BAB I PENDAHULUAN. Pada hakikatnya pendidikan merupakan suatu peristiwa yang memiliki aspek

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Potensi sumber daya manusia merupakan aset nasional sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak kalah pentingnya, termasuk di dalamnya belajar Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Islam dari sumber utamanya yaitu Al-Qur an dan Hadits, melalui kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancang dan

BAB I PENDAHULUAN. oleh Nana Sudjana, dalam proses belajar mengajar guru memegang peranan

ANALISIS KECEMASAN MAHASISWA PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FKIP UNLAM BANJARMASIN DALAM MENGHADAPI UJIAN AKHIR SEMESTER.

BAB I PENDAHULUAN. berjalan dengan kondusif. Namun, tidak dapat dipungkiri sering terdapat. siswa tidak tuntas dalam mencapai tujuan yang diharapkan.

BAB I PENDAHULUAN. berujung pada pencapaian suatu kualitas manusia tertentu yang dianggap dan

BAB I PENDAHULUAN. dari yang tidak tahu menjadi tahu dan dari yang tidak bisa menjadi bisa. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. yang diinginkan. Kemungkinan guru dalam menyampaikan materi saat proses

BAB 1 PENDAHULUAN. Membaca adalah pengolahan bacaan secara kritis-kreatif yang dialakukan

BAB I PENDAHULUAN. melalui metode pengajaran dalam pendidikan islam di dalamnya memuat

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran peserta didik untuk meningkatkan mutu pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. belajar mengajar dipandang masih belum efektif. Indikasi kearah sana

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. perhatian; motivasi; keaktifan siswa; mengalami sendiri; pengulangan; materi

BAB I PENDAHULUAN. dalam keluarga, masyarakat, maupun kehidupan berbangsa dan bernegara. Maju

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan kemajuan yang tergantung dari bakat dan lingkungan. 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KOMPETENSI PROFESIONAL DAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM. adanya standar kompetensi. Berdasarkan Undang-Undang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran siswa, sebab tanpa ada pemahaman materi shalat fardhu

BAB II KAJIAN TEORI. sebagai a plan method, or series of ectiviries designed to echieves a

BAB I PENDAHULUAN. dengan sengaja oleh orang dewasa agar seseorang menjadi dewasa. 1 Menurut Ki Hajar

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2007), hlm E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 173.

BAB I PENDAHULUAN. akan cepat dicapai bila mana didukung oleh sumber daya alam yang memadai dan

membahas atau mengkaji tentang kejadian-kejadian yang berhubungan dengan agama Islam, baik awalnya ataupun perkembangannya Sejarah itu adalah ilmu

BAB II KAJIAN TEORI. memperoleh pemecahan terhadap masalah yang timbul. Oleh karena itu strategi ini dimulai

BAB I PENDAHULUAN. dibuktikan dari hasil belajar siswa terhadap materi yang dipelajari yang

BAB I PENDAHULUAN. Al-Qur an Al-karim ialah kitab Allah dan wahyu-nya yang diturunkan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang terjadi. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. nomor 20 tahun 2003 Bab I pasal 1 disebutkan bahwa:

UPAYA PENINGKATAN KINERJA GURU

BAB II KAJIAN TEORI. pengertian dari belajar itu sendiri. Belajar merupakan suatu. aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Pengertian Belajar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara etimologis belajar

BAB I PENDAHULUAN. tugas untuk memberikan pengenalan dan pengetahuan dasar keagamaan kepada anak

BAB I PENDAHULUAN. dalam al-qur'an Surat al-mujadalah ayat 11, berikut ini yang berbunyi :

BAB I PENDAHULUAN. memberikan bekal kepada peserta didik untuk memahami Al-qur an dan

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran akan menerapkan suatu strategi agar hasil belajar siswanya

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari Sekolah Dasar (SD)/Madrasyah Ibtidaiyah (MI),

PENGGUNAAN ALAT PERAGA LANGSUNG PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MATERI PECAHAN SEDERHANA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. negara yang yang demokratis dan bertanggung jawab. 1 Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. sekolah, masyarakat dan pemerintah melalui bimbingan pengajaran dan

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. seperangkat ajaran tentang kehidupan manusia; ajaran itu dirumuskan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang harus

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan fisikomotor.

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran, kegiatan belajar mengajar, metode dan alat bantu mengajar. pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. baik secara fisik maupun mental dalam diri manusia. Sehingga dengan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara formal pendidikan yang diselenggarakan disekolah biasa

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangannya istilah pendidikan atau paedagogie berarti

BAB 1 PENDAHULUAN. Islam adalah pembentukan pribadi muslim. Isi pribadi muslim itu adalah

BAB I PENDAHULUAN. hampir semua bidang studi memerlukan matematika yang sesuai.

BAB I PENDAHULUAN. Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan kata Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Istilah pembelajaran merupakan gaya mengajar yang menjadikan peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. dan pendidikan tinggi. Pengajaran sebagai aktivitas operasional pendidikan. dilaksanakan oleh tenaga pendidik dalam hal ini guru.

BAB I PENDAHULUAN. mengantarkan peserta didik menuju perubahan-perubahan tingkah laku baik

BAB II KAJIAN TEORI. yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam

BAB I PENDAHULUAN. Maju mundurnya suatu bangsa banyak tergantung oleh mutu pendidikannya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah sebagai usaha membina dan mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, Hlm E. Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosdakarya,

BAB I PENDAHULUAN. supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungan

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI PADA PELAJARAN MENGHAFAL AL QUR AN MELALUI STRATEGI PEER LESSON PADA SISWA KELAS IA SDIT NURUL ISTIQLAL 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN. 2014), hlm Imam Musbikin, Mutiara Al-Qur an, (Yogyakarta: Jaya Star Nine,

BAB I PENDAHULUAN. mengalami proses pendidikan yang didapat dari orang tua, masyarakat maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. Qur an Melalui Pendekatan Historis-Metodologis, ( Semarang: RaSAIL, 2005), hlm

BAB I PENDAHULUAN. dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi dan cita-cita untuk maju. tidak akan mendapatkan berbagai ilmu pengetahuan.

BAB II KAJIAN TEORI. mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dipersiapkan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih

BAB II KAJIAN TEORI. A. Konsep Tioritis 1. Strategi Pembelajaran. a. Pengertian strategi pembelajaran

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Pemberian Pekerjaan Rumah. a. Pengertian Mengerjakan PR/Tugas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan memiliki keahlian menurut bidangnya masing-masing. menuju pendewasaan dan kematangan dalam berfikir dan bertindak.

BAB I PENDAHULUAN. lulusannya, tetapi juga mencakup bagaimana lembaga pendidikan mampu

Jurnal PILAR, Vol. 2, No. 2, Juli-Des, INTERAKSI PEMBELAJARAN EFEKTIF UNTUK BERPRESTASI Abd. Rahim Razaq

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan, maka dalam pelaksanaannya

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB I PENDAHULUAN. guru, isi atau materi pelajaran, dan siswa. 1

Perbedaan Hasil Belajar Siswa yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti TPA di Madrasah Ibtidaiyah Al-Mashri Pangkalan Balai

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan kompotensi dalam belajar mengajar (KBM) agar peserta

BAB I PENDAHULUAN. yang ikut menentukan pertumbuhan ekonomi suatu negara. 1 Salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. baru serta teori baru kedalam kurikulum sekolah. 1 Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan saat ini adalah pembangunan dibidang pendidikan, menyadari. kalangan pendidikan itu sendiri termasuk para guru.

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Pengertian Belajar. Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi. Dalam matematika terdapat banyak rumus-rumus

BAB 1 PENDAHULUAN. Portofolio berasal dari bahasa Inggris Portfolio yang artinya dokumen atau suratsurat

BAB I PENDAHULUAN. dan lainnya saling berkaitan. Dalam Standar Nasional Pendidikan sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi ajaran agama dalam bentuk hubungan sosial kemasyarakatan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam keseluruhan proses pendidikan di madrasah, kegiatan belajar

BAB I PENDAHULUAN. hlm U. Saefullah, Psikologi Perkembangan dan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2012,

BAB IV PENERAPAN METODE QIRA ATI DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA AL-QUR AN DI TPQ BINTANG KECIL 02 SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan wadah bagi anak untuk belajar memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di lapangan, peristiwa ekonomi yang terjadi di lingkungannya serta

BAB I PENDAHULUAN. terwujud jika pendidikan mampu melahirkan peserta didik yang cakap dan

BAB II KAJIAN TEORI Kerangka Teoritis 1) Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Kenyataan ini berlaku untuk semua mata pelajaran, tidak terkecuali

BAB I PENDAHULUAN. penanaman akhlakul karimah, pembiasaan-pembiasaan atau keterampilan peserta

Transkripsi:

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan usaha manusia untuk melatih mental, moral dan fisik (jasmaniah) yang menghasilkan manusia berbudaya tinggi untuk melaksanakan tugas dan kewajiban dan tanggung jawab dalam masyarakat. 1 Dalam hal ini tentu tidak terlepas dari peran seorang guru yang mendidiknya baik secara kognitif atau kemampuan intelektualnya, afektif atau prilakunya, dan psikomotor atau pengembangan keterampilan siswanya. Pada hakikatnya pendidikan merupakan suatu peristiwa yang memiliki aspek teknis. Pendidikan sebagai kegiatan praktis yang berlangsung dalam satu tujuan. Pendidikan itu sendiri juga sebagai peristiwa yang kompleks. Peristiwa ini adalah satu rentetan kegiatan komunikasi antara manusia, rangkaian kegiatan saling mempengaruhi, satu rangkaian perubahan dan pertumbuhan serta perkembangan fungsi-fungsi praktis dan fisik. 2 Pendidikan merupakan suatu proses yang berfungsi membimbing siswa dalam kehidupan sesuai tugas-tugas perkembangan yang harus dijalani oleh anak didik, tugas dari perkembangan itu mencakup aspek kebutuhan hidup baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat yang berlangsung secara bertahap, bila ditinjau secara luas manusia yang hidup dan berkembang adalah manusia yang selalu berubah dan perubahan itu adalah hasil prestasi belajar. Sehubungan dengan hal tersebut pendidikan tidak terlepas dari proses belajar mengajar yang nampak, proses edukatif antara guru dengan para siswa, untuk mencapai satu tujuan. Adapun tujuan yang hendak dicapai tersebut adalah 1 Nur Uhbiyati, 1999, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: CV. Pustaka Setia, h. 12 2 Ahmad Rohani, 2004, Pengelolaan Pengajaran, Jakarta: PT. Rineka Cipta, h. 94

terbentuknya kepribadian yang bulat dan utuh sebagai manusia individual dan sosial serta hamba Allah SWT. yang mengabdi kepada-nya. 3 Guru merupakan pemegang peran utama dalam proses belajar mengajar, untuk menjadi guru harus memiliki keahlian khusus karena guru merupakan jabatan atau profesi. 4 Seluruh aktifitas guru akan sangat menentukan berhasil tidaknya pencapaian tujuan proses pendidikan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, guru dituntut untuk mampu memberikan pendidikan bukan hanya disekolah akan tetapi dimanapun dia berada. Disamping itu seorang guru harus memiliki kemampuan untuk mengajar dengan baik agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Salah satunya adalah dengan penggunaan strategi pembelajaran. Istilah strategi mulanya dipakai di kalangan militer dan diartikan sebagai seni dalam merancang peperangan, terutama yang erat kaitannya dengan gerakan pasukan dan navigasi kedalam posisi perang yang dipandang Paling menguntungkan untuk memperoleh kemenangan. 5 Sementara apabila dikaitkan dengan belajar mengajar, strategi dimaksudkan sebagai daya upaya guru dalam menciptakan suatu sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses mengajar agar tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan dapat tercapai dan berhasil. Karena itu guru dituntut memiliki kemampuan mengatur secara umum komponen-komponen pembelajaran sehingga terjalin keterkaitan fungsi antar komponen pembelajaran yang dimaksud. 6 Wijaya mengatakan bahwa, agar siswa dapat meraih kompetensi dari hasil proses pembelajaran maka guru perlu merancang proses belajar-mengajar yang memberikan kesempatan mengembangkan pengetahuan dan menerapkan hal-hal yang telah 3 Mansyur Dkk, 1981, Metode Pendidikan Agama, CV. Forum, H. 84 4 Ahmad Sabri, 2007, Strategi Belajar Mengajar, Ciputat: PT. Ciputat Press, h. 65 5 Abu Ahmadi, Joko Prasetyo, 1997, Strategi Belajar Mengajar, Bandung: Pustaka Setia, h. 11 6 Nur Ukhbiyati, 1999, Op. Cit, h. 1

dipelajarinya. 7 Untuk itu guru harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang prinsipprinsip belajar sebagai dasar dalam merancang kegiatan belajar mengajar, seperti merumuskan tujuan, memilih bahan, menggunakan strategi, menetapkan evaluasi, dan sebagainya. Salah satu faktor yang mendukung kondisi belajar di dalam suatu kelas adalah Job Description proses belajar mengajar yang berisi serangkaian pengertian peristiwa belajar yang dilakukan oleh kelompok-kelompok siswa. Sehubungan dengan hal ini, Job Description guru dalam implementasi proses belajar mengajar adalah sebagai berikut: 1. Perencanaan intruksional, yaitu alat atau media untuk mengarahkan kegiatankegiatan organisasi siswa. 2. Organisasi belajar yang merupakan usaha menciptakan wadah dan fasilitasfasilitas yang mengandung kemungkinan terciptanya proses pembelajaran. 3. Menggerakkan anak didik yang merupakan usaha mendongkrak, membangkitkan, dan mengarahkan motivasi belajar siswa. 4. Suvervisi dan pengawasan, yakni usaha mengawasi, menunjang, membantu, menugaskan, dan mengarahkan, kegiatan belajar mengajar sesuai dengan perencanaan intruksional yang telah di desain sebelumnya. 5. Penelitian yang lebih bersifat penafsiran yang mengandung pengertian yang lebih luas dibanding dengan pengukuran atau evaluasi pendidikan 6. Memurojaah setiap hafalan yang telah diupayakan oleh setiap siswa. 8 Dengan demikian, untuk mencapai tujuan perlu disusun strategi agar tujuan tersebut tercapai secara optimal. 9 Penggunaan strategi tersebut harus menggunakan langkah atau tahapan-tahapan yang sudah ditentukan secara tersusun dan sistematis serta procedural yang dibarengi dengan metode yang digunakan oleh pendidik atau guru. 7 Wijaya, A. Tabrani, 2003, Konsep dan Strategi Pelaksanaan Kurikulum Berbassis Kompetensi, Bandung: Intimedia, h. 104 8 Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, 2002, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta:PT. Rineka Cipta, hh.33-34 Media, h. 99 9 Wina Sanjaya, 2005, Pembelajaran Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jakarta: Prenada

Salah satu sumber dari ajaran Islam adalah Al-Quran, yang merupakan panduan hidup, (way of life) yang semestinya mengabadi. 10 Dalam pendidikan Islam kegiatan menghafal merupakan kegiatan yang sangat penting. Materi-materi seperti Al-Quran, Hadist, bacaan-bacaan shalat dan yang lainnya perlu dihafalkan. Tanpa hafal, bagaimana mungkin siswa bisa melakukan ibadah yang bersangkutan dengan sempurna. Hal senada dinyatakan oleh Zakiah Daradjat bahwa pelajaran pendidikan agama Islam merupakan bahan pelajaran yang termasuk banyak yang harus diketahui dan dihafalkan karena digunakan untuk beribadah dan beramal. 11 Kalau diamati lebih seksama bahwa sesungguhnya kegiatan menghafal Al- Quran pada mata pelajaran Al-Quran Hadis merupakan suatu proses pembinaan dan pengembangan kemampuan, minat dan bakat para siswa yang mengandung seperangkat nilai-nilai yang cukup penting bagi pendewasaan dan kemajuan mereka dimasa depan. Tidak sedikit hafiz Al-Quran yang menjadi imam masjid dikalangan masyarakat. Dalam menerapkan hafalan Al-Quran, guru dituntut untuk mengatur strategi agar siswa tidak merasa tertekan, kesulitan dan pada akhirnya menimbulkan kecemasan dalam menghafalnya. Sebuah teori mengatakan rasa cemas besar pengaruhnya pada tingkah laku siswa, siswa-siswa dengan tingkat kecemasan yang tinggi tidak berprestasi sebaik siswa-siswa dengan tingkat kecemasan yang rendah pada beberapa jenis tugas, yaitu pada jenis tugas yang ditandai dengan tantangan, kesulitan, penilaian prestasi dan batasan waktu. 12 Dalam teori yang lain dijelaskan bahwa peserta didik harus mempunyai kesiapan mental dalam artian mental peserta 10 Yahya bin Abdurrazaq Al-Ghausani, 2012,Metode Cepat Hafal Al-Quran, Solo: As-Salam, h. 18 185 11 Zakiah Daradjat, 2001, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara, h. 264 12 Slameto, 2010, Belajar & Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta, h.

didik berada dalam keadaan sehat dan terhindar dari kecemasan, karena kecemasan dapat mengganggu optimal dari proses pembelajaran yang sedang berlangsung. 13 Dalam perjalanan sejarah pengertian kesehatan mental mengalami perkembangan sebagai berikut: 1. Kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari gangguan dan penyakit jiwa (neurosis dan psikosis) 14. 2. Kesehatan mental adalah pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan potensi, bakat dan pembawaan semaksimal mungkin, sehingga membawa kebahagiaan diri dan orang lain, terhindar dari gangguan dan penyakit jiwa. 15 Dari pengertian diatas dapatlah dipahami bahwa orang yang sehat mental adalah orang yang mampu menyesuaikan diri, sanggub menghadapi masalah-masalah dan kegoncangan-kegoncangan yang biasa, adanya keserasian fungsi jiwa, dan merasa bahwa dirinya berharga, berguna dan berbahagia serta dapat menggunakan potensipotensi semaksimal mungkin. Kecemasan sebagai respon digambarkan sebagai suatu pengalaman yang dirasakan tidak menyenangkan serta diikuti dengan suasana gelisah, bingung, khawatir dan takut. Bentuk kecemasan ini dibagi menjadi, yaitu: 1. Kecemasan sebagai suatu sifat (trait anxiety), yaitu kecendrungan pada diri seseorang untuk merasa terancam oleh sejumlah kondisi yang sebenarnya tidak berbahaya 2. Kecemasan sebagai suatu keadaan (state anxiety), yaitu suatu keadaan atau kondisi emosional sementara pada diri seseorang yang ditandai dengan perasaan tegang dan kekhawatiran yang dihayati secara sadar serta bersifat subyektif, dan meningginya 13 Mudassir, 2011, Manajemen Kelas, Pekanbaru: Zanafa Publishing, hh. 77-78 14 Zakia Drajat, 1990, Kesehatan Mental, Jakarta: Haji Mas Agung, h. 11 15 Winarno Surgacmad, Murray Thomas,1980, Perkembangan Pribadi dan Keseimbangan Mental, Bandung: Jemmars, h. 139.

aktivitas saraf otonom. 16 Sebagai suatu keadaan, kecemasan biasanya disebabkan dengan situasi-situasi lingkungan yang khusus seperti tes hafalan Al-Quran sebagai syarat lulus atau tidaknya siswa dalam suatu mata pelajaran, menerapkan hafalan dalam jumlah yang banyak, penerapan hafalan tidak disesuai dengan keadaan siswa, tes hafalan dengan cara setiap siswa satu perasatu maju kedepan kelas dan adanya tes hafalan tanpa pemberitahuan. Kegiatan menghafal Al-Quran pada mata pelajaran Al-Quran Hadis bagi sekolah Madrasah Tsanawiyah (MTS) Hasanah Pekanbaru, termasuk kegiatan yang ensensial untuk menggali potensi peserta didik. Karena pada dasarnya manusia telah diberi potensi untuk dikembangkan. Sehingga para guru dituntut agar mereka mampu menggunakan strategi yang sesuai agar siswa tersebut tidak merasa cemas ketika guru menerapkan hafalan Al-Quran. Menurut pengamatan penulis, di Madrasah Tsanawiyah Hasanah sudah menerapkan hafalan Al-Quran, namun masih terlihat kekurangan dalam penerapannya. Dalam hal ini penulis mengangkat gejala-gejala sebagai berikut : 1. Adanya siswa yang mengeluh ketika guru menerapkan hafalan Al-Quran. 2. Adanya siswa yang takut dan tidak mampu menghafal Al-Quran. 3. Adanya hafalan Al-Quran siswa yang masih sedikit. 4. Adanya siswa yang keluar dari ruangan ketika tes hafalan Al-Quran. 5. Fisik siswa terlihat bergemetar ketika tes hafalan di depan kelas. Berdasarkan dari gejala-gejala di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul: Strategi Guru Menghilangkan Kecemasan Siswa Dalam Menghafal Al-Quran Pada Mata Pelajaran Al-Quran Hadis Di Madrasah Tsanawiyah Hasanah Pekanbaru. 16 Slameto, 2010, OP. Cit, h. 185

B. Penegasan Istilah Untuk menghindari kekeliruan dalam menafsirkan istilah-istilah dari judul penelitian ini, maka penulis memberikan penjelasan terhadap istilah-istilah tersebut, diantaranya: 1. Strategi Guru : Strategi Guru terdiri dari dua kata yaitu Strategi dan Guru. Secara sederhana sterategi diartikan sebagai seni atau taktik dalam merancang sesuatu. Sedangkan guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. 17 Dengan demikian strategi guru dapat diartikan sebagai seni atau taktik yang digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar (PBM) agar d apat menarik dan dimengerti oleh peserta didik sehingga tujuan dan sasaran yang di inginkan dapat tercapai dalam pembelajaran. 2. Kecemasan Siswa: suatu keadaan atau kondisi emosional sementara pada diri seorang siswa yang ditandai dengan perasaan tegang dan kekhawatiran yang dihayati secara sadar serta bersifat subyektif, dan tingginya system saraf otonom. 18 3. Hafalan Al-Quran: secara sederhana hafalan merupakan cara untuk mengingat sesuatu yang telah diketahui 19. Sedangkan Al-Quran adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad melalui perantaraan malaikat jibril dengan cara mutawatir dan merupakan panduan hidup. dengan demikian hafalan Al-Quran merupakan kemampuan seseorang untuk mengingat serta melafalkan bacaan-bacaan Al-Quran yang sesuai dengan kaedah-kaedah tajwid tanpa melihat teks. Cipta, h. 31 17 Syaiful Bahri Djamarah, 2005, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta: Rineka 18 Slameto, 2010, Op.Cit, h. 185 19 Abdul Mujib, 2006, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Prenada Media, h. 189

Maksud judul di atas adalah langkah-langkah guru untuk menghilangkan kecemasan siswa dalam menghafal Al-Quran di Madrasah Tsanawiyah Hasanah pekanbaru C. Permasalahan 1. Identifikasi Masalah Sebagaimana yang telah dipaparkan bahwa permasalahan pokok kajian ini adalah strategi Guru menghilangkan kecemasan siswa dalam menghafal Al-Quran Pada Mata Pelajaran Al-Quran Hadis Di Madrasah Tsanawiyah Hasanah pekanbaru. Kajian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut: a. Bagaimana strategi guru menghilangkan kecemasan siswa dalam menerapkan hafalan Al-Quran? b. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi strategi guru menghilangkan kecemasan siswa dalam menghafal Al-Quran di Madrasah Tsanawiyah Hasanah? c. Bagaimanakah usaha guru dan kepala sekolah untuk menghilangkan kecemasan siswa dalam menghafal Al-Quran? d. Bagaimanakah pelaksanaan hafalan Al-Quran di Madrasah Tsanawiyah Hasanah? 2. Pembatasan Masalah Dari identifikasi masalah di atas maka penulis membatasi masalah yaitu strategi guru menghilangkan kecemasan siswa dalam menghafal Al-Quran dan faktorfaktor yang mempengaruhi strategi guru menghilangkan kecemasan siswa kelas VII dan VIII dalam menghafal Al-Quran di Madrasah Tsanawiyah Hasanah 3. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah di atas maka rumusan masalah adalah sebagai berikut:

a. Bagaimana strategi guru menghilangkan kecemasan siswa dalam menerapkan hafalan Al-Quran? b. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi strategi guru menghilangkan kecemasan siswa dalam menghafal Al-Quran? D. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian adalah sebagai berikut: a. Untuk mengetahui strategi guru menghilangkan kecemasan siswa dalam menerapakan hafalan Al-Quran. b. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi strategi guru menghilangkan kecemasan siswa dalam menghafal Al-Quran. 2. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan penelitian ini adalah: a. Memberi sumbangan positif berupa pemikiran terhadap dunia pendidikan agama dalam menghadapi masalah-masalah dalam menerapkan hafalan Al-Quran. b. Untuk menambah wawasan praktis sebagai pengalaman bagi penulis sesuai dengan bidang ilmu yang penulis pelajari selama ini. c. Memberikan masukan kepada kepala sekolah dan majlis guru agar sepenuhnya memberikan perhatian kepada siswa dalam menghafal Al-Quran. d. Mencari solusi dan cara yang tepat untuk mengatsi masalah yang diteliti. e. Sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan perkuliahan pada program srata satu (S.1) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Sultan Syarif Kasim Riau.