BAB I PENDAHULUAN. Telah menjadi pengetahuan umum bahwa perkembangan ekonomi Islam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan bank sebagai mitra dalam mengembangkan usahanya.

BAB I PENDAHULUAN. Kelahiran bank syariah di Indonesia diawali dengan munculnya kesadaran

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan prinsip Islam, yaitu aturan perjanjian (akad) antara bank dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Antonio, 2001). Khairunisa, 2001 ). (Karim, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. dengan negara Indonesia ini. Sistem keuangan negara Indonesia sendiri terdiri

BAB I PENDAHULUAN. gerakan renaissance Islam Modern: neorevivalis dan modernis. Tujuan utama dari

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari waktu ke waktu. Diawali dengan berdirinya bank syariah di

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan kelembagaan perbankan syariah di Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhinya, baik kebutuhan primer, sekunder maupun tersier. Ada kalanya

BAB I PENDAHULUAN. suatu badan usaha atau institusi yang kekayaannya terutama dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan setiap bank sangat dipengaruhi oleh perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. pada kegiatan ekonomi baik di negara maju maupun negara berkembang. Negara

BAB I PENDAHULUAN. 7 tahun 1992 tentang Perbankan, yang secara eksplisit menetapkan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. perbankan, karena perbankan memegang peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. (riba), serta larangan untuk berinvestasi pada usaha usaha berkategori terlarang

BAB I PENDAHULUAN. di dalam perekonomian suatu Negara sebagai perantara lembaga keuangan. Bank dalam pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. tentang perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. bila dibandingkan dengan negara-negara Muslim lainnya, perbankan syariah di

BAB I PENDAHULUAN. Bank dalam menjalankan usahanya menghimpun dana dari masyarakat dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bank pada hakikatnya merupakan lembaga perantara (intermediary) yaitu. menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Bank Syariah menerapkan sistem bebas bunga (interest free) dalam

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bunga baik tabungan, deposito, pinjaman, dll.

pengiriman uang. Piter dan Suseno (2003) menyatakan bahwa

sejak zaman Rasulullah, seperti pembiayaan, penitipan harta, pinjam-meminjam uang, bahkan pengiriman uang. Akan tetapi, pada saat itu, fungsi-fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian. dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank,

BAB I PENDAHULUAN. ditawarkan, khususnya dalam pembiayaan, senantiasa menggunakan underlying

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. penentuan return yang akan diperoleh para depositornya. Bank syariah tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank syariah dalam perbankan nasional mulai dikembangkan sejak tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena bank syariah merupakan salah satu fenomena yang tetap hangat

BAB I PENDAHULUAN. Rakyat Syariah (BPRS). Menurut Undang-Undang Nomor 21 tahun dalam lalu lintas pembayaran.(salman, 2012:8).

BAB I PENDAHULUAN. sebagai perantara (financial intermediary) bagi mereka yang memiliki dana yang

BAB I PENDAHULUAN. bentuk simpanan giro, tabungan, dan deposito. Biasanya sambil diberikan balas

BAB I PENDAHULUAN. imbalan dan penetapan beban yang dikenal dengan bunga. Selain itu,

BAB I PENDAHULUAN. (financial intermediary) antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Bank dalam pasal 1 ayat (2) UU No. 10 tahun 1998 tentang perubahan UU

BAB I PENDAHULUAN. terutama untuk membiayai investasi perusahaan. 1 Di Indonesia terdapat dua jenis

BAB I PENDAHULUAN. pinjaman pada dunia perbankan dan inilah yang terjadi pada perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. keuangan atau Financial Intermediatary antar dua pihak, yaitu pihak yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. bagi hasil. Balas jasa atas modal diperhitungkan berdasarkan keuntungan atau

BAB I PENDAHULUAN. lembaga intermediasi keuangan (financial intermediary institution), yakni

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang berlandaskan Al-quran dan As-sunnah. Tak lain tujuan. dan mengalirkan dana sesuai dengan undang-undang perbankan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan yang cukup pesat dan memberikan pengaruh yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan bank syariah di dunia, baru dimulai di Mesir pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan di Indonesia semakin diramaikan dengan berdirinya bank-bank

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan syariah di Indonesia pertama didirikan tahun 1992 meskipun

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang nomor 10 tahun 1998 pengertian bank umum

BAB 1 PENDAHULUAN. dan ketiga adalah ijarah dan jasa. Bagi hasil terdiri dari mudharabah dan

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan di Indonesia mulai mengalami goncangan saat terjadinya krisis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Selain memiliki peran penting dalam proses perekonomian, bank juga

BAB I PENDAHULUAN. juga mengalami penurunan yaitu industri perbankan Indonesia. Dengan mengalami

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian perbankan secara umum menurut Undang-Undang No.10 Tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN. perwujudan dari permintaan masyarakat yang membutuhkan suatu sistem

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Gambaran Umum Perkembangan Perbankan Syariah

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga kepercayaan yang berfungsi sebagai lembaga

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang kelebihan dana (surplus unit) dalam bentuk simpanan giro, tabungan,

BAB I PENDAHULUAN. mana didasarkan pada Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 sebagai landasan

BAB I PENDAHULUAN. Bank syariah di Indonesia telah hadir sejak lebih dari lima belas tahun, yakni

BAB I PENDAHULUAN. prinsip keadilan dan keterbukaan, yaitu Perbankan Syariah. operasional bisnisnya dengan sistem bagi hasil.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia No. 21 tahun 2008 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan di Indonesia memiliki peranan penting bagi pertumbuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan syariah pada dasamya merupakan suatu industri keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Khairunisa, 2001)

BAB I PENDAHULUAN. ekonominya berlandasan Al-Qur an dan As-Sunnah. dilihat dengan berdirinya lembaga-lembaga keuangan yang berbasis syariah.

BAB I PENDAHULUAN. Muamalat pada tahun Setelah terbukti mampu bertahan pada masa krisis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Bank merupakan lembaga perantara (intermediary) yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini kehidupan perekonomian di dunia tidak dapat dipisahkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan perekonomian mencakup semua sektor, baik sektor industri. (manufaktur), jasa, dan perbankan. Perkembangan perekonomian ini

BAB I PENDAHULUAN. mendalam. Bank syariah yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi keuangan, hasil, prinsip ujoh dan akad pelengkap (Karim 2004).

BAB I PENDAHULUAN. memperlancar jalannya pembangunan suatu bangsa. Indonesia, yang

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat dan stabil. Sistem keuangan negara Indonesia sendiri terdiri dari tiga

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh UU No.10 tahun 1998 dan undang-undang terbaru mengenai perbankan

BAB I PENDAHULUAN. dan pihak yang kekurangan dana. Kelebihan dana tersebut dapat disalurkan

BAB I PENDAHULUAN. dimulainya industri perbankan syariah di Indonesia. Namun hal ini dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat. Di Indonesia sendiri perbankan syariah menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. perantara jasa keuangan (financial intermediary), memiliki tugas pokok yaitu

BAB I PENDAHULUAN. konsumtif sehingga pertumbuhan ekonomi dapat terwujud.

BAB I PENDAHULUAN. Bank Syariah adalah Bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 1992, perbankan Indonesia menjadi maju dengan munculnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan syariah atau yang dikenal dengan Islamic Banking, pada awalnya

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan (financial intermediaries), yang menyalurkan dana dari pihak

BAB I PENDAHULUAN. rakyat banyak. Dana yang dikumpulkan oleh perbankan dalam bentuk

BAB 1 PENDAHULUAN. MUI, yaitu dengan dibentuknya PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk (BMI)

BAB I PENDAHULUAN. dan lainnya (Hanafi dan Halim, 2009). Sedangkan kinerja keuangan bank dapat

PENDAHULUAN. memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi (Halling dan Hayden, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. Krisis keuangan pada semester kedua tahun 2008 yang bermula dari

BAB I PENDAHULUAN. perbankan di Indonesia secara umum. Sistem perbankan syariah juga diatur dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. pengertian bank menurut UU Nomor 10 Tahun 1998 yaitu Bank adalah badan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang tercantum dalam UU perbankan No. 10 Tahun 1998 pasal 4 yaitu

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Telah menjadi pengetahuan umum bahwa perkembangan ekonomi Islam identik dengan berkembangnya lembaga keuangan syariah. Bank syariah sebagai motor utama lembaga keuangan telah menjadi lokomotif bagi berkembangnya teori dan praktik ekonomi Islam secara mendalam (Adiwarman Karim, 2004:VII). Usaha modern pertama untuk mendirikan bank tanpa bunga pertama kali dilakukan di Malaysia pada pertengahan tahun 1940-an, namun usaha tersebut belum berhasil. Eksperimen pendirian bank syariah yang paling sukses dan inovatif dimasa modern ini dilakukan di Mesir pada tahun 1963, dengan berdirinya Mit Ghamr Local Saving Bank (Direktori Republika, Maret 2007:2). Di Indonesia sendiri sebagai negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia, baru mengadopsi sistem perbankan yang menggunakan syariah Islam pada tahun 1992 dengan berdirinya Bank Muamalat. Walaupun sedikit terlambat, perkembangan sistem perbankan dengan prinsip syariah Islam di Indonesia telah berkembang dengan pesat. Pertumbuhan industri perbankan yang terbukti ketangguhannya ketika menghadapi krisis ekonomi tahun 1998 ini, telah bertranformasi dari hanya sekedar memperkenalkan suatu alternatif praktik perbankan syariah menjadi bagaimana bank syariah menempatkan posisinya sebagai pemain utama dalam perekonomian di tanah air. Sejak pertama kali berdirinya tahun 1992 lalu sampai dengan akhir tahun 2007, bank syariah di Indonesia telah memiliki 3 Bank Umum Syariah (BUS), 24 Unit Usaha Syariah (UUS) dan 105 Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) dengan jumlah kantor 1

jaringan sedikitnya mencapai 569 kantor serta nilai total asset sebesar Rp. 33.288 miliar (Statistik Perbankan Syariah, Desember 2007:1-3). Eksistensi bank syariah di Indonesia telah memenuhi kebutuhan masyarakat muslim akan lembaga keuangan non riba. Masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim seharusnya menjadi pasar potensial bagi perbankan syariah, namun dalam praktiknya sampai saat ini bank syariah masih menjadi anak bawang dalam dunia perbankan Indonesia. Hal ini tercermin dari persentase pangsa pasar bank syariah dari total perbankan nasional masih relatif kecil. Pangsa pasar penghimpunan dana atau deposit fund perbankan syariah pada bulan Juli 2008 baru mencapai 2,13% dari total perbankan nasional. Padahal dalam kebijakan akselerasi pengembangan perbankan syariah (2007:3), BI menargetkan pada akhir tahun 2008 pangsa pasar perbankan syariah mencapai 5%. Selain itu, survey preferensi masyarakat yang dilakukan pada tahun 2000 sampai dengan tahun 2005 menunjukkan potensi pasar bank syariah domestik yang cukup besar ditambah dengan perkembangan yang pesat perbankan/keuangan syariah internasional (BI, 2007:2). Pertumbuhan setiap bank sebagai lembaga intermediary sangat dipengaruhi oleh perkembangan kemampuan bank untuk menghimpun dana masyarakat, baik berskala kecil maupun besar dengan masa pengendapan yang mamadai. Penghimpunan dana dari masyarakat yang dilakukan bank syariah dibedakan menjadi prinsip wadiah dan prinsip mudharabah. Mudharabah adalah perjanjian kerjasama untuk mencari keuntungan antara pemilik modal (Shahibul maal) dan pengelola dana (mudharib). Perjanjian tersebut bisa terjadi antara deposan (Investment account) sebagai penyedia dana dan bank syaariah sebagai 2

mudharib (Wiroso, 2005:45). Seperti halnya pada bank konvensional, simpanan masyarakat mempunyai peranan yang sangat penting bagi perbankan syariah karena sumber dana yang dipercayakan masyarakat di bank syariah tersebut merupakan sumber dana utama yang dimanfaatkan oleh bank untuk menjalankan kegiatan operasionalnya sebagai lembaga intermediasi. Oleh karena itu sangatlah penting bagi bank syariah untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi keputusan nasabah untuk menyimpan dananya di bank syariah. Terlepas dari penelitian yang dilakukan Metawa dan Almossawi tahun 1997 (Ahmad&Mansor, 2003:3) yang menunjukan bahwa pertimbangan agama merupakan merupakan faktor penentu keputusan nasabah menggunakan jasa bank syariah di Bahrain, penelitian lain yang dilakukan menunjukan sebaliknya. Seperti penelitian yang dilakukan di negara Turki dan Sudan menunjukan bahwa agama bukan merupakan faktor utama dalam menentukan keputusan nasabah dalam memilih bank syariah, melainkan lebih karena profit motive. Penelitian yang dilakukan di negara Malaysia dan Singapura menunjukan hal yang sama, yaitu bahwa kedua faktor yaitu agama dan keuntungan merupakan alasan yang mendorong nasabah berhubungan dengan bank syariah (Haron dan Ahmad, 2000:1). Riset yang dilakukan oleh Karim Business Consulting (KBC) pada tahun 2004 (Komarul Hidayat, 2003:1), menyatakan : Terdapat tiga golongan nasabah yang kemungkinan bisa menopang penghimpunan dana masyarakat bagi industri perbankan. Selain loyalis, ada pula floating market (pasar mengambang) dan konvensional loyalis. Potensi yang dimiliki oleh floating market ini diperkirakan sebesar Rp 720 triliun, sementara potensi dari kaum loyalis konvensional dan tidak mau berpindah menjadi nasabah bank syariah hanya sebesar Rp 240 triliun. Potensi floating market hingga kini belum tergarap secara maksimal oleh perbankan syariah. 3

Alhasil, kue bisnis dengan nilai prediksi sebesar Rp 720 triliun tersebut membuat pelaku industri perbankan berlomba-lomba merebut pangsa pasar. Menurut Adiwarman Karim dalam Nilam Nur Azizah (2006:3), segmen pasar mengambang mempunyai ciri lebih menunjukan aspek financial benefit dengan kata lain, mereka mencari perbankan yang memberi return yang lebih tinggi. Bank syariah dalam pembangunannya tidak hanya berlandaskan pada aspek syariah dan hanya menyerap nasabah emosional saja, tetapi juga harus customer oriented. Bank syariah dapat berkembang dengan baik bila mengacu pada demand masyarakat akan produk dan jasa bank syariah dengan return menguntungkan. Seperti yang diuangkapkan Adiwarman Karim (2004:279): Idealnya, selain dituntut untuk memenuhi aturan-aturan syariah, bank syariah juga diharapkan mampu memberikan bagi hasil kepada dana pihak ketiga minimal sama dengan, atau bahkan lebih besar dari pada suku bunga yang berlaku di bank konvensional... Jumlah keuntungan yang layak juga diperlukan setiap bank guna menarik minat para pemilik dana untuk menitipkan dana mereka pada bank. Bank yang dapat selalu menjaga kinerjanya dengan baik terutama tingkat profitabilitasnya yang tinggi dan mampu membagikan dividen dengan baik serta prospek usahanya dapat selalu berkembang dan dapat memenuhi ketentuan prudential banking regulation dengan baik, maka ada kemungkinan nilai saham dari bank yang bersangkutan di pasar sekunder dan jumlah dana pihak ketiga yang berhasil dikumpulkan akan naik. Kenaikan nilai saham dan jumlah dana pihak ketiga ini merupakan salah satu indikator naiknya kepercayaan masyarakat kepada bank yang bersangkutan (Muhammad Fadil, 2007:46). Selain itu, tingkat profitabilitas bank juga merupakan salah satu indikator yang menunjukan tingkat kesehatan 4

bank (Lukman Dendawijaya, 2005:142), oleh karena itu tingkat profitabilitas kemungkinan mempunyai hubungan positif dengan jumlah simpanan mudharabah. Dalam melaksanakan kegiatan penghimpunan dana, walaupun tidak menetapkan tingkat bunga, bank syariah tidak akan terlepas dari risiko tingkat suku bunga, yaitu risiko yang timbul sebagai akibat fluktuasi tingkat bunga. Hal ini disebabkan pasar yang dijangkau oleh bank syariah tidak hanya nasabahnasabah yang loyal penuh terhadap bank syariah (Adiwarman Karim, 2004:272). Muhammad (2002:309) juga mengungkapkan bahwa bank syariah tidak menghadapi risiko tingkat bunga, walaupun dalam lingkungan dimana berlaku dual banking system, meningkatnya tingkat bunga di pasar konvensional dapat berdampak pada meningkatnya risiko likuiditas sebagai akibat adanya nasabah yang menarik dana dari bank syariah dan berpindah ke bank konvensional. Dalam teori ekonomi klasik (Haron Ahmad, 2000:12), suku bunga merupakan fungsi dari tabungan. Artinya pada tingkat suku bunga tinggi, masyarakat lebih tertarik untuk mengorbankan konsumsi sekarang guna menambah tabungannya. Tingkat suku bunga sebagai pembanding sistem bagi hasil pada bank syariah kemungkinan memiliki hubungan negatif dengan pertumbuhan volume simpanan masyarakat di bank syariah (Rita Susanti, 2004:22). Artinya pada saat suku bunga tinggi, nasabah rasional lebih memilih untuk menyimpan dananya di bank konvensional dari pada tetap menyimpan dananya di bank syariah, begitu pula sebaliknya. Hal ini mengindikasikan bahwa adanya kemungkinan hubungan negatif antara tingkat bunga dengan simpanan masyarakat di bank syariah. 5

PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk merupakan salah satu bank umum devisa yang menjalankan prinsip syariah dalam operasionalnya. Sebagai lembaga keuangan yang dipercaya masyarakat, Bank Muamalat perlu memperhatikan tingkat profitabilitasnya guna meningkatkan kepercayaan dan menarik minat masyarakat untuk menyimpan dananya serta dapat memberikan return yang lebih dari pada tingkat suku bunga bank konvensional, agar nasabah rasional lebih memilih menyimpan dananya pada bank syariah. Penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan tingkat suku bunga dilakukan oleh Sudin Haron (2004), menunjukan bahwa tingkat suku bunga memiliki pengaruh negatif yang kuat (significant impact) terhadap volume simpanan masyarakat pada bank syariah di Malaysia. Namun penelitian yang dilakukan Rita Susanti (2004), menunjukan kesimpulan yang berbeda. Penelitian tersebut mengemukakan bahwa kenaikan tingkat Tingkat suku bunga tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penurunan DPK di bank syariah. Penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan tingkat profitabilitas dilakukan oleh Romi Arief Wijaya (2007) dengan objeknya adalah bank syariah di seluruh Indonesia. Variabel yang digunakannya adalah Dana Pihak Ketiga (DPK) bank syariah sebagai variabel terikat dan Return On Assets (ROA) bank syariah, tingkat bunga deposito, Produk Domestik Bruto (PDB) rill, dan jumlah kantor bank syariah sebagai variabel bebas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial, ROA tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap penghimpunan DPK bank syariah di Indonesia. 6

Berikut merupakan data ROA dan simpanan mudharabah Bank Muamalat serta rata-rata tingkat suku bunga dalam kurun waktu 10 tahun dari tahun 1998 sampai dengan tahun 2007. Tabel 1.1 Perubahan Simpanan Mudharabah Dan Tingkat Suku Bunga Tahun 1998 2007 Simpanan mudharabah (dalam jutaan rupiah) Pertumbuhan simpanan mudharabah (%) Tingkat suku bunga (%) 1998 323.911-0,16 49,41 1999 447.993 0,38 21,36 2000 641.140 0,43 12,55 2001 987.800 0,54 16,52 2002 1.521.520 0,54 15,05 2003 2.265.810 0,49 10,07 2004 3.881.072 0,71 7,48 2005 5.230.424 0,35 9,10 2006 6.133.334 0,17 11,88 2007 7.039.288 0,15 8,78 Sumber : Laporan Keuangan Bank Muamalat dan Laporan Suku Bunga Bank Indonesia 1998-2007, data diolah kembali Tabel 1.2 Perubahan ROA Bank Muamalat Tahun 1998 2007 Pendapatan Beban Total ROA EBIT)* )* )* Assets )* (%) 1998 143.502 250.484 (106.983) 446.943 (23,94) 1999 80.810 76.760 4.050 693.324 0,58 2000 84.561 73.695 10.867 1.126.988 0,96 2001 208.764 146.105 62.660 1.564.421 4,01 2002 249.996 216.441 33.554 2.138.743 1,57 2003 364.699 330.204 34.495 3.308.682 1,04 2004 560.690 488.854 72.106 5.209.804 1,38 2005 868.313 712.058 156.255 7.247.047 2,16 2006 1.142.321 980.848 161.473 8.370.595 1,93 2007 934.449 821.765 162.684 9.722.749 1,67 )* dalam jutaan rupiah Sumber : Laporan Keuangan Bank Muamalat 1998 2007, data diolah kembali Perbedaan teori yang mengungkapkan berlakunya risiko tingkat bunga pada bank syariah dan perbedaan hasil penelitian mengenai ROA yang dilakukan Romi Arif Wijaya dengan teori, membuat penulis tertarik untuk melakukan 7

penelitian dengan judul Hubungan tingkat profitabilitas dan risiko tingkat suku bunga dengan simpanan mudharabah (studi kasus pada Bank PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk periode 1998-2007). 1.2 Identifikasi Masalah Berlandaskan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, terdapat poin yang dapat kita garis bawahi, yaitu bagi hasil atau profit sharing merupakan ciri utama yang membedakan bank syariah dengan bank konvensional. Walaupun jumlah penduduk Indonesia mayoritas muslim dan keluarnya fatwa MUI mengenai haramnya bunga bank, persentase pangsa bank syariah masih kecil jika dibandingkan dengan perbankan konvensional. Hal ini memberi gambaran bahwa terdapat faktor-faktor diluar nilai-nilai agama yang mempengaruhi perilaku nasabah dalam memilih jasa perbankan. Pertanyaan yang kemudian muncul berkaitan dengan tingkat profitabilitas dan risiko tingkat suku bunga, adalah.: 1. Apakah tingkat profitabilitas memiliki hubungan positif dengan simpanan mudharabah. 2. Apakah risiko tingkat suku bunga memiliki hubungan negatif dengan simpanan mudharabah. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk mempelajari, menganalisa dan menyimpulkan tentang hubungan tingkat profitabilitas dan risiko tingkat suku bunga dengan simpanan mudharabah pada Bank Muamalat. 8

1.3.2 Tujuan penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui dan mempelajari hubungan positif tingkat profitabilitas dengan simpanan mudharabah. 2. Untuk mengetahui dan mempelajari hubungan negatif risiko tingkat suku bunga dengan simpanan mudharabah. 1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi peneliti dan bagi pihak yang berkepentingan dengan tema yang penulis kemukakan. 1.4.1 Empirik Sebagai bahan pertimbangan terutama dalam menyikapi faktor-faktor eksternal seperti risiko tingkat suku bunga yang secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh terhadap kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pihak manajemen bank syariah. 1.4.2 Akademik Peneliti mengharapkan hasil penelitian ini dapat berguna sebagai referensi untuk kajian selanjutnya mengenai masalah yang berkaitan dengan tema yang penulis kemukakan. 1.5 Kerangka Pemikiran Pertumbuhan setiap bank sangat dipengaruhi oleh perkembangan kemampuan bank untuk menghimpun dana masyarakat, baik berskala kecil 9

maupun besar dengan masa pengendapan yang memadai. Dalam bank syariah, penghimpunan dana dari masyarakat yang dilakukan tidak membedakan nama produk, tetapi melihat pada prinsip, yaitu prinsip wadiah dan prinsip mudharabah. Simpanan mudharabah merupakan simpanan masyarakat pada bank syariah berdasarkan prinsip mudharabah. Bagi hasil hanya dilakukan bank syariah dengan pemilik dana yang dihimpun dengan prinsip mudharabah khususnya mudharabah mutlaqah (investasi tidak terikat) tidak dengan prinsip wadiah, karena dana dengan prinsip mudharabah merupakan dana investasi sedangkan dana dengan prinsip wadiah merupakan dana titipan (Wiroso, 2005:13). Prinsip mudharabah mutlaqah ini dapat diaplikasikan dengan kegiatan usaha perbankan untuk produk tabungan mudharabah dan deposito mudharabah. berikut : Wiroso (2005:45) memberikan definisi mengenai Mudharabah sebagai Mudharabah adalah perjanjian kerjasama untuk mencari keuntungan antara pemilik modal (Shahibul maal) dan pengelola dana (mudharib). Perjanjian tersebut bisa terjadi antara deposan (Investment account) sebagai penyedia dana dan bank syariah sebagai mudharib. Pembagian keuntungan disetujui antara kedua belah pihak sedangkan kerugian ditanggung oleh penyedia dana asalkan tidak terjadi kesalahan atau pelanggaran syariah yang ditetapkan, atau tidak terjadi kelalaian dipihak bank syariah. Simpanan mudharabah ini bisa dalam bentuk deposito mudharabah ataupun tabungan mudharabah. Seperti halnya pada bank konvensional, simpanan masyarakat mempunyai peranan sangat penting bagi perbankan syariah karena sumber dana yang dipercayakan masyarakat di bank syariah tersebut merupakan sumber dana utama yang dimanfaatkan oleh bank untuk menjalankan kegiatan operasionalnya sebagai lembaga intermediasi. Oleh karena dalam strategi penghimpunan dana, sangatlah penting bagi bank syariah untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi keputusan nasabah untuk menyimpan dananya di bank syariah. 10

Secara konseptual, kita percaya bahwa nasabah bank syariah tidak didasarkan oleh motif keuntungan (profit motive) dalam keputusan menyimpan dananya di bank syariah, dan selanjutnya, perubahan tingkat suku bunga dan tingkat bagi hasil seharusnya tidak akan berpengaruh signifikan terhadap keputusan nasabah dalam hal memilih jasa bank syariah. Namun penelitian yang dilakukan Sudin Haron (2004) menunjukan sebaliknya. Penelitian tersebut menunjukan bahwa tingkat suku bunga dan tingkat bagi hasil memiliki pengaruh yang signifikan terhadap volume simpanan masyarakat di bank syariah. Penelitian tersebut berkesimpulan bahwa motif utama yang menentukan keputusan memilih bank syariah bukanlah motif agama melainkan motif keuntungan (Sudin Haron, 2004:13) Penelitian yang dilakukan Karim Business Consulting (KBC) pada tahun 2004 (Adiwarman dan Afif, 2005:14), menyatakan bahwa terdapat tiga segmen nasabah yang kemungkinan bisa menopang penghimpunan dana masyarakat bagi industri perbankan, yaitu: syariah loyalis, pasar mengambang (floating market) dan konvensional loyalis. Menurut Adiwarman Karim dalam Nilam Nur Azizah (2006:3), segmen pasar yang mengambang mempunyai ciri lebih menunjukan aspek financial benefit dengan kata lain, mereka mencari perbankan yang memberi return yang lebih tinggi. Dengan pasar syariah loyalis yang jumlahnya jauh lebih sedikit dibanding nasabah rasional atau floating market, potensi floating market hingga kini belum tergarap secara maksimal oleh perbankan syariah (Komarul Hidayat, 2003:1). Jumlah keuntungan yang layak diperlukan setiap bank guna menarik minat para pemilik dana untuk menitipkan dana mereka pada bank. Bank yang dapat 11

selalu menjaga kinerjanya dengan baik terutama tingkat profitabilitasnya yang tinggi dan mampu membagikan dividen dengan baik serta prospek usahanya dapat selalu berkembang dan dapat memenuhi ketentuan prudential banking regulation dengan baik, maka ada kemungkinan nilai saham dari bank yang bersangkutan di pasar sekunder dan jumlah dana pihak ketiga yang berhasil dikumpulkan akan naik (Muhammad Fadil, 2007:46). Kenaikan nilai saham dan jumlah dana pihak ketiga ini merupakan salah satu indikator naiknya kepercayaan masyarakat kepada bank yang bersangkutan. Lukman Dendawijaya (2005:142) juga berpendapat bahwa tingkat profitabilitas bank merupakan salah satu indikator yang menunjukan kesehatan bank. Selain itu, bank syariah memiliki karakteristik yang berbeda dengan bank konvensional, dimana return yang dibagihasilkan pada nasabah bergantung pada keuntungan yang didapatkan bank syariah bersangkutan. Hal ini sejalan dengan pendapat Adiwarman Karim (2004:279) yang menyatakan... semakin tinggi keuntungan yang diperoleh bank, semakin tinggi pula bagi hasil yang diberikan bank kepada dana pihak ketiga..., oleh karena itu tingkat profitabilitas kemungkinan mempunyai hubungan positif dengan jumlah simpanan mudharabah. Khusus untuk perbankan, penilaian tentang profitabilitas yang digunakan untuk menilai kesehatan suatu bank, metode yang digunakan adalah return on assets (ROA). Hal ini sesuai dengan pendapat Lukman Dendawijaya (2001:119), bahwa dalam penentuan tingkat kesehatan suatu bank, Bank Indonesia lebih mementingkan penilaian besarnya return on assets (ROA) dan tidak memasukan unsur return on equity (ROE). Hal ini menurutnya dikarenakan Bank Indonesia sebagai pembina dan pengawas perbankan lebih mengutamakan nilai profitabilitas 12

suatu bank yang diukur dengan asset yang dananya sebagian besar berasal dari dana simpanan masyarakat. Hal ini juga sejalan dengan keputusan direksi Bank Indonesia peraturan BI No. 6/10/PBI/2004 tentang sistem penilaian tingkat kesehatan bank umum yang tertuang dalam pasal 4 ayat (4). Dahlan Siamat (2004:102) menyatakan : Rasio ROA memberikan informasi seberapa efisien suatu bank dalam melakukan kegiatan usahanya, karena rasio ini mengindikasikan berapa besar keuntungan yang dapat diperoleh rata-rata terhadap setiap rupiah asetnya. Dalam usahanya untuk memperoleh keuntungan yang cukup, bank syariah tidak akan dapat lepas dari adanya risiko tingkat suku bunga. Adiwarman Karim (2004:272) menyatakan bahwa: Risiko tingkat suku bunga adalah risiko yang timbul sebagai akibat fluktuasi tingkat bunga. Meskipun bank syariah tidak menerapkan sistem bunga, baik dalam sisi pendanaan maupun sisi pembiayaan, tetapi bank syariah tidak akan dapat terlepas dari risiko tingkat bunga. Hal ini disebabkan pasar yang dijangkau oleh bank syariah tidak hanya nasabahnasabah yang loyal penuh terhadap bank syariah. Risiko tingkat suku bunga ini berbentuk Indirect Competitor Market Rate (ICMR), yaitu tingkat bunga pada bank konvensional. Muhammad (2002:309) juga mengungkapkan bahwa bank syariah tidak menghadapi risiko tingkat bunga, walaupun dalam lingkungan dimana berlaku dual banking system, meningkatnya tingkat bunga di pasar konvensional dapat berdampak pada meningkatnya risiko likuiditas sebagai akibat adanya nasabah yang menarik dana dari bank syariah dan berpindah ke bank konvensional. Tingkat suku bunga merupakan faktor penting untuk menjelaskan perilaku seseorang untuk menabung. Dalam penelitiannya Haron Ahmad (2000:2) menjelaskan suku bunga dalam teori ekonomi, yaitu : 13

Dalam teori ekonomi klasik, suku bunga merupakan fungsi dari tabungan. Artinya pada tingkat suku bunga tinggi, semakin banyak pula uang akan ditabung, dan pada saat tingkat bunga tinggi masyarakat lebih tertarik untuk mengorbankan konsumsi sekarang guna menambah tabungannya. Jadi tingkat suku bunga memiliki hubungan yang positif dengan jumlah tabungan. Semakin tinggi tingkat suku bunga maka semakin banyak pula jumlah uang yang akan ditabungkan, begitu juga sebaliknya, semakin rendah tingkat suku bunga, semakin sedikit juga uang yang akan ditabung. Tingkat suku bunga sebagai pembanding sistem bagi hasil pada bank syariah menurut penelitian yang dilakukan Rita Susanti (2004:22), kemungkinan memiliki hubungan negatif dengan pertumbuhan volume simpanan masyarakat di bank syariah. Artinya pada saat suku bunga tinggi, nasabah rasional lebih tertarik untuk menyimpan dananya di bank konvensional dari pada tetap menyimpan dananya di bank syariah, begitu pula sebaliknya. Perbedaan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sudin Haron (2004) dengan Rita susanti (2004) mengenai dampak suku bunga terhadap simpanan masyarakat di bank syariah, dimana penelitian yang pertama menunjukan bahwa tingkat suku bunga memiliki pengaruh signifikan terhadap simpanan masyarakat di bank syariah sedangkan penelitian yang kedua menunjukan sebaliknya, yaitu tingkat suku bunga tidak berpengaruh secara signifikan terhadap simpanan masyarakat di bank syariah, serta pentingnya kinerja keuangan melalui tingkat profitabilitas bank syariah sebagai indiator kesehatan bank guna menarik minat masyarakat untuk menyimpan dananya di bank syariah, menjadi landasan bagi berlangsungnya penelitian ini. Untuk memperjelas alur kerangka pemikiran, berikut digambarkan dalam bentuk bagan kerangka pemikiran : 14

Bank Syariah Bank Indonesia Laporan Keuangan Strategi Penghimpunan dana Kinerja Keuangan Produk penghimpunan dana Tingkat suku bunga SBI Tingkat profitabilitas (X 1 ) Romi Arif wijaya (2007) Simpanan mudharabah (Y) Rita Susanti (2004) Risiko tingkat suku bunga (X 2 ) Gambar 1.1 Kerangka Penelitian 1.6 Asumsi dan Hipotesis 1.6.1 Asumsi Asumsi merupakan anggapan dasar yang melandasi penelitian. Anggapan dasar adalah sesuatu yang diyakini kebenarannya oleh peneliti, yang akan berfungsi sebagai hal-hal yang dipakai untuk tempat berpijak bagi peneliti dalam melaksanakan penelitian ini. Berdasarkan definisi tersebut, maka dalam penelitian ini, penulis berasumsi bahwa : Faktor lain yang mempengaruhi Simpanan Mudharabah, yaitu tingkat bagi hasil, jumlah kantor cabang perbankan syariah dianggap konstan atau ceteris paribus. 15

1.6.2 Hipotesis Hipotesis menurut Sugiyono (1999:50) merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Berdasarkan definisi dan kerangka pemikiran yang dijelaskan di atas, maka hipotesis yang dapat diambil dalam penelitian ini yaitu : Hipotesis 1 : Tingkat profitabilitas memiliki hubungan positif dengan simpanan mudharabah. Hipotesis 2 : Risiko tingkat suku bunga memiliki hubungan negatif dengan simpanan mudharabah. 16