BAB III KIPRAH KH. MASJKUR DALAM ORGANISASI NADHATUL ULAMA. A. Perkembangan Nadhatul Ulama Sampai Jepang Datang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN. menyebabkan beliau dihargai banyak ulama lain. Sejak usia muda, beliau belajar

I PENDAHULUAN. Islam tidak hanya sebagai sebuah agama yang hanya mengatur ibadah ritual tetapi

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. paham kebangsaan di Indonesia, Islam menjadi salah satu katalisator dan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Bab ini berisi interpretasi penulis terhadap judul skripsi Penerimaan Asas

BAB III PERAN K.H. MASJKUR DALAM LASKAR SABILILLAH. Kedatangan pasukan sekutu (Allied Forces Nederlands East Indies) atau

ANGGARAN DASAR MUHAMMADIYAH

ANGGARAN DASAR LEGIUN VETERAN REPUBLIK INDONESIA MUKADIMAH "DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA"

untuk mengirim delegasi ke Saudi Arabia, dan membentuk

Rangkuman Materi Ajar PKn Kelas 6 MATERI AJAR

Habib Rizieq: "Indonesia bukan Negara Demokrasi"

MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA

BAB I PENDAHULUAN. Selama masa penjajahan Belanda, terjadi berbagai macam eksploitasi di

BAB I MASA AWAL KEMERDEKAAN INDONESIA

ANGGARAN DASAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

SEJARAH PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilu 1955 merupakan pemilihan umum pertama dengan sistem multi partai yang dilakukan secara terbuka,

PEMIKIRAN DAN AKTIVITAS POLITIK K.H. HASYIM ASY ARI PADA MASA PERJUANGAN MEREBUT DAN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN INDONESIA TAHUN SKRIPSI

BAB I PARTAI POLITIK PADA MASA PENJAJAHAN

SEJARAH PANITIA SEMBILAN DAN SEJARAH PIAGAM JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian

Appendix 3: Anggaran Dasar Partai Keadilan Sejahtera

BAB I PENDAHULUAN. termasuk perkara munkar (keji/kejahatan) sebagai kebalikan dari ma ruf (kebijakan/

BAB I. PENDAHULUAN. bangsa Indonesia setelah lama berada di bawah penjajahan bangsa asing.

BAB V KESIMPULAN. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang dibacakan oleh Ir. Soekarno dan

BAB I PENDAHULUAN. instansi atau kementerian, pada masa kemerdekaan masalah-masalah agama secara

ANGGARAN DASAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM MUKADDIMAH

BAB I PENDAHULUAN. diteliti. Padahal pada masa penjajahan sampai dengan tahun 1960-an NU tidak

2. Perumusan Dasar Negara oleh Pendiri Negara

PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH PERJUANGAN BANGSA INDONESIA

KIAI WAHID HASYIM SANG PEMBAHARU PESANTREN. Oleh, Novita Siswayanti, MA. *

Mam MAKALAH ISLAM. Kementerian Agama Pilar Konstitusi Negara

DAFTAR ISI DAFTAR PUSTAKA

MENGENAL NILAI PERJUANGAN KI BAGUS HADI KUSUMO MENGENAL NILAI PERJUANGAN NYAI AHMAD DAHLAN. MENGENAL NILAI PERJUANGAN K.H.

ANGGARAN RUMAH TANGGA PARTAI GERAKAN INDONESIA RAYA GERINDRA

Anggaran Dasar Muhammadiyah

Anggaran Dasar Muhammadiyah

BAB I PENDAHULUAN. didalam Undang-Undang Dasar 1945 Pembukaan alinea pertama Bahwa sesungguhnya

I. PENDAHULUAN. Sejak masuknya bangsa Belanda dan tata-hukumnya di nusantara tahun 1596

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan mengenai dinamika Partai

BAB IV HUBUNGAN GOLPUT DALAM PEMILU MENURUT ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILU

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SOAL UH PROSES PERSIAPAN KEMERDEKAAN INDONESIA A

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN MAHASISWA MUHAMMADIYAH. BAB I WAKTU DAN LAMBANG Pasal 1 Milad Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah adalah tanggal 14 Maret.

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG

BAB I PENDAHULUAN. Peranan K.H. Amin Bin Irsyad dalam memajukan pondok pesantren di Babakan Ciwaringin Cirebon

I. PENDAHULUAN. memberikan kesempatan lebih luas bagi kaum wanita untuk lebih berkiprah maju

BAB V KESIMPULAN. Secara kuantitas dapat diakui apa yang dilakukan Muhammadiyah dalam

I. PENDAHULUAN. sejak jaman kemerdekaan berkali-kali menghadapi ujian. Pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. lebih baik, mereka dapat mengenyam pendidikan sistem Barat.

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah sebagai ormas keagamaan menyatakan tidak berpolitik

BAB V PENUTUP. pendidikan Islam di Indonesia antara lain dibukanya pendidikan agama di

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

BAB IV BENTUK PERAN POLITIK NU DAN IMPLIKASINYA

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN MAHASISWA MUHAMMADIYAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kekalahan jepang oleh sekutu memberikan kesempatan bagi kita untuk

ANALISIS UUD 1945 SEBELUM DAN SESUDAH AMANDEMEN. Pasal 19 s/d 37. Tugas untuk memenuhi Mata Kulia Pendidikan Kewarganegaraan

MUKADIMAH. Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

B A B III KEADAAN AWAL MERDEKA

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang diajarkan dari sudut pandang Islam, 1 di Indonesia tidak dapat

ANGGARAN RUMAH TANGGA MUHAMMADIYAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Anggaran Rumah Tangga Muhammadiyah

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

Bagian I Pesantren adalah lembaga pendidikan tertua di bumi nusantara. Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang meneruskan tradisi wali songo,

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada masa kesultanan Asahan agar dapat didokumentasikan. peristiwa-peristiwa yang terjadi untuk jadi pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. kepala daerah di Indonesia ditandai dengan diberlakukannya Undang-Undang

ANGGARAN DASAR Tunas Indonesia Raya TIDAR

Ulangan Akhir Semester (UAS) Semester 1 Tahun Pelajaran

1. Menjelaskaan kekuasaan dalam pelaksanaan konsitusi.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN KEISTIMEWAAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH

ANGGARAN DASAR MAJELIS TA LIM TELKOMSEL BAB I NAMA, WAKTU, TEMPAT KEDUDUKAN DAN LAMBANG. Pasal 1 N a m a. Pasal 2 Waktu Diresmikan

ANGGARAN DASAR HIMPUNAN MAHASISWA FISIKA UNIVERSITAS BRAWIJAYA BAB I NAMA, WAKTU DAN TEMPAT KEDUDUKAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1959 TENTANG FRONT NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SATUKAN LANGKAH UNTUK NEGERI, #YUKJADIPAHLAWAN

PERHIMPUNAN PELAJAR INDONESIA DI LEIDEN (Indonesian Students Association in Leiden)

BAB I PENDAHULUAN. diwujudkan dengan adanya pemilihan umum yang telah diselenggarakan pada

IKATAN KELUARGA ALUMNI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa perlu diadakan peraturan tentang kedudukan keuangan Ketua, Wakil Ketua dan anggota M.P.R.S.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 17 TAHUN 2003 TENTANG BANTUAN KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN MUSI RAWAS KEPADA PARTAI POLITIK

PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 03 TAHUN 2006

PENETAPAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1959 TENTANG DEWAN PERTIMBANGAN AGUNG SEMENTARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG PENETAPAN JUMLAH DAN TATA CARA PENGISIAN KEANGGOTAAN

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN AHLI PERENCANA

BAB V PENUTUP. telah dikaji oleh banyak sejarawan. Hubungan historis ini dilatarbelakangi dengan

SEJARAH PERKEMBANGAN UUD

c. Preferensi Fiqih Dalam Beragama di Demak Dipengaruhi oleh Kondisi Lokal dan Keikutsertaan Pada Ormas Islam d. Budaya Ziarah Makam Wali yang

BAB V KESIMPULAN. permasalahan yang dibahas. Dalam kesimpulan ini penulis akan memaparkan. telah dikaji. Kesimpulan tersebut adalah sebagai berikut.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Bab 1. Standar Kompetensi Menghargai nilai-nilai juang dalam proses perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara.

H. TOTOK DARYANTO, SE A-489 / FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BAB II BIOGRAFI KH. MASJKUR

SEJARAH DAN PROFIL PERGURUAN PAKU BANTEN LAMPUNG. A. Sejarah Berdirinya Perguruan Paku Banten Lampung

L E M B A R AN D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 12 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 12 TAHUN 2007 T E N T A N G

I. PENDAHULUAN. sebuah tujuan bersama dan cita-cita bersama yang telah disepakati oleh

Transkripsi:

BAB III KIPRAH KH. MASJKUR DALAM ORGANISASI NADHATUL ULAMA A. Perkembangan Nadhatul Ulama Sampai Jepang Datang Organisasi yang menamakan diri Nadhatul Ulama dalam waktu yang singkat ternyata dapat berkembang pesat. Di mana-mana berhasil dibentuk cabangnya dan masyarakat pun segera berbondong-bondong minta dicatat sebagai anggotanya. Hal yang demikian itu dapat dipahami, karena sebagian besar dari rakyat di Jawa terutama adalah penganut agama Islam. Sedangkan di mana-mana baik di Jawa Barat, Jawa Tengah maupun Jawa Timur terdapat banyak pesantren. Peranan para kiai dengan pesantrennya besar pengaruhnya dalam perkembangan Nadhatul Ulama. 1 Nadhatul Ulama dilahirkan oleh aspirasi pesantren yang ketika itu merupakan lingkungan yang terabaikan, tersisihkan dari hitungan serta percaturan zaman, bahkan tidak jarang dipandang sebagai lambang kejumudan, simbol kebekuan. 2 Nadhatul Ulama hanya berdiri sebagai suatu perkumpulan agama dan sosial, tidak mencampuri soal-soal politik negara, jika tidak mengenai 1 Soebagijo I.N., KH. Masjkur (Jakarta: PT. Gunung Agung, 1982), 26. 2 Saifuddin Zuhri, Sejarah Kebangkitan Islam dan Perkembangannya di Indonesia (Bandung: PT Almaarif,1981), 616-618.

39 kepentingan Islam. Hal ini bukan tidak disengaja, tetapi diperbuat dengan rencana yang tertentu. Di antara, sebab-sebabnya ialah perkumpulan politik dalam masa Belanda tidak dapat berjalan lancar, berhubungan dengan sempitnya lapangan perjuangan dalam masa kolonial Belanda itu. Umat Islam juga harus dipersatukan terlebih dahulu dengan dasa-dasar keyakinan yang kuat dan dibimbing hidup berorganisasi. Berdirinya Nadhatul Ulama sangat berkembang pesat kemajuannya. Dalam waktu perjuangan lima bulan telah berdiri tidak kurang dari tiga puluh lima cabangnya di seluruh Jawa, meskipun belum melangkah ke Sumatra dan Kalimantan.Kongres yang pertama diadakan dalam bulan Rabiul Awal 1345 H, di Surabaya. 3 Dan begitulah selanjutnya, dari kongres pertama ke kongres kedua dan seterusnya, organisasi ini mendapatkan kemajuan dan setiap kali mengadakan kongres. Kongres tidak saja diadakan di Jawa Timur, tetapi juga di Jawa Tengah, Jawa Barat dan dapat berkembang di Kalimantan. Kongres yang ke- 11 diadakan di Banjarmasin adalah kongres yang pertama kali diadakan di luar Jawa. 4 Pada bulan September 1939 organisasi yang baru ini secara resmi mulai mengadakan aktivitasnya yang pertama dengan mengundang orang-orang Islam luar negeri untuk menghadiri Pameran Islam di Tokyo dan Osaka pada tanggal 5-29 November tahun itu juga. Untuk pertama kalinya dalam sejarah Islam 3 Aboebakar, Sejarah Hidup KH. A. Wahid Hasyim dan karangan tersiar (Jakarta: Panitya Buku Peringatan alm. KH. A. Wahid Hasyim, 1957),480. 4 Nur Khalik Ridwan, NU dan Bangsa 1914-2010 (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), 49.

40 Indonesia, perhatian dialihkan dari Timur Tengah ke Negeri matahari Terbit. Sebuah konfrensi khusus diadakan oleh MIAI pada permulaan Oktober, di mana undangan dari Tokyo disetujui dan diterima. 5 Pada 18-23 September 1938 di Surabaya diadakan permusyawaratan yang pertama kali dihadiri oleh segenap wakil umat Islam yang tergabung dalam berbagai partai dan organisasi. Kongres tersebut memutuskan memberi nama kepada permusyawaratan itu Majelis Islam A la Indonesia. 6 Maksudnya boleh diringkas menjadi dua. Pertama: Littasaawur, artinya karena untuk bermusyawarah. Di situ dikumpulkan para ulama dan pemimpin Islam guna berunding dan bermusyawarah. Kedua: Litta aruf, artinya guna saling berkenalan, saling mengetahui dan nanti akhirnya persahabatan yang dapat membuahkan persatuan lahir dan batin di antara sesama umat Islam, ulama dan pemimpin umat Islam di tanah air Indonesia. Kongres Al-Islam di Surabaya tahun 1938 adalah gambaran yang sebaikbaiknya bagi persatuan umat Islam. 7 Dalam Kongres itu tidak ada satu pun di antara perhimpunan Islam yang menjadi anggotanya yang mengeluh karena kepentingannya tidak diselenggarakan. Oleh karena itu Kongres MIAI di dalam tahun-tahun pertama mencapai hasil-hasil yang baik. Selanjutnya Kongres Al-Islam yang ke 2 diadakan antara tanggal 2-7 Mei 1939 di Solo, yang dibanjiri oleh anggota-anggotanya dari perhimpunan Islam 5 Harry J. Benda, Bulan Sabit dan Matahari Terbit (Jakarta: Pustaka Jaya, 1958), 134. 6 Nur Khalik, NU dan Bangsa, 52. 7 Ibid., 53.

41 seluruh Indonesia dan mengambil keputusan yang penting yaitu dengan adanya perubahan susunan organisasi MIAI. Pada tanggal 5-8 Juli 1941 diadakan Kongres Al-Islam yang ke 3 dengan diganti namanya Kongres Muslimin Indonesia (KMI) yang bertempat di kota Solo. Rapat tersebut memutuskan tentang perubahan tata negara, milisi dan pemindahan darah. Kongres ini menghimpun semua pengurus besar perkumpulanperkumpulan Islam yang ada di Indonesia sebagai anggotanya, antara lain: 8 1. LTPSII. 2. PBPII. 3. HB Muhammadiyah. 4. HB Persatuan Ulama Indonesia. 5. HB Persatuan Islam. 6. HB Nadhatul Ulama. 7. HB Al-Ittihadiyatul Islamiyah. 8. HB Al-Islam. 9. HB Al-Irsyad. 10. HB PAI. 11. HB Musyawaratut Thalibin. 12. HB Jam iatul Washliyah. 13. Komite Kesengsaraan Indonesia Mekkah (Kokesin). 8 Sobagijo, KH. Masjkur, 33.

42 B. Peran Masjkur Dalam Organisasi Nadhatul Ulama Di Singosari, Masjkur giat mengadakan tabligh, menyampaikan dakwah ke desa-desa sekitarnya. Kegiatan Masjkur dilihat pula oleh pimpinan Pengurus Besar yang kala itu berpusat di Surabaya. Maka oleh karenanya pada tahun 1938 Masjkur diminta untuk memperkuat staf Pengurus Besar Nadhatul Ulama. 9 Sejak itu dia pun harus selalu mengikuti rapat-rapat yang diadakan, meskipun awalnya hanya sebagai pendengar saja dan akhirnya diperbolehkan untuk mengeluarkan pendapatnya. Pada masa itu para pejuang baik yang ada di dalam gerakan nasional maupun yang ada di dalam organisasi seperti Nadhatul Ulama ini, segala keperluan hidup harus ditanggung sendiri. Semua keperluan untuk biaya keluarga haruslah dicari sendiri dan organisasi sama sekali tidak memberi jaminan apapun. Meskipun demikian, karena sadar akan tanggung jawab kepada Tuhan dan rakyat, semua para pejuang melakukannya dengan penuh keikhlasan dengan mengharapkan ridho Ilahi semata. Dua belas tahun lamanya, mulai tahun 1928 sampai 1940, Masjkur hampir tiap minggu (2-3 kali) pulang balik Surabaya-Malang semata-mata bekerja pada PB Nadhatul Ulama. Pada saat itu rakyat yang dipimpinnya menyadari serta melihat sendiri bahwa hendak mempunyai hajat atau nazar, akan menyembelih kerbau atau sapi. Dagingnya dibuat kenduri dan dimakan beramai-ramai dengan mengundang pak 9 Ibid., 34.

43 kiai. Dengan demikian hubungan ulama dengan rakyatnya menjadi lebih akrab lagi. Masjkur sendiri ketika itu memiliki tiga ekor kuda. Dua ekor digunakan untuk menarik dokar sehingga dengan begitu dia mendapatkan nafkah untuk ongkos hidup keluarganya. Yang seekor lagi digunakan untuk mengadakan perjalanan apabila dia melakukan dakwah atau propaganda organisasi di daerah sekitar Malang dan Singosari. Pada waktu itu masih sangat langkah sekali pemimpin dan ulama yang memiliki mobil dan kendaraan kuda memang sangat cocok untuk dipergunakan di daerah pegunungan seperti Singosari dan sekitarnya. 10 Masjkur sering datang ke Surabaya untuk mengadakan pertemuan dengan kelompok Tashwirul Afkar yang membahas masalah agama, dakwah dan sosial. Melalui forum diskusi inilah Masjkur merasa memperoleh pengalaman baru. Ia berkenalan langsung dengan para pemimpin Tashwirul Afkar, seperti kiai Mas Alwi, kiai Mas Mansur dan kiai Ridwan. Kelompok inilah yang kemudian memprakarsai keikutsertaan beberapa ulama tradisional dalam kongres Islam sedunia di Hijaz dan membidani lahirnya Nadhatul Ulama. Mengingat Masjkur sering terlibat dalam kelompok tersebut, Masjkur pun ditunjuk menjadi ketua Nadhatul ulama cabang Malang. Aktivitas Masjkur di Nadhatul Ulama semakin hari semakin meningkat. Pada tahun 1938, Masjkur 10 Ibid., 35.

44 diangkat sebagai salah seorang Pengurus Besar Nadhatul Ulama yang bermarkas di Surabaya. 11 Dalam hal sistem pengajaran, Masjkur termasuk ulama yang akomodatif terhadap perubahan. Beliau selalu memikirkan metode pembelajaran yang tepat bagi para santrinya. Sistem madrasah (sekolah) pun beliau terapkan. Padahal, sistem sekolah pada saat itu termasuk sistem yang banyak ditolak kalangan ulama. Beliau juga mewajibkan para santrinya menguasai tulisan latin, sesuatu yang tidak lazim di dunia pesantren saat itu. 12 Kiprah Masjkur di bidang sosial keagamaan dimulai dari keterlibatannya di Nadhatul Ulama pada tahun 1932 sebagai ketua Nadhatul Ulama cabang Malang. Tetapi, jauh sebelum itu, Masjkur sudah aktif terlibat dalam usaha-usaha pendirian Nadhatul Ulama. Tahun 1938, jabatan Masjkur di Nadhatul Ulama semakin tinggi, yaitu anggota PBNU yang berkedudukan di Surabaya. Bahkan pada tanggal 19 April 1953, Masjkur ditunjuk sebagai Ketua Umum PBNU menggantikan posisi KH. Wahid Hasyim yang meninggal dunia karena kecelakaan. Wafatnya KH. Wahid Hasyim langsung atau tidak langsung membawa akibat bagi kehidupan Masjkur. Dalam hirarki Pengurus Besar Partai Nadhatul Ulama yang baru disahkan di Kongres Palembang, KH. Wahid Hayim menduduki jabatan Ketua Umum. Sedangkan Masjkur menjadi Ketua I. Setelah KH. Wahid Hasyim meninggal dunia, lowongan jabatan itu harus segera diisi, tidak perlu menunggu sampai berlangsungnya Kongres berikutnya. 11 Azyumardi Azra (ed), Menteri-Menteri Agama RI Biografi Sosial-Politik (Jakarta: PPIM, 1998), 58. 12 Mastuki H.S. at el. Intelektualisme Pesantren (Jakarta: Diva Pustaka, 2003), 98.

45 Sebab, Nadhatul Ulama dalam waktu yang singkat sudah berhasil mempunyai cabang di mana-mana, hampir di setiapn propinsi di Indonesia. Semua kegiatan partai harus ditangani, diberi bimbingan dan tuntunan. Dengan pertimbangan itu maka disepakatilah bersama bahwa Masjkur yang akan menggantikan kedudukan KH. Wahid Hasyim sebagai Ketua Umum Partai. Masjkur menyadari sepenuhnya bahwa tanggung jawab yang dipikulkan dipundaknya berat, jabatan Ketua itu diterimanya. Kedudukan memang tidak dicari, tetapi bila ada pertanggung jawaban yang diminta maka hal itu sama sekali tidak boleh dielakkan. 13 Susunan Pengurus Besar Nadhatul Ulama pada waktu itu adalah sebagai berikut: 14 DEWAN PRESIDIUM PB-NU Ketua : KH. Masjkur. Penulis : H. Idham Chalid. Anggota: (1) KH. Muhammad Dahlan, (2) Zainul Arifin, (3) A.S. Bachmid, (3) K.R.H. Abdulwahab Hasbullah, (4) KH. Moch. Iljas dan (5) H.A. Fatah Jasin. P.B. SJURIAH Ro is Aam Pengurus Besar: K.R.H. Abdulwahab Hasbullah. Wakil Ro is Aam Katib A awaan : KH. Bisri Sansuri. : KH. Ma sum Cholil. : (1) KH. Ridwan, (2) KH. Dachlan Ahjad, (3) KH. Baidhowy, (4) KH. Achmad, (5) KH. Satori, (6) KH. Dimjati dan (7) Ny. Fatimah. 13 Soebagijo I.N., KH. Masjkur (Jakarta: PT. Gunung Agung, 1982), 160. 14 Nur Khalik, NU dan Bangsa, 112-113.

46 P.B TANFIDZIJAH (EXECUTIEF) Ketua Umum Wakil Ketua : KH. Masjkur. : KH. Muhammad Dahlan. Sekretaris Umum : H. Idham Chalid. Sekretaris I Sekretaris II Bendahara : A. Sjahri. : A. Latief. : H. Moh. Saprin. Anggota : (1) Saifuddin Zuhri, (2) Zainul Arifin, (3) A.A. Achsien, (4) KH. Fatchurrachman, (5) KH. Sahal Mansur, (6) Achmad Shiddiq, (7) M. Nur A.G.N, (8) KH. Moh. Iljas, (8) Ny. Machmudah Mawardi, (9) H. Fatah Jasin, (10) KH. Abdul Manaf dan (11) Murtadlo. PIMPINAN BAGIAN-BAGIAN P.B.N.U Ketua P.B.N.U. Bag. Da wah Ketua P.B.N.U. Bag. Ma arief : Saifuddin Zuhri. : KH. Moh. Iljas. Ketua P.B.N.U. Bag. Mabarraat : KH. Sahal Mansur. Ketua P.B.N.U. Bag. Ekonomi : A.A. Achsien. Ketua P.B.N.U. Bag. Keuangan : H. Moh. Saprin. Ketua P.B.N.U. Bag. Penerbitan : H. Abdurrachiem Martam. Ketua P.B.N.U. Bag. Pertanian : H.A. Fatah Jasin. YANG DUDUK DALAM D.P.R- R.I Ketua Fraksi Wakil Ketua Penulis Anggota : A.A. Achsien. : A.S. Bachmid. : KH. Moh. Iljas. : (1) Idham Chalid, (2) K.R.H. Abdulwahab Hasbullah dan (3) R.T. Surjaningprodjo. Anggota non-aktif : Zainul Arifin.

47 Berkat pengalaman berorganisasi yang sudah dihayatinya sejak masa pra perang dulu, maka kaum Nahdiyin sama sekali tidak merasa canggung bergerak dalam alam kepartaian. Karena kecakapannya, kemudian Masjkur terpilih menjadi Ketua Umum Dewan Harian Pimpinan Nadhatul Ulama sejak tahun 1950-1954. 15 Aktivitas Masjkur di Nadhatul Ulama ini dijalaninya sampai beliau memasuki usia senja. Ia konsisten dengan cita-cita dan perjuangan Nadhatul Ulama. Ketika terjadi konflik dalam tubuh Nadhatul Ulama, Masjkur berusaha ikut mencari jalan keluar memecahkan masalah-masalah tersebut. Konflik dalam tubuh Nadhatul Ulama telah berlangsung lama, terutama perebutan kepemimpinan. Benih-benih konflik, khususnya dalam masalah kepemimpinan antara KH. Idham Chalid dan KH. Mohammad Dahlan, telah muncul sejak Kongres di Bandung tahun 70-an. 16 Konflik ini semakin jelas ketika memasuki Pemilu 1982. Waktu itu, Nadhatul Ulama mengajukan daftar calon anggota DPR kepada Pimpinan Pusat Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Namun usul tersebut diubah oleh pimpinan PPP tanpa sepengetahuan Nadhatul Ulama. Akibatnya, Nadhatul Ulama menolak perubahan tersebut. Sejak itu Nadhatul Ulama terpecah menjadi dua golongan, yakni yang pro masuk ke PPP dan yang kontra. Masjkur berusaha ikut menyelesaikan perpecahan ini dengan menemui beberapa tokoh yang dianggapnya dapat menyelesaikan persoalan tersebut. 15 Mastuki, Intelektualisme Pesantren, 98. 16 Ibid., 95.

48 Tetapi, usaha Masjkur tersebut tidak membuahkan hasil yang menggembirakan. Bahkan konflik tersebut tidak pernah selesai. 17 C. Peran Organisasi Nadhatul Ulama dalam Perjuangan Kemerdekaan Indonesia Ketika Nadhatul Ulama didirikan pada 1926 Indonesia masih dijajah Belanda. Pada 1927 tujuan organisasi Nadhatul Ulama baru dirumuskan dan pedoman dasarnya bertanggal 5 September 1929 dan diakui oleh pemerintah Hindia Belanda baru pada Februari 1930. Kongres yang diadakan setelah tahun 1926-1940 berturut-turut diselenggarakan selama setahun sekali dan setelah itu bervariasi sampai sekarang lima tahunan. 18 Nadhatul Ulama di masa-masa awal, dicerminkan dari kongres-kongres yang diadakan diberbagai daerah, dimasukkan untuk menghimpun sebanyakbanyaknya ulama dan dukungan umat Islam untuk bergabung dengan Nadhatul Ulama. Pada masa awal, terlaksananya kongres Nadhatul Ulama saja sudah luar biasa, karena dimana-mana terjadi perang dan penjajahan. Berbagai pemberontakan daerah dilakukan untuk mengusir penjajah, juga mengakibatkan banyak keterlibatan kiai dalam pemberontakan-pemberontakan itu (salah satunya kiai Masjkur). Keputusan-keputusan kongres Nadhatul Ulama disamping soal-soal agama, juga menyangkut masyarakat. Disamping mengurus Nadhatul Ulama, para kiai juga mengurus pesantren dan terus-menerus mendidik kader. 19 17 Azra, Menteri-Menteri Ulama, 79. 18 Nur Khalik, NU dan Bangsa, 49. 19 Ibid., 50.

49 Pada masa penjajahn Jepang, Nadhatul Ulama dan organisasi Islam lain juka ikut menyokong berdirinya Masyumi (Majlis Syuro Muslimin Indonesia) pada November 1943. Saat itu, puluhan ribu anggota Nadhatul Ulama ada yang masuk Peta, dan ada juga yang kemudian mendirikan Hizbullah, milisi Muslim di bawah kendali Masyumi. Mobilisasi ini dilakukan oleh semua kelompok di Indonesia yang saat itu belum merdeka, karena persiapan untuk menghadapi penjajah. Dalam federasi Masyumi ini, KH. Hasyim Asy ari duduk sebagai Ketua Besar Masyumi. Utusanutusan Masyumi yang merupakan federasi organisasi Islam juga terlibat dalam Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), pembuatan milisi -milisi rakyat untuk mengusir penjajah. 20 Pada zaman Jepang, selain dibentuk organisasi-organisasi rakyat untuk dimobilisasi mendukungnya, dalam banyak hal rakyat memanfaatkannya untuk agenda kemerdekaan Indonesia sendiri, Jepang juga membentuk apa yang disebut dengan BPUPKI yang dalam bahasa Jepang disebut Dokuritsu Junbi Cosakai. Pemerintah Jepang di Indonesia mengatakan bahwa pembentukan lembaga ini adalah realisasi janji Jepang untuk memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. Nadhatul Ulama ambil bagian dalam BPUPKI ini dengan adanya dua wakil, yaitu KH. Masjkur dan KH. Wahid Hasyim. 21 Pada waktu dibentuk PPKI, ada dua tokoh penting yang mewakili Nadhatul Ulama yaitu KH. Wahid Hasyim dan KH. Masjkur. KH. Masjkur, saat 20 Ibid., 60-61. 21 Ibid., 68.

50 proklamasi dibacakan di Jakarta, beliau sedang tidak ada di Jakarta. Masjkur sudah kembali ke tempatnya di Singosari, Malang. Sedangkan KH. Abdul Wahid Hasyim, yang sering menjadi penghubung dan sumber informasi penting antara Jakarta dan tokoh-tokoh Nadhatul Ulama di daerah. 22 Peran KH. Masjkur dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia saat menjadi anggota kemiliteran maupun dalam laskar Sabilillah berasal dari umat Islam yang dimotori oleh organisasi Nadhatul Ulama, turut berjuang membela kedaulatan negara. Perjuangan ini ditunjukkan untuk keutuhan dan keselamatan seluruh masyarakat, bangsa Indonesia dari berbagai umat dan golongan yang hidup di dalam negara Indonesia. Beliau di tunjuk oleh Nadhatul Ulama karena beliau sudah berpengalaman. Beliau juga sering mengadakan perjalanan berkeliling ke daerah-daerah untuk membangun markas dan juga menghimpun kekuatan. Sosok beliau yang kharismatik membuat sangat disegani oleh bawahan-bawahannya. Meski begitu, beliau juga ikut membimbing serta menuntun dan mengarahkan para santri dan kiai-kiai serta ulama. 22 Ibid., 74.