INTERNALISASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DAN PELESTARIAN BUDAYA DAERAH MELALUI PERTUNJUKAN KETHOPRAK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. cerdas, sehat, disiplin, dan betanggung jawab, berketrampilan serta. menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi misi dan visi

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh

Sambutan Presiden RI pada Peresmian Pesta Kesenian Bali ke-35, Denpasar, 15 Juni 2013 Sabtu, 15 Juni 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. masyarakat, bangsa, dan negara sesuai dengan pasal 1 UU Nomor 20 Tahun 2003.

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil temuan di lapangan mengenai perkembangan seni

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Sambutan Presiden RI pd Penganugerahan Gelar Kehormatan Adat Budaya Banjar tgl. 24 Okt 2013 Kamis, 24 Oktober 2013

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam keberagaman sering kali lupa terhadap nilai-nilai kebudayaan yang

Sambutan Presiden RI pada Pembukaan Pesta Kesenian Bali ke-32, 12 Juni 2010 Sabtu, 12 Juni 2010

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju dan

BAB I PENDAHULUAN. Jawa memiliki berbagai karya yang mencerminkan pemikiran, perilaku, aturan

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian ronggeng gunung merupakan kesenian tradisional masyarakat

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. A. Simpulan. Secara keseluruhan penelitian dan pembahasan tentang novel Serat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penerangan, dakwah, pendidikan, pemahaman filsafat, serta hiburan.

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. telah berupaya meningkatkan mutu pendidikan. Peningkatan pendidikan diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang

PERESMIAN LEMBAGA PEMBINAAN KHUSUS ANAK (LPKA) DAN LEMBAGA PENEMPATAN ANAK SEMENTARA (LPAS)

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. yang terkandung dalam novel tersebut sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya sangatlah tidak mungkin tanpa melalui proses pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, ialah

lease purchase PDFcamp Printer on to remove this watermark. BAB 4 KESIMPULAN

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB VI PENUTUP. isinya. Beberapa pengkajian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau

TUGAS AGAMA KLIPING KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA, ANTAR SUKU, RAS DAN BUDAYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Manusia pada hakikatnya adalah sebagai makhluk individu dan

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

STANDAR ISI KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN MUATAN LOKAL BAHASA JAWA SD/SDLB/MI PROVINSI JAWA TENGAH

PEMBENTUKAN WATAK BANGSA INDONESIA MELALUI PENDIDIKAN PANCASILA SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN BANGSA INDONESIA ABAD 21

MODUL PEMBELAJARAN SENI BUDAYA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di

Hasil Wawancara Dengan Ki Kasim Kesdo Lamono dan Paguyuban Cinde

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

BAB I PENDAHULUAN. yang termasuk dalam aspek kebudayaan, sudah dapat dirasakan oleh

Delapan Fungsi Keluarga dalam Membentuk Generasi Penerus Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. tinggal masing-masing dengan kondisi yang berbeda. Manusia yang tinggal di

BAB 2 DATA DAN ANALISIS Perang Wanara dan Raksasa. satu ksatria yang sangat ditakuti oleh lawannya.

MATA KULIAH : ILMU BUDAYA DASAR PERANAN BUDAYA LOKAL MENDUKUNG KETAHANAN BUDAYA NASIONAL

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... DAFTAR ISI... iii. RINGKASAN... iii BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang...

BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya. Sastra tumbuh dan berkembang karena eksistensi manusia dan sastra

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yuvenalis Anggi Aditya, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang

BAB I PENDAHULUAN. Mitra Pustaka, 2006), hlm 165. Rhineka Cipta,2008), hlm 5. 1 Imam Musbikiin, Mendidik Anak Kreatif ala Einstein, (Yogyakarta:

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dari generasi ke generasi yang semakin modern ini

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. secara etimologi berarti keberagaman budaya. Bangsa Indonesia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan anak-anak supaya memiliki visi dan masa depan sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masalah pendidikan menjadi hal yang utama bahkan mendapat perhatian dari

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. penelitian yang dirumuskan dari deskripsi temuan penelitian dan pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. secara terus-menerus. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya manusia memiliki

Sambutan Presiden RI pada Perayaan Hari Raya Nyepi tahun Baru Saka 1935, Jakarta, 7 April 2013 Minggu, 07 April 2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. nilai-nilai moral terhadap cerita rakyat Deleng Pertektekkendengan menggunakan kajian

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kelurahan Sindangkasih adalah kearifan lokal budaya yang masih tersisa di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Atik Rahmaniyar, 2015

REPRESENTASI PENDIDIKAN KARAKTER NASIONALISME DAN. CERITA DARI TAPAL BATAS (Analisis Semiotik untuk Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan)

BAB I PENDAHULUAN. kearifan. Tradisi Mesatua di Bali lambat laun semakin tergerus dengan roda

Sambutan Presiden RI pada Perayaan Waisak Nasional Tahun 2013, Jakarta, 26 Mei 2013 Minggu, 26 Mei 2013

BAB I PENDAHULUAN. Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti

2015 PENGAKUAN KEESAAN TUHAN DALAM MANTRA SAHADAT SUNDA DI KECAMATAN CIKARANG TIMUR KABUPATEN BEKASI

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan era globalisasi saat ini telah membawa kemajuan ilmu

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

BAB I PENDAHULUAN. hingga sekarang. Folklor termasuk dalam suatu kebudayaan turun-temurun yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

sambutan Presiden RI pada Perayaan Natal Bersama Nasional, 27 Desember 2010 Senin, 27 Desember 2010

BAB I PENDAHULUAN. objeknya manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai

BAB III MAKNA FILOSOFI BUSHIDOU DI DALAM SIKAP AIKIDOUKA. 3.1 Filosofi Gi (Kebenaran) di dalam Sikap Aikidouka

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian adalah ciptaan dari segala pikiran dan perilaku manusia yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anggiana Puspa Dewi, 2014 Ayo, Menari Jaipong Dengan Nyi Iteung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

Sambutan Presiden RI pada Perayaan Tahun Baru Imlek 2563 Nasional, Jakarta, 3 Februari 2012 Jumat, 03 Pebruari 2012

DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A. Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Fendra Pratama, 2014 Perkembangan Musik Campak Darat Dari Masa Ke Masa Di Kota Tanjung Pandan Belitung

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. pada masyarakat Pesisir adalah pertunjukan kesenian Sikambang di Kelurahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan di negara manapun di dunia ini. Kebudayaan apapun dapat

KATA PENGANTAR. Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah yang maha esa. Karena dengan

BAB I PENDAHULUAN. berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis

Transkripsi:

INTERNALISASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DAN PELESTARIAN BUDAYA DAERAH MELALUI PERTUNJUKAN KETHOPRAK Budi Waluyo, Astiana Ajeng Rahadini, Favorita Kurwidaria, Dewi Pangestu Said 229 SEMNASBAHTERA Universitas Sebelas Maret ABSTRAK Kethoprak merupakan salah satu bentuk kesenian tradisional yang berasal dari Jawa. Sebagai salah satu bentuk budaya daerah, kethoprak memuat berbagai macam nilai luhur budaya Jawa yang dapat menjadi sumber pendidikan karakter. Nilai-nilai budi pekerti yang terdapat pada kethoprak bisa didapatkan pada tema dan amanat yang disampaikan melalui dialog-dialog antarpemain dan isi dari pertunjukkan kethoprak tersebut. Nilai-nilai luhur inilah yang hendaknya sampai kepada generasi muda. Melalui kethoprak, generasi muda akan diajak untuk mengenal kebudayaan daerah dan meneladankan nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam suatu lakon tersebut. Generasi muda yang mencintai budaya akan membuat kebudayaan tersebut akan tetap lestari. Kata kunci: kethoprak; pendidikan karakter, pelestarian budaya daerah. A. Pendahuluan Kethoprak merupakan salah satu bentuk kesenian tradisional Jawa yang masih bertahan sampai saat ini. Di sela derasnya arus globalisasi, kethoprak patut dilestarikan karena mengandung berbagai nilai luhur yang patut diwariskan kepada generasi muda. Nilai luhur tersebut merupakan warisan nenek moyang masyarakat Jawa yang dapat dijadikan sebagai pedoman untuk menjalani kehidupan dengan baik. Nilai luhur tersebut dikemas dalam lakon yang apik kemudian disajikan dengan tembang, kostum, dan adegan yang menarik. Oleh karena itu, kethoprak dapat dijadikan sebagai tuntunan dan tontonan. Setiap pertunjukkan kethoprak menyajikan satu lakon yang berisi pesan atau amanat yang ingin disampaikan kepada penonton. Pesan atau amanat ini adalah hal pokok yang berisi nilai-nilai luhur budaya Jawa dan seyogyanya diketahui oleh generasi muda. Nilai-nilai luhur budaya Jawa relevan dengan nilai pendidikan karakter yang sedang digalakkan di dunia pendidikan. Internalisasi nilai pendidikan karakter melalui kegiatan menonton kethoprak dapat menjadi suatu alternative cara merepresentasikan dan mengaplikasikan pendidikan karakter melalui kegiatan yang menyenangkan. Setiap tindakan dan pitutur yang disaksikan pada setiap babak adegan dapat menjadi tuntunan bagi para generasi muda pada khususnya dan para penonton pada umumnya. Menonton kethoprak berarti menyaksikan kebudayaan Jawa yang dikemas dalam bentuk pertunjukkan. Para penonton secara tidak langsung akan melihat,

mendengar, dan merasakan apa dan bagaimana kebudayaan Jawa tersebut. Terlebih jika para penonton menikmati jalan cerita dari lakon yang dibawakan. Proses pengenalan kebudayaan Jawa akan langsung memasuki alam bawah sadar sehingga penonton akan memiliki rasa suka dan gandrung atau ketagihan menonnton kethoprak. Jika sudah gandrung maka tahap berikutnya adalah muculnya rasa handarbeni atau rasa memiliki. Rasa handarbeni ini sangat penting bagi upaya pelestarian kebudayaan daerah. Jika masyarakat mempunyai rasa handarbeni yang tinggi maka suatu keniscayaan suatu kebudayaan akan tetap lestari karena terjaga dengan baik. B. Pembahasan 1. Internalisasi Nilai-Nilai Pendidikan Karakter melalui Kethoprak Hassan (2011: 8) pendidikan karakter adalah pendidi kan yang mengembangkan nilai-nilai karakter pada diri peserta didik sehingga mereka memiliki nilai dan karakter sebagai karakter dirinya, menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya, sebagai anggota masyarakat, dan warga Negara yang religious, nasionalis, produktif, dan kreatif. Sementara itu Dharma (2012; 5) mengungkapkan bahwa pendidikan karakter adalah pembelajaran yang mengarah pada penguatan dan pengembangan perilaku anak secara utuh didasarkan pada suatu nilai tertentu yang dirujuk sekolah. Salah stau cara mengembangkan karakter bangsa, yaitu melalui pengembangan individu seseorang. Mengingat manusia hidup dalam lingkungan sosial dan budaya tertentu, maka pengembangan karakter individu hanya dapat dilakukan dalam lingkungan sosial dan budaya yang berkembang di mana individu tersebut tinggal. Hal ini berarti pengembangan karakter bangsa dapat dilakukan melalui berbagai hal yang terdapat di dalam masyarakat tersebut. Bagi masyarakat Jawa, pertunjukkan kethoprak dapat dijadikan sebagai salah satu alternative untuk menginternalisasi nilai-nilai pendidikan karakter. Kethoprak merupakan representasi nilai-nilai luhur kebudayaan Jawa yang dikemas dalam bentuk pertunjukkan. Kethoprak biasanya memuat suatu amanat atau pesan yang ingin disampaikan kepada para penonton dalam kerangka tema tradisional. Tema tradisional yaitu (1) tema yang mempertentangkan antara kebenaran dan keadilan mengalahkan kejahatan (2) tindak kebenaran atau kejahatan masing-masing akan memetik hasilnya, (3) 230 SEMNASBAHTERA

manusia harus mau bersusah payah terlebih dahulu sebelum bersenang-senang kemudian (Nurgiyantoro, 2012: 77). Tema-tema tersebut seringkali diangkat menjadi sebuah lakon dalam pertunjukkan cerita. Tema-tema tersebut sesuai dengan falsafah hidup masyarakat Jawa bahwa sehebat apapun kekuatan tetapi berisi niat jahat akan dapat dikalahkan oleh kebaikan Suradira Jayaningrat Lebur dening Pangastuti. Falsafah ini mengajarkan bahwa manusia hendaknya senantiasa berbuat kebajikan karena niat jahat pada dasarnya tidak akan membuahkan hasil. Terkait dengan nilai pendidikan karakter falsafah hidup Jawa ini selaras dengan nilai religious dan cinta damai. Agama adalah pedoman hidup manusia. Meskipun berbeda-beda tetapi tidak ada agama yang mengajarkan kejahatan kepada umatnya. Semua agama menekankan agar manusia berbuat kebaikan kepada semua orang agar tercipta kedamaian. Nilai falsafah Jawa yang lain yang sering diangkat dalam pertunjukkan kethoprak yaitu becik ketitik ala ketara. Setiap perbuatan lambat laun akan diketahui aslinya meskipun ditutupi sedemikian rupa. Misalnya dalam pertunjukkan kethoprak Ande-Ande Lumut ada tokoh Klenting Abang dan Klenting Kuning. Tokoh jahat si Mbok Randha dan klenting Abang telah berusaha sedemikian rupa menutupi perbuatan jahatnya namun pada akhirnya Ande-Ande Lumut akan tahu bahwa yang memiliki hati tulus adalah Klenting Kuning. Tema tradisional yang terakhir yaitu manusia harus mau bersusah payah terlebih dahulu sebelum bersenang-senang kemudian selaras dengan nilai pendidikan karakter kerja keras. Kerja keras adalah suatu perilaku yang menunjukkan upaya yang sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan dalam hidup dan menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya. Jadi, jika ingin berhasil atau memperoleh hasil yang memuaskan maka manusia harus mengeluarkan upaya yang maksimal terlebih dahulu. Seperti halnya pepatah dalam masyarakat Jawa yaitu ngundhuh wohing pakarti semua akan memperoleh hasil sesuai dengan apa yang diupayakan. Selain melalui tema yang diangkat dalam suatu pertunjukkan, nilai-nilai pendidikan karakter juga dapat dilihat dari karakter tokoh kethoprak. Para penonton dapat meneladani berbagai karakter tokoh protagonis seperti pemaaf, cinta damai, peduli pada lingkungan, bertanggung jawab, dan mandiri. 231 SEMNASBAHTERA

Pembuktian karakter-karakter tersebut juga akan Nampak pada berbagai dialog dan adegan yang muncul selama pertunjukkan. 2. Pelestarian budaya daerah melalui seni pertunjukkan kethoprak Selain nilai atau pesan yang ingin disampaikan kepada para penonton, kethoprak juga dapat dilihat sebagai gabungan berbagai aspek yang membentuk suatu pertunjukkan yang padu. Aspek-aspek tersebut antara lain meliputi aspek bahasa, aspek busana, dan aspek act atau gerakan tokoh. Jika diamati dengan jeli, ketiga aspek utama tersebut bersumber dari kebudayaan daerah, yaitu kebudayaan Jawa. Atau dapat dikatakan pertunjukkan kethoprak merupakan representasi dari kebudayaan Jawa. Menyaksikan suatu pertunjukkan kethoprak berarti menyaksikan bagaimana bahasa, busana, dan perilaku-perilaku khas dalam budaya Jawa. Bahasa dalam pertunjukkan kethoprak berfungsi sebagai alat komunikasi antar pemain. Bahasa tersebut tersaji dalam bentuk percakapan biasa (tidak dilagukan) dan dalam bentuk tembang. Bentuk bahasa yang pertama biasanya memiliki intensitas yang lebih tinggi, sedangkan bahasa dalam bentuk tembang biasanya disajikan baik oleh pengiring ketika adegan tertentu maupun oleh tokoh kethoprak langsung. Bahasa yang digunakan dalam percakapan menggunakan ragam bahasa ngoko, krama, dan krama inggil. Berbagai ragam bahasa ini merupakan ciri khas bahasa Jawa dimana penggunaannya memiliki aturan-aturan khusus terkait faktor sosial (usia, jabatan, kekayaan, kekerabatan, dan keakraban) dan konteks. Penggunaan berbagai ragam bahasa ini bertujuan untuk memberikan penghormatan tepat kepada mitra tuturnya. Penyampaian bahasa dalam bentuk tembang dilakukan untuk dapat lebih membangun suasana. Tembang-tembang yang disajikan biasanya berupa tembang macapat atau tembang campursari. Kedua jenis tembang ini adalah nyanyian khas dalam budaya Jawa. Busana yang dikenakan oleh para tokoh kethoprak merupakan busana tradisional masyarakat Jawa. Busana Jawa mengandung nilai filosofi Jawa yang tersirat secara sinandhi melalui berbagai ragam busana beserta dengan aksesorisnya. Ajaran dalam busana Jawa ini merupakan ajaran untuk melakukan segala sesuatu di dunia secara harmoni yang berkaitan dengan 232 SEMNASBAHTERA

aktivitas kehidupan manusia sehari-hari baik dengan sesama, dengan lingkungan, maupun dengan Tuhan Yang Maha Esa. Yang termasuk ke dalam busana Jawa, antara lain iket, jarik, kebaya, dan surjan. Iket adalah kain yang dililitkan di kepala. Mengenakan iket harus kencang sehingga makna iket artinya manusia harus memiliki pemikiran yang kencang agar tidak terombang-ambing dalam kehidupan. Jarik merupakan akronim dari aja serik sehingga mengandung filosofi agar manusia jangan serik atau iri hati terhadap orang lain. Nilai filosofi dari kebaya adalah kepatuhan, kehalusan, kesederhanaan, dan tingkah laku wanita Jawa yang lemah lembut. Hal ini sesuai dengan bentuknya yang memang sederhana tidak mengenakan aksesoris yang banyak. Surjan adalah baju laki-laki khas Jawa berkerah tegak, berlengan panjang dan biasanya terbuat dari bahan lurik. Surjan merupakan akronim dari suraksa-janma yang berarti menjadi manusia. Ada juga yang mengartikan siro+jan yang berarti pelita atau yang membuat terang. Terkait dengan perilaku masyarakat Jawa, dalam berinteraksi masyarakat Jawa menganut prinsip kerukunan dan prinsip hormat. Kedua prinsip ini harus dipegang teguh agar tidak terjadi konflik dalam berinteraksi dengan orang lain. Masyarakat jawa sangat menghindari konflik. Prinsip kerukunan bertujuan untuk mempertahankan masyarakat dalam keadaan yang harmonis. Prinsip hormat mengatakan bahwa dalam berkomunikasi masyarakat harus menghormati orang lain sesuai dengan derajat dan kedudukannya. C. Penutup Internalisasi nilai-nilai pendidikan karakter dan pelestarian budaya merupakan dua hal yang penting di era globalisasi seperti sekarang ini. Bukan hal yang tidak mungkin keduanya dapat dilakukan secara bersamaan dengan memanfaatkan kebudayaan daerah, yaitu kethoprak. Kethoprak dapat dijadikan sebagai tontonan sekaligus tuntunan. Sebagai tontonan, pertunjukkan kethoprak dapat dijadikan sebagai ajang pengenalan berbagai aspek kebudayaan Jawa baik dari segi bahasa, busana, maupun tingkah laku khas masyrakat Jawa. Sementara itu sebagai tuntunan, kethoprak dapat dijadikan sebagai media penyampaian nilainilai pendidikan karakter yang bersumber dari nilai-nilai luhur budaya Jawa. 233 SEMNASBAHTERA

Melihat fungsi kethoprak yang dapat dijadikan sebagai alternative cara dalam menginternalisasi pendidikan karakter maka hendaknya kethoprak dapat terus dilestarikan dan diidekatkan kepada masyarakat, terutama generasi muda. Para pendidik dan budayawan pperlu memikirkan bagaimana membuat generasi muda lebih tertarik pada kesneian tradisional yang jelas-jelas lahir dari budaya masyarakat Indonesia. Daftar Pustaka Hassan, Said hamid, dkk. 2010. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa.Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional Badan Penelitian Dan Pengembangan Pusat Kurikulum. Kesuma, Dharma, dkk. 2012. Pendidikan Karakter. Bandung : Rosda. 234 SEMNASBAHTERA