Catharsis: Journal of Arts Education

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. semua orang untuk mengaktualisasi diri dan idenya dengan leluasa. Penanaman

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. Konsep diri merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Akar tradisi melekat di kehidupan masyarakat sangat

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang

BENTUK DAN FUNGSI KESENIAN OJROT-OJROT DI DESA KARANGDUWUR KECAMATAN PETANAHAN KABUPATEN KEBUMEN

BAB V KESIMPULAN. Campursari karya Manthous dapat hidup menjadi musik. industri karena adanya kreativitas dari Manthous sebagai pencipta

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

2015 PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang NURUL HIDAYAH, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAHAN USBN AKORD. = 2 1 ½ m = 1 ½ 2 dim = 1 ½ - 1 ½ M 7 = 2 1 ½ - 2 m 7 = 1 ½ 2-1 ½ 7 = 2 1 ½ - 1 ½ Sus 4 = = 2 ½ - 1 Sus 2 = = 1 2 ½

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan musik di Indonesia mulai menunjukan kemajuan yang

BAB I PENDAHULUAN. pencipta musik tersebut. Musik adalah suara yang disusun sedemikian rupa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian adalah ciptaan dari segala pikiran dan perilaku manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia dikenal dengan keberagaman tradisinya, dari

BAB I PENDAHULUAN. media atau sarana yang digunakan untuk mengekspresikan diri. Musik adalah

BAB I PENDAHULUAN. Oxford University, 1997), Dieter Mack, Apresiasi Musik Musik Populer (Yogyakarta : Yayasan Pustaka Nusatama,

ARANSEMEN ORKES KERONCONG TENGGARA PADA LAGU KR. KEMAYORAN SEBAGAI KAJIAN MUSIKOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. dari sudut struktual maupun jenisnya dalam kebudayaan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990:602) Musik adalah ilmu atau

]BAB I PENDAHULUAN. memiliki nilai dan kebanggaan tersediri. Mereka tidak segan-segan merubah

BAB I. Seni Pertunjukan Daerah Dulmuluk

2015 PERMAINAN GITAR ILLO DJEER DALAM MUSIK KERONCONG TUGU PADA GRUP ORKES KRONTJONG TOEGOE

PROSES PEMBELAJARAN MUSIK BAGI KELOMPOK BAND JUST 4_U DI SMA BOPKRI 1 YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

OLEH : YUDHA FAHLEVI AMRI ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni merupakan suatu bentuk ekspresi yang dicurahkan dari dalam diri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Mark C.Gridely, Jazz style history and analysis, eleven edition (United State: Pearson, 2012), hlm.3.

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Musik adalah suatu bentuk kesenian universal yang dapat dinikmati

BAB I PENDAHULUAN. pada masyarakat Pesisir adalah pertunjukan kesenian Sikambang di Kelurahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam proses pengembangan pendidikan kesenian di Sekolah Menengah

BAB I PENDAHULUAN. Aliran musik Grunge merupakan sebuah inovasi dari aliran musik rock

MAKALAH SENI BUDAYA MENGENAI ARANSEMEN MUSIK. Disusun oleh : Bella Annesha Sherly Melinda Kelas : XI-IPS 1

BAB I PENDAHULUAN. pendukung berupa gagasan, sifat dan warna bunyi. Kendati demikian, dalam

BAB 3 EKSISTENSI TIGA ALIRAN MUSIK POPULER CINA DALAM MUSIK CINA: SEBUAH ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Bermacam jenis musik berada di dalam kehidupan. masyarakat sebagaimana dapat kita alami bahwa musik selalu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan Indonesia sangat beragam, hal ini dikarenakan suku-suku dan

BAB I PENDAHULUAN. satu unsur seni yang sering kita jumpai dalam masyarakat adalah musik. Musik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asti Purnamasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkaitan dengan pengungkapan rasa keindahan. Menurut kodratnya

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dikenal dengan berbagai suku, agama, dan ras serta budayanya.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. ada sejak lama, yaitu sekira abad ke-16. Awalnya Tanjidor tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh perkembangan musik yang sangat fenomenal di dunia yaitu musik rock.

BAB I PENDAHULUAN. Di Sumatera Utara khususnya dikota medan dapat kita lihat dari pentas seni

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memaknai bahwa kebudayaan itu beragam. Keragamannya berdasarkan norma norma serta

BAB III ANALISIS KARYA

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sesuatu yang dapat dirasakan, dipikirkan, dan dihayati, dalam seni

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara

BAB I PENDAHULUAN. tentang kehidupan rakyat sehari-hari, cerita perjuangan dan lain sebagainya yang

KAJIAN INTERDISIPLIN DALAM PENELITIAN PENDIDIKAN SENI RUPA: SUBSTANSI KAJIAN DAN IMPLIKASI METODOLOGIS

Seni budaya (rock dan dangdut)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Widdy Kusdinasary, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dimana ide merupakan sesuatu yang dapat dirasakan, dipikirkan,dan dihayati serta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI

2014 PROSEDUR TEKNIS PENGGUNAAN DAW UNTUK LAGU CINTA ITU BUTA OLEH GRUP MAHADEWA

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian merupakan segala hasil kreasi manusia yang mempunyai sifat

FUNGSI DAN BENTUK PENYAJIAN MUSIK DOLALAK DI MASYARAKAT HARDIMULYO, KEC. KALIGESING, PURWOREJO

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. beliau ciptakan, seperti halnya lagu Tuhan adalah kekuatanku yang diciptakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Erwin Gutawa adalah seorang produser, komponis, konduktor, penata

BAB I PENDAHULUAN. Aliran musik Emo merupakan sub aliran dan musil punk rock yang

2015 LAGU SINTREN ARANSEMEN YUS WIRADIREDJA

Dalam buku ini kami akan membahas berbagai jenis musik. Bab 1 MUSIK POPULER

2015 PERTUNJUKAN KESENIAN EBEG GRUP MUNCUL JAYA PADA ACARA KHITANAN DI KABUPATEN PANGANDARAN

menyaksikan pertunjukan musik tersebut secara langsung atau live.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Musik keroncong telah menjadi bagian dari budaya musik bangsa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V PENUTUP. kebaikan serta mengandung nilai-nilai ajaran Islam. Teater Wadas

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian tradisional pada akhirnya dapat membangun karakter budaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia terdiri dari banyak suku yang tersebar dari Sabang sampai

BAB I PENDAHULUAN. karena daerah Bekasi berbatasan langsung dengan Ibu Kota Jakarta (Betawi) dan

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan elemen yang sangat melekat di dalam kehidupan

1.1 BAB I 1.2 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian ronggeng gunung merupakan kesenian tradisional masyarakat

BAB IV KESIMPULAN. Kontinuitas yang terjadi pada kelompok musik Riau Rhythm Chambers

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya zaman ke arah modern membuat kepopuleran ludruk

BAB I PENDAHULUAN. seseorang akan mampu menilai banyak hal mengenai budaya seperti gaya hidup,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Fendra Pratama, 2014 Perkembangan Musik Campak Darat Dari Masa Ke Masa Di Kota Tanjung Pandan Belitung


BAB I PENDAHULUAN. metal yaitu Seringai sebagai bahan untuk penelitian. Kebanyakan lirik pada

BAB I PENDAHULUAN. berbagai suara kedalam pola-pola yang dapat dimengerti dan dipahami

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BENTUK PERTUNJUKAN ORKES DANGDUT PARODI SENGGOL TROMOL DI SEMARANG: KAJIAN BENTUK DAN FUNGSI

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan salah satu cabang seni yang mempunyai fungsi melatih

Transkripsi:

CATHARSIS 2 (1) (2013) Catharsis: Journal of Arts Education http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/catharsis MUSIK DANGDUT KOPLO DI GRUP BHALADIKA SEMARANG DALAM KONTEKS PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA Ali Romadhon Prodi Pendidikan Seni, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Semarang, Indonesia Info Artikel Sejarah Artikel: Diterima Januari 2013 Disetujui Februari 2013 Dipublikasikan Juni 2013 Keywords: dangdut koplo; social and cultural transformation; Baladhika s Group Abstrak Dangdut adalah salah satu jenis musik popular di Indonesia.Menyimak repertoar musik dangdut, tentunya tidak dapat terlepas dari amatan terhadap berbagai elemen musiknya. Kajian terhadap repertoar musik dangdut pada dasarnya merupakan sebuah kajian tentang bentuk dan struktur musik, pola harmonisasi, orkestrasi, gaya, organologi, dan sejumlah komponen musik lainnya. Musik dangdut mengalami perkembangan sesuai dengan konteks perkembangan sosial budaya masyarakat.perkembangan tersebut juga terjadi di grup musik dangdut Bhaladika Semarang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bentuk musik dangdutkoplo di grup Bhaladika Semarang dalam konteks perubahan sosial budaya. Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan pendekatansosio-budaya Pitirim Sorokin. Dilihat dari bentuknya, bagian utama komposisi musik dangdut umumnya menggunakan bentuk lagu tiga bagian dengan skema: A, B, A ; A, A, B, A ;A, A, B, B, A, atau A, B, C. Komposisi musik dangdut terdiri atas bagian introduksi, interlude, dan koda.pada aspek instrumen ada penambahan alat musik seperti drum setdan adanya perubahan dalam pembawaan gitar, keyboard, kendang. Sementara itu, beberapa hal yang dianggap masih tetap melekat dalam arti tidak berubah adalah gaya pembawaan vokal dangdut, gaya pembawaan suling dan gitar bass yang secara khusus dibawakan di dalam musik dangdutkoplo(2) Pada tahap perkembangannya dangdut dipengaruhi oleh perkembangan industri musik dan adanya tuntutan selera masyarakat. Abstract Dangdut is a popular type of music in Indonesia. Listen to dangdut music repertoire, of course, can not be separated from the observations of the various elements of his music. This research is aimed to find out and analyze the form of dangdut koplo in Bhaladika Group Semarang in the contect of social cultural. From its form, it can be seen that the main part generally uses three parts of song with scheme: A, B, A ; A, A, B, A ; A, A, B, B, A, or A, B, C. Meanwhile, the additional section of dangdut consists of introduction, interlude, and coda. The form of dangdut koplo in Bhaladika Semarang musicologically is similar with the form of original dangdut but there is a drum set as an addition. There are also some changing in playing the guitar, keyboard, and kendang. Some things that consider remained in this kind of music are the performance style of dangdut vocal, the flute, and bass guitar which are especially performed in the dangdut koplo. (2) At this stage of its development is influenced by the development of dangdut music industry and the demands of public taste. 2013 Universitas Negeri Semarang Alamat korespondensi: Kampus Unnes Bendan Ngisor, Semarang 50233 E-mail:pps@unnes.ac.id ISSN 2252-6900

Pendahuluan Dangdut adalah bahasa yang sudah melekat dengan rakyat kecil. Musik dangdut mendapat pengaruh dari kebudayaan Arab, Melayu, India, dan juga pengaruh warna rock (musik Oma Irama)( Paper dan Jabo,1987:10). Melihat pertumbuhan dan perkembangan musik dangdut di Indonesia, tentunya tidak terlepas dari berbagai faktor yang mempengaruhinya. Seperti dikatakan bahwa perkembangan seni banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor non-estetis seperti politik, religi, sosial, dan sebagainya (Soedarsono,1998:83). Juga Kesumah, et al.,(1995:2) mengatakan bahwa musik diciptakan sebagai tuntunan masyarakat yang menggambarkan keadaan suatu jaman. Artinya, bahwa musik dan proses terjadinya musik juga ditentukan oleh aspirasi masyarakat yang hidup pada saat itu. Menyimak repertoar musik dangdut, tentunya tidak dapat terlepas dari amatan terhadap berbagai elemen musiknya. Jelasnya, kajian terhadap repertoar musik dangdut pada dasarnya merupakan sebuah kajian tentang bentuk dan struktur musik, pola harmonisasi, orkestrasi, gaya, organologi, dan sejumlah komponen musik lainnya. Dangdut Rhoma Irama sejalan dengan perubahan dan mempengaruhi zaman. Terbukti dengan musikalitasnya yang terus bermutakhir dan liriknya yang kritis dan berpesan moral. Proses pembaruan musik Melayu konvensional dilakukan Rhoma Irama secara bertahap. Mulai dari penggantian alat-alat musik konvensional musik Melayu (lama) dengan alat-alat musik elektrik. Menggunakan bentuk panggung yang lebih megah. Musik dangdut terus mengalami perkembangan dan berkolaborasi dengan jenis musik yang lain, pada era yang sekarang musik dangdut banyak dipengaruhi musik Tradisional yaitu Irama Gamelan yaitu kesenian musik asli budaya jawa maka pada masa ini. Musik dangdut mulai berasimilasi dengan Seni Gamelan, dan terbentuklah suatu aliran musik baru yaitu musik dangdut Campursari atau dangdut Campursari. Seiring dengan kejenuhan musik dangdut yang original maka diawal era ini para musisi di wilayah Jawa Timur di daerah pesisir Pantura mulai mengembangkan jenis musik dangdut baru yaitu seni musik dangdut Koplo. Dangdut Koplo ini merupakan mutasi dari musik dangdut setelah era dangdut campursari yang bertambah kental irama tradisionalnya dan dengan ditambah dengan masuknya unsur seni musik kendang kempul yang merupakan seni musik dari daerah Banyuwangi Jawa Timur dan irama tradisional lainya seperti Jaranan dan Gamelan. Dan berkat kreatifitas para musisi dangdut Jawa Timuran inilah sampai saat ini musik dangdut koplo yang identik dengan gaya jingkrak pada goyangan penyanyi dan musiknya ini saat ini sangat kondang dan banyak digandrungi segala kalangan masyarakat Indonesia. Kota Semarang sebagai Ibukota Jawa Tengah dan kota perdagangan serta jasa kaya akan seni budaya. Pada bidang musik yaitu musik dangdut yang dipentaskan dalam acara-acara hajatan dan ulang tahun kota yang di pusatkan di lapangan simpanglima. Semarang mempunyai banyak grup musik dangdut antara lain Renata, Sagita, Bhaladika dan Bhirawa. Musik dangdut adalah termasuk musik populer di Semarang, hal itu dibuktikan dari pertunjukan musik dangdut khususnya koplo yang dipadati oleh penonton baik itu anak-anak, remaja maupun orang dewasa. Musik dangdut koplo sekarang ini bisa lebih diterima oleh semua kalangan masyarakat setelah musisi-musisi daerah kota Semarang khususnya grup Bhaladika lebih kreatif dalam mengemas musik-musik dangdut dengan cara mengkolaborasikan lagu-lagu yang berirama lain, dengan mudah dan cepat diaransir menjadi lagu yang diiringi oleh musik dangdut koplo. Dari berbagai uraian yang telah dipaparkan tersebut ternyata banyak hal yang menarik untuk diungkap yang apabila dikaji secara mendetail tentunya merupakan suatu kajian yang cukup menarik, karena berdasarkan pengamatan sampai saat ini belum banyak hasil penelitian maupun kajian serta pengamatan terhadap musik dangdut baik secara tekstual maupun kontekstual. Peneliti memilih grup musik Bhaladika untuk dijadikan sumber penelitian karena grup ini merupakan grup musik dangdut yang menampilkan ciri khas tersendiri yaitu adanya kombinasi musik dangdut tradisional (campursari), dangdut koplo dan musik rock. Grup Bhaladika juga terkenal di berbagai daerah Jawa Tengah dan dalam penelitian ini juga dikaitkan dengan konteks perubahan sosial budaya masyarakat kota Semarang. Sepanjang pengetahuan penulis masalah di dalam penelitian ini belum pernah diteliti sehingga dengan dilakukannya penelitian ini hasilnya diharapkan dapat dijadikan khazanah pengetahuan tentang perjalanan dunia seni pertunjukan di Indonesia khususnya tentang perkembangan musik dangdut koplo. Metode Penelitian Penelitian ini fokus pada bentuk Musik Dangdut Koplo yang berada di kota Semarang 9

pimpinan Bapak Sukamto. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang dilakukan dengan pengamatan atau survei untuk mengetahui terhadap kondisi di lapangan. Selain itu untuk mengetahui serta menganalisis bentuk dan struktur penyajian musik dalam mempertahankan sistem penampilan seni pertunjukan musik dangdut koplo di grup Bhaladika Semarang. Kajian teoritis dilakukan sebagai kerangka penjelasan dan pendekatan dalam menganalisis permasalahan serta panduan dalam pengumpulan data di lapangan, mengacu pada kaitan hubungan fungsional konsep-konsep yang menjadi landasan dari perwujudan satuan-satuan gejala yang dipelajari sebagaimana dapat diuraikan berikut ini. Untuk mencapai pemahaman yang menyeluruh terhadap masalah yang dikaji, akan digunakan pendekatan Sosio-Budaya berdasarkan teori yang disampaikan oleh Pitirim Sorokin. Sorokin mengajukan teori yang pada intinya mencoba membagi tahapan perubahan sosial/ tahapan budaya dalam tiga tahap yang berputar tanpa akhir (siklis). Ketiga perubahan tahap itu adalah kebudayaan ideasional (ideational culture) yang didasarkan atas nilai-nilai adikodrati (supernatural); kebudayaan idealistis (idealistic culture) yang didasarkan atas unsur adikodrati dan fakta-fakta nyata guna mencapai masyarakat yang ideal; dan kebudayaan sensasi (sensate culture) yang memberikan tolak-banding ukir antara fakta dan tujuan hidup. Pendekatan ini digunakan untuk menganalisis seni pertunjukan musik dangdut koplo yang mengandung berbagai aspek yang saling berhubungan dan proses interaksi dalam pertunjukan musik dangdut koplo. Penelitian ini pada dasarnya mengungkap dan menempatkan pertunjukan musik dangdut koplo sebagai produk budaya populer, sehingga fokus penelitian pada aspek tekstual dan aspek kontekstual yaitu memandang musik dangdut koplo dalam perspektif historis, politik, sosiologi antropologi, dan ekonomi. Data dikumpulkan melalui observasi terkendali, wawancara tak berstruktur, dan studi dokumen. Triangulasi digunakan dalam penelitian ini untuk menentukan keabsahan data, dilakukan dengan cara memeriksa data yang telah diperoleh melalui berbagai sumber. Penentuan data dan sumber data dilakukan secara snowball sampling technique, sehingga semakin terarah pada fokus penelitian (lihat Bagdon & Biklen dalam Sugiyono, 2009:219). Data penelitian ini bersifat kalitatif, sehingga digunakan teknik analisis data kualitatif, khususnya analisis interaktif dengan prosedur (1) reduksi data, (2) penyajian data, dan (3) verifikasi (Miles & Huberman, 1992:17). Hasil dan Pembahasan Musik dangdut adalah jenis musik populer dan mempunyai bentuk dan struktur harmoni. Struktur bentuk permainan sederhana dari alat musik yang dimainkan di musik dangdut koplo khususnya di grup musik bhaladika Semarang. Dalam sebuah orkes dangdut koplo terdapat jumlah alat musik sama dengan yang digunakan untuk mengiringi dan memainkan lagu-lagu dangdut asli. Secara konvensional, alat-alat musik tersebut terdiri dari sepasang kendang, flute atau suling, gitar bas, gitar melodi, gitar ritm, tamburin, dan piano atau keyboard. Upaya mempertahankan budaya di Kota Semarang sudah dilakukan dengan pagelaran seni dan budaya secara rutin tahunan. Aspek budaya Kota Semarang ini merupakan modal dasar sekaligus kearifan lokal yang sangat penting dan potensial bagi Kota Semarang untuk mengembangkan diri dalam jangka panjang tanpa harus tercabut dari akar budayanya. Pembangunan yang berbasis pada budaya dan kearifan lokal memiliki daya tahan terhadap pengaruh negatif dari budaya asing dan globalisasi yang kontraproduktif dengan nilai-nilai budaya lokal. Masyarakat pendukung musik dangdut tidak terlepas dari masyarakat pesisir, terutama pesisir utara. Masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir memiliki interaksi yang unik, dibandingkan wilayah pegunungan atau perkotaan. Melihat pertumbuhan dan perkembangan musik dangdut di Indonesia khusunya di Semarang sampai sekarang ini, tentunya secara tekstual dan kontekstual tidak dapat lepas dari keberadaan musik itu sendiri di tengah dan bagi masyarakat pendukungnya. Artinya, bahwa keberadaan musik dangdut (mungkin juga jenis musik lainnya) sebagai suatu jenis musik dan merupakan sebuah produk sosial dan budaya di tengah-tengah suatu kelompok masyarakat tidak terlepas dari adanya berbagai sikap dan anggapan masyarakat dalam memandang terhadap keberadaan musik tersebut sehingga akan turut mewarnai perjalanan dalam arti kelangsungan dan perubahan-perubahan yang dialami baik secara tekstual maupun pemfungsian musik tersebut. Jelasnya, bahwa perkembangan musik dangdut yang sampai sekarang masih eksis dan ada kecenderungan diterima oleh masyarakat, tentunya tidak terlepas dari berbagai faktor yang mempengaruhinya. Seperti dikatakan bahwa perkembangan seni banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor nonestetis seperti politik,religi, sosial, dan sebagainya (Soedarsono, 10

1998:83). Demikian halnya dengan kelahiran musik dangdut tentunya juga tidak terlepas dari kondisi sosial budaya yang tengah terjadi pada suatu masyarakat atau bangsa yang pada akhirnya akan turut mewarnai wajah musik itu, yang merupakan cerminan dari kondisi sosial budaya yang melahirkannya. Seperti dikatakan bahwa musik diciptakan sebagai tuntunan masyarakat yang menggambarkan keadaan suatu jaman. Artinya, bahwa musik dan proses terjadinya musik juga ditentukan oleh aspirasi masyarakat yang hidup pada saat itu (Kesumah, 1995:2). Seperti diketahui bersama, bahwa salah satu akibat kemajuan di bidang Iptek adalah semakin mudahnya proses komunikasi antarbangsa dilakukan. Adanya komunikasi yang terjadi di antara bangsa memungkinkan terjadinya pertemuan unsur kebudayaan (termasuk kesenian) di antara bangsa yang saling berhu-bungan tersebut. Akibatnya, suatu unsur kebudayaan bisa jadi mendapat pengaruh atau berpengaruh terhadap unsur kebudayaan dari luar. Demikian halnya dengan suatu kenyataan tentang keberadaan dan keberlangsungan musik dangdut yang merupakan salah satu jenis musik yang tumbuh, hidup, dan berkembang di Indonesia di tengah pertumbuhan dan perkembangan musik jenis lainnya, maka terjadinya proses saling mempengaruhi di antara keduanya merupakan suatu hal yang sulit untuk dihindari. Berpijak dari uraian tersebut kiranya merupakan suatu hal yang sangat memungkinkan apabila di dalam perjalanannya musik dangdut mendapat berbagai pengaruh atau warna-warna baru dalam musik dangdut. Dangdut koplo adalah salah satu dari aliran musik dangdut yang sedang trend di masyarakat. Beberapa tembang-tembang lawas dangdut booming lagi setelah aransemennya didangdut koplokan. Tidak sampai di situ saja, banyak lagu pop pun di aransement ulang bergaya dangdut koplo. Kesenian yang berkembang di Semarang salah satunya adalah musik dangdut, banyak grup musik dangdut yang tumbuh dan berkembang mengusung genren-ya sendiri-sendiri. Kota Semarang yang termasuk daerah pantura juga muncul grup-grup dangdut besar, antara lain Bhaladika, Renata, Sagita dan Sakuntala. Pada awalnya grup dangdut tersebut banyak memainkan musik dangdut klasik atau asli namun dengan seiring perkembangan jaman musisi-musisi daerah kota Semarang juga lebih kreatif dalam mengemas musik-musik dangdut dengan cara mengkolaborasikan lagu-lagu yang berirama lain, dengan mudah dan cepat diaransir menjadi lagu yang diiringi oleh musik dangdut koplo. Salah satu grup yang masih eksis dan selalu berkembang dalam penampilannya adalah grup musik Bhaladika. Hasil wawancara peneliti dengan pemimpin grup musik dangdut Bhaladika, yaitu Bapak Sukamto, para musisi dan pemainnya bahwa asal usul berdirinya grup musik dangdut Bhaladika, berawal dari kebiasaan anakanak muda yang sedang berkumpul. Kegiatan mereka dilaksanakan pada malam hari, rata-rata mereka adalah pemain musik dari berbagai tempat di kota Semarang. Pada awalnya pada tahun 2000 dibuat kesepakatan untuk membuat orkes melayu dengan nama Mogista. Pemain Mogista pada saat itu berprofesi dari berbagai kalangan, dari pekerja pabrik dan swasta. Seiring dengan waktu perjalanan grup Mogista mengalami beberapa pergantian personil, ada beberapa kendala yang membuat pasang surut kemajuannya. Hingga pada akhirnya pada tanggal 1 Maret tahun 2003 terbentuklah grup baru yang bernama Bhaladika yang notabene adalah penyempurnaan dari grup sebelumnya. Kemajuan itu berupa skill atau kemampuan bermusik dangdut dari para personilnya yang boleh dikatakan mumpuni dalam bidangnya. Bapak Sukamto selaku pendiri grup Bhaladika adalah seorang yang berprofesi sebagai tentara Arhanud. Bertempat di rumah asrama Yon Arhanud Kesatrian Jatingaleh Semarang dan kemampuan beliau memanajemen grup dangdut hingga sekarang grup Bhaladika tetap eksis di kota Semarang banyak job dari orang punya hajat hingga instansi pemerintah. Sebagai event tahunan Pemkot Semarang, grup Bhaladika selalu dipercaya untuk menghibur warga kota Semarang dalam rangka acara Great Sale yang dipusatkan di lapangan Pancasila Simpanglima Semarang. Selain itu kontrak dengan pihak swasta seperti produk motor dan rokok banyak berdatangan untuk kontrak kerja dengan grup Bhaladika. Grup musik Bhaladika pada awal pemunculannya banyak memainkan lagu-lagu dangdut biasa, contohnya Bimbang, Cuma Kamu, Permohonan, Merana dan masih banyak lagi lagu dangdut yang menjadi permintaan masyarakat pecinta dangdut pada masa itu. Seiring perjalanan waktu grup Bhaladika mulai memainkan music dangdut yang berkolaborasi dengan jenis musik yang lain, antara lain pop dut, rock dut, jaipong dut dan dangdut koplo. Menurut Sukamto pimpinan Bhaladika sekitar awal tahun 2000-an memang sudah banyak memainkan musik dengan genre dangdut yang beda, hal itu memang karena tuntutan dari pasar dan yang terpenting adalah permintaan penonton. Sebagai grup yang profesional Bhaladika selalu mengikuti perkembangan permintaan lagu agar penonton puas dan tidak 11

kecewa karena lagu yang menjadi permintaan mereka tidak terpenuhi. Sukamto sebagai informan peneliti juga menambahkan bahwa adanya permintaan dangdut koplo adalah berpangkal dari peredaran VCD bajakan musik dangdut koplo yang dijual bebas, murah dan harganya terjangkau oleh penikmat musik dangdut. Video dangdut bajakan tersebut rata-rata berisi penampilan grup dangdut dari Jawa Timur seperti OM Palapa, OM Sera dan OM Monata. Sukamto menegaskan lagu-lagu dangdut koplo yang sekarang ini lagi nge-trend berkiblat pada grup dangdut yang ada di Jawa Timur tersebut yang penyebarannya lewat penjualan VCD bajakan. Hasil wawancara dengan Moch Muttaqin seorang peneliti dangdut dari UNNES mengatakan bahwa maraknya dangdut koplo di Semarang dewasa ini adalah karena adanya perubahan sosial budaya masyarakat Semarang yang berkembang. Kebutuhan masyarakat Semarang akan hiburan khususnya musik dangdut memang sangat tinggi, hal itu bisa dilihat dari pemusatan hiburan yang selalu ramai oleh penonton. Adanya selera masyarakat yang selalu berubah sesuai tuntutan jaman dan perkembangan IPTEK membuat musik dangdut di Semarang semakin marak terutama tuntutan jenis lagu-lagu koplo. Hal itu tidak terlepas juga dari perkembangan industri musik sekarang ini, adanya ikon-ikon dangdut seperti Ayu Ting-Ting ternyata bisa membuat musik dangdut rancak semakin digemari oleh masyarakat dari semua kalangan. Dangdut koplo sebagai cermin ekspresi masyarakat Pantura. Dangdut koplo pada awalnya adalah musik dari Jawa Timur, namun dalam perkembanganya musik ini tersebar luas di masyarakat Pantura termasuk kota Semarang. Hampir setiap waktu masyarakat Pantura tidak bisa meninggalkan musik yang satu ini. Peringatan-peringatan hari besar merupakan saat yang tidak boleh dilewatkan untuk mempertunjukan dangdut koplo atau orkes, seperti kebanyakan orang pantura menyebutnya. Bahkan hampir setiap hajatan pribadi dimeriahkan oleh musik ini. Tidak heran jika sepanjang jalur Pantura muncul kafe-kafe, tempat karaoke yang menyediakan fasilitas hanya untuk menikmati dangdut koplo ini. Dangdut koplo juga menjadi sarana politik di banyak tempat. Jangan heran jika suasana kampanye pemilihan kepala daerah atau pemilu legislatif dan presiden di daerah Pantura sering diramaikan oleh panggung pertunjukan seni yang besar bagi pertunjukan dangdut koplo. Begitu dekatnya dangdut koplo dengan masyarakat setempat maka para politisi di daerah pantura sering menggunakan dangdut koplo sebagai magnet dalam mengumpulkan masa dengan masingmasing tujuan politiknya. Bagi banyak orang musik dangdut adalah jenis hiburan rakyat yang buta status sosial. Lagu dangdut adalah lagu rakyat dengan iringan musik Melayu yang dapat mempererat keberagaman masyarakat. Meski begitu saat ini dangdut koplo merupakan transisi musik dangdut ke arah yang lebih modern. Namun modernitas itu juga dipahami dengan aksi erotis dari penyanyi grup musik dangdut atau Orkes Melayu diatas pentas. Hal ini dapat dilihat di beberapa Video Dangdut Koplo Hot yang dijual bebas di beberapa toko kaset atau kios pinggir jalan. Sangat tampak di video dangdut koplo tersebut penyanyi dengan busana minim dan seksi ditambah aksi goyangan yang tentunya mengalahkan kualitas suara mereka, mementaskan pertunjukan dangdut dengan disaksikan oleh anak-anak kecil dengan jarak pandang yang cukup dekat. Pada akhirnya dangdut koplo dekat sekali dengan wanita-wanita yang seksi dengan goyang yang cukup erotis. Semakin panas goyangan dangdut maka semakin banyak pula uang saweran yang keluar dari para penonton. Munculnya dangdut koplo di masyarakat, tentu tidak lepas dari faktor sosialnya. Dangdut koplo yang muncul dalam masyarakat merupakan bagian dari cerminan sehari-hari masyarakat, khususnya di wilayah pantura. Dalam konteks historis-geografis Pantura, yang membentang dari Banten sampai Surabaya, merupakan pelabuhan-pelabuhan besar yang digunakan untuk perdagangan, perikanan maupun pelayaran antar pulau. Jadi tidak heran jika sampai sekarang Pantai Utara Jawa lebih ramai dari Pantai Selatan. Selain itu Pantai Utara, sejak zaman penjajahan Belanda telah memiliki jalan raya yang disebut jalur pantura, yang sampai sekarang masih ramai karena merupakan satu-satunya akses yang dapat dilalui dengan mudah antara ujung Jawa Barat dengan ujung Jawa Timur. Hiruk-pikuk masyarakat Pantura dalam aktivitas pekerjaanya membuat masyarakat di sana membutuhkan hiburan yang fresh untuk menggugah semangat kerjanya kembali, karena sebagian besar dari mereka adalah pekerja keras. Faktor-aktor tersebutlah yang mendorong seniman pantura untuk selalu berinovasi untuk menciptakan hiburan yang menarik yang dapat dijangkau oleh masyarakat. Simpulan Pembahasan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut. Pertama, menyoroti sisi perkembangan musik dangdut secara musikologi, dapat 12

dikatakan bahwa di dalam perkembangannya ditemukan adanya hal-hal yang berubah dan tetap. Secara musikologis bahwa umumnya komposisi musik dangdut koplo terdiri atas bagian utama dan tambahan. Dilihat dari bentuknya, bagian utama komposisi musik dangdut koplo umumnya menggunakan bentuk lagu tiga bagian dengan skema: A, B, A ; A, A, B, A ;A, A, B, B, A, atau A, B, C. Selanjutnya, bagian tambahan komposisi musik dangdut terdiri atas bagian introduksi, interlude, dan koda. Pada aspek instrumen ada penambahan alat musik dangdut seperti drum set; adanya perubahan dalam pembawaan gitar, keyboard, kendang, pada jenis-jenis musik dangdut koplo. Bentuk dan harmoni musik dangdut asli dan dangdut koplo adalah sama yaitu urutan intro, interlude dan coda. Untuk instrumen perbedaan dari dangdut asli ke dangdut koplo adalah adanya penambahan 1 (satu) alat musik yaitu Drums set. Perbedaan yang mencolok antara keduanya adalah pada pola permainan instrumennya. Ciri khas musik dangdut koplo adalah didominasi oleh permainan kendang yang rancak. Yang membuat berbeda dangdut koplo dengan dangdut biasa adalah komposisi musiknya yang lebih ngoplo. Sementara itu, beberapa hal yang dianggap masih tetap melekat dalam arti tidak berubah adalah gaya pembawaan vokal dangdut, gaya pembawaan suling dan gitar bass yang secara khusus dibawakan di dalam musik dangdut jenis koplo. Kedua, Musik dangdut sebagai bagian dari seni dan mengalami perubahan dalam konteks perubahan sosial budaya kota Semarang. Sebagai kota perdagangan dan jasa Semarang kaya akan seni dan budaya termasuk didalamnya adalah grup musik dangdut Bhaladika yang dikatakan populer di masyarakat kota Semarang, hal itu bisa dilihat dari setiap pertunjukannya yang ditonton oleh banyak orang baik anak-anak maupun remaja dan dewasa. Daftar Pustaka Frederick, William H. 2009. Goyang Dangdut Rhoma Irama: Aspek-aspek Kebudayaan Pop Indonesia Kontemporer Dalam Buku Lifestyle: Kebudayaan Pop dalam Masyarakat Komoditas Indonesia. Bandung. Jalasutra Miles, H B. dan Heberman A M. 1992. Analisis Data Kualitatif (terj. Tjetjep Rohendi Rohidi). Jakarta: UI Press. Muttaqin, Moh. 2003. Musik Dangdut : Sebuah Kajian Musikologis. UGM, Yogyakarta. Muttaqin, Moh. 2006. Musik Dangdut dan Keberadaannya di Masyarakat : Tinjauan dari Segi Sejarah dan Perkembangannya. Jurnal Harmonia. VII:2 Nahari, Inty. 2006. Pergeseran Gaya berpakaian Artis Dangdut Indonesia Kurun Waktu 1960-an s.d. 2000-an Tesis, dalam kumpulan Abstrak Tesis- Disertasi 2006.SPS.FSRD ITB, hal 886. Paper, Susan dan Sawong Jabo, Musik Indonesia dari tahun 1950-an hingga 1980-an, PrismaXVI:5 Rohidi, Tjetjep Rohendi 2011. Metodologi Penelitian Seni. Semarang: Cipta Prima Nusantara. Rohidi, Tjetjep Rohendi. 2000. Ekspresi Seni Orang Miskin, Bandung: Yayasan Nuansa Cendekia. ---------. 2000. Kesenian dalam Pendekatan kebudayaan. Bandung: STISI Bandung. Saputra, Eka Suryana. 2012. Budaya Populer di Indonesia : Mencairnya Identitas Pasca-Orde Baru. Bandung: Jalasutra. Sorokin, Pitirim, 1937, Social and Cultural Dynamics, American Book, University of Michigan Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Weintraub, Andrew. 2010. Dangdut Stories : A Social and Musical History of Indonesia s Most Popular Music. United State Of America : Oxford University Weintraub, Andrew. 2012. Dangdut : Musik, Identitas, dan Budaya Indonesia. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia (KPG). 13