BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberadaan rumah sakit baik milik pemerintah maupun swasta serta munculnya klinik-klinik dan laboratorium-laboratorium medis di kota-kota menyebabkan terjadinya persaingan yang ketat dalam menyediakan jasa pelayanan kesehatan. Salah satu strategi yang dilakukan oleh pengelola rumah sakit swasta dalam mempertahankan atau meningkatkan jumlah konsumen adalah dengan memberikan pelayanan yang berkualitas. Departemen Kesehatan telah menyelenggarakan serangkaian reformasi di bidang kesehatan guna meningkatkan pelayanan kesehatan dan menjadikannya lebih efisien, efektif, serta terjangkau oleh masyarakat. Untuk menjamin akses penduduk miskin terhadap pelayanan kesehatan, sejak tahun 1998 Pemerintah melaksanakan berbagai upaya pemeliharaan kesehatan penduduk miskin. KepMenkes No.1241/Menkes/SK/XI/2004, tanggal 12 Nopember 2004, menugaskan PT Askes (persero) dalam pengelolaan program pemeliharaan kesehatan penduduk miskin. Kebijakan ini merupakan perubahan pola pendekatan pelayanan dari pendekatan suplai ke mekanisme Jaminan Kesehatan Sosial yang dikenal dengan nama Program Jaminan Kesehatan bagi Masyarakat Miskin (JPKMM) atau ASKESKIN. Sasaran Program JPKMM ini adalah masyarakat miskin dan yang tidak mampu untuk membiayai kesehatannya di seluruh Indonesia yang diperkirakan berjumlah 76,4 juta
jiwa menurut data BPS tahun 2006. Program ini bertujuan untuk meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal (Depkes, 2007). Atas dasar beberapa pertimbangan seperti pengendalian biaya pelayanan kesehatan, peningkatan mutu, transparansi, dan akuntabilitas, dilakukan perubahan pengelolaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Miskin pada tahun 2008. Perubahan mekanisme yang mendasar adalah adanya pemisahan peran pembayar dengan verifikator melalui penyaluran dana langsung ke Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) dari kas Negara. Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penjaminan terhadap masyarakat miskin yang meliputi sangat miskin, miskin, dan mendekati miskin, program ini berganti nama menjadi Jaminan Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Jamkesmas (Depkes 2008). Untuk dapat memberikan pelayanan kesehatan yang terjangkau oleh seluruh masyarakat, diperlukan suatu tatanan yang terdiri atas kumpulan fasilitas pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan dan upaya-upaya kesehatan yang bertujuan untuk mengoptimalkan akses terhadap pelayanan kesehatan yang menyeluruh dan berkesinambungan. Tatanan tersebut dikenal sebagai rujukan. Pengembangan sistem rujukan semakin mendapat perhatian sebagaimana terlihat dalam sistem kesehatan nasional. Upaya kesehatan rujukan merupakan bagian dari karya husada pertama, yaitu peningkatan dan pemanfaatan upaya kesehatan.
Rendahnya pemanfaatan pelayanan Rumah Sakit merupakan salah satu pokok masalah dari Rumah Sakit Swasta. Rumah Sakit merupakan mata rantai yang penting dalam pelayanan kesehatan yang berjenjang dalam sistem rujukan untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang berkesinambungan. Rumah Sakit Umum Sembiring memberikan pelayanan kesehatan terhadap seluruh masyarakat termasuk masyarakat miskin, dimana pada bulan Mei tahun 2007 yang lalu, Rumah Sakit Sembiring diberikan kepercayaan oleh pemerintah untuk menyelenggarakan program Jamkesmas bagi masyarakat miskin, dan sekaligus menjadi rumah sakit rujukan dari empat puskesmas yang jarak tempuhnya dekan dengan keberadaan Rumah Sakit Sembiring secara pemetaan wilayah, yakni Puskesmas wilayah Kecamatan Delitua, Namo Rambe, Patumbak, dan Biru-biru. Sebagai rumah sakit rujukan, Rumah Sakit Sembiring adalah rumah sakit tipe C+ dengan jumlah tempat tidur 80, Bed Occupancy Rate (BOR) 50, Length of Stay (LOS) 4,0. Dokter spesialis yang ada di Rumah Sakit Sembiring terdiri dari dokter spesialis mata, spesialis syaraf, spesialis penyakit dalam, spesialis bedah, spesialis kandungan dan spesialis gigi mulut. Selain jumlah pasien Jamkesmas yang mau memanfaatkan fasilitas pemerintah untuk berobat gratis di Rumah Sakit Sembiring masih rendah, tingkat keinginan pasien tersebut untuk mau datang kembali dirawat inap juga masih sangat rendah, bila dibandingkan dengan data jumlah pasien yang dirujuk Puskesmas yang dimaksud.
Berdasarkan keterangan pada survey awal pada bagian tata usaha ditemukan data jumlah pasien yang dirujuk ke Rumah Sakit Sembiring dengan indikasi medis sebagai berikut: Tabel 1.1. Jumlah Pasien Rujukan Puskesmas No. Wilayah Puskesmas Jumlah pasien yang dirujuk selama tiga bulan (Agustus-Oktober 2008) 1. Puskesmas wilayah Kecamatan Delitua 75 orang 2. Puskesmas wilayah Kecamatan Namo 50 orang Rambe 3. Puskesmas wilayah Kecamatan Patumbak 50 orang 4. Puskesmas wilayah Kecamatan Biru-biru 45 orang Sumber: Kantor Tata Usaha masing-masing Puskesmas Sedangkan jumlah pasien Jamkesmas yang datang dengan membawa surat rujukan dari puskesmas ke Rumah Sakit Sembiring adalah sebagai berikut: Tabel 1.2. Jumlah Pasien yang datang Berobat No. Wilayah Puskesmas Jumlah pasien rujukan puskesmas selama tiga bulan (Agustus sampai Oktober 2008) 1. Puskesmas wilayah Kecamatan Deli Serdang 20 orang 2. Puskesmas wilayah Kecamatan Namo 25 orang Rambe 3. Puskesmas wilayah Kecamatan Patumbak 24 orang 4. Puskesmas wilayah Kecamatan Biru-biru 23 orang Sumber: Kantor Tata Usaha Bagian Rekam Medik Rumah Sakit Sembiring Berdasarkan hal di atas, perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh mutu pelayanan terhadap keinginan pasien Jamkesmas untuk dirawat inap kembali di Rumah Sakit Sembiring Deli Serdang.
1.2. Permasalahan Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah adalah bagaimana analisis pengaruh mutu pelayanan terhadap keinginan pasien Jamkesmas untuk dirawat inap kembali di Rumah Sakit Sembiring Deli Serdang. 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh mutu pelayanan terhadap keinginan pasien Jamkesmas untuk dirawat inap kembali di Rumah Sakit Sembiring Deli Serdang. 1.4. Hipotesis Dari kerangka teoritis yang telah diuraikan di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut: Mutu pelayanan berpengaruh terhadap keinginan pasien Jamkesmas untuk dirawat inap kembali di Rumah Sakit Sembiring Deli Serdang. 1.5. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan wawasan berpikir yang dilandasi dengan konsep ilmiah dan sumber informasi bagi peneliti lain yang berkenanaan dengan penelitian ini.
2. Bagi pihak Rumah Sakit Sembiring Deli Serdang, sebagai masukan dalam mengambil kebijakan dan strategi guna meningkatkan cakupan pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh masyarakat. 3. Bagi masyarakat, sumber informasi dalam rangka memanfaatkan pelayanan kesehatan.