BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. dengan jalan mengolah sumberdaya ekonomi potensial menjadi ekonomi riil

BAB II KERANGKA TEORI DAN KONSEP. pendapatan perkapita riil penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini, berfokus pada sektor basis, faktor

*) Bekerja di BPS Provinsi Kalimantan Tngah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. akan tetapi untuk melengkapi data penelitian ini dibutuhkan suatu

II. TINJAUAN PUSTAKA. proses di mana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan

ANALISIS SEKTOR EKONOMI UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MALANG TAHUN

Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akademisi ilmu ekonomi, secara tradisional pembangunan dipandang sebagai

ANALISIS PERBANDINGAN PEREKONOMIAN PADA EMPAT KORIDOR DI PROPINSI JAWA TIMUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. efektif melalui perencanaan yang komprehensif (Miraza, 2005).

I. PENDAHULUAN. dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dengan kata lain, perkembangannya

II PENDAHULUAN PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Ketimpangan ekonomi antar wilayah

I. PENDAHULUAN. mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejajar dengan bangsa-bangsa maju

I. PENDAHULUAN. Dalam melaksanakan pembangunan perekonomian di daerah baik pada tingkat

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah daerah dan masyarakaat mengelola sumberdaya-sumberdaya

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Usaha ini

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi agar terus tumbuh dalam mendorong pertumbuhan sektor-sektor

ANALISIS PERBANDINGAN PEREKONOMIAN PADA EMPAT KORIDOR DI PROPINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. atau suatu keharusan bagi kelangsungan pembangunan ekonomi dan peningkatan

Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi)

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder rangkai waktu (Time

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sarana pembangunan, transportasi dan komunikasi, komposisi industri, teknologi,

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia ( Sadono Sukirno, 1996:33). Pembangunan ekonomi daerah

CVw = 3. Analisis penentuan subsektor unggulan perekonomian daerah, dengan teknik analisis Location Quotient ( LQ ).

BAB III METODE PENELITIAN. ekonomi yang ada di Pulau Jawa. Selain mengetahui struktur juga untuk

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

BAB II LANDASAN TEORI. tumbuh lebih cepat dibandingkan sektor lainnya dalam suatu daerah terutama

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama untuk. bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan daerah.

BAB III METODE PENELITIAN. struktur dan pertumbuhan ekonomi, tingkat ketimpangan pendapatan regional,

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa didukung adanya kegiatan kegiatan yang. indonesia tidaklah mudah, harus ada sinergi antara pemerintah dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. institusi nasional tanpa mengesampingkan tujuan awal yaitu pertumbuhan

TINJAUAN PUSTAKA. Pembangunan secara tradisional diartikan sebagai kapasitas dari sebuah

Lampiran 1. Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Karo

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diimbangi dengan kemajuan teknologi dalam produksi untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan lapangan kerja dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG MASALAH Dinamika yang terjadi pada sektor perekonomian Indonesia pada masa lalu

Analisis Sektor Unggulan Kabupaten Tolitoli dan Kabupaten Buol

BAB I PENDAHULUAN. membentuk kerja sama antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk

BAB III METODE PENELITIAN

BABV METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari berbagai

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional dalam penelitian ini mencakup semua

III. METODE PENELITIAN. Provinsi Lampung adalah data sekunder berupa PDRB tiap kabupaten/kota di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

III. METODE PENELITIAN. 2010, serta data-data lain yang mendukung. Data ini diperoleh dari BPS Pusat,

I. PENDAHULUAN. panjang yang disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan (Arsyad, 2010).

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

Analisis Tipologi Pertumbuhan Ekonomi Dan Disparitas Pendapatan Dalam Implementasi Otonomi Derah di Propinsi Jambi. Oleh : Etik Umiyati.SE.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Pembangunan Ekonomi Daerah. Pembangunan merupakan proses perubahan secara terus menerus dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan diwilayahnya sendiri memiliki kekuasaan untuk mengtur dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, yaitu upaya peningkatan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju. kepada tercapainya kemakmuran seluruh rakyat Indonesia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. rakyat. Pembangunan merupakan pelaksanaan dari cita-cita luhur bangsa. desentralisasi dalam pembangunan daerah dengan memberikan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berupa data time series,

BAB I PENDAHULUAN. dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan sisterm kelembagaan.

Kata Kunci : Analisis Lokasi, Analisis Kontribusi, Tipologi Klassen, koridor Jawa Timur

BAB I PENDAHULUAN. regional merupakan pelaksanaan dari pembangunan nasional pada wilayah

BAB I PENDAHULUAN. setiap daerah di wilayah negaranya. Dalam pembangunan perekonomian di suatu

III. METODE PENELITIAN. tujuan penelitian. Wilayah yang akan dibandingkan dalam penelitian ini

BAB I PENDAHULUAN. upaya mencapai tingkat pertumbuhan pendapatan perkapita (income per capital) dibandingkan laju pertumbuhan penduduk (Todaro, 2000).

I. PENDAHULUAN. suatu perekonomian dari suatu periode ke periode berikutnya. Dari satu periode ke

JURNAL GAUSSIAN, Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman Online di:

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN KEEROM TAHUN Chrisnoxal Paulus Rahanra 1

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. daerah beserta masyarakatnya bersama-sama mengelola sumberdaya yang ada dan

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. wilayah telah dilaksanakan oleh beberapa peneliti yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah

ANALISIS POTENSI PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIDOARJO DI WILAYAH GERBANGKERTOSUSILA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan perhatian utama semua negara terutama

BAB III METODE PENELITIAN. satu dari 14 Kabupaten/Kota yang berada di Provinsi Kalimantan Barat. Provinsi

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Arsyad (1999), inti permasalahan yang biasanya terjadi dalam

BAB 4 ANALISIS PENENTUAN SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN KUNINGAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. sebuah penelitian. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Struktur

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Pembangunan ekonomi adalah usaha-usaha untuk meningkatkan taraf hidup. per kapita. Tujuan pembangunan ekonomi selain untuk menaikkan

Okto Dasa Matra Suharjo NRP Dosen Pembimbing Dr. Ir. Eko Budi Santoso, Lic.Rer.Reg

EVALUASI DAMPAK PEMBANGUNAN EKONOMI BAGI KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI WILAYAH KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2003 Oleh: Irma Suryahani 1) dan Sri Murni 2)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sektor ekonomi yang menyusun PDRB atas harga konstan 2010 menurut

I.PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PENENTUAN SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KOTA SINGKAWANG DENGAN PENDEKATAN SEKTOR PEMBENTUK PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ( PDRB )

ANALISIS SEKTOR BASIS DAN NON BASIS DI KABUPATEN JAYAPURA. Aurelianus Jehanu 1 Ida Ayu Purba Riani 2

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN KABUPATEN LAMONGAN

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Dharmawan (2016) dalam penelitiannya tentang Analisis Pertumbuhan Ekonomi Dan Pengembangan Sektor Potensial Di Kabupaten Pasuruan Tahun 2008-2012 dengan meggunakan alat analisis struktur ekonomi, analisis Location Quotient, Shift Share, analisis Gravitasi, dan analisis SWOT. Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan alat analisis struktur perekonomian diketahui dari 9 sektor ekonomi yang ada di Produk Domestik Regional Bruto selama tahun 2008-2012 sektor yang memberikan kontribusi terbanyak terhadap PDRB atas dasar harga konstan Kabupaten Pasuruan adalah sektor tersier yaitu sebesar 35,31%. Sedangkan untuk mengetahui sektor yang potensial di Kabupaten Pasuruan memiliki satu sektor potensial yaitu sektor listrik, gas, dan air bersih dengan nilai LQ sebesar 34,48%. Dimana sektor tersebut sangat potensial untuk dipertahankan guna menunjang kekuatan ekonomi Kabupaten Pasuruan. Kahar (2013) dengan penelitiannya tentang Analisis Sektor Unggulan Pola Pertumbuhan dan Ketimpangan Spasial di Propinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2007-2011 dengan menggunakan alat analisis Location Quotient, Tipologi Klasen, dan Indeks Williamson. Hasil analisis LQ menunjukkan bahwa setiap Kabupaten/Kota memiliki sektor potensi unggulan yang berbeda-beda tergantung geografis di setiap Kabupaten/Kota yang dapat 8

9 meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Provinsi NTB. Dari analisis Tipologi Klasen menunjukkan bahwa terdapat tiga pola atau struktur pertumbuhan ekonomi yaitu daerah berkembang cepat, maju tertekan, dan daerah terbelakang. Dari analisis Indeks Williamson menunjukkan tingginya tingkat ketimpangan pembangunan yang terjadi di Provinsi NTB. Zarkasi (2016) dengan penelitian yang berjudul Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan Sektor Unggulan Kabupaten Tulungagung Tahun 2009-2013 menggunakan alat analisis Pertumbuhan, analisis Kontribusi Sektor, dan Location Quotien. Hasil dari penelitiannya adalah sektor penyumbang pertumbuhan ekonomi tertinggi adalah sektor pengangkutan dan komunikasi dengan rata-rata pertumbuhan 7,85% dan sektor perdagangan, hotel dan restaurant sebesar 7, 46%. Secara agregat pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tulungagung adalah 6,75%. Berdasarkan alat analisis LQ ada empat sektor unggulan di Kabupaten Tulungagung antara lain sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restaurant, sektor keuangan dan jasa perusahaan dan yang terakhir adalah sektor jasa-jasa. Dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan diatas persamaan dengan penelitian sekarang adalah sama-sama meneliti tentang sektor unggulan dengan menggunakan analisis Location Quotient (LQ) di suatu wilayah. Sedangkan perbedaan pada penelitian sekarang yaitu peneliti mengamati empat obyek yaitu Kabupaten Gresik, Tuban, Lamongan, dan Bojonegoro. Meskipun alat penelitian yang digunakan hampir sama, penelitian ini

10 menggunakan tiga alat analisis yaitu analisis pertumbuhan ekonomi, analisis LQ dan analisis tipologi klassen. B. Teori dan Kajian Pustaka 1. Teori Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Pertumbuhan ekonomi wilayah adalah pertambahan pendapatan masyarakat yang terjadi di suatu wilayah, yaitu kenaikan seluruh nilai tambah (added value) yang terjadi di wilayah tersebut. Perhitungan pendapatan wilayah pada awalnya dibuat dalam harga berlaku. Namun agar dapat melihat pertambahan dari kurun waktu ke kurun waktu berikutnya, harus dinyatakan dalam nilai riil, artinya dinyatakan dalam harga konstan.biasanya BPS dalam menerbitkan laporan pendapatan regional tersedia angka dalam harga berlaku dan harga kostan. Pendapatan wilayah menggambarkan balas jasa bagi faktor-faktor produksi yang beroperasi di daerah tersebut (tanah, modal, tenaga kerja, dan teknologi) yang berarti secara kasar dapat menggambarkan kemakmuran daerah tersebut. Kemakmuran suatu wilayah selain ditentukan oleh besarnya nilai tambah yang tercipta di wilayah tersebut juga oleh seberapa besar terjadi transfer payment, yaitu bagian pendapatan yang mengalir ke luar wilayah atau mendapat aliran dana dari luar wilayah. (Tarigan 2007).

11 2. Teori Pembangunan Ekonomi Daerah Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses diamana masyarakat dan pemerintah mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan lapangan kerja baru dan merangsang kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut (Arsyad, 1999). Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses yaitu proses yang mencakup pembentukan institusi-institusi baru, pembangunan industriindustri alternatif, perbaikan kapasitas tenaga kerja yang ada untuk menghasilkan poduk dan jasa lebih baik, identifikasi pasar-pasar baru, alih ilmu pengetahuan, dan pengembangan perusahaan-perusahaan baru. Masalah pokok dalam pembangunan daerah adalah terletak pada penekanan terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan pada kekhasan daerah yang bersangkutan (Endogenous Development) dengan menggunakan potensi sumber daya manusia, kelembagaan, dan sumber daya fisik secara lokal (daerah). Orientasi ini mengarahkan kita kepada pengambilan inisiatif-inisiatif yang berasal dari daerah tersebut dalam proses pembangunan untuk menciptakan kesempatan kerja baru dan merangsang peningkatan kegiatan ekonomi. Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama untuk meningkatkna jumlah dan jenos peluang kerja untuk masyarakat daerah. Dalam upaya untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah daerah dan masyarakatnya harus secara bersama-sama

12 membangun inisiatif pembangunan daerah. Oleh karena itu, pemerintah daerah beserta partisipasi masyarakatnya dengan menggunakan sumber daya yang ada harus mampu menafsir potensi sumber daya yang diperlukan untuk merancang pembangunan perekonomian daerah. 3. Teori Sektor Basis Teori basis dikemukakan oleh Harry W. Richardson (1973) yang menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah (Arsyad, 1999:116). Dalam penjelasan selanjutnya dijelaskan bahwa pertumbuhan industri-industri yang menggunakan sumber daya lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk diekspor akan menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan peluang kerja (job creation). Asumsi ini memberikan pengertian bahwa suatu daerah akan mempunyai sektor unggulan apabila daerah tersebut dapat memenangkan persaingan pada sektor yang sama dengan daerah lain sehingga dapat menghasilkan ekspor (Suyatno, 2000: 146). Richardson dalam Taroman (2000:18) mengembangkan suatu teori ekonomi regional yaitu basis ekonomi. Dalam teori basis ekonomi atau teori basis-ekspor (economic base theory), menyatakan bahwa penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah. Teori basis

13 ekonomi pada intinya membedakan sektor basis dan aktifitas sektor non basis. Aktivitas basis memiliki peranan sebagai penggerak utama (primer mover) dalam pertumbuhan suatu wilayah. Semakin besar ekspor suatu wilayah ke wilayah lain akan semakin maju pertumbuhan wilayah tersebut, dan demikian sebaliknya. Setiap perubahan yang terjadi pada sektor basis akan menimbulkan efek ganda (multiplier effect) dalam perekonomian regional (Adisasmita, 2005:28). Identifikasi sektor basis dan non-basis : Salah satu cara dalam menentukan suatu sektor sebagai sektor basis atau non-basis adalah Location Quotient (LQ). Arsyad (1999:315) menjelaskan bahwa teknik Location Quotient (LQ) dapat membagi kegiatan ekonomi suatu daerah menjadi dua golongan, yaitu: a. Kegiatan sektor ekonomi yang melayani pasar di daerah itu senidiri maupun di luar daerah yang bersangkutan. Sektor ekonomi seperti ini dinamakan sektor ekonomi potensial (sektor basis) b. Kegiatan sektor ekonomi yang melayani pasar di daerah tersebut dinamakan sektor tidak potensial (non basis) atau local industry. 4. Sektor Unggulan Sektor unggulan adalah sektor yang mampu mendorong pertumbuhan atau perkembangan bagi sektor-sektor lainnya, baik sektor yang mensuplai inputnya maupun sektor yang memanfaatkan outputnya sebagai input

14 dalam proses produksinya (Tri Widodo, 2006). Sektor unggulan sebagai sektor yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi suatu wilayah tidak hanya mengacu pada lokasi secara geografis saja melainkan merupakan suatu sektor yang menyebar dalam berbagai saluran ekonomi sehingga mampu menggerakkan ekonomi secara keseluruhan. Sambodo (dalam Firman, 2007), ciri-ciri sektor yang memiliki keunggulan adalah sebagai berikut: a. Sektor yang memiliki laju pertumbuhan yang tinggi; b. Sektor tersebut memiliki angka penyebaran yang relatife besar; c. Sektor tersebut memiliki keterkaitan antar sektor yang tinggi baik keterkaitan depan ataupun ke belakang; d. Sektor tersebut mampu menciptakan nilai tambah yang tinggi. 5. Pola dan Struktur Pertumbuhan Ekonomi Mengetahui gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan ekonomi masing-masing daerah, dapat digunakan analisis tipologi klasen. Alat analisis tipologi klasen pada dasarnya membagi daerah berdasarkan dua indikator utama, yaitu pertumbuhan ekonomi daerah dan pendapatan perkapita daerah. Dengan menentukan rata-rata pertumbuhan ekonomi sebagai sumbu vertikal dan rata-rata pendapatan per kapita sebagai sumbu horizontal, daerah yang diamati dapat dibagi menjadi empat kalsifikasi, yaitu: daerah cepat maju dan cepat tumbuh (high growth and high income), daerah maju tapi tertekan (high income but low growth), daerah

15 berkembang cepat (high growth but low income), dan daerah relatif tertinggal (low growth and low income) (Syafrizal, 1997; Kuncoro, 1993; Hill,1989). Kriteria yang digunakan untuk membagi daerah kabupaten/kota dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Daerah cepat maju dan cepat tumbuh, daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita yang lebih tinggi dibanding rata-rata kabupaten/kota; b. Daerah maju tapi tertekan, daerah yang memiliki pendapatan perkapita lebih tinggi, tetapi tingkat pertumbuhan ekonominya lebih rendah dibanding rata-rata kabupaten/kota; c. Daerah berkembang cepat, daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan tinggi, tetapi tingkat pendapatan perkapita lebih rendah dibanding rata-rata kabupaten/kota; d. Daerah relatif tertinggal, daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita yang lebih rendah dibanding ratarata kabupaten/kota. Disebut tinggi apabila indikator di suatu kabupaten/kota lebih tinggi dibandingkan rata-rata seluruh kabupaten/kota; digolongkan rendah apabila indikator di suatu kabupaten/kota lebih rendah dibandingkan ratarata seluruh kabupaten/kota.

16 Tabel 2.1 Matrik Klasifikasi Pola dan Struktur Ekonomi Menurut Tipologi Klasen Laju Pertumbuhan (r) ri > r ri < r PDRB Perkapita (y) Sumber ; Sjafrizal, (1997) Keterangan: yi < y Daerah Berkembang Cepat Daerah Relatif tertinggal yi > y Daerah Cepat Maju dan Cepat Tumbuh Daerah Maju Tapi Tertekan ri r yi y : Laju pertumbuhan PDRB daerah i : Laju pertumbuhan total PDRB daerah referensi : Pendapatan perkapita daerah i : Pendapatan perkapita daerah referensi C. Kerangka Pemikiran Dalam kerangka pemikiran ini, peneliti akan berusaha membahas permasalahan yang diangkat. Pembahasan tersebut akan dijelaskan dengan menggunakan konsep dan teori yang ada hubungannya untuk membantu menjawab masalah penelitian. Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah tentang Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan Penetapan Sektor Unggulan di Kabupaten Gresik, Lamongan, Tuban, dan Bojonegoro.

PDRB Sektor Kabupaten Gresik, Lamongan, Tuban, dan Bojonegoro Pertumbuhan Ekonomi Identifikasi Sektor Unggulan Analisis Pertumbuhan Ekonomi Analisis Location Quotient LQ < 1 Sektor Unggulan LQ > 1 Sektor Non Unggulan Bekembang Cepat Pola Pertumbuhan Ekonomi Analisis Tipologi Klassen Cepat Maju Cepat Tumbuh Relatif Tertinggal Maju Tapi Tertekan Gambar 2.1. Kerangka Teoritis