IMPLEMENTASI PASAL 25 PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH TERHADAP PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kurang tepat serta keterbatasan kapasitas dan sumber dana meningkatkan dampak

BAB I PENDAHULUAN. sampah yaitu dari paradigma kumpul angkut buang menjadi pengolahan yang

BAB I PENDAHULUAN. dan mutlak. Peran penting pemerintah ada pada tiga fungsi utama, yaitu fungsi

PENGOLAHAN SAMPAH DENGAN SISTEM 3R (REDUCE, REUSE, RECYCLE)

PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR : 3 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Sampah merupakan limbah yang dihasilkan dari adanya aktivitas manusia.

I. PENDAHULUAN. Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

KAJIAN MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT DI KECAMATAN WONOCOLO KOTA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. yang dianggapnya sudah tidak berguna lagi, sehingga diperlakukan sebagai

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP Sampah rumah tangga. Raperda. Pedoman. PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan pengelolaan yang berkelanjutan air dan sanitasi untuk semua. Pada tahun 2030,

BAB I PENDAHULUAN Permasalahan Sampah di Daerah Istimewa Yogyakarta

dan bertambah kembali menjadi 204,78 juta jiwa pada tahun Jika tingkat pertumbuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu permasalahan lingkungan hidup yang sering kali menjadi

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahlah yang bertanggung jawab dalam pengelolaan sampah.

Potensi Penerapan Pengelolaan Sampah Permukiman Berbasis 3R di Kelurahan Tunjungsekar Kota Malang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Penduduk dan Timbulan Sampah di Provinsi DKI Jakarta Tahun

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam pembangunaan kesehatan menuju Indonesia sehat ditetapkan enam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

EVALUASI SISTEM PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH DI KOTA TRENGGALEK

Kata Kunci: Evaluasi, Masa Pakai, Reduksi, Pengomposan, Daur Ulang

PERATURAN DESA SEGOBANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA SEGOBANG,

BAB I. Pendahuluan. peningkatan sebesar jiwa. Pada tahun 2015, diperkirakan jumlah penduduk akan mencapai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan manusia, karena pada

Praktik Cerdas TPA WISATA EDUKASI. Talangagung

POLEMIK PENGELOLAAN SAMPAH, KESENJANGAN ANTARA PENGATURAN DAN IMPLEMENTASI Oleh: Zaqiu Rahman *

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2014 NOMOR 7 SERI E

PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN MAGELANG

BAB I PENDAHULUAN. pola konsumsi masyarakat menimbulkan bertambahnya volume, jenis dan

POTENSI PENGELOLAAN SAMPAH MENUJU ZERO WASTE YANG BERBASIS MASYARAKAT DI KECAMATAN KEDUNGKANDANG KOTA MALANG ABSTRAK

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk dan aktivititas masyarakat di daerah perkotaan makin

KEBIJAKAN PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU UNTUK MENINGKATKAN NILAI EKONOMI BAGI MASYARAKAT DI DAERAH

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas kehidupan masyarakat di perkotaan, menyebabkan bertambahnya volume

BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pengelolaan Sampah Di Kota Malang. PEMERINTAH KOTA MALANG DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN Jl. Bingkil Nomor 1 Malang Telp. / fax :

BAB I PENDAHULUAN. sembarangan karena tidak memenuhi persyaratan dapat menimbulkan

BANTAENG, 30 JANUARI (Prof. DR. H.M. NURDIN ABDULLAH, M.Agr)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP),

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I. PENDAHULUAN. Pengelolaan lingkungan hidup merupakan bagian yang tak terpisahkan

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

LAMPIRAN L.3 - B. PROPOSAL KERJASAMA CSR Program Makassar Bebas Sampah

KEBIJAKAN PENGELOLAAN SAMPAH MENUJU INDONESIA BERSIH SAMPAH 2020 KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP L/O/G/O

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA.

BAB I PENDAHULUAN. barang maka semakin besar pula volume sampah yang dihasilkan. 1. dan volumenya akan berbanding lurus dengan jumlah penduduk.

PENGELOLAAN SAMPAH PERMUKIMAN DI KAWASAN PERDESAAN KABUPATEN PONOROGO ( STUDI KASUS KECAMATAN BUNGKAL )

BUPATI POLEWALI MANDAR

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 9. Cukup jelas. Pasal 2. Pasal 3. Cukup jelas. Pasal 4. Cukup jelas. Pasal 5. Cukup jelas. Pasal 6. Cukup jelas.

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

Sub Sektor : Air Limbah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengabaikan pentingnya menjaga lingkungan hidup. Untuk mencapai kondisi

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan publik merupakan satu aspek yang penting dalam kehidupan. negara serta wujud dari upaya negara dalam memenuhi kepentingan

I. PENDAHULUAN. Pemberlakuan otonomi daerah di Indonesia menuntut Pemerintah Daerah untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang dijamin secara eksplisit dalam konstitusi.pasal 28H ayat (1) U ndang Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2015 STUDI TENTANG PEMBERDAYAAN PARTISIPATIF DALAM MEMBANGUN KEMANDIRIAN EKONOMI DAN PERILAKU WARGA MASYARAKAT

BAB V IMPLEMENTASI PROGRAM KOMPOSTING RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN. perlu dijaga agar tetap mampu menunjang kehidupan yang normal. 1

Abstrak. Kata Kunci: tingkat pendidikan, status pekerjaan, usia, kesejahteraan, partisipasi

26 PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM PENGELOLAAN SAMPAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. tahun 2012 memiliki total jumlah penduduk sebesar jiwa (BPS, 2013).

WALI KOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTANN TIMUR TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN SAMPAH SEJENIS SAMPAH RUMAH TANGGA

PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA BENGKULU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU,

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH

A. Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu Raya

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KABUPATEN KARANGANYAR

BAB III ISU STRATEGIS & TANTANGAN SEKTOR SANITASI KABUPATEN KLATEN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pengelolaan Sampah. Pedoman.

PENGKAJIAN FAKTOR PENDORONG KEBERHASILAN PENGELOLAAN SAMPAH PARTISIPATIF

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Fasilitas Pengolahan Sampah di TPA Jatibarang Semarang

I. PENDAHULUAN. Bandar Lampung yang dikategorikan sebagai kota yang sedang berkembang,

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Bank Sampah Wargi Manglayang RW 06

KERJA SAMA BISNIS PENDIRIAN BANK SAMPAH MODEL BARU

EVALUASI UNTUK PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DI KOTA MARTAPURA DARI SEGI PENGUMPULAN DAN PENGANGKUTAN

Transkripsi:

0 IMPLEMENTASI PASAL 25 PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH TERHADAP PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT (Studi di Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Malang) JURNAL ILMIAH Untuk Memenuhi Sebagian Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Kesarjanaan Dalam Ilmu Hukum Oleh : Rizal Yustisia G. Nim.0810110192 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS HUKUM MALANG 2014

1 ABSTRAKSI Rizal Yustisia G., NIM. 0810110192, Hukum Administrasi Negara, Fakultas Hukum, Universitas Brawijaya Malang, Juni 2014, Implementasi Pasal 25 Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 10 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan Sampah Terhadap Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat (Studi Di Dinas Kebersihan Dan Pertamanan Kota Malang), Agus Yulianto,SH.MH.,Lutfi Effendi,SH.M.Hum. Persoalan sampah sampai saat ini menjadi persoalan yang belum terpecahkan terutama di kota-kota besar di Indonesia. Permasalahan ini timbul terutama karena besarnya volume sampah, keterbatasan lahan untuk pembuangan akhir yang diiringi dengan pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi, dimana hal ini ditunjang pula oleh adanya teknis pengelolaan sampah yang masih konvensional. Disamping itu peran aktif masyarakat juga dibutuhkan di dalam pengelolaan sampah rumah tangga. Hal ini diatur di dalam Pasal 25 Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan Sampah, dalam pasal 35 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga sehingga perlu adanya keterlibatan masyarakat di dalam pengelolaan sampah, diharapkan persoalan sampah nantinya tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah tetapi menjadi tanggung jawab masyarakat juga. Aturan mengenai pengelolaan sampah di Kota Malang sendiri diatur melalui Peraturan Daerah Nomor 10 tahun 2010 tentang Pengelolaan Sampah. Dimana di dalam Pasal 25 ayat (1) Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 10 tahun 2010 tentang Pengelolaan Sampah Melihat fakta-fakta persoalan sampah yang dipaparkan diatas membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian dalam skripsi ini dengan mengambil judul Implementasi Pasal 25 Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 10 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan Sampah Terhadap Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat (Studi Di Dinas Kebersihan Dan Pertamanan Kota Malang) Metode pendekatan yuridis sosiologis ini mengkaji permasalahan dari peraturan perundang-undangan yang berlaku, dalam hal ini Penerapan Pasal 25 Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 10 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan Sampah Terhadap Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat Pada Dinas Kebersihan Dan Pertamanan Kota Malang dikaitkan dengan realita yang ada.

2 Hasil dari penelitian ini diketahui dengan cara adanya strategi pengelolaan sampah dari hulu ke hilir dan disertai pengelolaan sampah dari tataran aturan terjadi peningkatan kesadaran dan berubahnya paradigma masyarakat, dengan ikut serta terlibat di dalam pengelolaan sampah di tingkat hulu, sehingga mereka berlomba-lomba untuk menjadikan lingkungan tempat tinggalnya menjadi bersih dengan adanya lomba lingkungan kampung bersinar dan juga mendorong masyarakat terlibat secara aktif di dalam pengembangan Bank Sampah Kota Malang. Kata kunci: Implementasi, Pengelolaan Sampah, Partisipasi Masyarakat Latar Belakang Persoalan sampah sampai saat ini menjadi persoalan yang belum terpecahkan terutama di kota-kota besar di Indonesia. Permasalahan ini timbul terutama karena besarnya volume sampah, keterbatasan lahan untuk pembuangan akhir yang diiringi dengan pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi, dimana hal ini ditunjang pula oleh adanya teknis pengelolaan sampah yang masih konvensional. Sulitnya untuk mencari lahan bagi pembuangan sampah sampai hari ini belum sepenuhnya terpecahkan. Sementara lahan pembuangan akhir tidaklah mampu menampung berjubelnya sampah yang dikirim dari Lahan Pembuangan Sementara, sehingga timbunan sampah yang ada di Lahan Pembuangan Sementara tidak bisa serta merta dapat diangkut ke pembuangan akhir, padahal volume sampah tiap harinya semakin meningkat, terutama samapah rumah tangga. Sehingga hal ini perlu dipikirkan tentang manajemen pengelolaan sampah untuk mengatasi volume sampah yang setiap harinya semakin meningkat. Menurut Wapres Budiono jumlah rata-rata sampah yang dihasilkan dari wilayah domestik rumah tangga di kota berpenduduk 200 ribu jiwa mencapai 100 ton per hari. Namun, dalam praktiknya, persoalan sampah tersebut belum diiringi dengan kesiapan pengelolaan sampah dan sanitasi yang memadai. Padahal, kata Boediono, persoalan sampah dapat memicu rangkaian permasalahan yang lebih besar. 1 Balthazar mengatakan Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 mengamanatkan bahwa upaya pengelolaan sampah dan sanitasi merupakan problem yang harus ditangani seluruh pihak secara bersama-sama. Lebih lanjut lagi diterjemahkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga memberi 1 http://koran-jakarta.com/index.php/detail/view01/105494, diakses tanggal 14 Maret 2013

3 landasan lebih kuat bagi pemerintah daerah dalam penyelenggaraan pengelolaan sampah dengan sistem 3 R (reduce, reuse, recycle). 2 Pengelolaan sampah dalam Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga didasarkan untuk menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup dan kesehatan masyarakat, hal itu tertuang di dalam Pasal 2 huruf a PP Nomor 81 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga bahwa pengaturan pengelolaan sampah bertujuan menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup dan kesehatan masyarakat. Selain itu di Pasal 2 huruf b Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dikatakan pengelolaan sampah juga bertujuan menjadikan sampah sebagai sumber daya. Disamping itu peran aktif masyarakat juga dibutuhkan di dalam pengelolaan sampah rumah tangga. Hal ini diatur di dalam Pasal 25 Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan Sampah, dalam pasal 35 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga tersebut dikatakan bahwa: Masyarakat berperan serta dalam proses pengambilan keputusan, penyelenggaraan, dan pengawasan dalam kegiatan pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga yang diselenggarakan oleh Pemerintah dan/atau pemerintah daerah. Peran serta masyarakat tersebut dapat dilakukan dengan berbagai tindakan yang diatur di dalam pasal 35 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga yakni sebagai berikut: a. pemberian usul, pertimbangan, dan/atau saran kepada Pemerintah dan/atau pemerintah daerah; b. dalam kegiatan pengelolaan sampah; c. pemberian saran dan pendapat dalam perumusan kebijakan dan strategi pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga; d. pelaksanaan kegiatan penanganan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga yang dilakukan secara mandiri dan/atau bermitra dengan pemerintah kabupaten/kota; dan/atau 2 Ibid

44%. 4 Sehingga perlu adanya keterlibatan masyarakat di dalam pengelolaan sampah, 4 e. pemberian pendidikan dan pelatihan, kampanye, dan pendampingan oleh kelompok masyarakat kepada anggota masyarakat dalam pengelolaan sampah untuk mengubah perilaku anggota masyarakat. Persoalan Pengelolaan sampah rumah tangga dan sejenis sampah rumah tangga juga menjadi persoalan yang serius di Kota Malang. Pemerintah Kota Malang 3 terus mencari solusi dalam menangani tumpukan-tumpukan sampah di wilayahnya. Potensi sampah di Kota Malang yang mencapai sekitar 400 ton per harinya. Laju timbulan sampah baik untuk sekarang maupun dimasa mendatang merupakan dasar dari perencanaan, perancangan, dan pengkajian potensi pengelolaan persampahan. Secara kompleks, permasalahan sampah di kota-kota besar bukan sekedar bagaimana teknis mengolah sampah, tetapi juga penanganan secara sosial, ekonomi, hukum dan politik. Pengelolaan persampahan di Kota Malang sebagian besar ditangani oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan yang memiliki jumlah personel 1.637 (PNS dan Petugas kebersihan). Biaya pengelolaan sampah per tahun adalah Rp 2.074.038.000,- dan penerimaan retribusi sampah sebesar Rp 1.575.000.000,- Rata-rata timbunan sampah kota 1.850 m3/hari dan volume rata-rata sampah yang telah dikelola 1.370 m3/hari. Sesuai dengan standar kota Besar, yaitu tingkat timbulan sampah sebanyak 3,25 liter/orang/hari, Kota Malang dengan jumlah penduduk 763.465 jiwa, menghasilkan 2.481 m3 timbulan sampah. Jumlah ini didapatkan dari jumlah penduduk x 3,25/1000. Namun Kota Malang baru dapat mengelola sebanyak 1.370 m3. Sehingga banyaknya sampah yang belum terlayani adalah 1.111 m3 atau diharapkan persoalan sampah nantinya tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah tetapi menjadi tanggung jawab masyarakat juga. Aturan mengenai pengelolaan sampah di Kota Malang sendiri diatur melalui Peraturan Daerah Nomor 10 tahun 2010 tentang Pengelolaan Sampah. Dimana di dalam Pasal 25 ayat (1) Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 10 tahun 2010 tentang Pengelolaan Sampah dikatakan bahwa: Masyarakat dapat berperan dalam menangani masalah pengelolaan sampah yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah. 3 http://wartapedia.com/lingkungan/konservasi/4740-bank-sampah--solusi-mengatasi-masalah-sampahwarga-malang.html, diakses tanggal 14 Maret 2013 4 https://sites.google.com/site/tempatpengolahanakhirsampah/sistem-persampahan-kota-malang, diakses tanggal 14 Maret 2013

5 Bercermin dari aturan tersebut, maka tanggung jawab pengolaan sampah rumah tangga juga dapat melibatkan peran serta masyarakat, apalagi persoalan sampah rumah tangga setiap hari menjadi persoalan di setiap rumah tangga yang ada di Kota Malang. Melihat fakta-fakta persoalan sampah yang dipaparkan diatas membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian dalam skripsi ini dengan mengambil judul Implementasi Pasal 25 Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 10 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan Sampah Terhadap Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat (Studi Di Dinas Kebersihan Dan Pertamanan Kota Malang) Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah Implementasi Pasal 25 Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 10 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan Sampah terhadap pengelolaan sampah berbasis masyarakat? 2. Kendala-kendala apakah yang dialami oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Malang di dalam Implementasi Pasal 25 Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 10 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan Sampah terhadap pengelolaan sampah berbasis masyarakat? 3. Upaya-upaya apakah yang dilakukan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Malang untuk mengatasi kedala-kendala di dalam Implementasi Pasal 25 Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 10 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan Sampah terhadap pengelolaan sampah berbasis masyarakat? Metode Penelitian Metode pendekatan yuridis sosiologis. Pendekatan yuridis sosiologis ini mengkaji permasalahan dari peraturan perundang-undangan yang berlaku, dalam hal ini Penerapan Pasal 25 Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 10 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan Sampah Terhadap Pengelolaan Sampah Terhadap Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat Pada Dinas Kebersihan Dan Pertamanan Kota Malang dikaitkan dengan realita yang ada. Pembahasan A. Implementasi Pasal 25 Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 10 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan Sampah Terhadap Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat Sampah adalah problematika yang terjadi sehari-hari di dalam lingkungan masyarakat kita, setiap hari kehidupan kita tidak bisa lepas dengan sampah. Persoalan sampah jika tidak segera diatasi akan menimbulkan persoalan lingkungan sosial yang berkepanjangan.

6 Persoalan yang ditimbulkan dari timbunan sampah yang ada di suatu daerah sangatlah kompleks, timbunan sampah yang ada dapat menyebabkan pencemaran air, tanah dan udara yang ada di sekitarnya. Bayangkan saja ketika timbunan sampah tersebut tidak diolah maka akan menjadi gunungan sampah yang dapat merusak ekosistem. Dan penyelesaian persoalan sampah bukan hanya menjadi tugas pemerintah saja melainkan seluruh lapisan masyarakat. Peran partisipasi masyarakat secara aktif sangat diperlukan dalam penyelesaian persoalan sampah. Dalam konteks Kota Malang untuk menuju Malang yang bermartabat maka diperlukan kerja sama dalam semua tingkatan untuk mengatasi persoalan sampah. Jumlah sampah yang ada di Kota Malang berdasarkan jenisnya adalah sebagai berikut: Jumlah Sampah Per Hari di Kota Malang No. Jenis Sampah Satuan Volume 1. Sampah Organik M 3 /hari 1.152 2. Kertas M 3 /hari 90 3. Plastik M 3 /hari 450 4. Logam/Besi M 3 /hari 18 5. Kaca/Gelas M 3 /hari 27 6. Karet M 3 /hari 18 7. Kain M 3 /hari 27 Sumber: Profil Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Malang Tahun 2012 Kita bisa melihat jumlah sampah pertahunnya apabila tidak dilakukan pengolahan tentu saja menjadi persoalan yang serius terutama bagaimana sampah-sampah tersebut mempengaruhi lingkungan. Nah dari data tersebut di atas maka kita bisa melihat seberapa jauh keterlibatan masyarakat di dalam pelaksanaan Pasal 25 ayat (1) Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 10 tahun 2010 tentang Pengelolaan Sampah. Paradigma masyarakat selama ini terhadap sampah menurut Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Malang 5 sebatas masih pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan tidak sampai pada pengelolaan. Masyarakat dirasa masih kurang peduli terhadap lingkungan dalam hal ini permasalahan sampah, kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah di sembarang tempat masih sangat rendah. Hal inilah yang kemudian membuat Dinas Kebersihan dan Pertamanan memikirkan strategi Implementasi Pasal 25 Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 10 Tahun 2010 2014 5 Hasil wawancara dengan Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Malang, tanggal 6 Februari

7 Tentang Pengelolaan Sampah terhadap pengelolaan sampah berbasis masyarakat. Model Pengelolaan sampah setelah adanya Pasal 25 Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 10 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan Sampah yaitu dengan menerapkan strategi pengelolaan sampah sebagai berikut: 6 a. Pengelolaan sampah tingkat hulu: 1) Mekanisme Pengelolaan dan Pemberdayaan Bank Sampah Malang 2) Lomba Lingkungan Kampung Bersinar antar RW se Kota malang 3) Pengelolaan sampah dengan budidaya cacing, cacing dianggap sebagai hewan pengurai sampah organik 4) Pembentukan Kader Lingkungan. b. Pengelolaan di Tingkat aturan 1) Dibangunnya Tempat Pengolahan Sampah 3 R (Reduce, Reuse, Recycle) dan kompos. 2) Dibangunnya Tempat Pengolahan Sampah 3R dan SPA (Stasiun Peralihan Antara) 3) Pemberdayaan Pemulung c. Pengelolaan di tingkat hilir: 1) Penangkapan gas metan untuk kebutuhan masyarakat di sekitar TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) Supit Urang. 2) Pengelolaan sampah dengan sistem lahan urug terkendali (control landfill) 3) Pemberdayaan Pemulung Dengan adanya strategi pengelolaan sampah dari hulu ke hilir dan disertai pengelolaan sampah dari tataran aturan terjadi peningkatan kesadaran dan berubahnya paradigma masyarakat, dengan ikut serta terlibat di dalam pengelolaan sampah di tingkat hulu, sehingga mereka berlomba-lomba untuk menjadikan lingkungan tempat tinggalnya menjadi bersih dengan adanya lomba lingkungan kampung bersinar. 7 Perubahan paradigma masyarakat ini juga dirasakan oleh Direktur Utama Bank Sampah Kota Malang 8 menurutnya Paradigma masyarakat mengalami perubahan dan kesadaran mereka akan pentingnya memanfaatkan sampah menjadi nilai ekonomis sangat dirasakan ketika adanya bank sampah. 6 Ibid. 7 Ibid. 8 Hasil wawancara dengan Direktur Utama Bank Sampah Kota Malang, tanggal 21 Januari 2014

8 Namun menurut salah seorang warga masyarakat selama ini belum ada upaya dari Pemerintah Kota Malang untuk melibatkan masyarakat di dalam memberikan usulan, pertimbangan dan saran terhadap pengelolaan sampah di Kota Malang selama ini. 9 Lain lagi dengan warga di Jalan Talun Pasar mengatakan bahwa ada pelibatan masyarakat dalam pemberian usulan pendapat dan pertimbangan, warga di daerahnya pernah mengusulkan tentang keberadaan pasukan kuning untuk mengatasi masalah sampah yang ada di wilayahnya pada Dinas Kebersihan dan Pertamanan namun tidak ditanggapi sehingga warga di wilayahnya menjadi malas untuk memberikan pertimbangan dan saran. 10 Tanggung jawab Pemerintah Daerah dalam hal ini Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Malang sudah sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 10 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan Sampah yakni pengelolaan sampah dari tingkat hulu, aturan sampai ditingkat hilir. 11 Selama ini menurut masyarakat persoalan pengelolaan sampah yang ada di daerahnya menjadi tanggung jawab warga sendiri tanpa campur tangan Dinas Kebersihan dan Pertamanan. 12 Peran Bank Sampah Kota Malang sendiri di dalam pengelolaan sampah dalam rangka implementasi Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 10 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan Sampah memberikan himbauan kepada masyarakat untuk berperan serta secara aktif mendukung kegiatan bank sampah sebagai perwujudan dari strategi Pemerintah Kota Malang dalam menyelesaikan persoalan pengelolaan sampah yang ada di Kota Malang. 13 Masyarakat juga dilibatkan di dalam perencanaan dan pelaksanaan kebijakan pengelolaan sampah di Kota Malang dalam implementasi Pasal 25 Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 10 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan Sampah. Peran Masyarakat dalam memberikan usulan tentang pengelolaan sampah dapat dilakukan melalui mekanisme sebagai berikut: 14 1. Musrenbang (Musyawarah Perencanaan dan Pembangunan) dari RT, RW sampai tingkat Kota malang. 9 Hasil wawancara dengan salah seorang warga Jalan arjuna, Kelurahan Kauman, Tanggal 22 Januari 2014 10 Hasil wawancara dengan salah seorang warga Jalan Talun Pasar, Kelurahan Kauman Tanggal 23 Januari 2014 11 Hasil wawancara dengan Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Malang, tanggal 6 Februari 2014 12 Hasil wawancara dengan salah seorang warga Jalan Talun Pasar, Kelurahan Kauman Tanggal 23 Januari 2014 13 Hasil wawancara dengan Direktur Utama Bank Sampah Kota Malang, tanggal 21 Januari 2014 14 Hasil wawancara dengan Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Malang, tanggal 6 Februari 2014

9 2. Melalui website Kota Malang atau Dinas Kebersihan dan Pertamanan 3. Usulan bisa dilakukan secara langsung dengan cara masyarakat berkirim surat Kepada Dinas Kebersihan dan Pertamanan c.q Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Malang. Peran serta masyarakat dalam perumusan kebijakan pengelolaan sampah bisa dilakukan dengan mekanisme: 1. Musrenbang (Musyawarah Perencanaan dan Pembangunan) dari RT, RW sampai tingkat Kota malang. 2. Melalui website Kota Malang atau Dinas Kebersihan dan Pertamanan Sementara itu peran serta masyarakat di dalam perumusan kebijakan pengelolaan sampah pada Bank Sampah Kota Malang adalah bisa secara langsung memberikan saran kepada Pengelola Bank Sampah Kota Malang, dan apabila ada hal-hal yang diperlukan berkaitan dengan kebijakan maka Pengelola Bank Sampah Kota Malang langsung mengadakan musyawarah dengan para anggota masyarakat yang menjadi nasabah Bank Malang Kota Malang, termasuk pengembangan aktivitas-aktivitas Bank Sampah Kota Malang. 15 Untuk menggugah kesadaran masyarakat Kota Malang berperan serta secara aktif di dalam Pengelolaan Sampah yang ada di Kota Malang dalam rangka implementasi Pasal 25 Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 10 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan Sampah, adalah dengan melakukan sejumlah aktivitas yang dilakukan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Malang yaitu: 1. Mengadakan Lomba Kampung Bersinar 2. Lomba Kampung Zero Waste 3. Mendorong masyarakat untuk berperan secara aktif di dalam semua kegiatan Bank Sampah Malang dan menjadikan sampah bernilai ekonomis Fungsi dan Peran Bank Sampah Malang dirasakan telah merubah paradigma masyarakat dengan cara memilah sampah dari sumbernya. Di Bank Sampah Kota malang sendiri model pengelolaan sampah berbasis masyarakat dalam rangka implementasi Pasal 25 Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 10 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan Sampah adalah dengan mengadakan pelatihan pengelolaan sampah di masyarakat yang kemudian disusul dengan pembuatan kelompok-kelompok pengelolaan sampah dan terlibat secara aktif dalam semua kegiatan Bank Sampah Kota Malang. Kegiatan-kegiatan Bank Sampah Kota Malang 15 Hasil wawancara dengan Direktur Utama Bank Sampah Kota Malang, tanggal 21 Januari 2014

10 merupakan aspirasi masyarakat Kota Malang yang menjadi anggota Bank Sampah Kota Malang. 16 Tanggung jawab Dinas Kebersihan dan Pertamanan selama ini terhadap keberadaan Bank Sampah Malang menurut Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Malang 17 adalah sebagai berikut: 1. Mendorong masyarakat untuk mengolah sampah melalui kegiatan sosialisasi-sosialisasi pada tim penggerak PKK Kota Malang sampai dengan RW; 2. Melakukan Sosialisasi pada ketua-ketua RW; 3. Melakukan sosialisasi dengan kader lingkungan; 4. Memberikan bantuan pada masyarakat berupa hibah sarana dan prasarana kebersihan RW diantaranya gerobak sampah, seragam pasukan kuning RW; 5. Sosialisasi bank sampah melalui media massa. Kinerja Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Malang dirasakan lumayan namun sosialisasinya dirasakan kurang apalagi sarana dan prasarana yang ada dirasakan kurang juga. Bank sampah di Kota Malang ada 1 buah, namun Bank Sampah Kota Malang memiliki unit-unit sebagai nasabahnya baik yang dikelola oleh kelompok-kelompok masyarakat, sekolah-sekolah, perkantoran, maupun individu-individu. Jumlah Nasbah kelompok masyarakat ada 306 unit, sementara nasabah kelompok sekolah 176 unit, perkantoran ada 27 unit dan perorangan ada 500 nasabah. 18 Selama ini Bank Sampah Kota Malang dengan dibantu Dinas Kebersihan dan Pertamanan selau melakukan sosialisasi tentang keberadaan Bank Sampah Kota Malang. Melalui kegiatan-kegiatan rutin warga di kampong masing-masing. 19 Partisipasi masyarakat Kota Malang terhadap keberadaan Bank Sampah Kota Malang dirasakan sangat bagus, mereka dengan antusias mengajukan diri menjadi nasabah Bank Sampah Kota Malang. 20 Pendanaan Bank Sampah Kota Malang selama ini berasal dari beberapa sumber pendanaan yaitu: 21 16 Hasil wawancara dengan Direktur Utama Bank Sampah Kota Malang, tanggal 21 Januari 2014 2014 2014 2014 17 Hasil wawancara dengan Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Malang, tanggal 6 Februari 18 Hasil wawancara dengan Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Malang, tanggal 6 Februari 19 Hasil wawancara dengan Direktur Utama Bank Sampah Kota Malang, tanggal 21 Januari 2014 20 Ibid 21 Hasil wawancara dengan Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Malang, tanggal 6 Februari

11 1. Bantuan modal dari Pemerintah Kota Malang; 2. Bantuan Sarana dan Prasarana dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan 3. Bantuan dari Corporate Social Responsibility (CSR) PLN Kota Malang 4. Dana-dana yang terkumpul dari nasabah. Ditambahkan pula oleh Direktur Utama Bank Sampah Kota Malang 22 bahwa selama ini Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Malang selalu berupaya untuk memfasilitasi Bank Sampah Kota Malang dan membantu mensosialisasikan aktivitas Bank Sampah Kota Malang. Pembinaan pun juga dilakukan baik berkaitan dengan manajemen, operasional, serta pengembangan usaha. Selama ini Dinas Kebersihan Kota Malang di dalam melakukan pengelolaan sampah tidak bekerja sendiri, Dinas Kebersihan dan Pertamanan bekerja sama dengan beberapa Dinas yang ada yaitu: 1. Dinas Pasar untuk pengelolaan sampah yang ada di pasar-pasar Kota Malang. 2. Dinas Perhubungan untuk pengelolaan sampah yang ada di terminal 3. Dinas Pendidikan untuk pengelolaan Sampah di sekolah-sekolah Disamping itu Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Malang selalu menggandeng Bank Sampah Kota Malang di dalam melakukan pengelolaan sampah. Harapan Bank Sampah Kota Malang kedepannya ada pembiayaan unit-unit Bank Sampah yang dilakukan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Malang. Dan Bank Sampah Kota Malang bisa dikenal dan bisa diselenggarakan secara serentak diseluruh wilayah Kota Malang. B. Kendala-kendala Yang Dialami Oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Malang Di Dalam Implementasi Pasal 25 Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 10 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan Sampah Terhadap Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat Di dalam Implementasi Pasal 25 Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 10 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan Sampah terhadap pengelolaan sampah berbasis masyarakat tentu saja tidak semulus yang diharapkan ada kendala-kendala yang dirasakan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Malang serta oleh Bank Sampah Kota Malang adalah sebagai berikut: 22 Hasil wawancara dengan Direktur Utama Bank Sampah Kota Malang, tanggal 21 Januari 2014

12 1. Kendala Internal a. Sarana Prasarana yang kurang memadai, seperti contoh kurangnya truk pengangkut sampah, seyogyanya tiap truk itu melakukan 2 kali muatan tetapi kenyataan di lapangan truk-truk yang ada mengangkut sampah 3-4 kali karena banyaknya volume sampah di kota Malang melebihi kapasitas yang telah diperkirakan. Contoh lainnya adalah TPA yang tidak mampu menampung sampah dikarenakan volume sampah yang ada melebihi daya tampung TPA. b. Minimnya Anggaran untuk pengelolaan sampah dalam APBD Kota Malang c. Minimnya Informasi yang disediakan tentang adanya pengelolaan sampah. 2. Kendala Eksternal a. Minimnya Kesadaran masyarakat di dalam ikut serta untuk melakukan pengelolaan sampah b. Retribusi sampah dari masyarakat yang kurang dari target yang ditetapkan diakibatkan oleh retribusi sampah yang murah. C. Upaya-Upaya Apakah Yang Dilakukan Dinas Kebersihan Dan Pertamanan Kota Malang Untuk Mengatasi Kedala-Kendala Di Dalam Implementasi Pasal 25 Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 10 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan Sampah Terhadap Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat Adapun upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala yang ada adalah sebagi berikut: 1. Kendala internal a. Memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada secara maksimal dan melakukan pengolahan sampah dengan konsep reduce, reuse, dan recycling. b. Memaksimalkan Anggaran yang ada dan sudah dianggarkan di dalam APBD Kota Malang, untuk Bank Sampah Kota Malang upaya yang dilakukan adalah mengusahakan pembiayaan sendiri dengan membuat unit-unit usaha. c. Bank Sampah memfasilitasi secara mandiri keberadaan informai penglolaan sampah. 2. Kendala Eksternal a. Terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat dengan jargon merubah sampah menjadi uang agar ke depannya masyarakat bisa memanfaatkan Bank Sampah Kota Malang dan juga mampu memilah dan mengelola sampah secara mandiri. b. Menyesuaikan Anggaran yang sudah ada di dalam APBD.

13 Penutup A. Kesimpulan Dari hasil dan pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Implementasi Pasal 25 Perda Nomor 10 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan Sampah Terhadap Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat adalah dengan cara adanya strategi pengelolaan sampah dari hulu ke hilir dan disertai pengelolaan sampah dari tataran aturan terjadi peningkatan kesadaran dan berubahnya paradigma masyarakat, dengan ikut serta terlibat di dalam pengelolaan sampah di tingkat hulu, sehingga mereka berlomba-lomba untuk menjadikan lingkungan tempat tinggalnya menjadi bersih dengan adanya lomba lingkungan kampung bersinar dan juga mendorong masyarakat terlibat secara aktif di dalam pengembangan Bank Sampah Kota Malang. 2. Kendala-kendala Yang Dialami Oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Malang Di Dalam Implementasi Pasal 25 Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 10 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan Sampah Terhadap Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat a. Kendala Internal 1) Sarana Prasarana yang kurang memadai, seperti contoh kurangnya truk pengangkut sampah, seyogyianya tiap truk itu melakukan 2 kali muatan tetapi kenyataan di lapangan truk-truk yang ada mengangkut sampah 3-4 kali karena banyaknya volume sampah di kota Malang melebihi kapasitas yang telah diperkirakan. Contoh lainnya adalah TPA yang tidak mampu menampung sampah dikarenakan volume sampah yang ada melebihi daya tamping TPA. 2) Minimnya Anggaran untuk pengelolaan sampah dalam APBD Kota Malang 3) Minimnya Informasi yang disediakan tentang adanya pengelolaan sampah. b. Kendala Eksternal 1) Minimnya Kesadaran masyarakat di dalam ikut serta untuk melakukan pengelolaan sampah 2) Retribusi sampah dari masyarakat yang kurang dari target yang ditetapkan diakibatkan oleh retribusi sampah yang murah.

14 3. Upaya-Upaya Yang Dilakukan Dinas Kebersihan Dan Pertamanan Kota Malang Untuk Mengatasi Kedala-Kendala Di Dalam Implementasi Pasal 25 Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 10 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan Sampah Terhadap Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat adalah sebagai berikut: a. Kendala internal 1) Memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada secara maksimal dan melakukan pengolahan sampah dengan konsep reduce, reuse, dan recycling. 2) Memaksimalkan Anggaran yang ada dan sudah dianggarkan di dalam APBD Kota Malang, untuk Bank Sampah Kota Malang upaya yang dilakukan adalah mengusahakan pembiayaan sendiri dengan membuat unit-unit usaha. 3) Bank Sampah memfasilitasi secara mandiri keberadaan informai penglolaan sampah. b. Kendala Eksternal 1) Terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat dengan jargon merubah sampah menjadi uang agar ke depannya masyarakat bisa memanfaatkan Bank Sampah Kota Malang dan juga mampu memilah dan mengelola sampah secara mandiri. 2) Menyesuaikan Anggaran yang sudah ada di dalam APBD. B. Saran Saran yang bisa penulis berikan terkait dengan Implementasi Pasal 25 Perda Nomor 10 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan Sampah Terhadap Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat adalah sebagai berikut: 1. Hendaknya Dinas Kebersihan selalu mengajak masyarakat untuk berperan secara aktif di dalam pengelolaan sampah 2. Hendaknya Dinas Kebersihan dan Pertamanan lebih mengaktifkan kader-kader lingkungan di dalam mendorong partisipasi masyarakat di dalam pengelolaan sampah yang ada di Kota Malang dan juga mendorong masyarakat ikut aktif dalam kegiatan bank sampah. 3. Hendaknya masyarakat terlibat secara aktif di dalam pengelolaan sampah yang ada di lingkungannya tidak tergantung dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Malang.

15 DAFTAR PUSTAKA Abu Huraerah, 2008. Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat Model dan Strategi Pembangunan Berbasis Kerakyatan. Humaniora, Bandung. Ambar Teguh S. 2004. Kemitraan dan Model-model Pemberdayaan. Gava Media. Yogyakarta. Bambang Prasetyo, 2005. Metode Penelitian Kuantitatif Teori dan Aplikasi, Raja Grafindo Persada, Jakarta Britha Mikkelsen, 2011. Metode Penelitian Partisipatoris Dan Upaya Pemberdayaan: Panduan Bagi Praktisi Lapangan, Yayasan Pustaka Obor, Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional, 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, Muhamad Erwin, 2009. Hukum Lingkungan-Dalam Sistem Kebijakan Pembangunan Lingkungan Hidup (Cet. 2), Refika Aditama, Bandung. O.S. Priyono, & A.M.W. Pranarka, 1996. Pemberdayaan: Konsep, Kebijakan dan Implementasi. Center for Strategic and International Studies (CSIS). Jakarta. Sumodingningrat 2004. Kemitraan dan Model-model Pemberdayaan. Gava Media.Yogyakarta. Soejono Soekanto, 1993 Kamus Sosiologi, Raja Grafindo Persada, Jakarta. Syamsul Arifin, 2012. Hukum Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup di Indonesia, SOFMEDIA, Jakarta. Takdir Rahmadi, 2012. Hukum Lingkungan di Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta. Tchobanoglous, G., Teisen H., Eliasen, R, 1977, Integrated Solid WasteManajemen, Mc. Graw Hill: Kogakusha, LTd. hal. 3