BAB I PENDAHULUAN. fungsinya secara normal (Soematri, 2012).Secara global lebih dari 500 juta

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. didefenisikan sebagai kerusakan ginjal yang terjadi lebih dari 3 bulan berupa

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gagal ginjal kronik. Gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir adalah gangguan pada

BAB I PENDAHULUAN. kadar gula darah, dislipidemia, usia, dan pekerjaan (Dinata, dkk., 2015). Angka

BAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh, mengatur konsentrasi garam dalam darah, dan mengatur keseimbangan asambasa

2025 (Sandra, 2012). Indonesian Renal Registry (IRR) tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. angka ini meningkat menjadi 219 pasien dan tahun 2013 menjadi 418 pasien. Bila

BAB I PENDAHULUAN. pasien penyakit gagal ginjal kronik di Amerika Serikat adalah orang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. juta orang mengalami gagal ginjal. Data dari The United State Renal Data System

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronik (PGK) merupakan gangguan fungsi ginjal yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. terletak di Jl. Wates Km. 5,5 Gamping, Sleman, Daerah Istimewa. Yogyakarta. RS PKU Muhammadiyah Gamping merupakan

BAB I PENDAHULUAN. volume, komposisi dan distribusi cairan tubuh, sebagian besar dijalankan oleh Ginjal

BAB I PENDAHULUAN. penurunan fungsi ginjal secara optimal untuk membuang zat-zat sisa dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memperlancarkan darah dari zat toksin dan berbagai zat sisa. mengatur keseimbangan asam basa, mempertahankan volume dan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalaminya. Akan tetapi usia tidak selalu menjadi faktor penentu dalam perolehan

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam jangka waktu yang lama (Noer, Soemyarso, 2006). Menurut (Brunner

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tubuh secara menyeluruh karena ginjal adalah salah satu organ vital

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang dapat dilakukan adalah pengendalian penyakit tidak menular. 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ginjal merupakan organ yang berfungsi untuk mengatur keseimbangan air

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. mendadak dan hampir lengkap akibat kegagalan sirkulasi renal atau disfungsi

BAB 1 PENDAHULUAN. gagal untuk mempertahankan metabolism dan keseimbangan cairan dan elektrolit,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal ginjal kronis (Chronic Renal Failure) adalah kerusakan ginjal progresif

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Disease: Improving Global Outcomes Quality (KDIGO) dan the Kidney Disease

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan dan kekuatan tubuh yang menyebabkan aktivitas kerja terganggu, tubuh

BAB I PENDAHULUAN. darah dalam tubuh dengan mengekskresikan solute dan air secara. saja tetapi juga di negara berkembang. Di Amerika Serikat,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan gejala-gejala atau kecacatan yang membutuhkan

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN DIET PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS DENGAN TERAPI HEMODIALISIS DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perubahan gaya hidup menyebabkan terjadi pergeseran penyakit di

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronik (GGK) atau Chronic Kidney Diseases (CKD) dalam jangka waktu yang lama (Black & Hawks, 2014).

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat dicapai melalui

BAB I PENDAHULUAN. komposisi kimia darah, atau urin, atau kelainan radiologis (Joannidis et al.,

BAB I PENDAHULUAN. dengan angka kejadian yang masih cukup tinggi. Di Amerika Serikat, UKDW

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menghambat kemampuan seseorang untuk hidup sehat. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. dapat terjadi secara akut dan kronis. Dikatakan akut apabila penyakit berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut American Diabetes Association / ADA (2011) DM adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi menggantikan sebagian fungsi ginjal. Terapi pengganti yang. adalah terapi hemodialisis (Arliza, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. 2009). Gagal ginjal yang terjadi secara mendadak disebut gagal ginjal akut,

BAB I PENDAHULUAN. ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut. Hal ini bila

BAB I PENDAHULUAN. komposisi cairan tubuh dengan nilai Gloumerulus Filtration Rate (GFR) 25%-10% dari nilai normal (Ulya & Suryanto 2007).

BAB I PENDAHULUAN. konsentrasi elektrolit pada cairan ekstra sel (Tawoto & Watonah, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. multipel. Semua upaya mencegah gagal ginjal amat penting. Dengan demikian,

BAB I PENDAHULUAN. bersifat progresif dan irreversible. Dimana kemampuan tubuh gagal untuk

BAB I PENDAHULUAN. disease) saat ini masih menjadi masalah yang besar, sebagaimana prediksi

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. tekhnologi dan industri telah banyak membuat perubahan pada perilaku dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. irreversible. Hal ini terjadi apabila laju filtrasi glomerular (LFG) kurang dari 50

BAB I PENDAHULUAN. kondisi sehat, baik fisik-bio-psiko-sosio-spiritual. Karena dengan kondisi sehat

BAB 1 PENDAHULUAN. secara progresif dan ireversibel, saat ini angka kejadian gagal ginjal kronik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERBEDAAN PENYEBAB GAGAL GINJAL ANTARA USIA TUA DAN MUDA PADA PENDERITA PENYAKIT GINJAL KRONIK STADIUM V YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD

Tabel 1.1 Keaslian penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Estimasi Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Pengalaman positif maupun negatif tidak dapat dilepaskan dalam. kehidupan seseorang. Berdasarkan pengalaman-pengalaman tersebut

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan sindrom klinis yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. ginjal secara optimal untuk membuang zat-zat sisa dan cairan yang berlebihan dari

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit gagal ginjal adalah kelainan struktur atau fungsi ginjal yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. Banyak penyebab dari disfungsi ginjal progresif yang berlanjut pada tahap

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Ginjal Kronik (PGK) (Centers For Diseae Control and Prevention, ginjal (Foote & Manley, 2008; Haryono, 2013).

GAMBARAN KONSEP DIRI PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gagal ginjal kronik (GGK) adalah suatu sindrom klinis yang

BAB I PENDAHULUAN. yaitu penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan berakhir dengan kematian.

BAB I dalam Neliya, 2012). Chronic Kidney Disease (CKD) atau penyakit ginjal

Hemodialisis adalah salah satu terapi pengganti ginjal yang menggunakan alat khusus dengan tujuan mengeluarkan toksin uremik dan mengatur cairan


BAB 1 PENDAHULUAN. seluruh dunia (Ruggenenti dkk, 2001). Penyakit gagal ginjal kronis

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh mereka yang menderita gagal ginjal (Indraratna, 2012). Terapi diet

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 15,2%, prevalensi PGK pada stadium 1-3 meningkat menjadi 6,5 % dan

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya terus meningkat. World Health Organization (WHO) di Kabupaten Gunungkidul DIY tercatat 1262 orang terhitung dari bulan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan lambat. PGK umumnya berakhir dengan gagal ginjal yang memerlukan terapi

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan jumlah. penderita gagal ginjal pada tahun 2013 telah meningkat 50% dari tahun

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KECEMASAN PASIEN DENGAN TINDAKAN KEMOTERAPI DI RUANG CENDANA RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. aktivitas sehari-hari. Menurut WHO (World Health Organization) sehat adalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang Undang Kesehatan N0.36 Tahun 2009 menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit menurut World Health Organization (1957) adalah suatu bagian

BAB I PENDAHULUAN. ginjal tahap akhir (End Stage Renal Disease, [ERDS]) adalah istilah yang

BAB I PENDAHULUAN. kematian nomor dua di dunia setelah penyakit jantung. Di tahun 2008, stroke dan

BAB I PENDAHULUAN. CKD merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia yang berdampak besar pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 150 ribu orang dan yang membutuhkan terapi pengganti ada

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian. perjalanan kronik dan berulang. Skizofrenia biasanya memiliki onset pada masa

BAB I PENDAHULUAN. suatu konsep mengenai perubahan pola kesehatan dan penyakit. Konsep tersebut

BAB I PENDAHULUAN. mampu menggunakan insulin yang dihasilkan oleh pankreas (Word Health

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kanker payudara seperti dapat melakukan sadari (periksa payudara

BAB I PENDAHULUAN. penyakit menular mengalami penurunan tetapi terjadi peningkatan jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. yang beredar dalam darah). Penderita GGK harus menjalani terapi diet

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dalam suatu sistem sosial (Friedman, 2010). Setiap individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal ginjal kronik atau penyakit ginjal tahap akhir adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (2013), kanker menempati urutan ke-3

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagal ginjal adalah suatu kondisi dimana ginjal tidak dapat menjalankan fungsinya secara normal (Soematri, 2012).Secara global lebih dari 500 juta orang mengalami GGK, sekitar 1 juta orang harus mengalami hidup bergantung cuci darah (hemodialisa). Di negara maju, angka penderita gangguan ginjal cukup tinggi. Di Amerika Serikat misalnya 26 juta orang dewasa memiliki GGK dan jutaan lainnya berada pada peningkatan resiko (WHO, 2010). Di Indonesia, berdasarkan Pusat Data & Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia, jumlah pasien GGK diperkirakan 50 orang per satu juta penduduk, dimana 60% nya adalah usia dewasa dan usia lanjut (Agustina & Dewi, 2013). Data dari Depkes Provinsi D.I Yogyakarta menyebutkan bahwa sepanjang tahun 2009 terdapat 461 kasus baru penyakit gagal ginjal yang terbagi atas Kota Jogja 175 kasus, kabupaten Bantul 73 kasus, Kabupaten Kulon Progo 45 kasus dan Kabupaten Sleman 168 kasus, serta pasien yang meninggal di Kota Jogja 19 orang, Bantul 8 orang, Kulon Progo 45 orang dan Sleman 23 orang (Amelia, 2014).Prevalensi kasus gagal ginjal kronik di DIY pada tahun 2015 tergolong cukup tinggi. Secara kuantitatif, angkanya memasuki peringkat terbesar kelima dari 34 provinsi di Indonesia. 1

2 Kepala bidang kesehatan masyarakat DIY mengatakan, prevalensi gagal di DIY dalam 15 tahun terakhir berada di atas angka nasional 0,2 sedangkan DIY 0,3 (Anshori, 2015). Hal ini menjadi beban bagi keluarga dan pemerintah karena sebagian besar penderita GGK yang menjalani hemodialisa adalah usia produktif dan berperan sebagai pencari nafkah keluarga. Berbagai upaya yang dilakukan untuk mengatasi gagal ginjal kronik seperti mengatur pola makan (diet), dialisis dan transplantasi ginjal. Dialisis dibagi menjadi dua yaitu peritoneal dialisis dan hemodialisis. Penatalaksanaan yang sering dilakukan untuk penyakit gagal ginjal kronik adalah hemodialisis (Tokala, Kandow & Dundu, 2015). Hemodialisa adalah suatu teknologi tingkat tinggi sebagai pemisah darah dan cairan dialisis pada ginjal buatan dimana terjadi proses difus, osmosis, dan ultra filtrasi (Smeltzer & Bare, 2005). Hemodilisa merupakan terapi dialisis jangka pendek (beberapa hari hingga beberapa minggu) ataupasien dengan penyakit stadium takhir yang membutuhkan terapi jangka panjang (Brunner & Suddart, 2002). Dari the United States Renal Data System (USRDS, 2009) menunjukkan prevalensi rate penderita penyakit ginjal kronik di Amerika Serikat sebesar 1.811 per 1 juta penduduk dan 80% menjalani terapi hemodialisis. Sedangkan di Indonesia sendiri termasuk negara dengan tingkat penderita gagal ginjal yang cukup tiggi. Berdasarkan data dari Persatuan Nefrologi Indonesia (Perneftri 2004), diperkirakan ada 70.000 penderita gagal ginjal kronik di Indonesia dan yang terdeteksi sedang menjalani hemodialisa berjumlah 4.000-5.000 penderita (Sari & dkk, 2011).

3 Pasien yang mengalami terapi hemodialisa mengalami perubahan dalam pola hidupnya seperti keterbatasan fungsional tubuh, ketergantungan dengan pengobatan, perasaan takut dan khawatir akan ketidakpastian tentang kematian. Selain itu juga dapat terjadi penurunan seksual serta perubahan gaya hidup yang dapat menyebabkan kecemasan pada pasien dan keluarga (Kohli, Barta, & Aggrawal, 2011). Penderita GGK yang menjalani hemodialisa dan keluarga yang merawat harus berhadapan dengan perubahan sebagai akibat dari sakit dan terapi yang dijalaninya. Pasien dan keluarga sering mengalami perubahan tingkah laku, emosional, perubahan dalam peran, citra diri, konsep diri, dan dinamika keluarga. Keluarga yang merawat mempunyai peran yang sangat besar dalam memberikan bantuan pada pasien GGK yang mengalami banyak perubahan secara fisik, psikis, sosial dan spiritual (Friedman, 1998). Keluarga harus melaksanakan tugas kesehatan keluarga yaitu memberikan bantuan perawatan bagi anggota keluarga yang sakit (Nugraha, 2011). Selain menimbulkan stres bagi pasien, hemodialisa memberi tekanan maupun stres pada keluarga karena mengambil cuti dari pekerjaan untuk mengatur perjalanan (mengantar) serta mendampingi pasien saat hemodialisa dan kehilangan waktu bekerja (Kumar, dkk. 2003). Family caregiver yang merawat anggota keluarga yang menderita GGK yang menjalani hemodialisa juga terkena dampak yang menyulitkan. Menurut Beandland, dkk, (2005) dalam Nugraha, (2011) dampak pada family caregiver dalam merawat pasien GGK yang menjalani hemodialisa adalah emosional,

4 sosial, fisik dan keuangan. Secara emosional (psikologis) biasanya respon yang muncul adalah marah, ketakutan, depresi dan kesal/kecewa. Secara sosial adalah terbatasnya pergaulan dengan lingkungan sekitar, hilangnya privacy, terbatasnya kegiatan dengan anggota keluarga lain dan gangguan pola tidur. Dampak pada fisik akibat lamanya memberikan bantuan adalah arthritis, hipertensi, penyakit jantung, insomnia, sakit otot dan kelelahan. Dampak pada ekonomi adalah karena hemodialisa tejadinya ketidakstabilan keuangan (Beandlands, dkk, 2005 dalam Nugraha, 2011). Dalam teori stres keluarga dijelaskan mengenai sebuah krisis timbul karena sumber-sumber dan strategi adaptif tidak secara efektif mengatasi ancaman-ancaman stressor, sehingga keluarga tidak terampil dalam memecahkan masalah dan keluarga menjadi kurang bermanfaat (Wardahningsi dkk, 2010).Oleh karena itu keluarga harus mempunyai upaya positif agar dapat beradaptasi dalam memecahkan masalah yang berhubungan langsung dengan setiap individu keluarga dengan menggunakan mekanisme koping keluarga. Sehingga keluarga akan berhasil dalam menghadapi tuntutan-tuntutan perubahan yang datang baik dari internal keluarga maupun eksternal. Untuk mengatasi stres secara efektif, diperlukan mekanisme koping (penanggulangan).strategi koping yang paling efektif dilakukan untuk mendapatkan resolusi damai. Koping adalah proses dimana seseorang mencoba untuk mengelola perbedaan yang dirasakan antara tuntutan dan sumber daya mereka dalam menilai stres (Sarafino, 2008).Usaha koping

5 bertujuan pada mengoreksi atau menguasai suatu masalah, tetapi hal itu juga membantu seseorang mengubah presepsinya mengenai ketidak sesuaian, toleransi atau penerimaan ancaman atau hal yang membahayakan, atau melarikan diri atau menghindari sesuatu (Lazarus dkk, 1984). Menurut penelitian Farhan, dkk 2014, hampir seluruh keluarga (95%) mengalami tingkat stres yang sangat berat pada saat anggota keluarga di rawat. Banyaknya keluarga yang mengalami stres yang sangat berat disebabkan oleh tidak adekuatnya informasi yang didapatkan oleh keluarga, tanggungan biaya perawatan, lamanya hari perawatan pasien, dan tugas sehari-hari keluarga terganggu selama pasien dirawat. Strategi koping keluarga dalam penelitian Retnowati, (2012) cukup menyebar. Tidak terlalu signifikan antara kecenderungan penggunaan strategi koping yang dilakukan. Sebagian keluarga cenderung menggunakan emotion focus coping, sebagian kecil keluarga cenderung menggunakan problem focused coping, dan sangat sedikit keluarga yang cenderung menggunakan kedua strategi koping tersebut. Perbedaan kecenderungan strategi koping ini disebabkan oleh adanya penilaian kognitif yang berbeda-beda dalam setiap keluarga, tingkat stres yang dialami keluarga, dan tergantung pada sumber daya yang dimiliki, yaitu kesehatan fisik, keyakinan atau pandangan positif, keterampilan memecahkan masalah, keterampilan sosial, dukungan sosial, dan materi. Penelitian terkait stres dan koping keluarga dengan pasien GGK belum pernah ditemukan, maka dari itu penulis ingin mengetahui Gambaran Stres

6 dan Mekanisme koping Pada Keluarga Pasien Dengan Gagal Ginjal Kronik di RS PKU Muhammadiyah Gamping. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana gambaran stres dan mekanisme koping pada keluarga pasien dengan gagal ginjal kronik di RS. PKU Muhammadiyah Gamping C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui bagaimana gambaran stres dan mekanisme koping pada keluarga pasiendengan gagal ginjal kronik 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui tingkat stres yang mempengaruhi keluarga dalam merawat pasien gagal ginjal kronik. b. Mengetahui mekanisme koping keluarga yang sering digunakan keluarga dalam merawat pasien gagal ginjal kronik. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Keperawatan Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu keperawatan keluarga, dalam merawat pasien gagal ginjal kronik di lingkungan keluarga melalui mekanisme koping yang dilakukan keluarga, memberikan sumbangsih keilmuan bagi Ilmu Keperawatan, khususnya di Program Studi Ilmu Keperawatan UMY, perawat dapat meningkatkan dan menfasilitasi koping keluarga pasien, misalnya perawat dapat membuat kelompok diskusi antara

7 keluarga pasien untuk saling berbagi pengalaman selama merawat anggota keluarga yang sakit. 2. Bagi Keluarga dan anggota keluarga Penelitian ini diharapkan dapat membantu keluarga dalam memahami peran dan fungsi keluarga terhadap masalah kesehatan keluarga terutama anggota keluarga yang sakit. 3. Bagi Ilmu Pengetahuan Penelitian ini dapat menambah pengetahuan mengenai mekanisme koping keluarga dalam merawat pasien gagal ginjal kronik 4. Bagi Peneliti Penelitian ini dapat menambah wawasan baru bagi peneliti. E. Keaslian Penelitian 1. Strategi Coping pada Family Caregiver Pasien Gagal Ginjal kronis yang menjalani Hemodialisa oleh Agustina Kartika dan Dwi Triana Kusuma, 2013. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Tipe penelitian studi kasus instrinsik. Jenis sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah purposive atau judgmental sampling. Karakteristik subjek adalah a) anggota keluarga, b) tinggal satu rumah dengan anggota keluarga yang sakit, c) merawat anggota keluarga yang sakit sejak awal didiagnosa. Teknik penggalian data melalui wawancara secara mendalam (depth interview). Hasil penelitian menunjukkan bahwa family caragiver mengalami stres ketika merawat pasien hemodialisa. Stres yang dialami oleh family caregiver laki-laki dan perempuan memliki gambaran stres yang berbeda. Perempuan, situasi stres lebih dipengaruhi oleh kekhawatiran akan kondisi kesehatan

8 pasien yang dirawat. Sedangkan laki-laki situasi stres dipengaruhi karena adanya tanggung jawab baru yang harus dijalani selain tanggung jawab kerja. Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada variablenya, penelitian sebelumnya hanya menggunakan variable koping saja sedangkan penelitian ini menggunakan variable stres dan koping. Teknik pengambilan sampel, penelitian sebelumnya menggunakan wawancara sedangkan penelitian ini menggunakan kuesioner. Pengambilan sampel, penelitian sebelumnya menggunakan judgmental sampling sedangkan penelitian ini menggunakan total sampling. 2. Strategi koping keluarga dalam merawat anggota keluarga penderita skizofrenia di instalasi rawat jalan rumah sakit jiwa Provinsi Jawa Barat oleh Reni Retnowati, Aat Sriati, dan Metty Widiastuti, 2012. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, sampel yang diambil menggunakan teknik consecutive sampling. Dalam penelitian ini sebagian keluarga cenderung menggunakan emotion focused coping, sebagian kecil keluarga cenderung menggunakan problem focused coping, dan sangat sedikit keluarga yang cenderung menggunakan kedua strategi koping tersebut. Perbedaan kencenderungan pada strategi koping ini disebabkan oleh adanya penilaian kognitif yang berbeda-beda setiap keluarga, tingkat stres yang dialami keluarga, dan tergantung pada sumber daya yang dimiliki, yaitu kesehatan fisik, keyakinan atau pandangan positif, keterampilan memecahkan masalah, keterampilan sosial, dan materi. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu pada variabel independennya, variabel independen dalam penelitian ini menggunakan koping sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan stres dan koping.