BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Cikal bakal lahirnya TNI (Tentara Nasional Indonesia) pada awal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yaitu masa lampau, masa kini, dan masa yang akan datang dalam satu kesatuan yang bulat dan

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Selain itu, Kota Sibolga juga memiliki kapalkapal

I. PENDAHULUAN. pemerintah RI yang terjadi di daerah Sulawesi tepatnya Sulawesi Selatan. Para pelaku

I. PENDAHULUAN. telah menjadi bangsa yang merdeka dan terbebas dari penjajahan. Namun pada. khususnya Belanda yang ingin menguasai kembali Indonesia.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB III ORGANISASI MILITER DAN SIASAT GERILYA TII. Pada tanggal 15 Januari 1950, pihak NII telah berhasil mengubah dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perjuangan kemerdekaan melawan penjajahan telah terjadi sejak kedatangan penjajah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pada bab ini penulis mencoba menarik kesimpulan dari pembahasan yang

PERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Tentara Nasional Indonesia (TNI) pada dasarnya lahir dalam kancah

PERANAN PEMOEDA ANGKATAN SAMOEDERA OEMBARAN (PAS O) DALAM PERISTIWA AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1948 DI YOGYAKARTA

PERAN POLITIK MILITER DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. keberadaannya di mata dunia. Perjuangan untuk mempertahankan Indonesia yang

BAB V KESIMPULAN. Malaka membuat jalur perdagangan beralih ke pesisir barat Sumatra.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Multimedia Pembelajaran IPS. Sekolah Dasar Kelas V B. Skip >> Perang Kemerdekaan (Pertempuran Sepuluh Nopember & Bandung Lautan Api) Di Buat Oleh :

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I. PENDAHULUAN. bangsa Indonesia setelah lama berada di bawah penjajahan bangsa asing.

Dari pernyataan di atas, pernyataan yang merupakan hasil dari siding PPKI adalah.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Dengan berakhirnya Perang Dunia kedua, maka Indonesia yang

PETA KONSEP LATAR BELAKANG TERJADINYA BANDUNG LAUTAN API BANDUNG LAUTAN API ULTIMATUM SEKUTU 21 NOVEMBER 1945 ULTIMATUM TANGGAL 23 MARET 1946

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pemberontakan Militer dan Ideologi Peristiwa Madiun, DI/TII, G 30 S/PKI

BAB I PENDAHULUAN. yang ingin menguasai Indonesia. Setelah Indonesia. disebabkan karena sulitnya komunikasi dan adanya sensor dari Jepang.

Dari kedua pengertian di atas maka yang dimaksud dengan Proses adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. Surabaya dikenal sebagai Kota Pahlawan karena terjadinya peristiwa

I. PENDAHULUAN. dalamnya. Untuk dapat mewujudkan cita-cita itu maka seluruh komponen yang

SEJARAH DAN PENGARUH MILITER DALAM KEPEMIMPINAN DI INDONESIA

penjajahan sudah dirasakan bangsa Indonesia, ketika kemerdekaan telah diraih, maka akan tetap dipertahankan meskipun nyawa menjadi taruhannya.

Mengungkap Kegagalan Gerakan 30 September 1965

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya Perang Dunia II ditandai dengan menyerahnya Jerman kepada

BAB I PENDAHULUAN. berat bagi rakyat Indonesia. Sebagai negara yang baru merdeka belum lepas

BAB I PENDAHULUAN. pendudukan Jepang di tahun Proses pembentukan tersebut terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Soekarno-Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN A ZIZATUL MAR ATI ( )

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Materi Sejarah Kelas XII IPS

II. TINJAUAN PUSTAKA. Proses menurut Koentjaraningrat (1984:24) adalah berlangsungnya pristiwa dalam

Indikator. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Materi Pokok dan Uraian Materi. Bentuk-bentukInteraksi Indonesia-Jepang.

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa

BAB I PENDAHULUAN. kemerdekaan Indonesia. Berhubung dengan masih buruk dan minimnya sarana dan prasarana

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia yang diproklamirkan pada

BAB V KESIMPULAN. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang dibacakan oleh Ir. Soekarno dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah nasional Indonesia tidak lepas dari pemerintahan Soekarno dan Soeharto, seperti

66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA)

B A B III KEADAAN AWAL MERDEKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budi Setiawan Marlianto, 2013

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia. Rakyat harus tetap berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan

Sambutan Presiden RI pd Farewell Presiden dg Perwira dan Prajurit TNI,di Magelang, tgl. 17 Okt 2014 Jumat, 17 Oktober 2014

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Terbentuknya Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang dinyatakan dalam pidato

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Indonesia di Desa Panggungrejo sebagai berikut: 1. Perlawanan Terhadap Belanda Di Lampung ( )

STUDI TENTANG TENTARA REPUBLIK INDONESIA PELAJAR KOMPI 3200/PARE SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Aceh memiliki kedudukan yang sangat strategis sebagai pusat

tanggal 19 Januari Perjanjian Renville antara lain mengenai garis demarkasi dan TNI yang masih berada dalam daerah pendudukan Belanda.

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah dan masyarakat Jepang merupakan hal yang cukup menarik

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III PERKEMBANGAN DAN PERAN TENTARA NASIONAL INDONESIA (TNI)

BAB V PENUTUP Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. umum tanpa menyertakan orang-orang yang menjadi sasaran usaha-usaha organisasi.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2004 TENTANG TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2004 TENTANG TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

5. Materi sejarah berguna untuk menanamkan dan mengembangkan sikap bertanggung jawab dalam memelihara keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup.

1. PENDAHULUAN. Nagasaki, Jepang akhirnya menyerah tanpa syarat pada sekutu pada tanggal 15

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sesuai dalam Undang Undang Dasar 1945 Pasal 30 ayat (3) yaitu

PERANAN TNI-AD DALAM MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. mengenal menyerah dari seluruh lapisan masyarakat. Pada awal tahun 1946

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan Pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan

BAB V KESIMPULAN. beradaptasi dengan situasi yang baru sebagai sebuah wilayah yang merdeka. Citacita

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sejarah Indonesia penuh dengan perjuangan menentang penjajahan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Data dan informasi untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini diperoleh dari berbagai sumber, antara lain:

AKHIR PENDUDUKAN JEPANG DI INDONESIA DAN PEMERINTAHAN BARU BANGSA INDONESIA ENCEP SUPRIATNA

BAB I PENDAHULUAN. Dengan berdirinya negara Republik Indonesia dan TNI serta diakui kedaulatannya

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan Revolusi merupakan perlawanan penjajah terhadap Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah sebagai suatu narasi besar diperlihatkan melalui peristiwa dan

BAB I PENGANTAR. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 30 berbunyi

BAB V KESIMPULAN. Brigadir Jenderal Ignatius Slamet Rijadi lahir di Surakarta, 26 Juli

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa negara Indonesia adalah negara kepulauan. Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki wilayah laut

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. hampir bersamaan muncul gerakan-gerakan pendaulatan dimana targetnya tak

I. PENDAHULUAN. Perjuangan rakyat Indonesia terjadi dimana-mana, mereka berjuang tanpa

Usaha pendudukan yang dilakukan Pemerintahan Militer Jepang untuk menguasai

2015 DAMPAK DOKTRIN BREZHNEV TERHADAP PERKEMBANGAN POLITIK DI AFGHANISTAN

LAMPIRAN. Hasil wawancara. 1. Apakah proses manajemen logistik antara TNI AD, AU, AL sama, dan bagaimana. Purnawirawan TNI

BAB I PENDAHULUAN. upaya mempertahankan kemerdekaan dari ancaman Sekutu yang ingin

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebuah negara selain memiliki wilayah dan Penduduk, sebuah negara juga harus memiliki sebuah Angkatan Bersejanta untuk mengamankan wilayah kedaulatan negaranya. Indonesia pasca kemerdekaan mengalami kendala dalam pembentukan Angkatan Bersenjata. Banyaknya pasukan-pasukan yang tidak terorganisir membuat banyak perdebatan untuk membentuk Angkatan Bersenjata. Tentara-tentara yang menjadi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia terdiri dari gabungan beberapa pasukan dari KNIL, PETA dan Laskar-Laskar bentukan masyarakat untuk melakukan perlawan kepada Pemerintahan Belanda dan Jepang di Indonesia. Ketika bangsa Indonesia merdeka dari tangan penjajah, bangsa ini mulai membentuk suatu struktur ketatanegaraan. Satu hari setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaan langsung membuat suatu Undang-Undang Dasar Negara untuk mengarahkan tujuan negara Indonesia. Tetapi, situasi politik dan keamanan yang masih belum kondusif membuat Indonesia harus membentuk suatu Angkatan Bersenjata, tetapi masih banyaknya tentara Jepang yang berada di Indonesia membuat pemerintah lebih hati-hati dalam bertindak. Menurut Sundhaussen (1986) PPKI pada 22 Agustus 1945 mengumumkan terbentuknya sebuah Badan Penolong Keluarga Kurban Perang yang secara keorganisasian mencakup sebuah Badan Keamanan Rakyat (BKR). Di dalam undang-undang pembentukannya, fungsi BKR secara samar-samar disebutkan sebagai memelihara keamanan bersama-sama dengan rakyat dan badan-badan negara yang bersangkutan (Sundhaussen, 1986, hal. 11). Melihat peristiwa diatas terlihat sekali ada kesenjangan diantara tokoh Indonesia sebagaian besar ingin memiliki angkatan bersenjata dan sebagian ingin menunggu kejelasan dari pemerintah Jepang mengenai situasi Indonesia setelah Jepang kalah perang. Awal terbentuknya Angkatan bersenjata di Indonesia tidak memiliki fungsi untuk berperang melawan musuh dari luar negeri tetapi hanya untuk menjaga

2 keamanan dalam negeri saja. Melihat latar belakang masyarakat Indonesia yang banyak memiliki latar belakang militer ini, memungkinkan sekali pemerintah Indonesia pada saat itu membentuk suatu Angkatan bersenjata yang secara tugas tidak hanya untuk menjaga keamanan dalam negeri saja, melainkan juga menjaga kedaulatan bangsa dari gangguan luar negeri dan dalam negeri yang mengacam kedaulatan NKRI. Walau puas dengan penghargaan terhadap pentingnya perjuangan militer, mereka juga terganggu oleh kacaunya karakteristik organisasi militer dan banyaknya organisasi bersenjata di luar institusi formal. Oleh karena itu mereka memusatkan tenaga untuk mengubah unit-unit TKR yang berkomitmen rendah menjadi hierarki militer yang efektif ( Cribb, 2010, hal. 140). Dengan ini organisasi militer lebih terpusat dan terstruktur. Langkah pertama dalam rangka penyempurnaan organisasi ialah mengganti nama Tentara Keamanan Rakyat menjadi Tentara Keselamatan Rakyat dengan singkatan tetap TKR. Pergantian nama itu terjadi pada tanggal 1 Januari 1946 dan pada tanggal 25 dalam bulan yang sama nama itu berganti lagi menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI). Nama itu dianggap lebih cocok untuk nama tentara dari sebuah negara yang merdeka (Imran, 1983, hal. 80). Pergantian nama tersebut untuk mengantisipasi masuknya Tentara Sekutu ke Indonesia. Kemudian, tentara tidak hanya menjaga keamanan dan ancaman dalam Negeri saja tetapi tentara juga memiliki peran untuk menjaga keamanan dan ancaman dari Luar Negeri. Menurut Matanasi (2011) perwira pribumi dengan Eropa hanya 5 persen dari jumlah semua perwira. Jumlah bintara dan prajurit pribumi adalah 60 persen seluruh prajurit dan bintara KNIL. Jumlah orang Eropa dalam ketentaraan Belanda setelah Perang Diponogoro adalah 307 perwira dan 5.699 orang bintara dan prajurit, sedang jumlah perwira pribumi hanya 37 perwira dan 7.206 bintara dan prajurit (Mantanasi, 2011, hal. 21). Melihat data diatas sudah banyak orang pribumi Indonesia memiliki kemampuan militer yang sudah ahli dalam bidang militer. Orang-orang pribumi yang pernah mengikuti pelatihan militer dengan KNIL ini pada awalnya merupakan tentara yang berada dibawah komando

3 kerajaan Belanda, tetapi setelah Indonesia merdeka orang-orang yang bekas anggota KNIL otomatis menjadi bagian tentara Indonesia. Penguasa Jepang mendirikan sejumlah organisasi militer dan semi-militer untuk membantu tentara pendudukan apabila terjadi penyerbuan oleh sekutu, yang paling penting di antara pasukan bersenjata itu adalah PETA (Pembela Tanah Air), pasukan sukarela untuk membela tanah Jawa, yang dibentuk pada tanggal 3 Oktober 1945 terdiri dari 69 batalyon di Jawa dan Bali. PETA memperoleh pendidikan dasar infanteri dan indoktrinasi ala samurai samurai untuk menanamkan semangat yang tinggi (Sundhaussen, 1986, hal. 3). Tiap-tiap kelurahan mempunyai barisan pemuda yakni Keibodan sebagai pembantu polisi dalam pertahanan sipil, Seinendan adalah merupakan barisan pemuda sedangkan Syuitsintai adalah Barisan pelopor. Ketiga organisasi semi militer ini berada di bawah pimpinan Kebaktian Rakyat Jawa ( Jawa Hooko Kai) yang didirikan oleh Jepang pada tanggal 1 Maret 1944 (Disjarah TNI-AD, 1978, hal. 16-17). Berbeda dengan pendudukan Belanda, Jepang menggunakan sistem semi militer yang diberlakukan di masyarakat Indonesia yang menyebabkan di Indonesia memiliki pertahanan sipil. Pendudukan Jepang juga berpengaruh terhadap pembentukan tentara Indonesia karena masyarakat Indonesia yang berlatar belakang PETA yang memiliki pelatihan militer serta para pemuda yang dibiasakan hidup secara semi militer membuat pemerintah Indonesia dengan mudah mendirikan suatu pasukan bersenjata. Latar belakang masyarakat Indonesia pada saat dijajah oleh Belanda dan Jepang yang menerapkan pendidikan militer, membuat pemerintah Indonesia tidak sulit mencari tokoh untuk memimpin Angkatan Bersenjata yang akan dibentuk. Mulai terbentuknya Angkatan Bersenjata di Negara Indonesia membuat para sekutu mendapat perlawanan dari Angkatan Bersenjata Negara Indonesia, pada masa Revolusi banyak sekali peristiwa kontak senjata dengan tentara Sekutu. Tetapi perjalanan masa Revolusi di Indonesia tidak hanya dilakukan dengan kontak senjata saja bahkan melalui Perundingan untuk mengakui wilayah NKRI. Banyak sekali peristiwa perlawanan Heroik yang dilakukan ketika masa Revolusi ini seperti Peristiwa 10 November, Palagan Ambarawa, Perjuangan Gerilya

4 Jenderal Soedirman, Bandung Lautan Api, Pertempuran Medan Area Pertempuran Margarana, Pertempuran Lima Hari Lima Malam dan Serangan Umum 1 Maret 1949. Pada awal tahun 1950-an Indonesia sudah diakui secara hukum Internasional, dengan adanya pengakuan di dunia Internasional ini Indonesia menentukan arah dalam kehidupan bernegara. Pada masa ini Indonesia mengalami banyak masalah pemerintahan baik dari internal pemerintahan dan juga eksternal pemerintahan. Banyak persaingain politik di parlemen yang berbuntut sering bergantinya kabinet, pada era ini juga Indonesia memiliki sistem kepartaian dan melakukan pemilu untuk pertama kalinya. Di antara masalah-masalah yang dihadapi negara baru ini ialah apa yang harus dilakukan dengan tentara. Inilah sumber persoalan-persoalan yang mendominasi sebagian besar sejarah Indonesia setelah tahun 1950: apakah peranannya dalam kehidupan bangsa? Pada tahun 1950 para politisi sipil beranggapan bahwa untuk menentukan urusan militer adalah hak mereka ( Ricklesfs, 1991, hal. 359). Melihat keadaan politik yang sangat kisruh tentara mengambil sikap dengan melakukan Reorganisasi dan Rasionalisasi atas perintah dari kabinet yang sedang berkuasa dengan tujuan agar militer lebih baik dalam berorganisasi. Semakin matangnya Angkatan Bersenjata membuat kebutuhan organisasi dalam tubuh Angkatan Bersenjata semakin banyak. Untuk menyempurnakan keorganisasian dan lembaga-lembaga di tubuh Angkatan Bersenjata, maka dari itu Angkatan Bersenjata Indonesia membentuk beberapa lembaga Militer ada Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Udara. Selain itu juga untuk mempermudah dan melancarkan tugas lembaga militer diatas membentuk suatu Pasukan Elit yang dimana pada saat itu dibutuhkan untuk melakukan operasi militer secara gerak cepat dan dilakukan oleh beberapa orang pasukan saja. Pasukan Elit di Indonesia sudah ada sejak zaman Hindia Belanda. Tentara bentukan pemerintah Hindia Belanda KNIL merupakan pasukan militer yang memiliki Pasukan Elit yang diadopsi oleh Indonesia. Ide Alex Kawilarang

5 membentuk Pasukan Elit di lingkungan Angkatan Darat sudah ada sejak ia menjabat Panglima TT/Sumatera Utara. Ide tersebut terinspirasi setelah ia mengetahui kehebatan pasukan Komando ( Green Barets) Inggris waktu Perang Dunia II, sehingga ia berkeinginan membentuk pasukan Komando yang memiliki kehebatan serupa (Israr, 2010:hal 237). Pembentukan Pasukan Elit ini sudah dilakukan oleh Alex Kawilarang ketika menjabat Panglima TT/Sumatera Utara, beliau membentuk satu Kompi dibawah pimpinan B. Nainggolan, prajurit ini hanya melakukan pelatihan dan pendidikan hanya satu bulan saja karena Alex Kawilarang di pindah tugaskan dari Panglima TT/Sumatera Utara untuk menjabat Panglima TT/ Indonesia Timur. Setelah menjadi Panglima TT/Jawa Barat Alex Kawilarang dihadapkan tugas berat untuk menumpas pemberontak DI/TII yang ada di Jawa Barat. Pada awal pemberontakan Tentara Islam, semula pasukan Siliwangi belum menemukan taktik yang jitu. Kolonel Alex Kawilarang menilai pasukan yang dipakai untuk menumpas tentara Kartosoewirjo terlalu besar. "Mobilitasnya jadi kurang. Lamban sekali," kata Alex dalam biografinya. Alex Kawilarang mengakui kesulitannya menundukkan Kartosoewirjo kendati di awal pemberontakan dia sempat berjanji akan menumpas Darul Islam dalam waktu enam bulan saja. Dia kemudian meminta pasukannya membentuk tim patroli dalam jumlah lebih kecil, tapi lebih gesit. "Cukup satu peleton saja, tapi harus terus bergerak, baik siang maupun malam (TEMPO, 2015). Melihat situasi kondisi seperti ini maka Alex Kawilarang perlu membentuk Pasukan Elit dengan kekuatan kecil tetapi memiliki kemampuan untuk melakukan penyergapan. Dengan persiapan seadanya, akhirnya Panglima TT III/SLW Kolonel A.E. Kawilarang mengeluarkan Intruksi No. 55/Insr/PDS/52 tertanggal 16 April 1952 tentang pembentukan dan penetapan kesatuan Komando Tentara dan Teritorium III, disingkat Kesko TT III. Kemudian berdasarkan surat Perintah Penempatan Panglima No. 21/SPPNT/PDS/1952 tanggal 18 April 1952, sebanyak 27 orang perwira, bintara, dan tamtama di lingkungan TT orang perwira, bintara, dan tamtama di lingkungan TT III/SLW diorganikkan ke dalam Kesko TT III yang sebagian diantaranya mendapat tugas rangkap sebagai pelatih untuk melengkapi

6 Organisasi dan membantu tugas Kesko TT III ( DISJARAHD, 2015: 21-22). Tetapi dalam membangun Pasukan Elit TNI AD Alex Kawilarang tidak sendirian, beliau dibantu oleh Slamet Riyadi sebagai orang yang menyampaikan gagasan ketika menumpas RMS dan juga Idjon Djanbi yang merupakan sebagai pelatih dan ditunjuk sebagai Panglima Komando Kesko III/SLW, pada awal berdirinya, Pasukan Elit TNI AD masih dalam lingkup wilayah Jawa Barat saja. Perjalanan karir Alex Kawilarang yang sangat cemerlang tidak lepas dari keadaan politik pada saat itu. Kondisi politik pada saat itu yang sedang memanas membuat banyak perlawanan-perlawanan di daerah yang diprakarsai oleh orang-orang militer. Alex Kawilarang pun ikut serta dengan tujuan menyelamatkan NKRI dari cengkraman Komunisme, dia terlibat dalam gerakan Permesta dalam gerakan ini muncul gejolak di tubuh militer karena tentara Permesta merupakan tentara NKRI juga. Yang pada saat itu sedang bergejolak antara politik sipil dan militer menimbulkan peristiwa Cikini dimana pada saat itu Presiden Soekarno akan dibunuh. Melihat keadaan seperti ini pemerintah membuat kebijakan untuk menumpas pemberontakan-pemberontakan yang mengancam kedaulatan NKRI melalui KSAD A.H Nasution. Melihat pemimpin-pemimpin militer merupakan teman dekat Alex Kawilarang membuat penyelesaian Permesta dilakukan melalui jalur perundingan dan pada tahun 1961 melalui upacara para tentara dan panglima Permesta kembali masuk ke pangkuan NKRI. Keadaan seperti ini seharusnya tidak terjadi karena pemerintah tidak bisa membuat keputusan yang bisa diterima secara menyeluruh, kondisi politik pada saat itu yang tidak menguntungkan militer membuat beberapa anggota militer membuat pemberontakan karena ada ketidakpuasan terhadap pemerintah. Kondisi Indonesia pada tahun 1952-1961 merupakan periode dimana militer Indonesia mengalami pendewasaan diri sebagai organisasi bentukan baru. Tahun 1952-1961 dipilih karena pada tahun 1952 merupakan tahun awal Kolonel Alex Kawilarang membentuk suatu pasukan kecil yang dilatih secara khusus agar memiliki kemampuan diatas rata-rata. Pasukan kecil ini pada awalnya hanya

7 berada dalam sekup Jawa Barat saja, karena untuk melakukan penumpasan DII/TII di Jawa Barat. Pada tahun 1952 juga dalam tubuh militer sedang terjadi Reorganisasi dan Rasionalisasi. Hal ini menjadikan Angkatan Darat dengan kebutuhan untuk penyempurnaan organisasi maka pada tahun 1952 di bentuklah pasukan kesatuan Komando Tentara dan Teritorium III, disingkat Kesko TT III yang merupakan cikal bakal Pasukan Elit TNI AD dan pada periode 1953 Kesko TT III berganti nama menjadi Korps Komando Angkatan Darat (KKAD), dan lebih dikenal pada periode periode 1955-1959 dikenal sebagai Resimen Pasukan Komando Angkatan Darat (RPAKD). Sementara tahun 1961 dipilih karena tahun ini merupakan tahun dimana Permesta melakukan perundingan dengan pihak tentara Indonesia yang dipimpin oleh Jend. A.H. Nasution, setelah dicapai kesepakatan gencatan senjata dan tentara Permesta akan membantu tentara Indonesia dalam menumpas pemberontakan yang mengganggu kedaulatan NKRI, selain itu, pada tahun yang sama dalam sebuah upacara tentara Permesta kembali kepangkuan NKRI dan Alex Kawilarang mendapat amnesti dan Abolisi dari Presiden Soekarno, Alex Kawilarang di tahun 1961 memilih pensiun dari TNI dengan pangkatnya Kolonel Purnawirawan, setelah pensiun Alex Kawilarang lebih memilih menjalani kehidupan sebagai warga sipil yang berkecimpung di dunia usaha. Berdasar pada uraian tersebut di atas, peneliti sangat tertarik dengan Peranan Kolonel Alex Kwilarang terhadap pembentukan Pasukan Elit TNI AD, karena Pasukan Elit TNI AD merupakan suatu pasukan Indonesia yang memiliki kemampuan individu yang sangat luar biasa, pasukan ini sudah sangat membantu sekali dalam sejarah untuk menjaga keutuhan NKRI dari pemberontakanpemberontakan karena pergerakannya yang cepat dan efesien dalam menumpas musuhnya. Oleh sebab itu peneliti akan melakukan penelitian lebih mendalam, dengan judul: Peranan Kolonel Alex E. Kawilarang dalam Pembentukan Pasukan Elit TNI AD Tahun 1952-1961. 1.2 Rumusan Masalah

8 Berdasarkan pokok latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, terdapat satu permasalahan utama yang akan dikaji yaitu bagaimana peranan Kolonel Alex E. Kawilarang dalam Pembentukan Pasukan Elit TNI AD Tahun 1952-1961. Untuk mempermudah dan mengarahkan dalam pembahasan, maka penulis membuat pertanyaan penelitian. Pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah sebagai berikut: Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana Latar belakang Kehidupan militer Kolonel Alex E. Kawilarang? 2. Bagaimana latar belakang Kolonel Alex E. Kawilarang dalam membentuk Pasukan Elit TNI AD dari Kesko III/SLW sampai RPKAD? 3. Bagaimana peranan Kolonel Alex E. Kawilarang dalam proses mengembangkan Pasukan Elit TNI AD dari Kesko III/SLW sampai RPKAD? 4. Bagaimana peranan Pasukan Elit bentukan Kolonel Alex E. Kawilarang dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penulisan ini terbagi ke dalam dua bagian, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum dari penulisan ini adalah untuk memahami peranan Kolonel Alex E. Kawilarang dalam pembentukan Pasukan Elit TNI AD. Sedang tujuan khusus dari penulisan skripsi ini antara lain: 1. Mendeskripsikan latar belakang kehidupan militer Kolonel Alex E. Kawilarang. 2. Menganalisis latar belakang pembentukan Pasukan Elit TNI AD oleh Kolonel Alex E. Kawilarang 3. Mendeskripsikan peranan Kolonel Alex E. Kawilarang dalam proses mengembangkan Pasukan Elit TNI AD.

9 4. Mendeskripsikan peranan Pasukan Elit bentukan Kolonel Alex E. Kawilarang dalam menjaga keutuhan NKRI. 1.4 Manfaat Penulisan Manfaat dari penulisan ini secara umum bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai Peranan Kolonel Alex E. Kawilarang dalam Pembentukan Pasukan Elit TNI AD Tahun 1952-1961. Adapun manfaat dari penulisan ini adalah: Manfaat akademis untuk memperkaya penulisan sejarah militer pasca Kemerdekaan Indonesia. Penulisan skripsi ini diharapkan dapat menambah wawasan mengenai situasi sosial dan politik yang dipengaruhi oleh adanya isu peran dominan dari politisi sipil dalam masa Demokrasi Liberal. Selain itu, skripsi ini diharapkan dapat memperkaya wawasan tentang pembentukan Pasukan Elit yang dilakukan oleh Indonesia, salah satunya adalah pembentukan Pasukan Elit oleh Angkatan Darat Indonesia yaitu tentang pembentukan Pasukan Elit TNI AD dari Kesko II/SLW sampai RPKAD. Manfaat untuk masyarakat secara umum diharapkan dapat mengetahui bahwa Indonesia bukan hanya memiliki tentara angkatan darat, laut dan udara tetapi memiliki Pasukan Elitnya setiap masing-masing kesatuannya khususnya angkatan darat. Masyarakat pada umumnya, belum mengetahui pembentukan Pasukan Elit yang dilakukan oleh Indonesia. Padahal, pembentukan Pasukan Elit TNI AD yaitu suatu kebanggaan bangsa Indonesia karena Pasukan Elit TNI AD merupakan Pasukan Elit terbaik ketiga di Dunia. 1.5 Struktur Organisasi Skripsi Penulisan skripsi pada umumnya, membutuhkan bantuan dalam penulisannya, untuk memudahkan penulis dalam melakukan penulisan ini, maka disusunlah struktur organisasi skripsi sebagai berikut:

10 Bab I Pendahuluan, dalam bab ini akan diuraikan secara terperinci mengenai latar belakang masalah. Dalam bab ini juga penulis akan memaparkan alasan mengapa memilih peranan Kolonel Alex E. Kawilarang dalam pembentukan Pasukan Elit TNI AD sebagai materi yang akan diteliti. Selanjutnya dijelaskan juga mengenai permasalahan-permasalahan apa yang akan dikaji oleh penulis. Akan dijelaskan pula tentang tujuan yang ingin dicapai dari penulisan tentang Pembentukan Pasukan Elit TNI AD. Bab II Kajian Pustaka, dalam bab ini penulis berusaha menguraikan mengenai landasan teori yang berkaitan dengan kajian penulis. Dalam hal ini teori yang akan digunakan oleh penulis, buku-buku atau literatur yang akan penulis gunakan dan penulisan-penulisan terdahulu yang akan penulis pakai dalam menunjang penulisan skripsi nantinya. Bab III Metode Penulisan, dalam bab ini penulis diajak untuk mampu menguraikan metode yang digunakan untuk menyelesaikan rumusan permasalahan penulisan. Pada bab ini juga dijelaskan secara komprehensif mengenai langkah-langkah serta tahapan-tahapan penulisan yang dilakukan. Semua prosedur serta tahapan-tahapan penulisan mulai dari persiapan hingga penulisan berakhir diuraikan secara terperinci. Hal ini dilakukan untuk memudahkan penulis dalam memberikan arahan dalam memecahkan masalah mengenai permasalahan yang akan dikaji yakni Peranan Kolonel Alex E. Kawilarang dalam Pembentukan Pasukan Elit TNI AD Tahun 1952-1961. Bab IV pada bab ini penulis menganalisis serta merekonstruksi data-data serta fakta yang telah ditemukan melalui pencarian sumber dilapangan. Tentu saja pembahasan disini disesuaikan dengan rumusan masalah yang telah ditentukan di awal. Pada bab ini diuraikan juga mengenai Jawaban-Jawaban permasalahan penulisan. Hal tersebut, juga merupakan bagian dalam pengolahan hasil penulisan mengenai kajian penulis. Seperti mengetahui latar belakang kembali ide Alex Kawilarang dalam membentuk Pasukan Elit, proses pembentukan Pasukan Elit dan peranan Alex Kawilarang dalam mengembangkan Pasukan Elit TNI AD.

11 Bab V Simpulan dan Saran, pada dasarnya dalam bab ini dituangkan interpretasi dari penulis setelah menganalisis hasil penulisan di atas. Bab ini bukan merupakan rangkuman dari penulisan, melainkan hasil dari pemahaman penulis dalam memecahkan permasalahan yang ada dalam penulisan.