikan seseorang beresiko mengalami gangguan koordinasi sistem neurologi dan muskuloskeletal. Faktor-faktor tersebut sangat mempengaruhi pelaksanaan mobilisasi yang dapat berdampak pada kesehatan pasien pada masa post operasi laparatomi. Hal ini juga berdasarkan dari beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya, seperti penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti Nainggolan (2013) mengemukakan bahwa 13 (86,6%) dari 15 responden yang melakukan mobilisasi dini tidak teratur proses penyembuhan lukanya berjalan lambat. Sedangkan 2 (13,4%) responden yang melakukan mobilsasi dini teratur, 6,7% proses penyembuhan lukanya lambat dan 6,7% cepat. Dan Penelitian yang dilakukan oleh peneliti Siti Aisyah dengan sampel sebanyak 20 responden, responden berpengetahuan baik seluruhnya melakukan tindakan mobilisasi dini yaitu 15 (100%). Responden berpengetahuan cukup lebih dari

7 sebagian melakukan tindakan mobilisasi dini yaitu 2 (66,7%). Sedangkan pengetahuan kurang sebagian melakukan tindakan mobilisasi dini yaitu 1 (50%) responden. Berdasarkan dari hal tersebut peneliti ingin meneliti faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pelaksanaan mobilisasi dini pada pasien post operasi laparatomi. Dengan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan sebelumnya di Rumah sakit Lavalette bulan November 2016 melalui wawancara dengan salah satu perawat jaga diruang Zamrud didapatkan data bahwa kebanyakan dari pasien tidak melakukan mobilisasi dini dengan baik dan teratur karena kurangnya dukungan dari keluarga dan pasien mengatakan takut dan cemas untuk bergerak dalam waktu 1 24 jam setelah mengalami operasi laparatomi dikarenakan merasa nyeri, takut jahitannya terlepas dan takut lukanya tak kunjung sembuh, sehingga memperpanjang hari rawat inap pasien tersebut. Ada juga dikarenakan kurangnya pengetahuan tentang pelaksanaan mobilisasi dini dan sering tidak dihiraukan serta tidak lakukan dengan baik. Dampak karena tidak melakukan Mobilisasi dini juga dapat mengakibatkan kekakuan atau penegangan otot-otot di seluruh tubuh, gangguan sirkulasi darah, gangguan pernafasan dan gangguan peristaltik maupun berkemih oleh karena berbagai faktor-faktor yang dapat membuat seseorang tidak melakukan mobilisasi dini sehingga calon peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Mobilisasi Dini Pada Pasien Post Operasi Laparatomi di Rumah Sakit Lavalette Malang.

8 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka calon peneliti merumuskan permasalahan yaitu Apakah ada hubungan antara faktor kecemasan, dukungan sosial dan pengetahuan dengan pelaksanaan mopbilisasi dini pada pasien post operasi laparatomi di Rumah Sakit Lavalette Malang? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi dini dengan pelaksanaan mobilisasi dini pada pasien post operasi laparatomi dengan general anestese di Rumah Sakit Lavalette Malang. 1.3.2 Tujuan Khusus a. Untuk mengidentifikasi faktor kecemasan yang mempengaruhi mobilisasi dini pada pasien post operasi laparatomi dengan general anastesi di Rumah Sakit Lavalette Malang b. Untuk mengidentifikasi faktor dukungan sosial yang mempengaruhi mobilisasi dini pada pasien post operasi laparatomi dengan general anastesi di Rumah Sakit Lavalette Malang c. Untuk mengidentifikasi faktor pengetahuan yang mempengaruhi mobilisasi dini pada pasien post operasi laparatomi dengan general anastesi di Rumah Sakit Lavalette Malang

9 d. Untuk mengidentifikasi mobilisasi dini pada pasien post operasi laparatomi dengan general anastesi di Rumah Sakit Lavalette Malang e. Menganalisis hubungan faktor-faktor dengan mobilisasi dini pada pasien post operasi laparatomi dengan general anastesi di Rumah Sakit Lavalette Malang. 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis Diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan tentang perkembangan ilmu perawatan luka modern. 1.4.2 Manfaat Praktis Adapun manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah : 1. Bagi Peneliti Sebagai penambah wawasan dan pengetahuan dalam menerapkan hasil pengetahuan yang didapat selama pendidikan baik teori maupun praktek. 2. Manfaat teoritis Hasil dari penelitian ini dapat digunakan untuk mengembangkan ilmu keperawatan maternitas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan luka pada post operasi laparatomi.

10 3. Bagi Responden Dapat sebagai bahan informasi dan untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan ibu yang melakukan tindakan pembedahan laparatomi. 4. Bagi Petugas Kesehatan Dapat sebagai bahan bacaan untuk menambah ilmu pengetahuan dan masukan bagi petugas kesehatan dalam upaya meningkatkan pelayanan kesehatan dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan luka pada post op laparatomi. 5. Bagi peneliti selanjutnya Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan atau sumber data untuk melakukan penelitian lebih lanjut berkaitan dengan faktorfaktor yang mempengaruhi proses penyembuhan luka pada post op laparatomi.