TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KELUARGA SADAR GIZI DI DESA SILEBO-LEBO KECAMATAN KUTALIMBARU KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2015 Erwin Silitonga Dosen Akbid Dewi Maya Medan ABSTRAK Keluarga disebut Sadar Gizi apabila telah berperilaku gizi yang baik yang dicirikan minimal dengan menimbang berat badan secara teratur, memberikan air susu ibu (ASI) saja kepada bayi sejak lahir sampai umur enam bulan (ASI eksklusif), makan beranekaragam, menggunakan garam beryodium, minum suplemen gizi. Angka kejadian kurangnya kesadaran keluarga tentang gizi sekitar 5 juta anak bayi dan balita (27,5%) yang kekurangan gizi, lebih kurang 3,6 juta anak (19,2%) dalam tingkat gizi kurang dan 1,5 juta anak gizi buruk (8,3%). Diketahui bahwa 38,4 juta penduduk Indonesia hidup di bawah garis kemiskinan, 50% dari total rumah tangga mengkonsumsi makanan lain yang kurang dari kebutuhan sehari-hari. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan ibu tentang keluarga sadar gizi (KADARZI) di Desa Silebo-Lebo tahun 2015. KADARZI merupakan keluarga yang mampu mengenal, mencegah dan mengatasi masalah gizi setiap anggotanya. Penelitian ini deskriptif dengan pendekatan cross sectional dengan menggunakan data primer, pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Random Sampling dengan jumlah responden sebanyak 70 orang. Hasil penelitian diperoleh dari tingkat pengetahuan ibu tentang Keluarga sadar Gizi (KADARZI) di Desa Silebo-lebo Tahun 2015. Ditemukan bahwa mayoritas responden memiliki pengetahuan kurang sebanyak 47 orang (67,14%), responden memiliki pengetahuan cukup sebanyak 21 orang (30%) dan yang berpengetahuan baik hanya 2 responden (2,85%), dan disimpulkan bahwa ibu kurang mengerti akan pentingnya gizi dalam keluarga. Hasil penelitian ini diharapkan kepada ibu-ibu dan seluruh instansi terkait yang ada di Desa Silebo-Lebo agar mau ikut serta dalam hal menanggulangi keluarga sadar gizi untuk menurunkan angka kesakitan khususnya pada anak balita dan mencapai keluarga sehat dan sejahtera. Kata kunci: Pengetahuan ibu, Keluarga Sadar Gizi 8
PENDAHULUAN Departemen Kesehatan RI tahun 2007, menyatakan bahwa dari sekitar 5 juta anak bayi dan balita (27,5%) yang kekurangan gizi, lebih kurang 3,6 juta anak (19,2%) dalam tingkat gizi kurang dan 1,5 juta anak gizi buruk (8,3%). Diketahui bahwa 38,4 juta penduduk Indonesia hidup di bawah garis kemiskinan, 50% dari total rumah tangga mengkonsumsi makanan lain yang kurang dari kebutuhan seharihari. Pada saat ini, sebagian besar atau 50% penduduk Indonesia dapat dikatakan tidak sakit akan tetapi juga tidak sehat, umumnya disebut kekurangan gizi. Kejadian kekurangan gizi sering terluput dari penglihatan atau pengamatan biasa, akan tetapi secara perlahan berdampak pada tingginya angka kematian ibu, angka kematian bayi, angka kematian balita, serta rendahnya usia harapan hidup (Djaeni, 2009). Berdasarkan penelitian Rosa Nur Safithri tahun 2011 bahwa masalah gizi bukan hanya merupakan masalah kesehatan, tetapi juga meliputi masalah sosial, ekonomi, budaya, pola asuh, pendidikan dan lingkungan. Faktor yang berperan munculnya masalah gizi yaitu kemiskinan, kurangnya pengetahuan, kesibukan orang tua sehingga kurang waktu untuk memperhatikan balitanya, kurangnya persediaan makanan ataupun penyakit yang dapat mengganggu asupan nutrisi serta kurangnya pengetahuan akan menu seimbang dan kesehatan. Faktorfaktor yang berperan dalam status gizi yaitu faktor ibu, pola asuh anak, keadaan kesehatan anak dan konsumsi makanan anak. Rendahnya pengetahuan ibu merupakan faktor penyebab mendasar yang mempengaruhi kemampuan individu, keluarga dan masyarakat dalam mengelola sumber daya manusia yang ada untuk mendapatkan kecukupan makanan, kesehatan, serta gizi. WHO (World Health Organization) menyatakan untuk mengukur status gizi tentang keluarga sadar gizi pada bayi dan balita dilakukan dengan mengukur berat badan dan tinggi badan per umur sebagai indikator gizi pada anak khususnya balita (Depkes RI, 2007). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan ibu tentang keluarga sadar gizi meliputi pengertian kadarzi, keluarga sadar gizi, 9
upaya perbaikan gizi, indikator keluarga sadar gizi panduan keluarga sadar gizi di Desa Silebo-Lebo Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara Tahun 2015. Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil tahu dari manusia, ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan suatu hal yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata prilaku yang didasari oleh pengetahuan. Apabilan pengetahuan itu mempunyai sasaran tertentu, mempunyai metode atau pendekatan untuk mengkaji objek tertentu, sehingga memperoleh hasil yang dapat disusun secara sistematis dan diakui secara Universal (Notoadmodjo, 2005). Keluarga sadar gizi yang disingkat dengan Kadarzi adalah suatu keluarga yang mampu mengenal, mencegah dan mengatasi masalah gizi setiap anggotanya. Suatu keluarga disebut Kadarzi apabila telah berperilaku gizi yang baik yang dicirikan minimal dengan menimbang berat badan secara teratur, memberikan air susu ibu (ASI) saja kepada bayi sejak lahir sampai umuur 6 bulan (ASI eksklusif), makan beraneka ragam, menggunakan garam beryodium, minum suplemen gizi (Depkes RI, 2007). Visi untuk perbaikan gizi atau sadar gizi dan Misi adalah: (1). Semua masalah gizi dapat dicegah dan ditanggulangi, (2). Semua keluarga sadar gizi (KADARZI) dan (3). Semua pihak bertanggung jawab dalan upaya perbaikan gizi (Depkes RI, 2007). Upaya perbaikan gizi keluarga melalui sosialisasi dan fasilitas keluarga sadar gizi (KADARZI) antara lain: (1). Gizi seimbang pada ibu hamil (bumil), ibu menyusui, balita dan lansia, (2). Pemberian makanan tambahan bagi anak sekolah, (3). Kepedulian kelurga terhadap perilaku hidup bersih dan sehat serta pola makan sehat dan gizi seimbang, (4). Kualitas gizi pada ibu hamil yang kekurangan energy kronis (KEK) dengan mengukur lingkar lengan, (5). Penanggulangan gangguan akibat kekurangan garam yodium, (6). Sumplementasi zat gizi, (7). 10
Memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan, (8). Makanan pendamping ASI, dan (9). Pemberian makanan tambahan balita dan lansia. Upaya perbaikan gizi mempertimbang beberapa hal penting sebagai berikut: (1). Arahkan perbaikan gizi lebih mengedepankan perubahan perilaku keluarga, untuk mencegah dan menanggulangi gizi kurang dan gizi lebih, (2). Sasaran perbaikan gizi diperluas mencakup seluruh kelompok siklus hidup, meliputi : bayi, balita, usia sekolah, remaja dan usia produktif serta usia lanjut, (3). Pendekatan yang lebih mengutamakan pemberdayaan keluarga, pemberdayaan masyarakat, peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan didukung kerjasama lintas sektor. Seluruh anggota keluarga berstatus gizi baik apabila: (1). Tidak ada lagi bayi berat lahir rendah (< 2500 gram), (2). Keluarga telah menggunakan garam beryodium, (3). Semua bayi 0-6 bulan hanya diberi ASI saja, (4). Semua balita naik berat badan, dan (5).Tidak ada anggota keluarga yang mangalami gizi lebih (Sunita & Almatsier, 2010). Indikator KADARZI yaitu: (1). Menimbang berat badan secara teratur, (2). Memberikan Air Susu Ibu (ASI) saja kepada bayi sejak lahir sampai umur 6 bulan (ASI eksklusif), (3). Makan beraneka ragam, (4). Menggunakan garam beryodium, dan (5). Minum suplementasi gizi (tablet tambahan darah ataupun kapsul vit. A sesuai anjuran (Sunita & Almatsier, 2010) Sasaran KADARZI adalah: (1). Seluruh anggota keluarga, (2). Masyarakat yang terdiri dari kebijakan pemerintahan daerah tokoh masyarakat swasta dunia usaha, dan (3). Petugas tehnik dari lintas sektor terkait berbagai tingkat administrasi (Depkes RI, 2007). Strategi mencapai KADARZI meliputi: (1). Pemberdayaan keluarga dengan menitik beratkan pada peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku gizi seimbang, (2). Melakukan advokasi, sosialisasi dan mobilisasi para pengambilan keputusan, pejabat pemerintah di berbagai tingkat administrasi, pengusaha dan penyandang dana, dengan tujuan meningkatkan kepedulian pada masalah gizi pada tingkat keluarga, (3). Mengembangkan jaringan kemitraan dengan berbagai perguruan tinggi, 11
organisasi masyarakat, tokoh agama, media massa, kelompok profesi lainya untuk mendukung tercapainya tujuan KADARZI, dan (4). Menerapkan berbagai tehnik pendekatan pemberdayaan petugas ditujukan untuk mempercepat perubahan perilaku dalam mewujudkan KADARZI (Sunita & Almatsier, 2010) Kriteria dan panduan keluarga sadar gizi meliputi: (1). Biasa makan beraneka ragam makanan, (2). Selalu memantau kesehatan dan pertumbuhan anggota keluarganya (menimbang berat badan), khususnya balita dan ibu hamil, (3). Biasa menggunakan garam beryodium, (4). Memberikan dukungan kepada ibu melahirkan agar memberikan ASI saja pada bayi, dan (5). Biasa makan pagi. (Sunita & Almatsier, 2010) Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang keluarga sadar gizi tahun 2015. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang ada di desa Silobo-Lebo tahun 2015 sebanyak 70 orang. Lokasi penelitian dilakukan di Desa Silebo- lebo Tahun 2015 Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara Instrument penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah berupa kuesioner (daftar pertanyaan) sebanyak 20 pertanyaan yang berisikan tentang pengertian KADARZI, upaya perbaikan gizi, Indikator, kriteria dan Panduan. Untuk menilai pengetahuan ibu yang dijadikan sampel dilakukan dengan cara mengisi kuesioner dengan menggunakan skala likert yang menggunakan dua kategori untuk menggunakan dua kategori untuk setiap pertanyaan sebagai berikut: jika jawabannya benar skornya 2 dan jika jawabannya salah skornya 0. Menentukan skor kategori pada setiap responden: (1). Berpengetahuan baik apabila responden menjawab dengan skor 27-40, (2). Berpengetahuan cukup apabila responden menjawab dengan skor 14-26, dan (3). Berpengetahuan kurang apabila responden menjawab dengan skor 0-13. Hasil Penelitian Hasil penelitian Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Keluarga Dasar Gizi di Desa Silebo Lebo Kecamatan 12
Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015 kepada 70 orang responden adalah seperti yang tertera pada tabel dibawah ini: Tabel 1: Distribusi Responden Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Pengetahuan ibu tentang Kadarzi di Desa Silebo-Lebo Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015 No Pengetahuan Ibu F % 1 Pengertian Kadarzi Baik Cukup Kurang 13 15 42 70 Jumlah 2 Upaya Perbaikan Gizi Baik Cukup Kurang Jumlah 3 Indikator Kadarzi Baik Cukup Kurang Jumlah 4 Kiteria dan panduan Kadarzi Baik Cukup Kurang Jumlah Sumber: Hasil penelitian 2 2 66 70 2 14 44 70 1 4 65 70 18,57 21,43 60 100 2,86 2,86 94,28 100 2,85 20 62,85 100 1,43 5,71 92,86 100 Berdasarkan hasil penelitian dari 70 responden data yang diperoleh dianalisa sebagai berikut: 1. Pengetahuan ibu tentang pengertian Kadarzi Data yang diperoleh adalah ibu berpengetahuan baik sebanyak 13 responden (18,57%), cukup 15 responden (21,43%) dan kurang 42 responden (60%). Hasil analisanya adalah mayoritas ibu di desa Silebo- Lebo masih kurang memahami pengertian tentang Kadarzi. Berdasarkan hasil ini, tentunya resiko keluarga untuk mengaplikasikan perbaikan gizi keluarga tentu akan semakin sulit. Menurut Notoatmodjo (2003) mengemukakan bahwa informasi yang diperoleh dari berbagai sumber mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Jika seseorang banyak mendapatkan informasi cenderung memiliki pengetahuan yang lebih luas. Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, bahwa terdapat kesesuaian antara teori dengan kenyataan, pengetahuan responden tentang KADARZI di pengaruhi oleh informasi yang diperoleh responden informasi didapat tergantung dari percaya atau 13
tidaknya responden terhadap informasi yang didapat serta sikap responden dalam menanggapi informasi tersebut. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian bahwa semakin banyak responden mendengar atau mendapat sumber informasi akan semakin tinggi pengetahuannya dari pada responden yang lebih sedikit mendengar atau mendapat sumber informasi. 2. Pengetahuan ibu tentang upaya perbaikan gizi keluarga Data yang diperoleh tentang upaya perbaikan gizi keluarga adalah ibu berpengetahuan baik sebanyak 2 responden (2,86%), cukup 2 responden (2,86%) dan kurang 66 responden (94,28%). Hasil analisanya adalah mayoritas ibu di desa Silebo-Lebo masih sangat kurang memahami upaya perbaikan gizi keluarga. Berdasarkan hasil ini, tentunya resiko keluarga untuk mengalami gangguan kesehatan akan semakin beresiko tinggi. Menurut Notoatmodjo (2003) mengemukakan bahwa Upaya adalah suatu usaha yang dilakukan seseorang atau sekelompak untuk mencapai sesuatu untuk terwujudnya kemandirian masyarakat dalam upaya peningkatan status gizi masyarakat dan keluarga sadar gizi. Depkes RI (2007) juga menyatakan bahwa upaya perbaikan gizi masyarakat merupakan salah satu upaya kesehatan wajib Puskesmas. Usaha perbaikan gizi meliputi posyandu, panti pemulihan gizi dan keluarga sadar gizi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, bahwa terdapat kesesuaian antara teori dengan kenyataan, pengetahuan responden tentang Upaya perbaikan gizi mengenai KADARZI di pengaruhi oleh informasi yang diperoleh responden informasi didapat tergantung dari percaya atau tidaknya responden terhadap informasi yang didapat serta sikap responden dalam menanggapi informasi tersebut. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian bahwa semakin banyak responden mendengar atau mendapat sumber informasi akan semakin tinggi pengetahuannya dari pada responden untuk meningkatkan upaya perbaikan gizi. 3. Pengetahuan ibu tentang indikator Kadarzi Data yang diperoleh tentang indikator Kadarzi adalah ibu 14
berpengetahuan baik sebanyak 2 responden (2,85%), cukup 14 responden (20%) dan kurang 44 responden (62,85%). Hasil analisanya adalah mayoritas ibu di desa Silebo- Lebo masih sangat kurang memahami indikator Kadarzi. Hal ini tentu berkorelasi dari Berdasarkan hasil ini, tentunya resiko keluarga untuk mengalami gangguan kesehatan akan semakin beresiko tinggi. Menurut Notoatmodjo (2003), indikator adalah variabel yang membantu kita dalam mengukur perubahan-perubahan yang terjadi baik secara langsung maupun tidak langsung. Indikator ialah statistik dari hal normatif yang menjadi perhatian kita yang dapat membantu kita dalam membuat penilaian ringkas, komprehensif, dan berimbang terhadap kondisi-kondisi atau aspek-aspek penting dari suatu masyarakat. Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, bahwa terdapat kesesuaian antara teori dengan kenyataan, pengetahuan responden tentang indikator keluarga sadar gizi di pengaruhi oleh informasi yang diperoleh responden informasi didapat tergantung dari percaya atau tidaknya responden terhadap informasi yang didapat serta sikap responden dalam menanggapi informasi tersebut. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian bahwa semakin banyak responden mendengar atau mendapat sumber informasi mengenai Indikator Keluarga sadar Gizi akan semakin tinggi pengetahuannya untuk mengukur pertumbuhan dan menilai pentingnya keluarga Sadar Gizi. 4. Kriteria dan Panduan Kadarzi Data yang diperoleh tentang Kriteria dan panduan Kadarzi adalah ibu berpengetahuan baik sebanyak 1 responden (1,43%), cukup 4 responden (5,71%) dan kurang 65 responden (92,86%). Hasil analisanya adalah mayoritas ibu di desa Silebo-Lebo masih sangat kurang memahami dan mengenal tentang kriteria dan panduan Kadarzi yang telah ditetapkan. Hal ini tentu berkorelasi dengan karakteristik lainnya, dimana responden tidak memahami tentang masalah gizi keluarga. Menurut Notoatmodjo (2003), kriteria adalah suatu ciri-ciri yang dimiliki suatu keluarga yang dapat di lihat masyarakat atau sebagai penilaian 15
masyarakat bagi suatu keluarga tersebut Dan panduan adalah suatu arah yang dapat kita lakukan untuk menempuh suatu tujuan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, bahwa terdapat kesesuaian antara teori dengan kenyataan, pengetahuan responden tentang kriteria dan panduan keluarga sadar gizi di pengaruhi oleh informasi yang diperoleh responden informasi didapat tergantung dari percaya atau tidaknya responden terhadap informasi yang didapat serta sikap responden dalam menanggapi informasi tersebut. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian bahwa semakin banyak responden mendengar atau mendapat sumber informasi mengenai Kriteria dan Panduan akan semakin tinggi pengetahuannya untuk mengukur pertumbuhan dan menilai pentingnya keluarga Sadar Gizi. Secara keseluruhan hasil perhitungan akumulasi keseluruhan karakteristik pengetahuan ibu mengenai gizi keluarga maka hasil kategorinya dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 2: Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Tingkat Responden Tentang Keluarga Sadar Gizi di Desa Silebo-Lebo Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015 No Tingkat F % Pengetahuan 1 Baik 2 2,85 2 Cukup 21 30 3 Kurang 47 67,14 Jumlah 70 100 Sumber: Hasil penelitian Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa responden berpengetahuan baik sebanyak 2 responden (2,85%), berpengetahuan cukup 21 responden dan berpengetahuan kurang yaitu sebanyak 47 orang (67,14%). Hasil tersebut menunjukkan bahwa pengetahuan responden secara keseluruhan masih sangat baik. Hal ini sangat membutuhkan kerja kerjasama dari seluruh pihak untuk memberikan informasi yang baik tentang gizi keluarga, agar masyarakat terhindar dari berbagai macam penyakit. Gizi yang baik akan meningkatkan imunitas individu terhadap penyakit. 16
Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pembahan tentang Tingkat pengetahuan Ibu tentang Keluarga sadar gizi di Desa Silebo-lebo maka disimpulkan bahwa : 1. Tingkat Pengetahuan berdasarkan pengertian KADARZI mayoritas berpengetahuan kurang sebanyak 40 orang (60%). 2. Tingkat Pengetahuan berdasarkan Upaya perbaikan Gizi mayoritas berpengetahuan kurang sebanyak 66 orang (94,28%). 3. Tingkat Pengetahuan berdasarkan Indikator KADARZI mayoritas berpengetahuan kurang sebanyak 44 orang ( 62,85%). 4. Tingkat Pengetahuan berdasarkan kriteria dan panduan KADARZI mayoritas berpengetahuan kurang sebanyak 65 orang ( 92,86 % ). 5. Secara keseluruhan hasil perhitungan akumulasi keseluruhan karakteristik pengetahuan ibu mengenai gizi keluarga maka hasil kategorinya yaitu responden berpengetahuan baik sebanyak 2 responden (2,85%), berpengetahuan cukup 21 responden dan berpengetahuan kurang yaitu sebanyak 47 orang (67,14% ). Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah didapatkan, maka penulis memberikan saran sebagai berikut: 1. Disarankan kepada keluarga agar mau ikut serta dalam hal menanggulangi keluarga sadar gizi untuk menurunkan angka kesakitan khususnya pada anak balita dan mencapai keluarga sehat dan sejahtera. 2. Diharapkan kepada masyarakat untuk menggunakan media dan teknogi informasi informasi tentang pentingnya masalah gizi keluarga. 3. Dengan mengetahui informasi gizi keluarga yang baik, masyarakat diharapkan dapat memanfaatkan sumber daya alam pertanian, perikanan maupun peternakan yang dapat dijadikan sebagai solusi dalam mengkomsumsi makanan bergizi. 4. Diharapkan adanya kerja sama tenaga kesehatan dengan masyarakat dalam upaya meningkatkan pengetahuan ibu tantang keluarga sadar gizi melalui penyuluhan. 5. Diharapkan kepada tenaga kesehatan bekerjasama dengan perangkat desa setempat untuk memberikan pendidikan kesehatan 17
secara berkala dan konsisten agar jangan sampai terjadi kasus gizi buruk. 6. Diharapkan kepada pemerintah setempat agar memberdayakan masyarakat untuk ikut berperan dalam proses penyebaran informasi tentang masalah gizi masyarakat. DAFTAR PUSTAKA Achadi, Endang L. (2007). Gizi Dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada. Almatser & Sunita. (2010). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Umum. Arisman, (2007). Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC. Djaeni, Achmad Sediaoetama. (2000). Ilmu gizi Jilid I. Jakarta: DIAN RAKYAT. Djaeni, Achmad Sediaoetama. (2009). Ilmu Gizi Jilid II. Jakarta: DIAN RAKYAT. Francin, Erna path (2005). Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta: EGC. http://www.kti-skripsi.net/hubunganpengetahuan-ibu-dengan-status-gizipada balita, diakses 25 April 2015). Mitayani. (2010). Buku Saku Ilmu Gizi. Jakarta: CV Trans Info Media. Marimbi, Hanum. (2010). Tumbuh Kembang, Status Gizi dan Imunisasi Dasar Pada Balita. Yogjakarta : Nuha Medika. Depkes RI. (2007). Pedoman Strategi KIE Keluarga Sadar Gizi (KADARZI). Jakarta: Direkorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Maryunani, Anik. (2010). Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Jakarta: CV Trans Info Media. Notoadmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo Soekidjo (2005). Ilmu kesehatan masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo Soekidjo (2010). Metode Penelitian Kesehatan.. Jakarta: Rineka Cipta Nursalam. (2008). Asuhan keperawatan bayi dan anak. Jakarta: Penerbit Salemba Medika. Nyoman (2001). Pelajaran status gizi. Jakarta: EGC. Paath, Erna Francin, dkk. (2005). Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta: EGC. Rosa (2011). Faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi pada balita. Skrisipedia.com. Wirda, Aslis Hayati (2009). Buku Saku Gizi Bayi. Jakarta: EGC. 18
19
20