Pendidikan Nasional dalam pasal 3, bahwa:

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. merupakan satu usaha yang sangat penting dan dianggap pokok dalam

Oleh: LIA ISNAINI A

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. pertama dan utama adalah pendidikan. Pendidikan merupakan pondasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikian pada hakikatnya adalah usaha sadar yang dilakukuan oleh. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi peranannya dimasa

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pendidikan manusia akan belajar mengenai hal hal baru sehingga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. sebelumnya. UU nomor 20 tahun 2003 pasal 3 menjelaskan bahwa fungsi

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting bagi keberlangsungan hidup dan masa depan seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi tuntutan wajib bagi setiap negara, pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

umum yang muncul adalah rendahnya mutu kegiatan belajar siswa seperti adanya siswa yang ingin mencapai target hanya sekedar lulus dalam sekolah,

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

Berdasarkan pendapat diatas, menegaskan bahwa pendidikan sangat penting bagi setiap insan manusia. Pendidikan sangat erat kaitannya dengan guru dan

I. PENDAHULUAN. Sistem pendidikan di Indonesia ternyata telah mengalami banyak perubahan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU SISDIKNAS 2003, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu sistem pada prinsipnya bukan hanya bertujuan untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. memiliki penetahuan dan keterampilan, serta manusia-manusia yang memiliki. latihan bagi peranannya di masa mendatang.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ini berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar lahiriah seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tujuan pendidikan nasional, dalam Undang - Undang No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS III SDN 01 PANDEYAN

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

BAB I PENDAHULUAN. datang. Pendidikan bukan hanya belajar dari tidak tahu untuk menjadi tahu

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, karena interaksi pembelajaran merupakan kegiatan inti

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan adalah sebuah proses dengan metode-metode tertentu

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang Latar Belakang Masalah. berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas akan memajukan

BAB I PENDAHULUAN. yang memang harus terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan.

PENINGKATAN KREATIVITAS BERMAIN MUSIK ANSAMBEL. Erlin Sofiyanti

BAB I PENDAHULUAN. dipenuhi. Mutu pendidikan yang baik dapat menghasilkan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan manusia itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2013, hlm Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Rasail Media Group, Semarang, 2008, hlm.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mandiri dan membentuk siswa dalam menuju kedewasaan. Pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sesuai dengan yang termuat dalam Undang-Undang Republik

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Peningkatan mutu pendidikan merupakan salah satu unsur konkrit yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan untuk membentuk ciri khusus atau watak bangsa yang bersangkutan,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi untuk:

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Hasim Bisri, 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan setiap

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP KREATIVITAS SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pendidikan nasional yang ingin dicapai telah ditetapkan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor yang penting dalam kehidupan. Negara

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan, pengendalian diri dan keterampilan untuk membuat dirinya berguna di

BAB I PENDAHULUAN. karakter kuat, berpandangan luas ke depan untuk meraih cita-cita yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tiara Dara Lugina, 2013

BAB I PENDAHULUAN. suatu upaya melalui pendidikan. Pendidikan adalah kompleks perbuatan yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ketekunan dan keteladanan baik dari pendidik maupun peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

B. IDENTIFIKASI MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah salah satu perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. IPS adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional, pasal 1 ayat (1): Pendidikan adalah usaha sadar dan. akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu bagian terpenting dalam suatu pembangunan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. menjadi kebutuhan mendasar yang diperlukan oleh setiap manusia. Menurut UU

BAB I PENDAHULUAN. tersebut ditujukan untuk membantu anak dalam menghadapi dan. dalam perkembangan anak (Suryosubroto, 2010).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan kecerdasan intelektualnya agar menjadi manusia yang terampil, cerdas,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses yang terus menerus dan terencana dalam kehidupan kita. Pengetahuan yang luas, kecerdasan, pengendalian diri, akhlak mulia dan keluhuran martabat manusia dipegang erat dalam proses pendidikan saat ini. Manusia merupakan subyek di dalam pendidikan, maka dari itu manusia dituntut untuk mengembangkan potensi yang ada pada dirinya serta rasa tanggung jawab agar tercapai suatu hasil pendidikan yang baik. Melalui pendidikan, manusia menyadari bahwa pendidikan meletakkan individu pada hal yang terpenting dan tidak bisa lepas dari kehidupan. Adapun pengertian pendidikan menurut bapak pendidikan nasional,yaitu: Menurut Ki Hajar Dewantara bahwa pengertian pendidikan adalah tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggitingginya (Abdullahqiso, 2013:04). Dalam dunia kompetitif dan bersaing saat ini, pendidikan adalah jalan untuk dapat bersaing. Sebagian besar menyadari dengan adanya pendidikan yang baik maka dapat menghasilkan manusia yang baik. Oleh karena itu pendidikan harus mendapatkan perhatian lebih dari pemerintah dan masyarakat pada umumnya serta para pengelola pendidikan pada khususnya. Peran pendidikan sangat penting bagi kehidupan setiap manusia, hal ini terlihat dari upaya-upaya yang dilakukan pemerintah untuk memperbaiki kualitas pembelajaran di Indonesia.Upaya yang dilakukan pemerintah antara lain dilakukannya pembaharuan kurikulum, peningkatan kualitas tenaga pendidik, serta teknologi informasi pendidikan.peran pendidikan yang sangat penting ini, menyebabkan pemerintah mencetuskan tujuan pendidikan yang tertuang pada Undang-Undang Pendidikan Nasional dalam pasal 3, bahwa: No. 20 Tahun 2003 mengenai Sistem 1

2 Tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta tanggung jawab. Kurikulum 2013 yang diberlakukan saat ini bertujuan untuk lebih menekankan pada peran keaktifan siswa dan pengembangan diri yang dilaksanakan pada proses pembelajaran. Peran guru sebagai sumber pengetahuan utama harus diminimalisir dengan menempatkan guru sebagai transformator dan mediator dalam terlaksanakannya proses pembelajaran. Sehingga peran siswa akan lebih aktif serta tidak terpusat kepada guru. Kurikulum 2013, saat ini juga mempersyaratkan penggunaan penilaian autentik (authentic assesment). Secara paradigmatik penilaian autentik memerlukan perwujudan pembelajaran autentik (authentic instruction) dan belajar autentik (authentic learning). Hal ini diyakini bahwa penilaian autentik lebih mampu memberikan informasi kemampuan peserta didik secara holistik dan valid (Mendikbud, 2014).Dijelaskan oleh Hosnan (2014:34) bahwa pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbaga imateri menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bias berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah guru. Lebih lanjut dijelaskan dalam Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 81A tahun 2013 bahwa beberapa pendekatan dan model pembelajaran yang mendukung pelaksanaan kurikulum 2013 selain pendekatan saintifik adalah discovery/inquiry learning, problem based learning, dan project based learning. Adapun penilaian hasil belajar yang tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 104 tahun 2014 tentang penilaian hasil belajar, bahwa : Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik adalah proses pengumpulan informasi/bukti tentang capaian pembelajaran peserta didik dalam kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan yang dilakukan secara terencana dan

3 sistematis, selama dan setelah proses pembelajaran. Penilaian Hasil Belajar oleh pendidik memiliki fungsi untuk memantau kemajuan belajar, memantau hasil belajar, dan mendeteksi kebutuhan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan. Hasil belajar merupakan hal yang terpenting dalam pembelajaran, baik itu hasil yang diukur secara langsung dengan angka maupun dengan hasil belajar yang dapat dilihat dari penerapannya dalam pembelajaran. Pada dasarnya hasil belajar dapat dilihat dari beberapa penilaian terkait dengan berlakunya kurikulum 2013 saat ini. Penilaian hasil belajar tersebut dapat dilakukan melalui pengumpulan informasi atau bukti tentang pencapaian pembelajaran peserta didik dalam kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial, kompetensi pengetahuan dan keterampilan yang dilakukan secara terencana dan sistematis, selama dan setelah proses pembelajaran. Oleh karena itu, untuk mencapai hasil belajar yang optimal perlu keterlibatan siswa atau partisipasi siswa yang tinggi dalam pembelajaran. Keterlibatan peserta didik merupakan hal yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan. Seperti yang dikemukakan Rusman (2015: 67) tolak ukur keberhasilan siswa biasanya berupa nilai yang diperolehnya. Nilai itu diperoleh setelah siswa melakukan proses belajar dalam jangka waktu tertentu dan selanjutnya mengikuti tes akhir. Kemudian dari tes itulah guru menentukan keberhasilan belajar siswanya. Dalam Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 pasal 19 ayat 1 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) sudah dijelaskan bahwa: Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Menurut Miarso, pembelajaran adalah suatu usaha yang disengaja, bertujuan, dan terkendali agar orang lain belajar atau terjadi perubahan yang relative menetap pada diri orang lain. Usaha ini dapat dilakukan oleh seseorang atau suatu tim yang memiliki suatu kemampuan atau kompetensi

4 dalam merancang dan atau mengembangkan sumber belajar yang diperlukan (Rusmono, 2012:06). Sedangkan menurut Rusman (2015: 21), pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses interaksi antara guru dengan siswa, baik interaksi secara langsung seperti kegiatan tatap muka maupun secara tidak langsung, yaitu dengan menggunakan berbagai media pembelajaran. Didasari oleh adanya perbedaan dalam interaksi tersebut, maka kegiatan pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai pola pembelajaran. Sejalan dengan pendapat di atas menurut Warsita, pembelajaran adalah suatu usaha untuk membuat peserta didik belajar atau suatu kegiatan untuk membelajarkan peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran merupakan upaya menciptakan kondisi agar terjadi kegiatan belajar. Pembelajaran itu menunjukan pada usaha siswa mempelajari bahan pelajaran sebagai akibat perlakuan guru (Rusman, 2015: 21). Dari paparan diatas, dapatdiperolehkesimpulanbahwaseharusnya guru bertindak sebagai transformator, motivator, serta mediator bagi siswa untuk menerapkan pembelajaran yang inovatif, kreatif serta menyenangkan sesuai dengan kemampuan belajar siswa melalui mode/metode serta strategi pembelajaran dengan memperhatikan sekaligus mengembangkan materi maupun media pembelajaran sehingga siswa dapat terlibat aktif dalam pembelajaran serta hasil belajar yang didapat optimal dapat terwujud. Berdasarkan pada hasil pengamatan yang telah dilakukan peneliti di MTs Negeri Surakarta 1 bahwa peneliti menemukan permasalahan yang secara spesifik pada pembelajaran IPS Terpadu kelas VIII PK 2. Permasalahan yang ditemukan antara lain adalah kegiatan pembelajaran yang masih terpusat oleh peran guru sebagai transformator pengetahuan, model pembelajaran yang konvensional/monoton, kualitas proses pembelajaran serta kurangnya guru dalam mengelola kelas dapat dilihat dari masih ada beberapa siswa yang tidak memperhatikan guru saat menjelaskan mengenai materi yang dibahas. Selain beberapa permasalahan di atas, dalam aktivitas siswa juga ditemui beberapa kekurangan di antaranya siswa kurang aktif dalam proses

5 pembelajaran. Hal tersebut didasarkan pada kegiatan pembelajaran yang belum mempersilakan siswa untuk mengajukan ide atau gagasannya sendiri mengenai suatu tema atau topik yang akan mereka pelajari. Belum ada pembelajaran penugasan yang menekankan pada kegiatan penelitian berdasarkan suatu tema atau topik yang telah ditentukan dalam pembelajaran. Siswa belum berani mengemukakan pendapat saat diminta guru menjelaskan apa yang mereka ketahui tentang materi yang diajarkan. Belum beraninya siswa bertanya kepada guru mengenai materi yang belum mereka pahami. Berdasarkan permasalahan tersebut di atas masih menjadi penyebab rendahnya hasil belajar siswa kelas VIII PK 2 di MTs Negeri 1 surakarta. Hal ini dapat dilihat di ranah pengetahuan yang terdapat pada lampiran halaman 215, dari 24 siswa, sebanyak 67 % siswa belum memenuhi nilai KKM, sedangkan baru sebanyak 33 % siswa yang sudah memenuhi nilai di atas KKM. Dari paparan permasalahan tersebut, dapat diketahui bahwa pelaksanaan pembelajaran IPS Terpadu pada siswa kelas VIII PK 2 di MTs Negeri 1 Surakarta masih memiliki hasil belajar rendah. Rendahnya hasil belajar siswa merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi disekolahan. Menindak lanjuti permasalahan tersebut, untuk menyelesaikan masalah, peneliti bersama tim kolaborator menetapkan alternative dengan menerapkan suatu pendekatan berbasis memecahkan masalah dengan strategi saling berbagi pengetahuan antar siswa agar siswa dapat terlibat aktif dalam pembelajaran. Peneliti akan menerapkan model discovery learning dengan menggunakan strategi active knowledge sharing untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII PK 2 di MTs Negeri 1 Surakarta. Upaya yang harus dilakukan guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa yaitu memperbaiki kualitas pembelajaran dengan cara dilakukannya tindakan kelas menggunakan model pembelajaran yang inovatif, kreatif, dan menciptakan daya tarik peserta didik dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Proses pembelajaran dapat dilakukan berbagai model pembelajaran yang efektif, salah satu model yang efektif yaitu menggunakan model pembelajaran discovery learning dengan menggunakan strategi active

6 knowledge sharing diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII PK 2 di MTs Negeri 1 Surakarta. Menurut Hosnan ( 2014: 282), pembelajaran discovery learning adalah suatu model untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan, tidak akan mudah dilupakan siswa. Anak juga bisa berpikir analisis dan mencoba memecahkan sendiri masalah yang dihadapinya dengan pembelajaran discovery learning. Kebiasaan ini akan ditransfer dalam kehidupan bermasyarakat. Sejalan dengan pendapat tersebut, Budiningsih (2012: 43) bahwa discovery learning adalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan. Pembelajaran discovery learning merupakan suatu metode pengajaran yang memfokuskan pada keaaktifan siswa dalam pembelajaran. Proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran ini, guru hanya bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator yang mengarahkan siswa untuk mengembangkan cara berfikir siswa dengan menemukan konsep atau prinsip dalam proses belajar melalui proses mentalnya sendiri. Dalam menemukan konsep atau prinsip, siswa melakukan pengamatan, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, menarik kesimpulan dan sebagainya. Aplikasi metode discovery learning adalah guru berperan sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif, sebagaimana pendapat guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan. Kondisi seperti ini ingin merubah kegiatan belajar mengajar yang teacher oriented menjadi student oriented. Sejalan dengan pendapat di atas, menurut Wilcox, dalam pembelajaran discovery learning, siswa didorong untuk belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan prinsipprinsip untuk diri mereka sendiri (Hosnan, 2014: 282)

7 Penerapan discovery learning terbukti dapat meningkatkan hasil belajar. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Desiana Nur Hidayati (2015) dalam skripsinya yang berjudul Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning Pada Materi Proklamasi KemerdekaanRepublik Indonesia Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VIII MTS Maarif Nu 06 Bojongsari Kabupaten Purbalingga Tahun Ajaran 2014/2015 menunjukkan adanya peningkatan melalui hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh rata-rata nilai post test kelas eksperimen yaitu 81,08 dan rata-rata kelas control yaitu 64,21. Pada penelitian ini diketahui terdapat perbedaan hasil belajar sejarah antara kelas eksperimen dan kontrol. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji hipotesis (uji t). Berdasarkan hasil uji hipotesis (uji t) diperoleh nilai Sig. (2-tailed) = 0,000.Karena 0,00< 0,05 maka H 1 diterima. Jadi, ada perbedaan rata-rata nilai pre-test antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol.pembelajaran sejarah siswa kelas VIII B dengan menggunakan metode discovery learning lebih efektif sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa dibandingkan dengan kelas VIII A yang tidak menggunakan metode menggunakan metode ceramah. Penerapan model pembelajaran discovey learning dapat berjalan dengan baik pada peserta didik jika digunakan pula strategi active knowledge sharing (berbagi pengetahuan) yang bertujuan untuk membantu peserta didik dengan berbagi ilmu yang belum diketahui antara peserta didik satu dengan yang lain. Menurut Silberman (2013:72), active knowledge sharing (berbagi pengetahuan aktif) merupakan cara yang sangat bagus untuk langsung melibatkan murid kedalam materi pelajaran. Cara ini juga dapat digunakanuntuk melihat tingkat kemampuan siswa untuk membentuk kerja sama tim. Penerapan strategi active knowledge sharing ini juga terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Ahmad Umar (2014) dalam skripsinya yang berjudul Penerapan Strategi Pembelajaran Active KnowledgeSharing Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Siswa

8 Kelas Viii I Sekolah Menengah Pertama Al Islam 1 Surakarta Tahun Ajaran 2013/2014 menunjukan adanya peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa dengan menggunakan strategi pembelajaran Active KnowledgeSharing. Hal ini dapat terlihat dari: 1) adanya hasrat keinginan untuk berhasil, 2)adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, 3) adanya harapan dan cita-cita masa depan, 4) adanya penghargaan dalam belajar, 5) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar, 6) adanya lingkungan belajar yang kondusif. Sebelum pelaksanaan siklus rata-rata motivasi siswa sebesar 31,76%. Pada siklus I rata-rata motivasi siswa sebesar 53,97%. Pada siklus II rata-rata motivasi siswa sebesar 81,74%. Dan hasil belajar siswa sebelum pelaksanaan siklus rata-rata hasil belajar siswa sebesar 19,05%. Pada siklus I rata-rata hasil belajar siswa sebesar 28,57%. Pada siklus II rata-rata hasil belajar siswa sebesar 85,71%. Hal ini berarti peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa melebihi indikator keberhasilan yakni 75%. Berdasarkan data hasil penelitian tindakan kelas tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan strategi pembelajaran Active Knowledge Sharing untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kelas VIII I Sekolah Menengah Pertama Al Islam 1 Surakarta Tahun Ajaran 2013/2014. Beberapa permasalahan tersebut di atas, penerapan model discovery learning dengan menggunakan strategi active knowledge sharing dalam mata pelajaran IPS Terpadu kelas VIII PK 2 diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang meliputi hasil belajar, serta peningkatan pembelajaran mata pelajaran ips terpadu. Selainitu, penerapan model discovery learning dengan menggunakan strategi active knowledge sharing dalam mata pelajaran IPS Terpadu kelas VIII PK 2 diharapkan mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga peserta didik dapat mengembangkan potensinya dan dapat mencapai kompetensi yang telah ditentukan. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas, maka peneliti bermaksud untuk melakukan suatu tindakan penelitian dengan judul PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING

9 DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI ACTIVE KNOWLEDGE SHARING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU PADA SISWA KELAS VIII PK 2 MTS NEGERI 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini yaitu Apakah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan menggunakan strategi active knowledge sharing dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu pada siswa kelas VIII PK 2 MTs Negeri 1 Surakarta? Dari rumusan masalah tersebut dapat dirinci sebagai berikut : 1. Apakah melalui penerapan model pembelajaran discovery learning dengan menggunakan strategi active knowledge sharing dapat meningkatkan nilai hasil belajar siswa kelas VIII PK 2 dalam mata pelajaran IPS Terpadu di MTs Negeri 1 Surakarta tahun ajaran 2015 / 2016? 2. Apakah melalui penerapan model pembelajaran discovery learning dengan menggunakan strategi active knowledge sharing dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VIII PK 2 dalam mata pelajaran IPS Terpadu di MTs Negeri 1 Surakarta tahun ajaran 2015 / 2016? C. Tujuan Penelitian a. Tujuan Umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran dengan menggunakan penerapan model pembelajaran Discovery Learning dengan menggunakan Strategi Active Knowledge Sharing kelas VIII PK 2 padamatapelajaran IPS Terpadu di MTs Negeri 1 Surakarta tahunajaran 2015 / 2016.

10 b. Tujuan Khusus 1) Untuk memperoleh dan mendeskripsikan data mengenai peningkatan aktivitasbelajarsiswadalam mata pelajaran Ips Terpadu melalui penerapan model Discovery Learning dengan menggunakan strategi Active Knowledge Sharing di MTs Negeri 1 surakarta 2) Untuk memperoleh dan mendeskripsikan data mengenai peningkatan nilai hasil belajar siswa dalam mata pelajaran ips terpadu melalui penerapan model Discovery Learning dengan menggunakan strategi Active Knowledge Sharing di MTs Negeri 1 surakarta. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini antara lain sebagai berikut: a. Manfaat Teoritis 1) Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan dalam penerapan model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan hasil belajar siswa 2) Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi bagi peneliti yang sejenis b. Manfaat Praktis 1) Bagi Siswa Menjadikan suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga peserta didik termotivasi serta mendorong peserta didik agar lebih aktif, kreatif, dan berani mengungkapkan pendapatnya dalam proses pembelajaran.

11 2) Bagi Guru Sebagai inspirasi bagi guru untuk melakukan proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran yang inovatif sehingga tercipta proses pembelajaran yang menyenangkan. 3) Bagi Sekolah Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan dalam memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran secara intensif dengan menggunakan model pembelajaran yang lebih inovatif agar kualitas pembelajaran lebih efektif