BAB I PENDAHULUAN. kepada semua jenjang pendidikan mulai tingkat SD, SMP, SMA/SMK, bahkan. menghadapi perkembangan jaman yang semakin maju.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. membangun peradaban manusia di era modern seperti saat ini. Pada hakikatnya. mengalami perubahan (Wayan Somayasa, 2013: 2).

BAB 1 PENDAHULUAN. sebelumnya. UU nomor 20 tahun 2003 pasal 3 menjelaskan bahwa fungsi

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dasar, menengah, dan tinggi. Berdasarkan Permendiknas Nomor 22

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa. Peningkatan mutu pendidikan berarti pula peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran wajib dipelajari di setiap

BAB I PENDAHULUAN. sekolah sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah proses interaksi antara siswa dengan lingkungannya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah aspek penting dalam perkembangan

tanya jawab, pemberian tugas, atau diskusi kelompok) dan kemudian siswa merespon/memberi tanggapan terhadap stimulus tersebut. Pembelajaran harus

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan masalah yang harus diselesaikan

BAB I PENDAHULUAN. logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Lebih

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. (SMA) kelas X dengan pendekatan guided discovery. Penelitian ini

BAB I PENDAHULUAN. diprioritaskan adalah sektor pendidikan. Menyadari betapa pentingnya. tentang pendidikan harus selalu ditingkatkan.

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan umum pembelajaran matematika yang dirumuskan dalam. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, adalah agar siswa

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA UNTUK MODEL PEMBELAJARAN GRUP INVESTIGASI PADA MATERI TRIGONOMETRI KELAS XI IPA MA MUHAMMADIYAH I MALANG

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan disiplin ilmu yang diaplikasikan di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran matematika wajib diberikan kepada semua peserta didik mulai

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Indonesia. Sebagaimana disebutkan dalam Undang-undang Nomor 20

BAB I PENDAHULUAN 1. 5 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. matematika di sekolah mendapat jatah waktu yang banyak. Selain itu pentingnya

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (Undang-Undang No. 20 tahun 2003).

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU SISDIKNAS 2003, 2006).

Pembelajaran Grafik Fungsi Trigonometri Berbantu Aplikasi Geogebra untuk Meningkatkan Kreativitas dan Hasil Belajar Siswa

BAB I PENDAHULUAN. berkembang ke arah positif. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikanadalah masalah

Pengembangan LKS Trigonometri dengan Pendekatan Guided Discovery untuk SMA Kelas X

BAB I PENDAHULUAN. hal tersebut, pembangunan nasional dalam bidang pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Matematika, sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah, mengajak siswa

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan PP 19 Tahun 2005 Pasal 20 dinyatakan bahwa: Perencanaan

I. PENDAHULUAN. diperoleh pengetahuan, keterampilan serta terwujudnya sikap dan tingkah laku

BAB I PENDAHULUAN. menjelaskan ayat sebagai berikut: 1

2016 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jenny Fitria, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. bertujuan menghasilkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang terdidik

BAB II LANDASAN TEORI. A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika

BAB I PENDAHULUAN. kritis, berkualitas dan mampu bersaing dalam era teknologi. Dewasa ini. membantu proses pembangunan disemua aspek kehidupan bangsa.

psikologis peserta didik. Untuk itu setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ismi Nurlatifah, 2014

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan observasi di SMP Pelita Bangsa Bandar Lampung, pada proses

STRATEGI PEMBELAJARAN BER-TEAM PADA KURIKULUM 2013 DI SMK. Oleh : Sri Karyono

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2013

BAB III METODE PENELITIAN. Development). Penelitian Research and Development (R&D) merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Tirana Auliya Nugraha, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah , 2015

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB I PENDAHULUAN. komponen, antara lain: siswa, guru, kurikulum, sarana dan prasarana pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dampak globalisasi saat ini sangat berpengaruh bagi perkembangan IPTEK dan

I. PENDAHULUAN. Pada hakikatnya, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dibangun atas dasar produk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. adalah mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Menurut Abidin (2016:

Rata-rata UN SMP/Sederajat

BAB XII PEMINATAN PESERTA DIDIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

(PTK Pembelajaran Matematika di Kelas VII SMP Negeri 2 Gemolong) SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

I. PENDAHULUAN. cerdas, terbuka dan demokratis. Pendidikan memegang peran dalam. tertuang dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945.

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing tinggi. Adanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Nasional abad XXI bertujuan untuk mewujudkan cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. diberikan kepada siswa di semua jenjang pendidikan. Siswa dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembelajaran kimia di SMA/MA bertujuan agar siswa memiliki kemampuan antara lain: (1) membangun kesadaran

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pengetahuan manusia tentang matematika memiliki peran penting dalam

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA MATERI TRIGONOMETRI UNTUK SISWA SMA KELAS X DENGAN METODE PENEMUAN TERBIMBING SKRIPSI OLEH TANTRI IKA YULANDARI

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan tersebut, salah satunya bekal kemampuan untuk berpikir kritis

BAB I PENDAHULUAN. 1 Thesis Dian Ratna Arianti, dkk., Eksperimentasi Model

BAB I PENDAHULUAN. aspek kurikulum, dan aspek belajar mengajar (Majid, 2014: 86). Dari pernyataan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD 6

I. PENDAHULUAN. sekolah menengah atas adalah mata pelajaran Matematika. Mata pelajaran

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting sebagai sarana yang tepat untuk

I. PENDAHULUAN. kebutuhan yang paling mendasar. Dengan pendidikan manusia dapat mengembangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika sebagai salah satu bidang studi yang diajarkan disetiap

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan dalam pembelajaran yaitu: 1) kemampuan melakukan penalaran. 5) keterampilan komunikasi (Trisni dkk, 2012: 3).

I. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan pada dasarnya merupakan suatu usaha dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

I. PENDAHULUAN. Matematika berperan sebagai induk dari semua mata pelajaran dan merupakan

DAFTAR ISI. II. PEMBELAJARAN PENGAYAAN A. Pembelajaran Menurut SNP... B. Hakikat Pembelajaran Pengayaan... C. Jenis Pembelajaran Pengayaan...

Lamp 1. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik yang dikehendaki dunia kerja (Career Center Maine Department

BAB I PENDAHULUAN. Dari pendapat yang dikemukakan oleh Cornelius tidak sesuai dengan kenyataan yang diperoleh Sukowono (2012 : 1) mengenai

I. PENDAHULUAN. sepanjang hayat (long life education). Hal ini sesuai dengan prinsip

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah pokok yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia adalah masalah yang berhubungan dengan mutu atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan secara umum mempunyai suatu arti suatu proses usaha

Dyah Ayu Pramoda Wardhani Mahasiswa S1 Universitas Negeri Malang. Pembimbing : Dr. Sri Mulyati, M.Pd Dosen Universitas Negeri Malang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Niken Noviasti Rachman, 2013

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan salah satu bidang studi yang memiliki peranan penting dalam dunia pendidikan. Hal ini dapat dilihat berdasarkan jumlah alokasi waktu jam pelajaran di sekolah yang lebih banyak dibandingkan pelajaran lain. Pelajaran matematika dalam pelaksanaan pendidikan diberikan kepada semua jenjang pendidikan mulai tingkat SD, SMP, SMA/SMK, bahkan di perguruan tinggi. Matematika tidak hanya dipandang sebagai mata pelajaran wajib di sekolah, melainkan matematika dipandang sebagai ilmu yang mendasari berbagai macam ilmu yang sangat mutlak diperlukan dalam menghadapi perkembangan jaman yang semakin maju. Berdasarkan hasil wawancara kepada beberapa siswa SMA N 1 Pengasih, matematika masih dianggap mata pelajaran yang sulit, membosankan, bahkan menakutkan. Anggapan siswa ini mungkin tidak berlebihan selain mempunyai sifat yang abstrak, matematika juga memerlukan pemahaman konsep yang baik, karena untuk memahami konsep yang baru diperlukan prasyarat pemahaman konsep sebelumnya. Kasus ini telah menjadi dilema bagi beberapa guru padahal matematika diperlukan sebagai sarana yang dapat membekali seseorang berbagai macam kemampuan seperti logis, kritis, analitis, kreatif, cermat dan teliti, bertanggung jawab, responsif, dan tidak mudah menyerah dalam menyelesaikan masalah (Permendikbud No 21 tahun 2016: 121). 1

Pada kurikulum 2013 matematika di Sekolah Menengah Atas (SMA) masuk kedalam kelompok mata pelajaran wajib dan kelompok mata pelajaran peminatan (Permendikbud No. 69 tahun 2013 tentang kerangka dasar dan struktur kurikulum SMA/MA). Kelompok mata pelajaran wajib merupakan bagian dari pendidikan umum yaitu pendidikan bagi semua warga negara yang bertujuan memberikan pengetahuan tentang bangsa, sikap sebagai bangsa, dan kemampuan penting untuk mengembangkan kehidupan pribadi peserta didik, masyarakat dan bangsa. Kelompok mata pelajaran peminatan bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik mengembangkan minatnya dalam sekelompok mata pelajaran sesuai dengan minat keilmuannya di perguruan tinggi, dan untuk mengembangkan minatnya terhadap suatu disiplin ilmu atau ketrampilan tertentu. Berdasarkan Permendikbud No 24 tahun 2016, kelompok matematika wajib untuk kelas X terdapat 2 Kompetensi Inti (KI) dan 20 Kompetensi Dasar (KD) yang harus dicapai siswa. Kelompok matematika peminatan SMA kelas X program Matematika Ilmu Alam (MIA) terdapat 2 KI dan 2 KD yang harus dicapai. Berdasarkan urian tersebut terdapat beberapa kompetensi dalam pembelajaran matematika yang harus dicapai oleh siswa, padahal Permendikbud No 21 tahun 2016 mengisyaratkan bahwa siswa tidak hanya dituntut untuk dapat memahami dan menguasai berbagai macam konsep matematika namun juga mampu mengaplikasikannya dalam pemecahan masalah. Selain itu, siswa juga diharapkan mampu menemukan berbagai 2

konsep dalam matematika melalui pengalaman-pengalaman belajar yang dilakukannya. Trigonometri merupakan salah satu materi matematika wajib yang harus dikuasai siswa kelas X baik program Matematika Ilmu Alam (MIA) maupun program Ilmu-Ilmu Sosial (IIS). Trigonometri wajib dipelajari untuk memahami konsep yang mensyaratkan pengetahuan dasar trigonometri seperti materi diferensial, integral dan limit trigonometri yang dipelajari pada tingkat selanjutnya. Trigonometri sangat berguna bagi siswa untuk mengembangkan pengetahuan mereka ketika memasuki jenjang perguruan tinggi. Trigonometri tidak hanya digunakan dalam bidang matematika saja, namun dapat pula digunakan dalam ilmu fisika, kimia, geografi, teknik dan sebagainya. Al Krismanto (2008:2) menyatakan kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa dalam kegiatan pembelajaran sering dijumpai adanya kesulitan dalam membelajarkan trigonometri. Hal ini dikarenakan guru lebih terbiasa dengan menyajikan rumus-rumus yang banyak dijumpai dalam trigonometri secara instan dan masih digunakannya sistem menghafalkan rumus dalam menyelesaikan permasalahan matematika. Hal inilah yang mengakibatkan siswa hanya bisa menggunakan tanpa mengetahui asal usulnya, sehingga pembelajaran yang dilakukan kurang bermakna dan hasil belajar siswa yang dicapai belum sesuai dengan yang diharapkan (Miftahul Hasanah, 2013: 3). Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru matematika di SMA N 1 Pengasih pada bulan Oktober 2016, trigonometri juga merupakan materi yang sulit dipahami siswa. Hasil belajar siswa untuk materi trigonometri 3

dari tahun ke tahun juga masih rendah sehingga perlu ditingkatkan. Hal ini dibuktikan dengan persentase penguasaan materi trigonometri dari hasil nilai UN SMA N 1 Pengasih dua tahun terakhir ini masih dibawah 50%. Berikut menunjukkan perbandingan persentase penguasaan materi trigonometri untuk tingkat sekolah, kabupaten, propinsi dan nasional. Tabel 1. Persentase Penguasaan Materi Trigonometri UN tahun 2014/2015 Kemampuan yang Diuji Sekolah Kota/ Kab Prop Nas Menyelesaikan masalah yang 45, 00 32, 30 40, 96 62, 69 berkaitan dengan nilai perbandingan trigonometri yang menggunakan rumus jumlah dan selisih sinus, kosinus dan tangen serta jumlah dan selisih 2 sudut Sumber: Laporan Hasil UN SMA/MA Tahun Pelajaran 2014/2015 Tabel 2. Persentase Penguasaan Materi Trigonometri UN tahun 2015/2016 Kemampuan yang Diuji Sekolah Kota/ Kab Prop Nas Menyelesaikan masalah penalaran 29, 76 33, 21 43, 28 47, 51 yang berkaitan dengan trigonometri Menghitung nilai perbandingan trigonometri dengan menggunakan rumus jumlah dan selisih dua sudut 35, 71 35, 97 46, 97 50, 41 Sumber: Laporan Hasil UN SMA/MA Tahun Pelajaran 2015/2016 Keterangan: Sekolah : SMA N 1 Pengasih Kota/Kab : Kabupaten Kulon Progo Prop : Daerah Istimewa Yogyakarta Hasil observasi selama peneliti melaksanakan Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA N 1 Pengasih kelas X pada bulan Juli sampai dengan September 2016 diketahui bahwa siswa masih kesulitan untuk memahami 4

konsep matematika yang bersifat abstrak apalagi materi yang baru mereka dapatkan. Ketersediaan bahan ajar kurikulum 2013 sesuai revisi 2016 masih terbatas dan juga belum membantu siswa dalam memahami materi yang bersifat abstrak. SMA N 1 Pengasih pada tahun ajaran 2016/2017 baru menerapkan kurikulum 2013 sehingga masih dalam proses penyesuaian. Selama pelaksanaan PPL, siswa terlihat hanya mengandalkan apa yang disampaikan guru dikelas meskipun sekolah sudah memfasilitasi buku kurikulum 2013 revisi 2014 namun muatan materinya tidak sesuai dengan revisi 2016. Hal ini dapat menghambat kelangsungan pembelajaran matematika di sekolah. Pemerintah melalui Permendikbud No 22 tahun 2016 mengisyaratkan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan sebaiknya diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Demi terwujudnya hal tersebut diperlukan adanya kegiatan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). Pada pembelajaran matematika, berbagai metode atau pendekatan telah dikembangkan dan diupayakan untuk membantu siswa dalam memahami konsep matematika. Siswa dan guru masih menemukan kendala dalam aktivitas pembelajaran matematika khususnya pada materi trigonometri (Rusdi, dkk, 2013; M.A. Yusha u, 2013). Bahan ajar dengan kurikulum lama 5

hanya menyajikan rumus-rumus tanpa memberikan kesempatan bagi siswa untuk membangun pemahaman mengenai suatu konsep matematika. Hal inilah yang menyebabkan siswa merasa kesulitan ketika mempelajari dan mengaplikasikan konsep matematika dikarenakan hanya menghafal dan menggunakan rumus yang bersifat instan tanpa mengetahui asal usulnya. Kurikulum 2013 menuntut seorang guru harus mampu memanfaatkan sumber belajar yang telah disediakan, mampu mengembangkan media ataupun sumber belajar lain yang dapat mendukung kelancaran kegiatan pembelajaran serta mampu mengembangkan proses pembelajaran yang dapat memfasilitasi peserta didik dalam kegiatan pembelajaran yang disesuaikan dengan kompetensi yang diperlukan peserta didik di masa depan (Kemendikbud, 2013: 74-75). Permendikbud No 22 tahun 2016 menyatakan bahwa seorang guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) secara lengkap dan sistematis dimana salah satu elemennya adalah sumber belajar. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) merupakan salah satu sumber belajar yang dapat dikembangkan guru untuk membimbing siswa secara terstruktur melalui kegiatan-kegiatan yang dapat memberikan motivasi siswa untuk mempelajari matematika. Guru dituntut untuk mengembangkan bahan ajar sesuai dengan kharakteristik siswanya. Berdasarkan studi dokumen terhadap Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan bahan ajar berupa LKS di SMA N 1 Pengasih, guru sudah mengembangkan RPP namun untuk LKS baru mulai dikembangkan. LKS yang dikembangkan hanya sebatas kegiatan yang diambil dari buku paket 6

yang ada dan terkadang hanya sebatas kumpulan latihan soal untuk memperdalam materi yang sebelumnya telah disampaikan oleh guru. Hal ini menunjukkan bahwa LKS yang dikembangkan belum dapat memfasilitasi siswa untuk menemukan konsep atau pengetahuan barunya secara mandiri. Salah satu pendekatan pembelajaran yang terbukti dapat membantu siswa secara aktif menemukan pengetahuan matematikanya sendiri yaitu pendekatan guided discovery (penemuan terbimbing). Amin Suyitno (2004:5) mendefinisikan guided discovery sebagai suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa diberikan bimbingan singkat untuk menemukan suatu konsep atau jawaban dari suatu permasalahan. Bimbingan yang diberikan harus mengarahkan agar siswa mampu menemukan sendiri konsep atau jawaban akhir dari permasalahan tersebut. Pendekatan guided discovery ini mendorong siswa untuk mengorganisir suatu permasalahan yang diberikan oleh guru, menganalisis, mengeksplorasi, menyusun konjektur (prakiraan) dari hasil analisis, mempresentasikan, memperoleh kebenaran dari konjektur, dan memperdalam pengetahuannya dengan mengerjakan soal latihan. Salah satu model pengembangan yaitu ASSURE. Model ASSURE merupakan sebuah prosedur panduan untuk mengkombinasikan antara materi, metode dan media sehingga membuat siswa menjadi lebih aktif dan kegiatan belajar siswa semakin efektif. Model ASSURE memiliki tahapan yang detail sehingga LKS yang dikembangkan dapat berkualitas baik dan memfasilitasi siswa dalam pembelajaran. 7

Berdasarkan latar belakang tersebut maka diperlukan inovasi, strategi dan upaya yang dapat membantu permasalahan terkait pembelajaran matematika trigonometri di SMA. Oleh karena itu, penelitian ini berupaya mengembangkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) matematika pada materi trigonometri dengan pendekatan guided discovery untuk siswa SMA kelas X menggunakan model ASSURE dengan memiliki kualitas yang valid, praktis dan efektif. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang dihasilkan dalam penelitian ini diharapkan dapat memfasilitasi siswa dalam belajar matematika, khususnya siswa di SMA N 1 Pengasih agar tercipta kegiatan pembelajaran yang terpusat pada siswa dan tercipta pembelajaran yang bermakna. LKS yang dikembangkan diharapkan dapat membantu siswa dalam mempelajari dan memahami materi trigonometri sesuai dengan KI dan KD yang berlaku pada kurikulum 2013 revisi 2016. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut. 1. Materi trigonometri merupakan salah satu materi yang dianggap sulit oleh siswa. 2. Hasil nilai UN siswa SMA N 1 Pengasih tahun pelajaran 2014/2015 dan 2015/2016 untuk materi trigonometri masih rendah. 3. Siswa hanya menghafal rumus-rumus trigonometri sehingga mudah lupa karena kurang paham darimana penemuan rumus tersebut, sehingga 8

dibutuhkan pengembangan bahan ajar dengan pendekatan yang lebih inovatif. 4. Bahan ajar untuk materi trigonometri yang sesuai kurikulum 2013 revisi 2016 masih terbatas. 5. Guru belum mengembangkan LKS trigonometri yang mampu membimbing siswa untuk menemukan sendiri konsep dan rumus-rumus trigonometri secara mandiri. 6. Guru belum mengembangkan LKS sesuai dengan karakteristik siswa di sekolah masing-masing. 7. Belum pernah diterapkannya pendekatan guided discovery untuk materi trigonometri. C. Batasan Masalah Permasalahan yang dikaji pada penelitian ini dibatasi pada hal-hal sebagai berikut. 1. Pengembangan bahan ajar berupa LKS untuk membantu siswa kelas X SMA dalam memahami materi trigonometri dengan model pengembangan ASSURE didesain dengan pendekatan guided discovery (penemuan terbimbing). 2. Objek penelitian pengembangan yaitu siswa kelas X di SMA N 1 Pengasih. 3. Penggunaan pendekatan guided dicovery difokuskan pada aktivitas proses pembelajaran yang ada di Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang dikembangkan. 9

4. Materi trigonometri yang dikembangkan hanya untuk KD 3.7, 3.8, 4.7 dan 4.8 berdasarkan kurikulum 2013 revisi 2016. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan pada penelitian ini yaitu bagaimana mengembangkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) matematika dengan pendekatan guided discovery pada materi trigonometri untuk siswa SMA kelas X yang valid, praktis dan efektif. E. Tujuan Penelitian Penelitian pengembangan ini memiliki tujuan untuk menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) matematika dengan pendekatan guided discovery pada materi trigonometri untuk siswa SMA kelas X yang valid, praktis dan efektif. F. Manfaat Penelitian Pengembangan bahan ajar berupa LKS matematika untuk SMA N 1 Pengasih kelas X semester genap ini mempunyai manfaat sebagai berikut. 1. Bagi Siswa a. Siswa mampu menemukan konsep secara aktif dan mandiri dengan guru sebagai fasilitator melalui serangkaian kegiatan yang terdapat pada LKS. b. Siswa mendapatkan tambahan fasilitas dalam belajar materi trigonometri. c. Siswa mampu memahami konsep trigonometri dan meningkatkan hasil belajar. 10

2. Bagi guru a. LKS yang dikembangkan dapat digunakan sebagai salah satu acuan dalam kegiatan pembelajaran pada materi trigonometri. b. LKS yang dikembangkan dapat menginspirasi guru untuk mengembangkan LKS bermuatan guided discovery pada materi lain. 3. Bagi sekolah Lembar Kegiatan Siswa (LKS) ini dapat memberikan sumbangan dalam rangka memperbaiki proses pembelajaran matematika yang telah disusun sesuai dengan kondisi siswa di SMA N 1 Pengasih. 4. Bagi peneliti a. Kemampuan dalam mengembangkan LKS matematika dengan kriteria valid, praktis, dan efektif yang dapat membantu guru, siswa, ataupun peneliti sebagai calon pendidik dalam kegiatan pembelajaran dapat meningkat. b. Wawasan dan kreativitas peneliti sebagai calon pendidik dalam mengembangkan LKS matematika dapat bertambah sehingga tidak hanya terbatas pada materi tertentu saja. 5. Bagi Dunia Pendidikan a. Penggunaan LKS ini dapat menciptakan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). b. Penggunaan LKS matematika ini dapat mengarahkan pada kegiatan penemuan sehingga pembelajaran akan menjadi bermakna. 11