BAB III DESKRIPSI WILAYAH. sebagai salah satu destinasi utama bisnis dan perdagangan. pembangunan infrastruktur dan properti di Kota Batam.

dokumen-dokumen yang mirip
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

PROFIL BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (BPLH)

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

H. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 49 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KOTA BATU

C. BIDANG LINGKUNGAN HIDUP SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kondisi ekonomi, sosial dan pertumbuhan penduduk

LAKIP. Laporan Akuntabilias Kinerja Instansi Pemerintah. Pemerintah Kota Batam

Rencana Kerja SKPD Tahun 2015 BAB I PENDAHULUAN

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 23 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 23 TAHUN 2009 TENTANG

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 69 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG

-1- BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 64 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 31 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN SUKAMARA

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 39 TAHUN 2014 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PROFIL DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN WONOGIRI

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 116 TAHUN 2016 T E N T A N G

URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MADIUN

WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN

WALIKOTA BATAM PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 02 TAHUN 2005 TENTANG

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 62 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI KANTOR LINGKUNGAN HIDUP

Keputusan Kepala Bapedal No. 19 Tahun 1999 Tentang : Organisasi Dan Tata Kerja Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Wilayah

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kota Tanjungpinang merupakan Ibukota Provinsi Kepulauan Riau. Sesuai

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 54 TAHUN 2016

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lampiran I.21 PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lampiran I.21 PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA MADIUN PERATURAN WALIKOTA MADIUN NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI KANTOR LINGKUNGAN HIDUP WALIKOTA MADIUN,

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 59 TAHUN 2016

STRUKTUR ORGANISASI DAN TUPOKSI

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 46 TAHUN 2008 TENTANG

Laporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun 2009 PENDAHULUAN

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Kepulauan Riau STUDI KASUS PENGELOLAAN WILAYAH PERBATASAN PADA PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BUPATI NGAWI PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 34 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN KEWENANGAN KANTOR LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR SUMATERA BARAT

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG PENJABARAN TUGAS

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2000 TENTANG BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III KONDISI UMUM Geografis. Kondisi Umum 14. Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Kepulauan Riau ARAH PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2016

UTARA Vietnam & Kamboja

ISU STRATEGIS, PERMASALAHAN, DAN ARAH PEMBANGUNAN RPJMD

BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

E. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1. Uraian Kegiatan

TUGAS DAN FUNGSI DINAS LINGKUNGAN HIDUP

BUPATI KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

10 sungai dan 2 danau

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 77 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pemerintah Nomor 3 tahun 1964 yang kemudian menjadi Undang-undang Nomor

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN KELOMPOK SASARAN

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 40 TAHUN 2008 TENTANG

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 196 TAHUN 1998 TENTANG BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA BATAM PROPINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN WALIKOTA BATAM NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN KELOMPOK SASARAN

Paragraf 2 Kepala Sub Bagian Keuangan

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 29 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BANYUMAS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO,

BAB 1

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANGKA

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II

WALIKOTA PAREPAREIKOTA PAREPARE

Data Capaian pada Tahun Awal Perencanaan (2010) Rp (juta) target. target

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 87 TAHUN 2008 TENTANG

Makna yang terkandung dalam visi tersebut dijabarkan sebagai berikut:

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 64 Tahun : 2016

BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR

`BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAH DAERAH

GubernurJawaBarat. Jalan Diponegoro Nomor 22 Telepon : (022) Faks. (022) BANDUNG

MODEL KELEMBAGAAN INSTANSI LINGKUNGAN HIDUP DI DAERAH

PERATURAN BUPATI MAMUJU NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 80 TAHUN 2016 TENTANG

DAFTAR ISI. DAFTAR ISI... i BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang Landasan Hukum Maksud dan Tujuan...

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 86 TAHUN 2016 TENTANG

20. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3445 Tahun 1991);

BAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015

INDIKATOR KINERJA INDIVIDU

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA BATAM PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 4 TAHUN 2002 TENTANG PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

BAB III DESKRIPSI WILAYAH A. Gambaran Umum Kota Batam Kota Batam yang berada di Provinsi Kepulauan Riau merupakan salah satu kota dengan potensi pertumbuhan terpesat di Indonesia. Letaknya yang sangat strategis, berdekatan dengan Singapura, menjadikan Kota Batam sebagai salah satu destinasi utama bisnis dan perdagangan. Awalnya, pada tahun 1970, pemerintah membangun Kota Batam dan mengembangkannya sebagai kawasan industry dan perdagangan. Saat itu kota ini dihuni sekitar 6.000-an penduduk. dan hanya dalam tempo 40 tahun saja, penduduk Batam bertambah hingga 170 kali lipat. Salah satu faktor peningkatan jumlah penduduk tersebut ditengarai sebagai dampak dahsyatnya pembangunan infrastruktur dan properti di Kota Batam. 1. Luas dan Batas Wilayah administrasi Luas wilayah Kota Batam seluas 426,463.28 Ha, terdiri dari luas wilayah darat 108,265 Ha dan luas wilayah perairan/laut 318,298.28 Ha. Kota Batam meliputi lebih dari 400 (empat ratus) pulau, 329 (tiga ratus dua puluh Sembilan) di antaranya telah bernama, termasuk didalamnya pulau-pulau terluar di wilayah perbatasan negara. Dalam hal ini Kota Batam berbatasan dengan: Sebelah Utara Sebelah Selatan Sebelah Barat : Singapura dan Malaysia : Kabupaten Lingga : Kabupaten Karimun dan Laut Internasional 45

Sebelah Timur : Kabupaten Bintan dan Kota Tanjung Pinang. 38 Sumber: Bapedda Kota Batam, 2011 Gambar 3.1 Peta Wilayah Kota Batam Kedudukan Administrasi Wilayah Berdasarkan pada Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2005 terjadi pemekaran wilayah menjadi 12 kecamatan dan 64 kelurahan. Tabel 3.1 Nama, Luas Wilayah Perkecamatan dan Jumlah Kelurahan No NAMA JMLH LUAS WILAYAH LUAS KECAMATAN KELUR ADMINISTRASI TERBANGUN AHAN Ha Thd Ha Thd 1 Belakang Padang 6 76,778.44 18.00 4,402 8.9669 2 Batu Ampar 4 4,541.63 1.06 632 1.2873 3 Bengkong 4 1,942.48 0,46 938 1.9106 38 Rencana Pembangunan Jangka Menegah Daerah (RPJMD) Kota Batam 2011-2016. 46

4 Lubuk Baja 5 3,960.61 0.93 450 0.9166 5 Batam Kota 6 4,629.53 1.09 2,352 4.7908 6 Sei Beduk 4 12,098.78 2.84 1,739 3.5422 7 Nongsa 4 32,589.55 7.64 5,554 11.3130 8 Sekupang 7 10,721.42 2.51 2,113 4.3040 9 Sagulung 6 6,429.99 1.51 3,579 7.2901 10 Batu Aji 6 6,236.77 1.46 2,119 4.3162 11 Bulang 4 46,029.11 10.79 8,967 18.2650 12 Galang 8 220,604.97 51.72 16,249 33.0977 Total 426,563.28 100.00 49,094 100 Sumber: Peta Ranperda RTRW Kota Batam 2011-2031 2. Letak dan Kondisi Geografis a. Posisi Astronomis Kota Batam secara geografis mempunyai letak yang sangat strategis, yaitu terletak di jalur pelayaran dunia internasional. Kota Batam berdasarkan perda nomor 2 tahun 2004 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batam 2004-2014, terletak antara 0ᵒ 25 29-1ᵒ 15 00 Lintang Utara 103ᵒ 34 35-104ᵒ 26 04 Bujur Timur. b. Posisi Geostrategik Kota Batam berbatasan dengan daerah dan negara lain. Hal ini memiliki implikasi posisi geostrategic Kota Batam, Singapura dan Malaysia yang berada di sebelah utara Kota Batam, secara ekonomi makro memberikan pengaruh yang cukup signifikan dalam perekonomian Batam. Letak strategis Batam telah menjadi daya tarik Singapura untuk merelokasikan aktivitas industri mereka ke Batam karena ketersediaan lahan yang cukup dan kemudahan investasi yang diberikan. 47

Sebelah selatan Kota Batam berbatasan dengan wilayah Kabupaten Lingga dan sebelah Barat dengan Kabupaten Karimun serta laut internasional. Karakteristik wilayah ini secara geografis tidak jauh berbeda, begitu juga dari sisi sosio-kulturnya. Kabupaten Karimun merupakan wilayah pemekaran Kabupaten Kepulauan Riau (Sekarang Kabupaten Bintan) yang pembentukanya bersamaan dengan Kota Batam. Daerah ini terkenal dengan industry pertambangan batu granit dan produksi perikanan yang juga merupakan kenutuhan bagi proses pembangunan Kota Batam. Kota Tanjung Pinang dan Kabupaten Bintan terletak di sebelah Timur Kota Batam, kedua daerah ini memiliki keterkaitan emosional dan kultural dengan Kota Batam. Kota Tanjung Pinang sekaligus merupakan ibukota Provinsi Kepulauan Riau, sehingga menjadi pusat pemerintahan provinsi. Kota ini uga memiliki potensi wisata yang cukup besar, baik wisata bahari dan wisata sejarah. Kabupaten Bintan selain merupakan daerah yang kaya akan sumber daya alam, baik laut dan darat terutama bauksit, juga merupakan kawasan yang cukup kaya dengan hasil pertanian dan perkebunan. Produksi hasil bumi ini memberikan andil bagi kebutuhan masyarakat Kota Batam. 48

3. Kondisi Sosial-Budaya dan Ekonomi a. Kependudukan Sejak Pulau Batam dan beberapa pulau disekitarnya dikembangkan oleh Pemerintah Republik Indonesia menjadi daerah industri, perdagangan, alih kapal dan pariwisata serta dengan terbentuknya Kotamadya Batam tanggal 24 Desember 1983, laju pertumbuhan penduduk terus mengalami peningkataxn dimana dari hasil sensus penduduk rata-rata per tahun selama periode 2000-2013 laju pertumbuhan penduduk Batam rata-rata 8 persen. Masyarakat Kota Batam merupakan masyarakat yang heterogen yang terdiri dari beragam suku dan golongan. Suku yang dominan antara lain melayu, jawa, batak, minangkabau dan tionghoa. Dengan berpayungkan budaya melayu dan menjunjung tinggi Bhineka Tunggal Ika. b. Kegiatan Perekonomian Perekonomian Kota Batam setiap tahun relative mengalami peningkatan. Laju pertumbuhan ekonomi Batam pada tahun 2011 mencapai 7,20 persen lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional. Oleh karena itu wilayah ini dijadikan sebagai pemacu pertumbuhan ekonomi secara nasional maupun bagi Provinsi Kepulauan Riau. Adapun sektor penggerak ekonomi yang merupakan nadi perekonomian Kota Batam meliputi sektor komunikasi, sektor listrik, air dan gas, serta sektor perbankan, sektor industri dan alih kapal, sektor perdagangan dan jasa.produk yang dihasilkan tidak hanya merupakan konsumsi masyarakat 49

Batam dan Indonesia tetapi juga merupakan komoditi ekspor untuk negara lain. 4. Potensi dan Sebaran Bahan Galian Tambang di Provinsi Kepulauan Riau Tabel 3.2 Potensi dan Sebaran Bahan Galian Tambang di Provinsi Kepulauan Riau No Jenis Bahan Galian Lokasi Sebaran Potensi Ket. 1 Timah Perairan kab. Karimun 200.000 ton Ekspoitasi dan kab. lingga 2 Bauksit Kab. Bintan, kab. 3.515 juta ton Ekspoitasi Karimun, kab. Lingga dan tanjung pinang 3 Batu Besi Kab. Lingga dan Ekspoitasi natuna 4 Granit Kab.bintan, karimun 873 juta M Ekspoitasi dan lingga 5 Pasir Darat Kab.bintan dan 16.800.000 M Ekspoitasi karimun 6 Pasir Laut Kab. karimun 7.164.348.267 Ekspoitasi Ton Sumber: Bapedda Provinsi Kepulauan Riau 5. Pemetaan Pertambangan Pasir Ilegal di Kota Batam Dari data hasil survey terhadap lahan tambang aktif dan lahan pasca tambang, diperkirakan kegiatan penambangan telah mencakupi luasan lahan ± 83 50

ha (830.000 m2), dan terdapat lebih dari 72 spot tambang yang tersebar di kecamatan nongsa. Kegiatan penambangan pasir dilakukan secara open pit dengan menggunakan peralatan mekanis (pompa, back hoe, truck dll). Kedalaman fit ratarata 4 meter, sehingga diperkirakan volume pasir yang telah tertambang ± 3.320.000 m3 Gambar 3.2 Pemetaan Lokasi Penambangan Pasir Ilegal di Kecamatan Nongsa Kota Batam Sumber: Bapedal Kota Batam Tabel 3.3 Lokasi Pertambangan Pasir Ilegal, Jumlah, dan Produksi di Kecamatan Nongsa Kota Batam No Lokasi Jumlah Produksi (Mᵌ) 1 KDA (belakang perum family dream 30 289 2 Teluk Mata Ikan 6 48 3 Depan Vihara Sambau 7 120 51

4 Vihara proyek 4 57 5 Dapur Arang 10 262 6 Kebun Sayur Kampung 32 1 12 7 Mergung 1 10 8 Belakang SMU 3 1 15 9 Belakang SMU 4 1 15 10 Belakang SMU 5 1 15 11 Pelabuhan Batu Besar 1 15 Jumlah 63 858 Sumber: Bapedal Kota Batam B. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (BAPEDAL) 1. Tugas Pokok dan Fungsi Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Kota Batam Badan Pengendalian Dampak Lingkungan merupakan unsur Pelaksana tugas Walikota dibidang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH), dipimpin oleh seorang Kepala Badan yang berkedudukan dibawah dan bertanggungjawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan mempunyai tugas melaksanakan Perencanaan, Pelaksanaan, Pengendalian, Pengawasan dan Evaluasi Kebijakan Daerah dibidang Perlindungan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH). Dalam pelaksanaan tugasnya Badan Pengendalian Dampak Lingkungan menyelenggarakan fungsi sebagai berikut (SKPD Kota Batam, 2016): 52

a. Perumusan dan penetapan kebijakan dibidang Perlindungan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH). b. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai lingkup tugasnya. c. Pembinaan, pelaksanaan, pengendalian, pengawasan dan evaluasi tugas sesuai lingkup tugasnya. d. Melakukan Penegakan Hukum Lingkungan Hidup pada tingkat Daerah; dan e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai lingkup tugas dan fungsinya. Dalam pelaksanaan tugas dan fungsi sebagaimana tersebut diatas, Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Kota Batam terdiri dari: a. Sekretariat Sekretariat dipimpin oleh seorang sekretaris yang mempunyai fungsi penyusunan rencana kegiatan, perencanaan, monitoring, evaluasi, dan pelaporan, pengelolaan keuangan, kepegawaian, perlengkapan, rumah tangga, perpustakaan, administrasi umum, dan hubungan masyarakat serta memberikan peayanan administratif. Dalam pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud diatas, Sekretariat terdiri dari: 1) Sub Bagian Perencanaan dan Evaluasi 2) Sub Bagian Keuangan 3) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian 53

b. Bidang Analisis Pencegahan Dampak Lingkungan Bidang Analisis Pencegahan Dampak Lingkungan di pimpin oleh seorang Kepala Bidang yang mempunyai fungsi pelaksanaan tugas di bidang analisis pencegahan dampak lingkungan, dengan tugas: a. Menyususn rencana Kegiatan Bidang Analisis Pencegahan Dampak Lingkungan; b. Merumuskan kebijakan umum di bidang analisis pencegahan dampak lingkungan; c. Menyusun rencana dan melaksanakan penetapan kinerja bidang analisis pencegahan dampak lingkungan; d. Melaksanakan koordinasi pengembangan penilaian dan kemampuan teknis komisi penilai analisis mengenai dampak lingkungan; e. Mnerapkan pelaksanaan teknis Analisis Mengenai Dampak Lingkungan; f. Menerapkan pelaksanaan teknis Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL); g. Menerapkan pelaksanaan teknis Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) h. Melaksanakan pembinaan penerapan sistem manajemen lingkungan ekolabel, produksi bersih dan teknologii ramah lingkungan; 54

i. Mengendalikan dan melaksanakan norma, standar, pedoman dan petunjuk operasional di bidang analisis pencegahan dampmak lingkungan; j. Melaksanakann monitoring, evaluasi dan pelaporan kegiatan bidang Analisis Pencegahan Dampak Lingkungan; dan k. Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan sesuai dengan lingkup tugas dan fungsinya. Dalam pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Bidang Analisis Pencegahan Dampak Lingkungan terdiri dari: 1) Sub Bidang Teknis Analisis Mengenai Dampak Lingkungan; 2) Sub Bidang Evaluasi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. c. Bidang Pelestarian Lingkungan Hidup Bidang Pelestarian Lingkungan Hidup dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang mempunyai fungsi pelaksanaan tugas di bidang pelestarian lingkungan hidup dengan tugas: a. Menyusun rencana kegiatan bidang pelestarian lingkungan hidup; b. Merumuskan kebijakan umum dii bidang pelestarian lingkungan hidup; c. Menyusun rencana dan melaksanakan penetapan kinerja bidang pelestarian lingkungan hidup; d. Melaksanakan pemetaan kondisi eksisting lingkungan hidup serta upaya untuk melakukann pemantauan dann pelestarian lingkungan hidup; 55

e. Melaksanakan pengembangan perangkat ekonomi lingkungan dalam rangka pelestarian lingkungan hidup; f. Mengendalikan dan melaksanakan norma, standar, pedoman, dan petunjuk operasional di bidang pelestarian lingkungan hidup; g. Melaksanakan monitoring, evaluasi, dan pelaporan kegiatan bidang pelestarian lingkungan hidup; dan h. Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan sesuai dengan lingkup tugas dan fungsinya. Dalam pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Bidang Pelestarian Lingkungan Hidup terdiri dari: 1) Sub Bidang Pelestarian Ekosistem Darat, Pesisir dan Laut; 2) Sub Bidang Pemantauan Lingkungan. d. Bidang Pengendalian Lingkungan Bidang Pengendalian Lingkungan dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang mempunyai fungsi pelaksanaan tugas di bidang pengendalian lingkungan, dengan tugas: a. Menyusun rencana kegiatan Bidang Pengendalian Lingkungan; b. Merumuskan kebijakan umum di bidang pengendalian lingkungan; c. Menyusun rencana dan melaksnakan penetapan kinerja bidang pengendalian lingkungan; d. Melaksanakan pengendalian dan pengawasan pengelolaan baha berbahaya berascun (B3), limbah bahan berbahaya beracun, limbah cair, pencemaran udara dan kebisingan, serta sarana dan prasarana pengelolaan limbah (B3) 56

e. Melaksanakan koordinasi dan pemberian pembinaan pengendalian pencemaran lingkungan hidup pada kegiatan usaha; f. Melaksanakan pemantauan dan evaluasi kegiatan penangan pengendalian pencemaran lingkungna hidup; g. Mengendalikan dan melaksanakann norma, standar, pedoman dan petunjuk operasional di bidang pengendalian lingkungan; h. Melaksanakan monitoring, evaluasi, dan pelaporan kegiatan Bidang Pengendalian Lingkungan, dan melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan sesuai dengan lingkup tugas dan fungsinya. Dalam pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud diatas, Bidang Pengendalian Lingkungan terdiri dari: 1) Sub Bidang Pengendalian Lingkungan; 2) Sub Bidang Pengendalian Usaha Lingkungan e. Bidang Penegakan hukum Lingkungan Bidang Penegakan hukum Lingkungan dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang mempunyai fungsi pelaksanaan tugas di bidang penegakann hukum lingkungan dengan tugas: a. Menyusun rencana kegiatan Bidang Penegakan Hukum Lingkungan; b. Merumuskan kebbijakan umum di bbidang penegakan hukum lingkungan; c. Menyusun rencana dan melaksanakan penetapan kinerja bidangn penegakan hukum lingkugan; 57

d. Melaksanakan koordinasi dan pelaksanaan penanganan kasus pencemaran dan atau perusakan lngkungan hidup yang berkaitan dengan hukum administrasi/perdata dan pidanan lingkungan; e. Melaksanakan pengumpulan bahan keterangan dan penyidikan dalam kasus ppencemaran dan kerusakan lingkungan dan atau kerusakan lingkungan hidup; f. Melaksanakan pengumpulan bahan keterangan dan penyidikan dalam kasus pencemaran dan kerusakan lingkungan dan atau kerusakanlingkungan hidup; g. Melaksanakan penyelesaian sengketa lingkungan di luar pengadilanl h. Melaksanakan kkoordinasi pelaksanaan upaya pemulihan kualitas lingkungan hidup; i. Mengendalikan dan melaksanakan norma, standar, pedoman dan petunjuk operasional di bidang pengekan hukm lingkungan; j. Memlaksanakan monitoring, evaluasi, dan pelaopran kegiatan Bidang Pengakan Hukum Lingkungan; dan melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan sesuai dengan lingkup tugas dan fungsinya. Dalam pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud diatas, Bidang Penegakan Hukum Lingkungan terdiri dari: 1) Sub Bidang Penaatan Lingkungan; 2) Sub Bidang Pemulihan Lingkungan; f. Unit Pelaksana Teknis 58

g. Kelompok Jabatan Fungsional 39 Berikut adalah struktur organisasi Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (BAPEDAL) Kota Batam: STRUKTUR ORGANISASI BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN (BAPEDAL) KOTA BATAM Gambar 3.3 Struktur Organisasi Sumber: Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Kota Batam 39 SKPD Batam Online http://skpd.batamkota.go.id/dampaklingkungan/download/peraturanpemerintah-ri/ diakses pada tanggal 7 agustus, pukul 18.00 WIB. 59

2. Rencana, Strategi dan Kebijakan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Kota Batam Tujuan rencana strategis Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Kota Batam Tahun 2011 2016 adalah terwujudnya pembangunan Kota Batam yang harmonis, berkelanjutan dan lestari dengan penekanan pada ketercukupan tutupan lahan, ketersediaan sumber air pada kuantitas dan kualitas, keanekaragaman hayati, menahan laju pencemaran dan kerusakan lingkungan dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan. Adapun sasaran, strategi dan arah kebijakan yang hendak dicapai Bapedal Kota Batam berdasarkan RPJMD Kota Batam Tahun 2011 2016 adalah sebagai berikut: a. Sasaran 1) Meningkatnya pengelolaan lingkungan hidup oleh industri / perusahaan. 2) Terlindunginya kelestarian lingkungan, keanekaragaman hayati dan ekosistem lingkungan. 3) Meningkatnya kualitas udara dan pengelolaan limbah dan material bahan berbahaya dan beracun 4) Meningkatnya ketaatan dan kepedulian pemangku kepentingan dalam menjalankan pembangunan berkelanjutan. 5) Meningkatnya kepedulian pemangku kepentingan dalam menjalankan pembangunan berkelanjutan. 6) Terpenuhinya kebutuhan dunia usaha dan masyarakat dalam mendapatkan lingkungan hidup yang sehat dan baik. 60

7) Penyelenggaraan sistem pengelolaan limbah cair permukiman dan industri. 8) Meningkatnya penataan kelembagaan dan peningkatan kinerja aparatur. b. Strategi 1) Peningkatan pengawasan pengelolaan Lingkungan Hidup pada industri / usaha kegiatan. 2) Peningkatan upaya penegakan hukum lingkungan secara konsisten. 3) Mengoptimalkan sarana dan prasarana perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup (laboratorium, pos pengaduan) dalam memenuhi tuntutan masyarakat terhadap lingkungan yang baik dan sehat. 4) Peningkatan informasi lingkungan kepada masyarakat dan pemangku kepentingan (stakeholder) dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. 5) Peningkatan kajian lingkungan sebagai acuan pengambilan keputusan / kebijakan lingkungan hidup dengan memanfaatkan isu lingkungan global dalam rangka menjalankan pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. 6) Mengikutsertakan aparatur untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan yang relevan dan sesuai kebutuhan. 7) Melaksanakan monitoring dan evaluasi kegiatan dengan baik. c. Kebijakan 61

1) Mengendalikan tingkat kerusakan dan pencemaran lingkungan dengan menyediakan sarana dan prasarana pengelolaan lingkungan hidup yang memadai. 2) Mengendalikan pencemaran kerusakan lingkungan waduk, pesisir dan laut. 3) Mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan serasi, selaras dan seimbang. 4) Peningkatan upaya penegakan hukum lingkungan secara kosisten. 3. Program dan Kegiatan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Kota Batam Arah kebijakan akan diwujudkan dalam pelaksanaan program Badan Pengendalian Dampak Lingkungan, yang terdiri dari 5 (lima) program dengan kegiatan sebagai berikut (SKPD Kota Batam, 2016): a. Program Peningkatan Pelayanan Keuangan Daerah, terdiri atas satu kegiatan, yaitu: Kegiatan Peningkatan Pelayanan Administrasi Perkantoran. b. Program Pembangunan, Peningkatan dan Pengadaan Fasilitas Sarana dan Prasarana Perkantoran Pemerintah, terdiri atas satu kegiatan, yaitu: Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur. c. Program Peningkatan Kualitas Sumber Daya Aparatur terdiri atas satu kegiatan, yaitu: Peningkatan Sumber Daya Aparatur dan Disiplin Aparatur. d. Program Peningkatan Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan, meliputi 8 (delapan) kegiatan, yaitu: 62

a. Pencapaian SPM Bidang Lingkungan Hidup Kota Batam. b. Pengawasan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Limbah B3. c. Penyelenggaraan Komisi Penilai AMDAL dan Rapat Tim Teknis Kota Batam. d. Pengawasan Izin Gangguan (HO) dan Air Limbah di Kota Batam. e. Pelayanan Pos Pengaduan Lingkungan Hidup. f. Operasi Penaatan Lingkungan. g. Evaluasi Pelaksanaan RKL/RPL dan UKL/UPL. h. Pemantauan Pengelolaan Lingkungan Hidup di Kota Batam. e. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, meliputi 4 (empat) kegiatan, yaitu: 1) Penyusunan Status Lingkungan Hidup Kota Batam. 2) Reprogramming Sistem Informasi Lingkungan (SIL). 3) Sosialisasi dan Rapat Koordinasi Lingkungan Hidup. 4) Peningkatan Sarana dan Prasarana Pengelolaan Lingkungan dan Operasional Laboratorium. 63