BAB I PENDAHULUAN. konvensional yang telah berkembang pesat dalam perekonomian dunia maupun di

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia, (diakses pada 15 November 2015). 3

PENDAHULUAN. 7% dari total UMKM berhasil meningkatkan statusnya, baik dari mikro menjadi

BAB I PENDAHULUAN. of founds) dengan pihak yang mengalami kekurangan dana. Sehingga

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan praktik Lembaga Keuangan Syariah, baik dalam lingkup

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan pembiayaan, Bank Syariah, Baitul Mal wat Tamwil (BMT),

BAB I PENDAHULUAN. keuangan syariah non bank yang banyak ditemui di masyarakat. BMT dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Lembaga keuangan perbankan syariah merupakan salah satu lembaga

BAB 1 PENDAHULUAN. hlm.15. Press, 2008,hlm. 61

BAB 1 PENDAHULUAN. perhatian yang cukup serius dari masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. negara adalah sektor perbankan. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan kualitas perekonomian masyarakat, dana

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. atau badan badan hukum koperasi yang memberikan kebebasan masuk

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah menjelaskan, praktik perbankan syari ah di masa sekarang

Manusia selalu dihadapkan pada masalah ekonomi seperti kesenjangan. ekonomi, kemiskinan, dan masalah-masalah lainnya. Namun banyak masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. informasi ekonomi untuk membuat pertimbangan dan mengambil. Standart Akuntansi Keuangan (PSAK) sudah diatur peraturan tentang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas. kekeluargaan (Sholahuddin dan Hakim, 2008: 179).

BAB I PENDAHULUAN. yang hanya mengejar target pendapatan masing-masing, sehingga tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN. yang dihadapi dunia usaha termasuk koperasi dan usaha kecil menengah saat

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan meningkatnya pendapatan ekonomi masyarakat membuat rasa

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah. Dimana perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia. Namun, dibalik peningkatan ini, terdapat beberapa permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Tatanan serta operasionalisasi ekonomi yang berprinsip syariah di

BAB 1 PENDAHULUAN. bagi hasil, bahkan memungkinkan bank untuk menggunakan dual system,

BAB I PENDAHULUAN. oleh negara-negara sedang berkembang tetapi juga di negara-negara maju.

BABl PENDAHULUAN. Lembaga keuangan syariah lahir sebagai akibat adanya rasa

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan permasalahan dan kehidupan dunia yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara dengan jumlah penduduk muslim

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan permodalan tidak mudah diperoleh. 1. Mudharabah BMT Bina Umat Sejahtera Semarang (Universitas Negeri Semarang, 2007)

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyentuh kalangan bawah (grass rooth). Semula harapan ini hanya

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian rakyat yang berdasarkan kekeluargaan dan kegotongroyongan.

KOPERASI JASA KEUANGAN SYARIAH (KJKS) SEBAGAI SARANA PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT

BAB 1 PENDAHULUAN. mamutar dana masyarakat sehingga perekonomian terus berkembang. Dana. jenis-jenis lembaga keuangan bukan bank yaitu koperasi.

BAB I PENDAHULUAN. ekonominya. Untuk meningkatkan perekonomian, fokus pemerintah. Indonesia salah satunya pada sektor keuangan dan sektor riil.

BAB I PENDAHULUAN. mempercepat kemajuan ekonomi masyarakat. yang diharamkan, proyek yang menimbulkan kemudharatan bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan atau biasa disebut financial intermediary. Sebagai lembaga keuangan,

proses yaitu pencatatan dan penyajian sebagai berikut: 1 Laporan keuangan BMT disusun atas dasar cash basic. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. telah menjadikan manusia dengan berbagai naluri, di antaranya naluri hidup

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan syari ah dalam peristilahan internasional dikenal sebagai Islamic

BAB I PENDAHULUAN. Muhamad, Sistem Bagi Hasil dan Pricing Bank Syariah, Yogyakarta: UII Press, 2016, h. 1.

BAB I PENDAHULUAN. lebih dikenal dengan nama Bank Syariah di Indonesia bukan merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan perhatian yang cukup serius dari masyarakat. Hal ini dibuktikan

BAB I PENDAHULUAN. Sistem ekonomi Islam menghendaki terjadinya transaksi-transaksi yang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan non bank merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Hasan, memperkirakan bahwa pertumbuhan Usaha Mikro Kecil Menengah

PENYAJIAN LAPORAN SUMBER DAN PENGGUNAAN DANA KEBAJIKAN KJKS BMT MANDIRI SEJAHTERA GRESIK BERDASARKAN PSAK No. 101

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana. tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya (Kasmir,

BAB I PENDAHULUAN. mudharib pengelola, sedangkan penabung bertindak sebagai shahibul maal

BAB I PENDAHULUAN. melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Lembaga keuangan Mikro Syariah BMT mempunyai dua sisi. membawa misi sosial pada masyarakat, keberadaan BMT ditengah-tengah

BAB I PENDAHULUAN. Islam baik bank maupun non bank. Salah satu lembaga keuangan Islam non bank

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Menengah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. (KSP), UMKM mampu menyerap 99,9 persen tenaga kerja di Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan menerapkan prionsip syariah semakin berkembang pesat. Pelopor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Islam sebagai agama yang memuat ajaran yang bersifat universal dan

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan adalah mekanisme pembagian keuntungannya. Pada bank syariah,

Ruang Lingkup PSAK SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran Bank Muammalat Indonesia (BMI) pada tahun 1992, telah

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini di Indonesia lembaga keuangan berkembang dengan begitu pesatnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memicu perbankan untuk menjalankan dual banking system yaitu bank. konvensional yang juga menjalankan unit usaha syariah.

BAB I PENDAHULUAN. Syariah (KSPPS), koperasi tersebut kegiatan usahanya bergerak di bidang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat adalah kegiatan pinjam-meminjam. Pinjam-meminjam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tentang koperasi sampai saat ini belum tercapai mengatakan bahwa cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bank Islam merupakan suatu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1 M. Aziz A, Pedoman Pendirian BMT. Jakarta: Pinbuk Press, 2004, h. 6.

BAB I PENDAHULUAN. sekunder, maupun tersier dalam kehidupan sehari-hari. Adakalanya masyarakat tidak

BAB I PENDAHULUAN. 2004, hlm Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Watamwil (BMT), UII Pres Yogyakarta,

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian di Indonesia tetap dianggap terpenting dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lembaga perbankan atau lembaga keuangan lainnya. Bagi nasabah yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka mengatasi krisis tersebut. Melihat kenyataan tersebut banyak para ahli

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh ke Indonesia. Pada awal periode 1980-an, diskusi mengenai bank

BAB I PENDAHULUAN. Sistem perbankan ganda (sistem konvensional dan sistem syariah) yang

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2011 mengalami tumbuh sebesar

BAB I PENDAHULUAN. debitur. Namun dalam sistem bagi hasil pembayaran tetap selain pokok pinjaman

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan usahanya agar lebih maju. pembiayaan berbasis Pembiayaan Islami.

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan kelembagaan perbankan syariah di Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Pres, cet-ke 1, 2004, h Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Watamwil, Yogyakarta: UII

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat. Di Indonesia sendiri perbankan syariah menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. Ketidakmampuan tersebut terutama dalam sisi

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini setiap Usaha Mikro, Kecil dan menengah (UMKM) serta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perbankan. Dengan menganut sistem yang berbeda dari bank konvensional, bank

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. merupakan agama yang lengkap dalam memberikan. tuntunan dan panduan bagi kehidupan umat manusia.

BAB I PENDAHULUAN. sektor perbankan. Berdasarkan sistem operasionalnya, perbankan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kesenjangan. Pengalaman dengan dominasi sistem bunga selama ratusan

EVALUASI PENERAPAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PADA LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH BERDASARKAN PSAK NO. 59 (Survai Pada BMI dan BMT) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Raja Grafindo Persada, 2010, h Karim Adiwarman, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, Jakarta:PT

BAB I PENDAHULUAN. unsur-unsur yang dilarang, berupa unsur perjudian (maisyir), unsur

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat mengetahui produk apa yang akan mereka butuhkan.

LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH THALIS NOOR CAHYADI, S.H. M.A., M.H., CLA

BAB I PENDAHULUAN. Triandaru dan Totok Budi Santoso, 2009). Perkembangan Perbankan Syariah Indonesia (LPPSI) Bank Indonesia tahun

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah atau Bank Islam yang secara umum pengertian Bank Islam

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Veithzal (2008:1), Perkembangan praktik Lembaga Keuangan Syariah baik di level nasional maupun internasional telah memberikan gambaran bahwa sistem ekonomi Islam mampu beradaptasi dengan perekonomian konvensional yang telah berkembang pesat dalam perekonomian dunia maupun di Indonesia. Perkembangan ekonomi Islam di Indonesia juga berjalan begitu cepat, khususnya perbankan, asuransi, dan pasar modal. Jika pada Tahun 1990-an masih terdapat belasan jumlah kantor perbankan syariah, maka di Tahun 2006, jumlah bank yang melaksanakan kegiatannya berdasarkan prinsip syariah mengalami peningkatan, yaitu masing-masing sebanyak 1 Unit Usaha Syariah (UUS) dan 13 BPRS. Lembaga keuangan syariah lain seperti obligasi syariah, pasar modal syariah, reksa dana syariah, pegadaian syariah, lembaga keuangan mikro syariah seperti BMT (Baitul Maal wa Tamwil), Badan Amil Zakat (BAZ), Lembaga Amil Zakat (LAZ), dan Badan Wakaf juga turut dalam meramaikan perkembangan praktik lembaga keuangan syariah di Indonesia. Menurut Buchori (2012:3), Koperasi Syariah mulai diperbincangkan banyak orang ketika menyikapi pertumbuhan Baitul Maal Wattamwil di Indonesia yang semakin pesat. Baitul Maal Wattamwil, dikenal dengan sebutan BMT yang

2 dipimpin pertama kali oleh BMT Bina Insan Kamil Tahun 1992 di Jakarta. Dengan kemunculan BMT Bina Insan Kamil ternyata mampu memberikan harapan bagi perekonomian para pengusaha mikro. Menurut data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, ada 3020 koperasi syariah di Indonesia yang bergerak di berbagai macam kelembagaannya. Kelahiran koperasi syariah di Indonesia dilandasi oleh keputusan menteri (Kepmen) Koperasi dan UKM Republik Indonesia Nomor 91/Kep/M.KUKM/IX/2004 tanggal 10 September 2004 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah. Keputusan Menteri ini mendukung berdirinya koperasi syariah menjadi Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) atau Unit Jasa Keuangan Syariah (UJKS). Maka dengan adanya sistem ini dapat membantu koperasi di Indonesia untuk memiliki unit jasa keuangan syariah. Dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 ayat (1) dijelaskan bahwa kemakmuran masyarakat sangat diutamakan, bukan hanya kemakmuran perseorangan. Dalam upaya meningkatkan kemakmuran masyarakat, bentuk usaha yang tepat adalah koperasi yang didasarkan atas asas gotong royong atau kekeluargaan, yang artinya bahwa peran masyarakat maupun anggota koperasi harus dilibatkan. Atas dasar pertimbangan itu maka disahkan Undang-Undang RI Nomor 25 Tahun 1992 pada tanggal 12 Oktober 1992 tentang Perkoperasian oleh Presiden Soeharto. Selain itu, dikeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi serta Kepmen Koperasi dan UKM No.91/Kep/M.KUKM/IX/2004 tentang Petunjuk

3 Pelaksanaan Kegiatan Usaha KJKS, maka semakin jelas bahwa kegiatan Usaha Jasa Keuangan Syariah perlu dikembangkan. Menurut Buchori (2012:7), Konsep utama operasional koperasi syariah adalah menggunakan akad syirkah mufawadhoh, yaitu sebuah usaha yang didirikan bersama-sama di mana masing-masing anggota memberikan kontribusi dana dalam jumlah yang sama, dan berpartisipasi dalam kerja yang porsinya sama untuk kesejahteraan anggota. Masing-masing anggota menanggung satu sama lain dalam hak dan kewajibannya. Anggota tidak diperkenankan memasukkan modal yang lebih besar sehingga dapat memperoleh keuntungan yang lebih besar pula dibanding anggota yang lain. Hampir semua lembaga keuangan syariah, termasuk koperasi, membutuhkan laporan keuangan dalam menjalankan usahanya dan untuk pengambilan keputusan serta untuk membandingkan kinerja antara lembaga keuangan syariah satu dengan yang lainnya. Menurut Veithzal (2008:1) Informasi keuangan diperoleh dari suatu proses akuntansi yang dijalankan sesuai standar tertentu dan prosedur-prosedur yang diatur secara baik untuk menghasilkan laporan keuangan yang benar dan dapat diandalkan. Sampai saat ini, baru Perbankan Syariah saja yang mempunyai standar akuntansi serta pedoman akuntansi yang cukup baik dan lengkap. Lembaga Keuangan Syariah lain belum mempunyai standar yang baku serta sebagian masih mengadopsi standar akuntansi Lembaga Keuangan Konvensional yang mempunyai usaha sejenis. Padahal, dalam praktik Lembaga Keuangan Syariah dan Lembaga Keuangan Konvensional sangatlah berbeda.

4 Menurut Veithzal (2008:2), Perkembangan Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, sebagai sebuah entitas yang baru dan memiliki tantangan yang besar dalam kegiatannya khususnya dalam melayani masyarakat, telah mendorong pakar ekonomi untuk merumuskan standar-standar akuntansi yang disusun dan diterapkan untuk menghasilkan informasi yang relevan dan sesuai dengan kebutuhan para pemakai laporan keuangan untuk pengambilan keputusan. Selain informasi keuangan, di setiap jenis lembaga keuangan, sistem informasi sangatlah dibutuhkan. Sistem informasi akuntansi yang ada tergantung pada jenis usaha yang dilakukannya. Pada bidang koperasi, sistem informasi yang diterapkan tidak dapat disamakan dengan jenis perusahaan yang bergerak di bidang jasa keuangan yang lain. Menurut Standar Operasional Prosedur Koperasi Jasa Keuangan Syariah dan Unit Jasa Keuangan Syariah Koperasi, persyaratan penting yang perlu dimiliki oleh Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) dan Unit Jasa Keuangan Syariah Koperasi (UJKS Koperasi) sebagai lembaga keuangan ialah harus menjaga kredibilitas atau kepercayaan dari anggota pada khususnya dan masyarakat luas pada umumnya. Salah satu usaha koperasi untuk menjaga kredibilitas dan kepercayaan dari anggota maupun masyarakat adalah dengan mempunyai sistem akuntansi pembiayaan yang baik dan jelas. Sistem akuntansi pembiayaan yang diterapkan harus sesuai dengan kebutuhan koperasi dan harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai koperasi. Sistem akuntansi pembiayaan yang diterapkan hendaknya juga mencerminkan pengendalian internal terhadap

5 proses pembiayaan yang disalurkan. Untuk itu, sistem akuntansi pembiayaan di koperasi syariah harus dirancang dengan baik. Menurut Warsono (2011:6), Salah satu ajaran penting dalam Islam adalah Mu amalah (hubungan manusia dengan manusia lain). Pengaturan mu amalah adalah dalam rangka menciptakan keadilan perekonimian manusia. Mu amalah dalam Islam adalah hubungan yang saling menguntungkan antar sesama dalam bidang ekonomi sesuai aturan dalam Al-Qur an dan Al-Hadits. Sistem mu amalah ini kemudian disebut sistem ekonomi Islam atau Sistem Ekonomi Syariah, dimana sistem ekonomi syariah berjalan sesuai dengan konsep syariah Islam dimana terdapat hak kepemilikan dalam masyarakat. Menurut Buchori (2012:13), Koperasi konvensional lebih mengutamakan mencari keuntungan untuk kesejahteraan anggota, baik dengan cara tunai maupun membungakan uang yang ada pada anggota. Sedangkan pada koperasi syariah hal ini tidak dibenarkan, karena setiap transaksi didasarkan atas penggunaan yang efektif terhadap pembiayaan atau kebutuhan. Kedua hal tersebut diperlakukan berbeda. Untuk usaha produktif, misalnya anggota membutuhkan dana untuk suatu usaha maka dapat menggunakan prinsip bagi hasil (akad mudharabah atau musyarakah), sedangkan untuk keperluan jual beli atau pembelian alat transportasi, maka menggunakan prinsip jual beli (akad murabahah). Penelitian tentang sistem akuntansi pembiayaan sebelumnya sudah pernah diteliti oleh peneliti lain. Lubis (2012) meneliti tentang Tinjauan Tentang Sistem Murabahah Mengenai Pembiayaan pada Perbankan Syariah. Chalish (2012) meneliti tentang Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Mudharabah pada PT.

6 Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Makasar. Ramadhani (2011) meneliti tentang Sistem Informasi Akuntansi Pembiayaan Mudharabah (Studi PT. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah, Wakalumi, Ciputat). Wardi (2011) meneliti tentang Analisis Perlakuan Akuntansi Syariah untuk Pembiayaan Murabahah, Mudharabah serta Kesesuaiannya dengan PSAK No. 102 dan PSAK 105. Rahman (2010) meneliti tentang Penerapan Sistem Akuntansi Pembiayaan Murabahah pada PT. Bank X Kantor Cabang Syariah Jakarta Pasar Minggu. Nasution (2004) meneliti tentang Efektivitas Sistem Pembiayaan Mudharabah Studi Kasus Pada PT. Bank Perkreditan Rakyat Syariah Al-Washliyah Medan. Andriyaty (2003) meneliti tentang Evaluasi Efektivitas Sistem Pembiayaan Mudharabah pada Bank BNI Syariah. Pada penelitian terdahulu, seperti penelitian yang dilakukan oleh Lubis dan Rahman yang sama-sama menggunakan obyek penelitian perbankan syariah, untuk sistem pembiayaan murabahah yang diterapkan pada keduanya adalah sama, melalui empat tahap untuk pengajuan pembiayaan, namun dalam proses untuk masing-masing tahapnya dikembangkan sendiri oleh masing-masing bank dalam upaya pengendalian internal. Dari hasil penelitian terdahulunya juga sebagian besar memilih obyek di perbankan syariah. Untuk penelitian ini, peneliti memilih untuk melaksanakan penelitian dengan obyek penelitian di koperasi syariah. Di Koperasi Agro Niaga Indonesia Syariah Jatim, produk pembiayaan yang ditawarkan yaitu pembiayaan murabahah, mudharabah, musyarakah, dan qardhul hasan. Namun, produk pembiayaan yang lebih dominan adalah

7 pembiayaan murabahah. Selama ini, banyak masyarakat yang meminjam dana di Koperasi Agro Niaga Indonesia Syariah Jatim dengan menggunakan akad murabahah, yaitu akad untuk pembiayaan jual beli. Walaupun kebanyakan masyarakat yang mengajukan pembiayaan menggunakan akad murabahah, tidak berarti bahwa produk pembiayaan yang lain tidak digunakan, namun produk pembiayaan yang lain masih sedikit yang menggunakan dibandingkan produk pembiayaan murabahah. Jadi, pendapatan yang banyak diperoleh koperasi adalah hasil dari pembiayaan murabahah. Untuk itu, diperlukan sistem akuntansi pembiayaan murabahah yang baik agar pembiayaan murabahah dapat berjalan secara efektif. Berdasarkan pernyataan di atas maka peneliti akan meneliti tentang sistem akuntansi pembiayaan murabahah, dengan demikian penelitian ini berjudul Evaluasi Sistem Akuntansi Pembiayaan Murabahah pada Koperasi Syariah (Studi di Koperasi Agro Niaga Indonesia Syariah Jatim, Kecamatan Dau, Malang). 1.2 Rumusan Masalah Bagaimanakah pelaksanaan sistem akuntansi pembiayaan murabahah pada Koperasi Agro Niaga Indonesia Syariah Jatim serta kesesuaiannya dengan PSAK No. 102?

8 1.3 Tujuan Penelitian Mengetahui pelaksanaan sistem akuntansi pembiayaan murabahah pada Koperasi Agro Niaga Indonesia Syariah Jatim serta kesesuaiannya dengan PSAK No. 102. 1.4 Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Praktis: Bagi koperasi, dapat mengetahui apakah sistem akuntansi pembiayaan murabahah yang diterapkan sudah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dan telah cocok diterapkan di koperasi tersebut serta dapat mengetahui apabila terdapat kelemahan sistem akuntansi pembiayaan murabahah sehingga dapat menjadi pertimbangan perbaikan bila perlu. 2. Kegunaan Teoritis: Memberikan manfaat secara teori dan aplikasi terhadap perkembangan sistem akuntansi pembiayaan murabahah melalui sumbangan pemikiran penulis. Sebagai bahan informasi untuk penelitian lebih lanjut.