Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Negeri Gorontalo

dokumen-dokumen yang mirip
Pengaruh Pemberian Dosis Pakan Otohime yang Berbeda terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Kerapu Bebek di BPBILP Lamu Kabupaten Boalemo

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelautan dan Perikanan Provinsi Gorontalo, yang melaksanakan tugas operasional

Jurusan Teknologi Perikanan, Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian, Universitas Negeri Gorontalo

Pengaruh Frekuensi Pemberian Pakan Otohime terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Kerapu Bebek di BPBILP Lamu Kabupaten Boalemo

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Mei sampai Bulan Juli 2013

1 Haris Abdullah, 2 Rully, dan 2 Mulis Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Negeri Gorontalo

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 4, Desember 2012: ISSN :

Oleh: RINIANINGSIH PATEDA NIM: Telah Diperiksa dan Disetujui Untuk Diuji. Mengetahui, KetuaJurusan/Program StudiBudidayaPerairann

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 2 Oktober sampai 10 November 2014,

PENGARUH KETINGGIAN AIR YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUPBENIH IKAN LELE SANGKURIANG

BAB III METODE PENELITIAN

Pengaruh Ketinggian Air yang Berbeda terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Lele Sangkuriang di Balai Benih Ikan Kota Gorontalo

Pembesaran Benih Ikan Sidat dengan Jenis Pakan yang Berbeda

Pengaruh Padat Penebaran Berbeda terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Lele Sangkuriang di Balai Benih Ikan Kota Gorontalo

PENDEDERAN IKAN BERONANG (Siganus guttatus) DENGAN UKURAN TUBUH BENIH YANG BERBEDA

BAB III BAHAN DAN METODE

PENGARUH DOSIS PAKAN Tubifex sp YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN BENIH IKAN SIDAT (ANGUILLA MARMORATA) DI BALAI BENIH IKAN KOTA GORONTALO OLEH

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan September sampai dengan bulan Nopember

Pengaruh Pemberian Viterna Plus dengan Dosis Berbeda pada Pakan terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Lele Sangkuriang di Balai Benih Ikan Kota Gorontalo

Pengaruh Dosis Pakan Tubifex Sp Berbeda terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Sidat di Balai Benih Ikan Kota Gorontalo

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 10 Mei 30 Juni 2013 selama 50

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2011 bertempat di. Balai Budidaya Ikan Hias, Natar, Lampung Selatan.

PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP IKAN BETOK (Anabas testudineus) YANG DIPELIHARA PADA SALINITAS BERBEDA

BAB III BAHAN DAN METODE

METODE PENELITIAN. M 1 V 1 = M 2 V 2 Keterangan : M 1 V 1 M 2 V 2

BAB III BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Agustus sampai denganseptember 2011

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KERAMBA JARING APUNG WADUK CIRATA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama dua bulan pada bulan September-Oktober 2013,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Laju pertumbuhan rata rata panjang dan berat mutlak lele sangkuriang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama 40 hari pada bulan Agustus sampai dengan

BAB 4. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan dari bulan Juli hingga Agustus 2011 yang bertempat di

BAB III BAHAN DAN METODE

Nike: Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Volume 3, Nomor 1, Maret 2015

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Budidaya Perairan Fakultas

USAHA PENGGELONDONGAN IKAN KERAPU BEBEK (Cromileptes altivelis) UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN BUDIDAYA LAUT DI SULAWESI TENGGARA

1) Staf Pengajar pada Prog. Studi. Budidaya Perairan, Fakultas

PADAT TEBAR YANG BERBEDA TERHADAP DAYA TETAS Artemia sp DI BALAI BENIH IKAN (BBI) KOTA GORONTALO. Abstrak

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 03 Februari sampai dengan 17

BAB I PENDAHULUAN. Sidat dikenal sebagai ikan katadromous yaitu memijah di laut, tumbuh dan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada tanggal 26 Maret - 25 April 2012 di Laboratorium

PENGARUH KUALITAS AIR TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA (Oreochromis sp.) DI KOLAM BETON DAN TERPAL

III. MATERI DAN METODE PENELITIAN. 2009, bertempat di Kecamatan Rajabasa, Bandar Lampung.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, Depok Jawa Barat.

II. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Agustus

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL JURNAL

PENGARUH UMUR LARVA IKAN NILA (OREOCHROMIS NILOTICUS) TERHADAP TINGKAT KEBERHASILAN PEMBENTUKAN SEL KELAMIN JANTAN RINDHIRA HUMAIRANI Z¹, ERLITA¹

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Teknik pembenihan ikan air laut Keberhasilan suatu pembenihan sangat ditentukan pada ketersedian induk yang cukup baik, jumlah, kualitas dan

METODE PENELITIAN. bio.unsoed.ac.id

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2015 selama 50

Pengaruh Padat Tebar Berbeda terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Sidat Di Balai Benih Ikan Kota Gorontalo

METODE PENELITIAN Persiapan Penelitian Penelitian Pendahuluan Tahap 1 Waktu dan Tempat

III. METODE PENELITIAN. Tabel 1. Alat dan Bahan yang digunakan dalam penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilakukan selama 2 bulan pada bulan Februari-April 2015,

BAB III BAHAN DAN METODE

Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Bosowa Makassar ABSTRAK

III. BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei sampai Juli 2014, di Laboratorium Budidaya

EFISIENSI PENGGUNAAN PLANKTON UNTUK PEMBENIHAN KERAPU BEBEK (Cromileptes altivelis) PADA HATCHERI SKALA RUMAH TANGGA

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. 3.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2009 di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi.

Angki Ismayadi, Rosmawati, Mulyana Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Djuanda Bogor

BAHAN DAN METODE. = data pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = nilai tengah data τ i ε ij

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret 2014 di

III. METODE PENELITIAN

II. BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE

III. METODOLOGI. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei - Juni 2013 di Balai Benih Ikan (BBI)

PENDEDERAN KERAPU MACAN, Epinephelus fuscoguttatus, PADA HATCHERI SKALA RUMAH TANGGA

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Rancangan Percobaan 2.2 Prosedur Kerja Persiapan Wadah Ukuran dan Padat Tebar

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Grafik pertumbuhan benih C. macropomum yang dihasilkan selama 40 hari

Pengaruh Berat Bibit Awal Berbeda terhadap Pertumbuhan Kappaphycus alvarezii di Perairan Teluk Tomini

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei - Juli 2014, di Laboratorium Budidaya

PENGARUH JENIS DAN WAKTU PEMBERIAN PAKAN TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN KERAPU MACAN

II. BAHAN DAN METODE

PRODUKSI IKAN NEON TETRA Paracheirodon innesi UKURAN L PADA PADAT TEBAR 20, 40 DAN 60 EKOR/LITER DALAM SISTEM RESIRKULASI

PENGARUH PADAT TEBAR TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN LAJU PERTUMBUHAN IKAN MASKOKI (Carassius auratus) YANG DIPELIHARA DENGAN SISTEM RESIRKULASI

ANALISIS EKOLOGI TELUK CIKUNYINYI UNTUK BUDIDAYA KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus) ABSTRAK

[ GROUPER FAPERIK] [Pick the date]

Kata kunci : pencahayaan matahari, E. cottonii, pertumbuhan

Deskripsi. METODA PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS MANDARIN (Synchiropus splendidus)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN KERAPU KECAMATAN GEROKGAK, KABUPATEN BULELENG, BALI. Oleh: NI WAYAN NARITA SUGAMA A

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2012 hingga Februari 2013

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan Pada bulan Februari - Maret 2015 di Balai

Pertumbuhan Ikan Kardinal Banggai (Pterapogon kauderni) yang dipelihara pada Salinitas yang Berbeda dalam Wadah Terkontrol

BAB III BAHAN DAN METODE

APLIKASI PAKAN BUATAN UNTUK PEMIJAHAN INDUK IKAN MANDARIN (Synchiropus splendidus)

KERAGAMAN DAN KEBERADAAN PENYAKIT BAKTERIAL DAN PARASITIK BENIH KERAPU MACAN

PENGARUH PEMBERIAN PAKAN KOMERSIAL TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN KERAPU BEBEK (CROMILEPTES ALTIVELIS)

BAB III BAHAN DAN METODE. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di PT. Peta Akuarium, Bandung pada bulan April hingga Mei 2013.

BAB III BAHAN DAN METODE

Transkripsi:

PADAT TEBAR YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN BENIH IKAN KERAPU BEBEK (Cromileptes altivelis) DI BALAI PENGEMBANGAN BENIH IKAN LAUT DAN PAYAU (BPBILP) LAMU KABUPATEN BOALEMO 1 Ipton Nabu, 2 Hasim, dan 2 Mulis Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Negeri Gorontalo Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui padat tebar yang berbeda terhadap pertumbuhan benih Ikan Kerapu Bebek (Cromileptes altivelis). Eksperimen ini menggunakan metode eksperimen. Rancangan yang digunakan dalam penelitian adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan3 perlakuan dan masing masing dengan 3 ulangan. Hewan uji yang digunakan adalah benih ikan kerapu bebek sebanyak 72 ekor dengan ukuran benih panjang 3 cm dan berat 0,25-0,45 gram. Sebagai perlakuan digunakan padat tebar yaitu (A) 4 ekor/10 liter air (B) 8 ekor/10 liter ai rdan (C) 12 ekor/10 liter air. Hasil penelitian menunjukan bahwa pertumbuhan panjang dan berat tertinggi ditunjukan pada perlakuan B berturut-turut sebesar 0,9 cm dan 0,13 gram, disusul perlakuan C sebesar 0,8 cm dan 0,09 gram, dan terendah pada perlakuan A berturut-turut sebesar 0,7 cm dan 0,06 gram. Sintasan benih ikan kerapu bebek selama penelitian menunjukan perlakuan A sebesar 100% sedangkan perlakuan B dan C sebesar 100%. Hasil analisis sidik ragam panjang dan berat benih kerapu bebek menunjukan bahwa padat tebar yang berbeda memberikan pengaruh yang berbeda nyata. Kata kunci : Benih kerapu Bebek, Padat Tebar, Pertumbuhan I. PENDAHULUAN Luas perairan laut Indonesia diperkirakan sebesar 5,8 juta km 2 dan panjang garis pantai 95.181 km. Keadaan yang demikian menyebabkan Indonesia banya kmemiliki potensi yang cukup besar di bidang perikanan, baik dari prospek penangkapan dan budidaya. Usaha budidaya laut merupakan salah satu usaha yang dapat memberikan alternatif sumber penghasilan untuk meningkatkan pendapatan. Apabila usaha budidaya berkembang, maka produksi dapat ditingkatkan baik jumlah maupun mutunya (Akbar dan Sudaryanto, 2001). Sumber daya perikanan yang ada di Indonesia sebagian besar pemanfaatannya masih dititik beratkan pada kegiatan penangkapan dari alam. Salah satu jenis ikan yang banyak ditangkap adalah ikan kerapu bebek, karena merupakan jenis ikan laut yang sangat populer di dalam maupun di luar negeri serta memiliki nilai ekonomis penting di Asia Tenggara. Ikan kerapu (Cromileptes altivelis) merupakan jenis ikan yang hidup di perairan terumbu karang, yang dalam dunia internasional dikenal dengan nama grouper atau coral reef fish. Ikan kerapu bebek, adalah jenis kerapu yang benihnya sangat laku di pasaran. Kerapu bebek biasa juga disebut kerapu tikus merupakan salah satu jenis ikan kerapu yang mempunyai prospek pemasaran cukup baik dan harganya mahal terutama untuk pasar ekspor permintaan pasar akan komoditas ini stabil bahkan cenderung meningkat. Pengembangan usaha budidaya kerapu bebek mempunyai prospek yang sangat cerah. Namun demikian masih menjadi perhatian utama adalah ketersediaan induk yang belum dapat terpenuhi baik jumlah, mutu maupun kesinambungannya. Induk yang berasal dari alam ketersediaannya belum dapat dipastikan. Ikan kerapu juga merupakan salah satu komoditas sumber daya perairan yang memiliki nilai ekonomis penting di Indonesia. Hal ini berkaitan dengan tingginya harga jual serta permintaan pasar baik di dalam maupun di luar negeri. Permintaan pasar yang cenderung semakin meningkat menuntut adanya pemenuhan produksi ikan kerapu. Sekarang ini telah dikenal beberapa spesies ikan kerapu dengan nilai ekonomis yang tinggi seperti ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis), kerapu sunu (Plectropomus leoporus), kerapu lumpur (Epinephelus tauvina).

Ikan kerapu bebek saat ini sudah banyak dibudidayakan oleh masyarakat di Indonesia. Selain bernilai ekonomis tinggi dengan harga sekitar 36 US dollar per kg, ikan kerapu bebek juga sudah berhasil dibudidayakan dan dikembangkan teknik pembenihannya. Dengan demikian terbuka peluang yang cukup luas untuk mengembangkan usaha budidaya ikan kerapu bebek (Kordi, 2005). Salah satu kendala yang dihadapi dalam pengembangan usaha budidaya ikan kerapu dalam proses pembesarannya adalah tingginya tingkat kematian. Hal ini terutama disebabkan karena belum dikuasainya cara padat tebar yang optimal, baik ditinjau dari kondisi lingkungan perairan yang kurang mendukung maupun dari segi standar operasional (ukuran benih pada saat tebar, padat tebar dalam pemeliharaan, pola pemberian pakan, dan lain-lain). Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan penelitian tentang padat tebar yang berbeda terhadap pertumbuhan benih ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis), dengan tujuan untuk mengkaji lebih lanjut kelayakan sistim budidayanya sehingga dapat meningkatkan kapasitas pemeliharaan (carryng capacity) dan meningkatkan jumlah produksi yang akhirnya dapat diperoleh suatu tipe budidaya kerapu yang dapat diaplikasikan pada pengguna di seluruh wilayah perairan Indonesia. II. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai Desember 2013 bertempat di Balai Pengembangan Benih Ikan Laut dan Payau (BPBILP) Lamu Kabupaten Boalemo, Provinsi Gorontalo. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Loyang untuk wadah penelitian, timbangan analitik digunakan untuk menimbang berat tubuh benih ikan, thermometer untuk mengukur suhu, DO meter untuk mengukur oksigen terlarut, ph meter untuk mengukur ph, refraktometer untuk mengukur salinitas, blower untuk alat pengudaraan, selang plastik untuk alat penyiphonan, penggaris untuk mengukur panjang ikan, alat tulis menulis untuk mencatat hasil penelitian, dan kamera untuk mengambil dokumentasi gambar. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah benih ikan kerapu bebek sebanyak 72 ekor, pakan yang digunakan pakan pellet otohime merk S2, dan air laut 10 liter/wadah. 2.1 Variabel Yang Diamati Penelitian yang akan dilakukan yaitu padat tebar yang berbeda terhadap pertumbuhan benih ikan kerapu bebek (Chromileptes altivelis), penelitian dilakukan tiga kali perlakuan, dan tiga kali ulangan. Dengan padat tebar 4 ekor/10 liter, 8 ekor/ 10 liter, dan 12 ekor/ 10 liter dari. Penimbangan dan pengukuran benih ikan kerapu bebek dilakukan setiap seminggu sekali. 2.1.1 Pertumbuhan Mutlak Pertumbuhan panjang benih ikan kerapu bebek L = Lt Lo Lt = Panjang akhir benih ikan kerapu bebek (Chromileptes altivelis) penelitian waktu minggu ke-t Lo = Panjang awal benih ikan kerapu bebek (Chromileptes altivelis) (cm) Petumbuhan berat benih ikan kerapu bebek W = Wt Wo Wt = Berat akhir penelitian waktu minggu ke-t Wo= Berat awal ikan kerapu bebek (Chromileptes altivelis) (g)

2.1.2 Pertumbuhan Harian Perhitungan Pertambahan Berat Harian Rata-rata atau Average Daily Growth (ADG) menurut Cholik, dkk., (2005) ADG= WWWW WWWW HH Wt = Berat akhir (g) Wo= Berat awal (g) H = Lama pemeliharaan (hari) Perhitungan Pertambahan Panjang Harian Rata-rata Average Daily Growth (ADG) menurut Cholik, dkk., (2005) ADG= LLLL LLLL HH Wt = Berat akhir (g) Wo= Berat awal (g) H = Lama pemeliharaan (hari) Perhitungan Pertambahan Panjang Harian Rata-rata Average Daily Growth (ADG) menurut Cholik, dkk., (2005). 2.1.3. Sintasan Kelulusan Hidup (SR) adalah persentase jumlah biota yang hidup pada akhir waktu tertentu menurut Cholik (2005) SR = NNNN NNNN 100% Nt = Jumlah benih ikan kerapu bebek akhir No = Jumlah awal benih ikan kerapu bebek penelitian ke-t III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Pertumbuhan Mutlak Hasil pengukuran rata-rata panjang mutlak benih ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis), selama 28 hari sesuai perlakuan dapat dilihat pada gambar 1. Pertumbuhan rata-rata panjang mutlak perlakuan A 4 ekor/10 liter sebesar 0,7 cm, perlakuan B 8 ekor/10 liter sebesar 0,9 cm dan perlakuan C 12 ekor/10 liter sebesar 0,8 cm. Dengan demikian perlakuan padat tebar 8 ekor/10 liter memiliki pertumbuhan rata-rata panjang tertinggi kemudian disusul dengan padat tebar 12 ekor/10 liter sedangkan padat tebar 4 ekor/10 liter menunjukkan nilai yang terendah.

Panjang Mutlak (mm) 1 0.7 0.9 0.8 0,5 0 4 Ekor/10 Liter 8 Ekor/10 Liter 12 Ekor/10 Liter Gambar 1. Grafik Pertumbuhan Panjang Perbedaan tersebut dikarenakan oleh padat tebar yang tinggi dan persaingan benih ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis), untuk mendapatkan makanan lebih rendah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Akbar dan Sudaryanto (2002) dalam Endrawati. dkk., (2008), mengemukakan bahwa peningkatan padat penebaran akan menyebabkan pertumbuhan agak lambat, ruang gerak terganggu dan terjadi kompetisi dalam mengambil pakan. Setelah melakukan analisis sidik ragam maka, didapat hasil bahwa padat tebar yang berbeda nyata (p < 0,05). 3.2 Pertumbuhan BeratMutlak Pertumbuhan berat mutlak benih ikan kerapu bebek (Cromilepte saltivelis) dapat di lihat pada gambar 2 berikut : Berat Mutlak (mm) 0.15 0.10 0.05 0 0.06 0.13 4 Ekor/10 Liter 8 Ekor/10 Liter 12 Ekor/10 Liter Gambar 2 Grafik Berat Mutlak Berdasarkan Gambar 2 diatas pertumbuhan rata-rata berat mutlak perlakuan A 4 ekor/10 liter sebesar 0,06 gram, perlakuan B 8 ekor/10 liter 0,13 gram, dan perlakuan C 12 ekor/10 liter 0,09 gram. Hal ini menunjukan bahwa padat tebar 8 ekor/10 liter memiliki berat mutlak tertinggi disusul dengan padat tebar 12 ekor/10 liter, sedangkan padat tebar 4 ekor/10 liter menunjukan nilai terendah. Perbedaan ini disebabkan tingginya padat penebaran ikan maka akan semakin tinggi pula persaingan dalam ruang gerak. Hal ini sesuai dengan Akbar dan Sudaryanto (2002) dalam Endrawati,dkk (2008), yang menyatakan bahwa padat tebar yang tinggi menyebabkan konsumsi makanan yang lebih rendah karena akan mengurangi keleluasaan ikan untuk bergerak kearah pakan. Hasil analisis sidik ragam menunjukan bahwa padat tebar yang berbeda memberikan pengaruh yang berbeda nyata (p < 0,05), terhadap pertumbuhan berat tubuh benih ikan kerapu bebek. Selanjutnya untuk mengetahui pengaruh masing masing perlakuan, dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT). Hasil Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) diperoleh bahwa pertumbuhan berat tubuh benih kerapu bebek pada setiap perlakuan padat tebar berbeda nyata. 0.09

3.3 Pertumbuhan Harian (DGR) Pertumbuhan harian panjang dan berat benih kerapu bebek selama 28 hari dapat di lihat pada gambar 3 dan 4 berikut: Berat Harian (gr) 0.05 0.04 0.04 0.02 0.03 0.03 4 Ekor/10 Liter 8 Ekor/10 Liter 12 Ekor/10 Liter Gambar 3 Grafik Pertumbuhan Berat Harian Panjang Harian (mm) 0.35 0.25 0.32 0.29 0.25 0.15 4 Ekor/10 Liter 8 Ekor/10 Liter 12 Ekor/10 Liter Gambar 4 Grafik Pertumbuhan Panjang Harian Berdasarkan gambar 3 dan 4 di atas bahwa pertumbuhan harian panjang benih ikan kerapu bebek tertinggi ditunjukkan pada perlakuan B 8 ekor/10 liter. dilanjutkan dengan padat tebar C 12 ekor/10 liter dan A 4 ekor/10 liter, masing-masing berturut turut 0,32 cm/hr, 0,29 cm/hr dan 0,25 cm/hr. Sedangkan pertumbuhan berat tubuh harian benih ikan kerapu bebek tertinggi ditunjukkan pada perlakuan B 8 ekor/10 liter. dilanjutkan dengan padat tebar C12 ekor/10 liter dan yang terendah yakni pada padat penebaran A 4 ekor/10 liter, masingmasing berturut turut 0,04 g/hr; 0,03 g/hr dan 0,02 g/hr. 3.4 Sintasan Sintasan benih ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis) pada akhir pengamatan dapat dilihat pada Gambar 5 berikut: Kelangsungan Hidup (SR) 100% 100% 100% 100% 0% 4 Ekor/10 Liter 8 Ekor/10 Liter 12 Ekor/10 Liter Gambar 5 Grafik Sintasan

Gambar 5 diatas menunjukkan bahwa sintasan benih ikan kerapu bebek selama pengamatan tingkat kelangsungan hidup (SR) yang diperoleh pada perlakuan A 4ekor/10 liter sebesar 100%, sedangkan perlakuan B 8 ekor/10 liter 100% dan C 12 ekor/10 liter sebesar 100%. Hal ini sesuai dengan pendapat Purba dan Mayunar (1991) bahwa semakin tinggi padat penebaran sintasannya cenderung menurun dan padat penebaran akan meningkatkan resiko kematian. 3.5 Kualitas Air Hasil pengukuran kualitas air selama penelitian menunjukkan bahwa kisaran yang diperoleh masih berada pada batas toleransi bagi kehidupan benih ikan kerapu bebek. Hasil pengukuran kualitas air dapat di lihat pada Tabel 1 berikut: Tabel 1 Hasil Pengukuran Parameter Kualitas Air NO Parameter Minggu 0 Minggu I Minggu II Minggu III Minggu IV 1 Suhu 30 0 C 30 0 C 30 0 C 30 0 C 30 0 C 2 Salinitas 34,9 ppt 34,9 ppt 34,9 ppt 34,9 ppt 34,9 ppt 3 ph 6,20 6,20 6,20 6,20 6,20 4 DO 7,5 mg/l 7,5 mg/l 7,5 mg/l 7,5 mg/l 7,5 mg/l Berdasarkan tabel 1 diatas maka, pengukuran kualitas air dilakukan setiap minggu sekali dengan menggunakan alat ukur suhu, ph, DO dan Salinitas. Pengukuran dilakukan pada pagi hari. Kualitas air yang digunakan selama pemeliharaan didukung dengan diterapkan sistem sirkulasi air mengalir sehingga kualitas air yang didapatkan dari minggu pertama sampai minggu terakhir pemeliharaan nilainya sama seperti tampak pada tabel 1 diatas. selain itu juga dilakukan pembersihan dasar wadah dengan cara disipon yang dilakukan setiap hari pada pagi hari sebelum pergantian air, penyiponan dilakukan dengan menggunakan selang, Setelah itu dilakukan penggantian air yaitu dengan cara mancabut pipa outlet yang berada pada tepi wadah hingga 80%, kemudian air ditambah kembali. Hal ini sesuai dengan Kordi, K (2005), bahwa baik dalam pemeliharaan larva maupun benih, sebaiknya dihindari terjadinya timbunan sisa pakan pada dasar bak pemeliharaan dan penyiponan dilakukan pada pagi hari. IV. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian padat tebar yang berbeda terhadap pertumbuhan benih ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis), maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Padat tebar yang berbeda berpengaruh terhadap pertumbuhan benih ikan kerapu bebek (Cromileptes altiveli). 2. C dengan padat tebar 8 ekore/10 liter memberikan hasil terbaik terhadap pertumbuhan benih ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis). UCAPAN TERIMA KASIH Sebagai penghargaan penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Kiswan Anwar, SP., selaku kepala balai, dan beserta seluruh staf Balai Pengembangan Benih Ikan Laut dan Payau (BPBILP) Lamu, atas bantuan kepada penulis telah memberikan motivasi dan izin penelitian, sehingga penelitian saya berjalan dengan lancar.

DAFTAR PUSTAKA Akbar, S. dan Sudaryanto, 2002. Pembenihan Ikan Kerapu Macan. Penebaran Swadaya Jakarta. Cholik, F. Ateng G.J., R. P. Purnomo dan Ahmad, Z. 2005. Akuakultur Tumpuan Harapan Masa Depan. Masyarakat Perikanan Nusantara dan Taman Akuarium Air Tawar. Endawati, H. Zainuri, M. Kusdiantini, Edan Hermin, P.K. 2008. Pertumbuhan Juvenil Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) Yang Dipeliharan DenganPadat Penebaran Berbeda. Ilmu Kelautan. Universitas Diponegoro. Kordi, K.M.G.H., 2005. Budidaya Ikan Laut : Di Keramba Jaring Apung. Rineka Cipta. Jakarta. Purba, R. Dan Mayunar. 1991. Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Larva Kerapu Macan Sampai Umur35 Hari dan Padat Tebar Yang Berbeda. J.Pen. Perik. Pantai. Sudaryanto 2001. Pembesaran Kerapu macan dan Kerapu Tikus di Karamba Jaring Apung. Balai Budidaya Laut Lampung Ditjenkan.

ARTIKEL JURNAL

ARTIKEL JURNAL