HUBUNGAN ANTARA KOMPETISI KERJA DENGAN PRESTASI KERJA PADA KARYAWAN. Skripsi

dokumen-dokumen yang mirip
dapat memuaskan baik bagi perusahaan maupun bagi individu itu sendiri. Kekhawatiran individu akan hasil yang ada akan sangat mempengaruhi performansi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan diperhatikan. Akhir-akhir ini masalah tersebut menjadi hangat lagi setelah

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PEMBERIAN TUNJANGAN KESEJAHTERAAN DAN KEDISIPLINAN DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diinginkan oleh semua perusahaan. Semakin banyak pegawai yang memiliki

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KEPEMIMPINAN VISIONER DENGAN KOMITMEN ORGANISASI S K R I P S I

HUBUNGAN ANTARA CITRA DIRI (SELF IMAGE) DENGAN ASPIRASI KERJA PADA SALESMAN ABSTRAKSI

SKRIPSI Disusun untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat Mencapai gelar Sarjana S-1 Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. oleh sumber daya manusia yang berkualitas. Organisasi dengan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi saat ini menimbulkan kompetisi di berbagai bidang baik

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. kawasan Asia terutama yang terjadi di Indonesia pada pertengahan tahun 1997

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Lusiana Veronika F

HUBUNGAN ANTARA KOMPETISI KERJA DENGAN PERFORMANSI KERJA KARYAWAN. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP INSENTIF DAN BERPIKIR POSITIF DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI

HUBUNGAN ANTARA HUMAN RELATIONS DENGAN MOTIVASI KERJA PADA KARYAWAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi menyebabkan terjadinya perubahan hampir disemua sektor

HUBUNGAN ANTARA LINGKUNGAN KERJA DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN. Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1

HUBUNGAN ANTARA BUDAYA ORGANISASI DENGAN PERSEPSI TERHADAP PENGEMBANGAN KARIR. Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat S-1

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bisnis yang bergerak di bidang jasa adalah perbankan. Di era

BAB I PENDAHULUAN. pada sumber daya manusia (human resources) guna menjalankan fungsinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sedang membangun, khususnya di bidang industri. Oleh karena itu, banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan daya saing di era perdagangan bebas menjadi salah satu kunci ketahanan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang

Ariesta Marsitho Nugrahawan F

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dengan semakin pesatnya perkembangan lingkungan bisnis yang terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan persaingan yang ketat diantara perusahaan-perusahaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. bergerak dalam sektor jasa yang mengacu pada prinsip-prinsip syariah. Saat

BAB. I PENDAHULUAN. dapat berprestasi sebaik mungkin demi mencapai tujuan organisasi. Karyawan

SKRIPSI Disusun untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat Mencapai gelar Sarjana S-1 Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perusahaan merupakan suatu organisasi yang didirikan seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan yang serba modern ini setiap perusahaan dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengadaan barang dan jasa pada suatu badan usaha dan perusahaan. Proses

HUBUNGAN ANTARA KEBUTUHAN AKAN PENGHARGAAN DENGAN KOMITMEN ORGANISASI PADA KARYAWAN PERUSAHAAN. Oleh : RASI GRA VIDEKA NIM F

PENGARUH PEMBERIAN UPAH, JAMINAN SOSIAL DAN MOTIVASI TERHADAP PENINGKATAN PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN PADA PO. ROSALIA INDAH PALUR

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam perkembangan jaman modern saat ini, berbagai macam aspek

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL KUMON UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA PADA PELAJARAN MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu ciri kehidupan modern dapat dilihat dari semakin kompleknya

PENGARUH MOTIVASI, PERILAKU PEMIMPIN, DAN KESEMPATAN PENGEMBANGAN KARIR TERHADAP KINERJA PEGAWAI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada Era Globalisasi seperti sekarang ini persaingan perusahaan atau

PENGARUH MOTIVASI, POLA KEPEMIMPINAN DAN PENGEMBANGAN KARIR TERHADAP KINERJA KARYAWAN BIDANG KEUANGAN PADA PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN ADVERSITY DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI DUNIA KERJA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Memasuki era globalisasi aktivitas bisnis saat ini, dengan semakin

Ummun Wafiah F

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kesatuan sosial yang dikoordinasikan secara sadar dengan sebuah

PERBEDAAN MOTIVASI MENGEMBANGKAN KARIR ANTARA TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT PADA KARYAWAN. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. tertentu dengan jalan menggunakan sumber-sumber yang telah tersedia

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP DISIPLIN DALAM BERLALU LINTAS DENGAN KINERJA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu organisasi yang memiliki tujuan tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. mahasiswa menjadi bibit wirausaha (Indra 2010). Pengembangan

PENGARUH MOTIVASI, POLA KEPEMIMPINAN, DAN PENGEMBANGAN KARIR TERHADAP KINERJA KARYAWAN

sikap individu maupun kelompok yang mendukung seluruh aspek kerja termasuk

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya perusahaan-perusahaan yang bermunculan yang akan menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan senantiasa membutuhkan manajemen yang berkaitan

UPAYA PENINGKATAN KEBERANIAN SISWA DALAM MENGERJAKAN SOAL GEOMETRI DI DEPAN KELAS MELALUI PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kemampuan suatu perusahaan untuk berkembang sangat bergantung pada


BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi menyebabkan timbulnya persaingan yang ketat di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan organisasi haruslah sejalan dengan dinamika perubahan baik

BAB I PENDAHULUAN. adalah salah satu lembaga teknis di lingkungan Pemerintah Kota Bandung. Awal

I PENDAHULUAN. kehidupan. Pengertian pendidikan nasional yang tercantum dalam UU No.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Krisis keuangan global tak hanya berdampak pada sektor riil, tapi juga

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi saat ini menimbulkan kompetisi di berbagai bidang baik

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menginginkan terciptanya kinerja yang tinggi dalam bidang pekerjaannya. Di dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor penting dalam membentuk dan

VIII. DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM. hanya merujuk pada ketidakmampuan individu dalam menghasilkan setiap barang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia. Hal ini sangat mendesak dalam

Puji Hastuti F

BAB I PENDAHULUAN. isu persaingan global. Artinya, isu utama era globalisasi adalah kebebasan

I. PENDAHULUAN. pemerintah maupun swasta. Hal ini dibuktikan dengan semakin banyaknya perusahaan -

PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN PT. AIR MANCUR WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sumber daya manusia yang bermutu tinggi karena maju mundurnya sebuah negara

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DENGAN KEPUASAN KERJA PADA KARYAWAN PT. HANIL INDONESIA DI BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. seorang pemimpin yang mampu menumbuhkan suatu disiplin, motivasi, lebih diciptakan. Tujuan perusahaan pada umumnya adalah mencapai

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KARYAWAN TERHADAP PROGRAM KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN

ANALISIS PENGARUH ANTARA KEPEMIMPINAN, KOMITMEN DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN PADA SWALAYAN HARDJONO DI BATURETNO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah peletak dasar pelaksana sistem

HUBUNGAN ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN DEMOKRATIK DENGAN KINERJA KARYAWAN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sesuai dengan sektor-sektor yang perlu dibangun itu sendiri,

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di berbagai bidangpun semakin ketat termasuk dalam bidang industri. Dalam

Hubungan Antara Karakteristik Pekerjaan Dengan Etos Kerja

BAB I PENDAHULUAN. tertentu yang ingin dicapai. Begitu juga dengan organisasi bisnis/jasa, dimana

yang menjadi tujuan instansi akan tercapai.

BAB I PENDAHULUAN. utama dalam perusahaan. Keberadaannya di dalam sistem kerja dengan segala

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ini, membawa dampak timbulnya persaingan di dunia usaha yang semakin ketat.

BAB I PENDAHULUAN. ataupun sebuah perusahaan. Agar seluruh aktivitas perusahaan berjalan dengan baik,

BAB I PENDAHULUAN. agar sebuah perusahaan tersebut mampu bersaing di era globalisasi. Ardana, dkk

PENGARUH MOTIVASI, PERILAKU PEMIMPIN DAN KESEMPATAN PENGEMBANGAN KARIER TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. instansi harus menentukan strategi dan kebijakan manajemennya, khususnya

BAB 1 PENDAHULUAN. karyawan dituntut untuk terus meningkat. Salah satu langkah untuk. dan unggul dalam persaingan, atau minimal tetap dapat bertahan.

: MOH. RIFQI KHAIRUL UMAM B

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. datangnya era global dan pasar bebas yang penuh dengan persaingan. Untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan kerja menurut Martoyo (2004:132) adalah keadaan emosional karyawan

TEGUH SETYA NUGROHO B

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA KOMPETISI KERJA DENGAN PRESTASI KERJA PADA KARYAWAN Skripsi Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai gelar derajat sarjana S-1 Psikologi Diajukan oleh : Bobi Yudo Putranto F 100 000 184 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu ciri kehidupan modern dapat dilihat dari semakin besar dan kompleksnya organisasi pada bidang industri. Setiap hari manusia melakukan berbagai kegiatan, bergabung dan berhubungan dengan organisasi dalam masalah kerja. Selanjutnya, Jewel & Siegall (1998) menyatakan bahwa karyawan yang kinerjanya baik dan berkualitas merupakan aset bagi organisasi atau perusahaan dalam menghadapi persaingan kerja. Kinerja yang tinggi dari setiap karyawan merupakan hal yang sangat diinginkan oleh organisasi. Semakin banyak anggota yang berkinerja tinggi, maka kinerja dan produktivitas organisasi secara keseluruhan akan semakin meningkat dan organisasi dapat bertahan dalam persaingan bisnisnya. Seperti yang dikemukakan oleh Reksohadiprodjo & Handoko (1987) yaitu kinerja karyawan dari suatu organisasi memegang peranan yang sangat penting. Oleh karena itu, maju mundurnya organisasi sangatlah tergantung pada naik turunnya kinerja karyawan. Pada kesempatan ini, Mangkunegara (1993) menyatakan bahwa kinerja dapat diartikan sebagai ukuran keberhasilan atau kesuksesan seorang karyawan. Sukses tidaknya seorang karyawan dalam bekerja akan dapat diketahui apabila pimpinan perusahaan atau organisasi yang bersangkutan menerapkan sistem penilaian kinerja. Sebaliknya, penilaian kinerja merupakan aktivitas penting yang perlu dilakukan oleh setiap pimpinan dalam organisasi.

Menurut Mohyi, (2005) penilaian kinerja memiliki konsekuensi bagi setiap karyawan yang dinilai dalam organisasi. Jika dalam melakukan penilaian kerja keliru, maka akan berakibat buruk terhadap karyawan. Bagi karyawan, penilaian kinerja memiliki konskuensi yang berhubungan dengan organisasi, seperti kesepakatan pengembangan karier dan perilaku di tempat kerja. Jadi, kinerja merupakan hal yang penting bagi perusahaan atau organisasi, serta dari pihak karyawan itu sendiri. Selanjutnya, Rao (1986) mengatakan bahwa prestasi suatu perusahaan tidak dapat dilepaskan dari kinerja setiap individu yang terlibat di dalamnya. Hal ini berarti bahwa tercapainya tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan banyak tergantung pada kinerja karyawannya. Handoko (1987) mengemukakan bahwa kinerja adalah hasil kerja yang dicapai karyawan dalam melaksanakan tugas dan pekerjaannya yang dibebankan kepadanya. Baik buruknya kinerja karyawan antara satu dengan yang lain akan berbeda-beda meskipun jenis pekerjaan yang dikerjakan sama. Sejalan dengan itu, As ad (1992) mengatakan bahwa perbedaan di dalam kinerja tidak bernilai positif dan melihat kerja hanya sebagai suatu beban, sehingga karyawan cenderung terpaksa dalam melakukannya. Lebih lanjut As ad (1927) mengemukakan bahwa sangat perlu adanya penghargaan terhadap tenaga kerja sesuai dengan sifat dan keadaannya. Tenaga kerja bukan barang mati melainkan makhluk hidup yaitu manusia yang mempunyai pikiran, perasaan, dan kemauan. Penghargaan yang dimaksud adalah pemeliharaan agar tenaga kerja dapat bertahan lama dan lebih efisien dalam melaksanakan pekerjaannya. Krisis moneter yang berkepanjangan dan situasi politik yang tidak menentu dapat menyebabkan kinerja menjadi buruk dan turunnya kinerja serta produktivitas suatu

perusahaan. Indikasi rendahnya kinerja sekaligus produktivitas Indonesia ialah besarnya kesenjangan pendapatan, besarnya pengangguran dan rendahnya pendidikan rata-rata tenaga kerja. Secara komperatif kondisi produktivitas sumber daya insani (SDI) Indonesia dibandingkan dengan SDI mancanegara masih tergolong rendah yaitu peringkat ke-98. Sebaliknya, peringkat SDI Filipina 84, Thailand 66, Malaysia 52, Brunai 42, Singapura 37, Hongkong 25, Australia 9, Belanda 8, dan Jepang peringkat pertama (Hadipranata, 2000). Hadipranata, (2000) mengemukakan para pemimpin perusahaan mengeluhkan tentang rendahnya sumber daya manusia, baik dari segi kompetensi maupun dari segi komitmennya pada perusahaan, karena komitmen dan kompetensi sumber daya manusia yang rendah akan semakin menhambat tercapainya sasaran kerja dan bahkan berdampak pada pencapaian sasaran organisasi, padahal pada era krisis ekonomi yang sedang melanda Indonesia saat ini dunia bisnis secara terus menerus dihadapkan pada tantangan dan tekanan kompetitif untuk bisa tetap bertahan hidup. Prestasi kerja merupakan kesanggupan untuk melaksanakan pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, bermutu dan tepat mengenai sasarannya. Prestasi kerja didefinisikan sebaga hasil kerja yang dicapai seorang pekerja dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya. As ad (1997) mengatakan bahwa perbedaan di dalam prestasi kerja tidak bernilai positif dan melihat kerja hanya sebagai suatu beban, sehingga pekerja cenderung terpaksa dalam melakukannya. Dalam situasi kerja, khususnya karyawan tentu mempunyai minat kerja dan kebutuhan yang harus dipenuhi. Moehyi (2005) menyatakan bahwa persaingan antar perusahaan untuk mendapatkan tenaga-tenaga berkualitas dan berpengalaman akan semakin kuat, terutama

ketika persaingan menjadi semakin keras. Kesulitan penyediaan sumner daya manusia yang bernutu dialami juga oleh Indonesia. Padahal di era globalisasi, ada satu problema klasik yang sering ditemui dalam lingkungan bisnis, yaitu bagaimana perusahaan dapat dengan mudah mendapat karyawan yang berkualitas secara memadai. Hal ini dapat dilihat bahwa pada pasar tenaga yang ada, khususnya di negara berkembang, jumlah pekerja yang punya keahlian (skill) dan tingkat intelektual yang baik menunjukkan pertumbuhan negatif. Sementara permintaan (demond) terhadap pekerja tersebut semakin bertambah. Perusahaan-perusahaan akan semakin menghadapi masalah dalam hal strategi, termasuk strategi sumber daya manusia. Robbins (1996) menegaskan bahwa pada masa sekarang ini hanya ada satu landasan sukses untuk keunggulan bersaing yang lestari bagi perusahaan-perusahaan, yaitu bagaimana manajemen faktor manusia dalam perusahaan itu. Perusahaanperusahaan yang menggunakan strategi untuk mencapai keunggulan bersaing melalui manusia telah membuktikan bahwa dengan tenaga kerja yang berkualitas akan mampu mengungguli perusahaan-perusahaan yang menggunakan strategi bersing lain. Hal ini sejalan pendapat yang dikemukakan oleh Spenser (Robbins, 1996) bahwa untuk menghadapi lingkungan bisnis dan teknologi yang begitu cepat, satu-satunya yang diharapkan bisa mempertahankan keuntungan secara kompetitif adalah sumber daya manusia. Bennis (Mangkunegara, 1993) mengemukakan bahwa salah satu kunci yang menhasilkan sustainable competitif advantage adalah tersedianya manusia intelektual yang memiliki sifat kompetitif, kreatif, dan fleksibel. Bila diuraikan lebih jauh kemampuan kompetisi perusahaan ditentukan oleh kemampuan individu untuk berkompetisi di dalam perusahaan tersebut yang terwujud dalam suatu perilaku.

Keinginan untuk berkompetisi dalam kerja perlu dimiliki oleh karyawan, karena kompetisi dapat menentukan apakah ada perbedaan antara karyawan satu dengan karyawan yang lain dalam pencapaian hasil. Kompetisi muncul karena ada usaha dari satu orang atau lebih untuk mencapai sebuah sasaran. Jadi ada sebuah sasaran sama yang diperebutkan. Sukardi (Annisa, 2002) berpendapat bahwa tidak ada pengertian yang khusus mengenai kompetisi, apakah bersifat positif atau negatif, karena kalau tujuannya adalah mencapai sasaran yang sama, maka kompetisi akan dapat bersifat kedua-duanya. Dikatakan positif bila kompetisi tersebut bermanfaat bagi orang-orang yang melakukannya, dan dikatakan negatif bila situasi kompetisi justru menimbulkan kerugian. Namun begitu pada masing-masing jenis pekerjaan mempunyai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi sejauh kompetisi kerja yang akan terjadi termasuk faktor budaya organisasi. Kompetisi kerja memiliki keterkaitan dengan prestasi kerja. Apabila terjadi penilaian kinerja yang tidak objektif maka dapat menimbulkan kompetisi kerja yang kurang sehat, karyawan menggunakan cara apa saja untuk menjatuhkan saingannya dan justru mengesampingkan target kerja yang seharusnya dicapai. Hal ini dapat menyebabkan kondisi di lingkungan perusahaan menjadi tidak nyaman dan dapat berakibat menurunnya prestasi kerja. Berkaitan dengan ulasan tersebut Mohyi (2005) menjelaskan bahwa berdasarkan sifat penilaiannya prestasi kerja dibedakan menjadi dua, yaitu penilaian subjektif dan penilaian objektif. Penilaian subjektif biasanya berasal dari sumber atasan tanpa melibatkan sumber penilaian lain dalam organisasi. Penilaian prestasi kerja subjektif seringkali didasarkan pada struktur perusahaan yang memiliki

konsekuensi kekuasaan/otoritas dalam melakukan penilaian. Dampaknya bawahan merasakan enggan untuk menilai dan memberikan feedback pada atasan, sehingga hasil penilaian cenderung bias. Penilaian subjektif mengandung subjektivitas pribadi dan kurang berfokus pada pengembangan kompetensi dan kemampuan individu. Lebih lanjut Mohyi (2005) mengemukakan kesalahan-kesalahan yang kerap terjadi dalam penilaian subjektif adalah: subjektivitas (sama seperti saya) atau kecenderungan penilai untuk menyamakan prestasi kerja orang lain sama dengan prestasi kerja diri sendiri. Berdasarkan uraian-uraian di atas maka dapat dibuat suatu pertanyaan penelitian yaitu apakah ada keterkaitan antara kompetisi dengan prestasi kerja? Mengacu pada rumusan masalah tersebut maka penulis tertarik untuk menguji secara empirik dengan melakukan penelitian berjudul, Hubungan antara Kompetisi Kerja dengan Prestasi Kerja. B. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian yang ingin dicapai penulis adalah untuk mengetahui: 1. Hubungan antara kompetisi kerja dengan prestasi kerja. 2. Sumbangan atau peranan kompetisi kerja terhadap prestasi kerja karyawan. 3. Tingkat kompetisi kerja karyawan. 4. Tingkat prestasi kerja karyawan. C Manfaat Penelitian Manfaat yang akan diperoleh dari hasil penelitian ini adalah: 1. Secara teoritis.

Dapat memberikan kontribusi dan sumbangan ilmiah bagi ilmuwan psikologi, serta pengembangan pada disiplin ilmu psikologi industri, khususnya mengenai hubungan antara kompetisi kerja dengan prestasi kerja karyawan. 2. Secara praktis. a. Dapat memberikan masukan dan pertimbangan bagi pimpinan perusahaan untuk mengambil keputusan atau kebijakan yang berorientasi pada peningkatan kompetisi kerja secara positif sebagai upaya meningkatkan prestasi kerja perusahaan. b. Dapat memberikan masukan dan pemahaman atau pengetahuan bagi karyawan mengenai hubungan antara kompetisi kerja dengan prestasi kerja sehingga karyawan akan termotivasi melakukan kompetisi kerja secara positif sebagai upaya meningkatkan prestasi kerja karyawan.