BAB I PENDAHULUAN. dimensi ini berpengaruh baik secara langsung ataupun tidak langsung terhadap

dokumen-dokumen yang mirip
Pengertian Konsep. Suatu kata yang bernuansa abstrak dan dapat digunakan untuk mengelompokan ide, benda, atau peristiwa (Bruner, 1996)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

URGENSI PENDIDIKAN KARAKTER UNTUK MENGOPTIMALKAN LAYANAN PENDIDIKAN BAGI SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH INKLUSIF

I. PENDAHULUAN. ketuntasan belajar siswa. Moral merupakan nilai yang berlaku dalam suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. murid, siswa, mahasiswa, pakar pendidikan, juga intektual lainnya.ada

Pengembangan Pembelajaran PKN di SD. Wuri Wuryandani, M.Pd. Universitas Negeri Yogyakarta 12 November 2009

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana mengubah kepribadian dan pengembangan diri. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan

BAB I PENDAHULUAN. anggota suatu kelompok masyarakat maupun bangsa sekalipun. Peradaban suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan nasional. Menurut Samani dan Harianto (2011:1) paling tidak ada

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB I PENDAHULUAN. (aspek keterampilan motorik). Hal ini sejalan dengan UU No.20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari tradisional menjadi modern. Perkembangan teknologi juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. yang mempengaruhi kehidupan manusia. Di dalam proses pembelajaran, guru

I. PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan yang terjadi pada bangsa kita saat ini sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. kualitas kepribadian serta kesadaran sebagai warga negara yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan utama yang dihadapi bangsa Indonesia adalah minimnya nilainilai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. generasi-generasi muda menjadi generasi yang cerdas. Maksud dari generasigenerasi

BAB I PENDAHULUAN. cinta kasih, dan penghargaan terhadap masing-masing anggotanya. Dengan

KOMPONEN KARAKTER (Thomas Lickona) Oleh: Kuncahyono Pasca UM

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha membina kepribadian dan kemajuan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses yang ditempuh oleh peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan kehidupan manusia, begitu pula dengan proses perkembangannya.

MEMBANGUN KARAKTER PESERTA DIDIK MELALUI PENDIDIKAN MORAL. Oleh Sukiniarti FKIP UT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.

BAB I PENDAHULUAN. tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Persoalan yang muncul di

BAB I PENDAHULUAN. sekarang merupakan persoalan yang penting. Krisis moral ini bukan lagi

I. PENDAHULUAN. teknologi, pergeseran kekuatan ekonomi dunia serta dimulainya perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai krisis yang dialami oleh Bangsa Indonesia, baik krisis moral

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm. 6. 2

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sebuah negara. Untuk menyukseskan program-program

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan suatu bangsa dipengaruhi oleh akhlak bangsa tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. menjunjung tinggi nilai nilai kesopanan, sehingga dikenal sebagai bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sendiri. Namun, sangat disayangkan dari produksi yang ada mayoritas disisipi

BAB I PENDAHULUAN. Jawa memiliki berbagai karya yang mencerminkan pemikiran, perilaku, aturan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

IMPLEMENTASI KTSP DALAM INOVASI PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN BAGI PEMBANGUNAN KARAKTER BANGSA

BAB I PENDAHULUAN. kewibawaan guru di mata peserta didik, pola hidup konsumtif, dan sebagainya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. membina kepribadian seseorang sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

BAB II LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat yang berbunyi: Melindungi

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berakhlak mulia dan mampu menempatkan dirinya dalam situasi apapun. Karakter

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia sebagaimana tertuang dalam. Undang Undang No 2/1989 Sistem Pendidikan Nasional dengan tegas

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen atau majemuk, terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. Masalah, b) Rumusan Masalah, c) Tujuan Penelitian, d) Manfaat Penelitian, e)

BAB I PENDAHULUAN. Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pembelajaran di sekolah baik formal maupun informal. Hal itu dapat dilihat dari

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1

BAB I PENDAHULUAN. didik, sehingga menghasilkan peserta didik yang pintar tetapi tidak

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan suatu bangsa. Pendidikan menjadi sarana dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berperan penting bagi pembangunan suatu bangsa, untuk itu diperlukan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan usaha untuk mengembangkan kepribadian dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merugikan baik untuk diri sendiri maupun orang lain yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. Misaka Galiza, 2003), hlm Mukhtar, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. saat ini, para bapak pendiri bangsa (the founding fathers) menyadari bahwa paling

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kehidupan era Globalisasi ini, remaja sering kali diselingi hal-hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah usaha yang ditempuh oleh manusia

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pendidikan Kewarganegaraan Hakekat Pendidikan Kewarganegaraan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SD

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam teknologi informasi dengan penyebaran norma-norma dan nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

PEMBENTUKAN WATAK BANGSA INDONESIA MELALUI PENDIDIKAN PANCASILA SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN BANGSA INDONESIA ABAD 21

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karakter yang diimplementasikan dalam institusi pendidikan, diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. Mitra Pustaka, 2006), hlm 165. Rhineka Cipta,2008), hlm 5. 1 Imam Musbikiin, Mendidik Anak Kreatif ala Einstein, (Yogyakarta:

BAB I PENDAHULUAN. Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan

Prioritas pembangunan nasional sebagaimana yang dituangkan

STRATEGI DOSEN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENANAMKAN KARAKTER ETIKA MAHASISWA DI STIKOM PGRI BANYUWANGI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan karakter mutlak diperlukan bukan hanya di sekolah, tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peserta didik merupakan aset suatu negara yang nantinya akan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan pada dasarnya memiliki tujuan untuk mengubah perilaku

Dalam Acara ORIENSTASI STUDI DAN PENGENALAN KAMPUS BAGI MAHASISWA BARU TAHUN AKADEMIK 2016/2017. Drs. Suprijatna

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. negara bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa. Upaya mewujudkan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dikenal sebagai satu wadah untuk membangun dan

BAB I PENDAHULUAN. No. 20/2003 tentang Sistem pendidikan Nasional Pasal I Ayat I,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut sebenarnya dapat menjadi modal yang kuat apabila diolah dengan

BAB I PENDAHULUAN. orang yang dapat menggunakan ilmunya untuk hal-hal yang baik (beramal sholeh)

BAB I PENDAHULUAN. dampak bagi gaya hidup manusia baik positif maupun negatif. Di sisi lain kita

BAB I PENDAHULUAN. negara ikut serta dalam memajukan kebudayaan nasional Indonesia dan

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era global ditandai dengan pengaruhnya yang cukup signifikan terhadap perubahan kehidupan manusia, baik ekonomi, politik dan kebudayaan.tiga dimensi ini berpengaruh baik secara langsung ataupun tidak langsung terhadap kehidupan masyarakat Indonesia.Pengaruh globalisasi dibidang budaya sangat besar dampaknya bagi sebuah bangsa.efek yang dirasakan saat ini akibat tidak langsung dari globalisasi adalah nilai kemanusiaan mulai dilupakan karena kemajuan sains dan teknologi. Perilaku, budi pekerti luhur dan moralitas sudah terlupakanoleh budaya hidup kita yang semakin instan dan menghendaki kesenangan serta pencapaian tujuan dengan menghalalkan segala cara. Nilai moral semakin ditinggalkan oleh masyarakat, dengan alasan modernitas telah berpaling dari ikatan kebudayaan Indonesia, menuju kepada kebudayaan global yang tidak seluruhnya sesuai dengan watak serta jati diri bangsa yang religius. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan Darajat (2011:12) bahwa: Sejalan dengan semakin pesatnya arus globalisasi yang dicirikan dengan derasnya arus informasi dan teknologi ternyata dari satu sisi memunculkan persoalan-persoalan baru yang kerap ditemukan pada diri individu dalam suatu masyarakat. Munculnya kenakalan remaja, tawuran antar pelajar, narkoba, penyimpangan seksual, kekerasan serta berbagai bentuk penyimpangan penyakit kejiwaan, seperti stress, depresi, dan kecemasan, adalah bukti yang tak ternafikan 1

2 dari adanya dampak negatif dari kemajuan peradaban modern. Hal ini kemudian secara tidak langsung berpengaruh tidak baik pula pada kemapanan dan tatanan masyarakat damai seperti yang kita harapkan. Fenomena ini dalam rumusan yang sederhana dapat dikatakan bahwa modernisasi dan kemajuan masyarakat akan semakin kompleks dan beragam problematika kehidupan yang akan dijumpai. Efek negatif modernisasi dan kemajuan global saat ini terlihat jelas dalam kehidupan keseharian bangsa Indonesia yang mulai kehilangan jati diri bangsanya. Jati diri bangsa sebagai karakter khas yang dimiliki bangsa seolah-olah tenggelam oleh karakter yang masuk dari luar. Orang tua yang sibuk bekerja untuk mendapatkan nafkah dan kurang mempedulikan perilaku dan pendidikan anaknya, sehingga anak kurang mendapatkan perhatian yang baik dari keluarganya. Hal ini diperparah dengan kebiasaan para orang tua serta pemuda di lingkungan masyarakat sekitar yang gemar mengkonsumsi minuman keras dan bermain judi togel, bahkan para orang tua mengkonsumsi minuman keras. Para pemuda juga terbiasa berbicara dengan kata-kata yang kotor dan kasar, serta sering terlibat dalam perkelahian. Kegiatan kerja bakti bergotong royong membersihkan lingkungan yang kumuh dan kotor penuh sampah di lingkungan tempat tinggal para siswa tidak pernah diadakan. Selain itu kesadaran warga yang kaya untuk membantu warga yang miskin tidak terlihat, hal ini nampak dari tidak adanya komunikasi antara warga yang kaya dengan warga yang miskin, warga yang kaya cenderung tertutup terhadap warga lainnya. Fenomena yang terjadi di sekitar lingkungan masyarakat tempat tinggal para siswa ini

3 membuat tugas orang tua dalam memberikan pendidikan nilai kepedulian sosial menjadi jauh lebih berat, sebab anak tinggal di lingkungan yang memiliki permasalahan sosial, selain itu orang tua murid sebagai pendidik utama nilai-nilai karakter bagi anaknya tidak menjalankan fungsinya dengan baik. Apabila hal itu terus berlanjut akan melahirkan generasi-generasi yang tidak pandai secara afektif. Mereka tidak peduli dengan sesama, acuh tak acuh, dan tidak memiliki karakter yang kurang humanis. Dampak-dampak negatif globalisasi terhadap karakter bangsa ini haruslah menjadi perhatian semua pihak. Dunia pendidikan mengemban peranan penting dalam menangkal berbagai efek tersebut. Oleh karena itu, dunia pendidikan harus mampu memberikan solusi positif untuk menanggulanginya, kesiapan menghadapi ekses negatif dari globalisasi oleh dunia pendidikan akan berefek positif terhadap masyarakat secara umum dan pembelajar secara khusus. Dunia pendidikan harus memberikan masukan tentang sikap-sikap peduli dan nilai-nilai moral yang perlu dikembangkan. Menurut Rukiyati, dkk (2008:59) menyatakan nilai bagi manusia dipakai dan diperlukan untuk menjadi landasan alasan, motivasi dalam segala sikap, tingkah laku dan perbuatannya. Nilai merupakan sesuatu yang dihargai, dijunjung tinggi, yang mewarnai dan menjiwai tindakan manusia. Nilai sangat dibutuhkan oleh semua manusia mengingat nilai merupakan landasan dari tingkah laku dan perbuatan manusia. Masalah nilai moral adalah suatu masalah yang menjadi perhatian orang dimana saja, baik dalam masyarakat yang telah maju, maupun dalam masyarakat

4 yang masih terbelakang. Karena kerusakan moral seseorang mengganggu ketenteraman yang lain. Jika dalam suatu masyarakat banyak yang rusak moralnya, maka akan goncanglah keadaan masyarakat itu. ditinjau keadaan masyarakat di Indonesia terutama di kota-kota besar sekarang ini akan didapati bahwa moral sebagian anggota masyarakat telah rusak atau mulai merosot. Gejala-gejala yang menunjukkan kemerosotan moral juga terjadi pada anak-anak muda. Menurut Darajat (2011:13) dapat digolongkan kepada beberapa bagian sebagai berikut: 1. Kenakalan ringan, misalnya keras kepala, tidak mau patuh kepada orang tua dan guru, lari (bolos) dari sekolah, tidak mau belajar, sering berkelahi, suka mengeluarkan kata-kata yang kurang sopan, cara berpakaian, dan lain sebagainya. 2. Kenakalan yang mengganggu ketenteraman dan keamanan orang lain, misalnya mencuri, menfitnah, merampok, menodong, menganiaya, merusak milik orang lain, membunuh, kebut-kebutan dan lain-lainnya. 3. Kenakalah seksual, baik terhadap jenis lain (betero-seksual) maupun terhadap orang sejenis (homo-seksual). Perilaku masyarakat juga sudah menunjukkan kemerosotan nilai moral dan tata krama, rasa kepedulian terhadap sesama juga sudah menipis. Hasil observasi di Desa Banyuurip Kecamatan Klego Kabupaten Boyolali tahun 2016 menunjukkan bahwa orang-orang yang gemar berjudi tidak lagi segan ataupun malu-malu, berjudi di tempat terbuka. Minum-minuman keras bagi beberapa orang juga sudah menjadi hobi. Selanjutnya dalam bertata krama, beberapa anak

5 muda kelihatan bercakap-cakap dengan bahasa Jawa ngoko yang kasar, tidak ada lagi unggah-ungguh seperti masyarakat di masa lalu. Komunikasi dengan orangtua pun juga kurang menggunakan sopan-santun. Masa lalu sering diadakan gotong-royong untuk membantu tetangga atau masyarakat bekerja sama untuk membangun sesuatu, sekarang ini sudah tidak ada lagi. Wawancara dengan Bapak Paimin, warga Desa Banyuurip Kecamatan Klego Boyolali menyatakan Orang-orang yang punya hajat sekarang ini tidak bisa mengharapkan adanya bantuan tenaga dari tetangga, mereka lebih memilih mempercayakan kepada para profesional seperti pengusaha katering untuk mengurus semuanya. Ini artinya nilai-nilai moral dan kepedulian sosial sudah mulai luntur. Kemorosotan nilai moral masyarakat dan kenakalan-kenakalan remaja yang disebutkan di atas adalahmacam-macam perilaku yang menggelisahkan masyarakat itu sendiri. Tidak sedikit orang tua yang mengeluh kebingungan menghadapi anak-anak yang tidak bisa lagi dikendalikan baik oleh orang tua itu sendiri maupun oleh guru-gurunya. Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dicarikan solusi untuk meningkatkan kepedulian sosial masyarakat, sehingga masyarakat dapart mempertahankan nilai-nilai moral yang baik sehingga akan berdampak pula terhadap kehidupan bangsa ini di masa depan. Pendidikan kewarganegaraan sebagai salah satu mata pelajaran yang memuat pendidikan moral memiliki tugas untuk menjadikan anak manusia bermoral baik dan manusiawi. Menurut Suryadi dan Somardi dalam Muchson (2006: 5) Kompetensi yanghendak dikembangkan oleh Pendidikan

6 Kewarganegaraan adalah agar anak (siswa) mampu menjadi warga negara yang berperan serta secara aktif dalam sistem pemerintahan negara yang demokratis. Untuk memiliki kompetensi seperti itu diperlukan seperangkat pengetahuan (kognitif), ketrampilan (psikomotor), serta watak (afektif). Dalam konsep Pendidikan Kewarganegaraan disebut (1) civic knowledge, (2) civic skills, dan (3) civic disposition/traits. Pengetahuan masyarakat mengenai pendidikan kewarganegaraan menjadi unsur penting dalam upaya masyarakat menjaga nilai-nilai moral anak. Dalam hal ini ada beberapa tokoh atau pakar yang mengembangkan pembelajaran nilai moral dengan tujuan membentuk watak atau karakter anak. Salah satu pakar yang mencoba menerapkan cara atau strategi dalam membentuk watak atau karakter anak adalah Thomas Lickona. Dalam pandangan Lickona (1992: 219):Watak atau karakter anak dapat dibentuk atau dikenal dengan educating for character. Dalam pembentukan karakter tersebut, Lickona mengacu pada pemikiran filosof Michael Novak yang berpendapat bahwa watak atau karakter seseorang dibentuk melalui tiga aspek meliputi: moral knowing, moral feeling, dan moral behavior. Melalui tiga kerangka berpikir tersebut hasil pembentukan sikap atau karakter anak dapat dilihat. Masing-masing aspek dalam tiga kerangka pembentukan moral yang dikemukakan Lickona di atas memiliki unsur atau aspek-aspek tersendiri. Aspek konsep moral (moral knowing) mencakup kesadaran moral (moral awarness), pengetahuan nilai moral (knowing moral value), pandangan ke depan (perspective taking), penalaran moral (moral reasoning), pengambilan keputusan (decision making), dan pengetahuan diri (self knowledge). Aspek sikap moral (moral feeling) meliputi: kata hati (conscience), rasa percaya diri (self esteem), empati (emphaty), cinta kebaikan (loving the

7 good), pengendalian diri (self control), dan kerendahan hati (huminity). Aspek perilaku moral (moral behavior) mencakup: kemampuan (compalance), kemauan (will), dan kebiasaan (habbit). Melalui penanaman nilai-nilai moral tersebut di dalam kehidupan bermasyarakat diharapkan mampu mempertahankan nilai-nilai moral yang dianut oleh masyarakat tersebut. Hilangnya salah satu bagian penting dalam penanaman nilai-nilai moral di dalam masyarakat tentu akan menyebabkan munculnya sikap yang kurang menguntungkan pada diri anak dan akan terjadi ketidaksesuaian dengan standar dan harapan sosial. Sejak kecil anak harus dibiasakan untuk mempelajari nilai-nilai moral. Bila dasar ilmu moral telah diberikan sejak kecil, besarnya sambil anak-anak mengikuti pendidikan formal yang umumnya maka,pendidikan moral dapat dipelajari sendiri, sehingga pendidikan moral itu dapat diterapkan berdasarkan baik dan buruk. Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan penelitian dengan judul: Kepedulian Sosial untuk Mempertahankan Nilai-Nilai Moral (Studi Masyarakat Desa Banyuurip Kecamatan Klego Kabupaten Boyolali Tahun 2016).

8 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah kepedulian sosial masyarakat dalam mempertahankan nilainilai moral? 2. Hambatan apa saja yang dapat mengurangi kepedulian sosial masyarakat dalam mempertahankan nilai-nilai moral? 3. Solusi yang diambil oleh masyarakat dalam mengatasi hambatan yang mengurangi kepedulian sosial masyarakat dalam mempertahankan nilai-nilai moral? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: 1. Mendeskripsikan kepedulian sosial masyarakat dalam mempertahankan nilainilai moral Desa Banyuurip Kecamatan Klego Kabupaten Boyolali Tahun 2016. 2. Mendeskripsikan hambatan yang dapat mengurangi kepedulian sosial masyarakat dalam mempertahankan nilai-nilai moral Desa Banyuurip Kecamatan Klego Kabupaten Boyolali Tahun 2016 3. Mendeskripsikan solusi yang diambil oleh masyarakat untuk mengatasi hambatan yang mengurangi kepedulian sosial masyarakat dalam mempertahankan nilai-nilai moral Desa Banyuurip Kecamatan Klego Kabupaten Boyolali Tahun 2016.

9 D. Manfaat atau Kegunaan Penelitian a. Manfaat atau Kegunaan Teoritis a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan dan wawasan kepada masyarakat luas mengenai penanaman karakter khususnya terkait dengan sikap-sikap dan perilaku yang sesuai dengan konsep kepedulian sosial, serta sebagai bahan referensi atau masukan untuk penelitian sejenis dan bahan pengembangan tentang penanaman nilai-nilai moral b. Menambah cakrawala pengetahuan khususnya mengenai fenomena perilaku masyarakat di desa saat ini b. Manfaat atau Kegunaan Praktis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi dan masukan yang berguna bagi instansi terkait untuk memberdayakan masyarakat menuju masyarakat yang memiliki kepedulian sosial b. Memberi sumbangan pengetahuan dan informasi kepada masyarakat tentang nilai-nilai moral yang penting untuk dijaga dalam kehidupan bermasyarakat.