FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

dokumen-dokumen yang mirip
Perilaku Ibu Dengan Kejadian Gizi Kurang Pada Balita. Mother Relationship With Events Nutrition Behavior In Children

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Oleh : Januariska Dwi Yanottama Anggitasari J

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

PENDAHULUAN. Ridha Hidayat

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2

Keywords: Attitude of mother, diarrhea, participation mother in posyandu

Kata Kunci : Diare, Anak Balita, Penyediaan Air Bersih, Jamban Keluarga

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT RUMAH TANGGA DENGAN KEJADIAN DIARE DI DESA RANOWANGKO KECAMATAN TOMBARIRI KABUPATEN MINAHASA TAHUN

HUBUNGAN PENANGANAN SAMPAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS INGIN JAYA KABUPATEN ACEH BESAR

STUDI KASUS KEJADIAN DIARE PADA ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAYANAN TAHUN 2015

PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI DI WILAYAH KERJA POSYANDU MELATI KELURAHAN TLOGOMAS MALANG ABSTRAK

FAKTOR RISIKO DENGAN PERILAKU KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI

PERILAKU DENGAN KEJADIAN CHIKUNGUNYA Behavior with Chikungunya Atat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kapuas Raya Sintang

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan balita. United Nations Children's Fund (UNICEF) dan

Hubungan Pengetahuan Dan Pendidikan Ibu Dengan Pertumbuhan Balita DI Puskesmas Plaju Palembang Tahun 2014

ARTIKEL ILMIAH. Disusun Oleh : TERANG AYUDANI J

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DENGAN KEJADIAN DIARE DI KELURAHAN GOGAGOMAN KECAMATAN KOTAMOBAGU BARAT TAHUN 2015

HUBUNGAN FREKUENSI JAJAN ANAK DENGAN KEJADIAN DIARE AKUT. (Studi pada Siswa SD Cibeureum 1 di Kelurahan Kota Baru) TAHUN 2016

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) SEKOLAH MEMBUANG SAMPAH PADA TEMPATNYA DI SD GMIM 20 MANADO.

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA.

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 3,5% (kisaran menurut provinsi 1,6%-6,3%) dan insiden diare pada anak balita

PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN DAN PERILAKU TERHADAP KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI TABUK KABUPATEN BANJAR

Riki Nur Pratama. Universitas Diponegoro. Universitas Diponegoro

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4,48 Ha yang meliputi 3 Kelurahan masing masing adalah Kelurahan Dembe I, Kecamatan Tilango Kab.

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

Analisis Sarana Dasar Kesehatan Lingkungan yang Berhubungan dengan Kejadian Diare pada Anak Balita di Kecamatan Gading Cempaka Kota Bengkulu

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Mencapai derajat Sarjana Kedokteran. Diajukan Oleh : JONATHAN EKO A J FAKULTAS KEDOKTERAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN IBU BALITA DALAM KEGIATAN POSYANDU DI POSYANDU NUSA INDAH DESA JENAR KECAMATAN JENAR KABUPATEN SRAGEN

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN MALALAYANG 2 LINGKUNGAN III

ABSTRAK. Kata Kunci: Karakteristik Umum Responden, Perilaku Mencuci Tangan, Diare, Balita

Manuscript KUKUH UDIARTI NIM : G2A Oleh :

CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL Volume 1. No 2 OKTOBER Joni Periade a,b*, Nurul Khairani b, Santoso Ujang Efendi b

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS UNGARAN KABUPATEN SEMARANG ARTIKEL

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) dalam Buletin. penyebab utama kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%,

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERAN PETUGAS DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA IBU PEKERJA YANG MEMPUNYAI BAYI DI WILAYAH PUSKESMAS RAWASARI TAHUN

ANALISIS DISTRIBUSI PENYAKIT DIARE DAN FAKTOR RESIKO TAHUN 2011 DENGAN PEMETAAN WILAYAH DI PUSKESMAS KAGOK SEMARANG

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita terhadap Tindakan Imunisasii Dasar Lengkap di Kelurahan Lambung Bukit Kota Padang Tahun 2014

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-journal) Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: )

Volume 3 / Nomor 2 / November 2016 ISSN : HUBUNGAN PEKERJAAN IBU MENYUSUI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS MOJOLABAN SUKOHARJO

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DIDUGA AKIBAT INFEKSI DI DESA GONDOSULI KECAMATAN BULU KABUPATEN TEMANGGUNG


ABSTRAK GAMBARAN BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INSIDENSI DIARE PADA BALITA DI RSU SARASWATI CIKAMPEK PERIODE BULAN JULI 2008

HUBUNGAN PERAN BIDAN DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS COLOMADU 1

Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA FACTORS INFLUENCES WITH DIARHEA IN THE CHILDREN UNDER FIVE

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi

HUBUNGAN PENGETAHUAN ANAK TENTANG MAKANAN JAJANAN DENGAN KEJADIAN DIARE DI SDN 001 TERATAK KECAMATAN RUMBIO JAYA TAHUN 2015

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN CARA MENYUSUI YANG BENAR PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MUARA BUNGO I KABUPATEN BUNGO TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Penyakit diare merupakan salah satu penyebab. mortalitas dan morbiditas anak di dunia.

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi. Kata Kunci : Pengetahuan,Pekerjaan,Pendidikan,Pemberian ASI Eksklusif

Hubungan Kejadian Diare Dengan Pemberian Susu Formula Pada Bayi Umur 0-1 Tahun Di Wilayah Kerja Puskesmas Banjarbaru Tahun 2013

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) MASYARAKAT DI LINGKUNGAN VII KELURAHAN SEI SIKAMBING B MEDAN SUNGGAL

Hubungan Antara Sanitasi Lingkungan dan Personal Hygiene Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Mangkang Tahun 2014

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DALAM PENCEGAHAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI KELURAHAN KARANG TENGAH KECAMATAN SRAGEN KABUPATEN SRAGEN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS JATIBOGOR TAHUN 2013

HUBUNGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE IBU DAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA KARANGSAMBUNG KABUPATEN KEBUMEN

Anis Fitriyani 1, Nuke Devi Indrawati 1

Relation between Indoor Air Pollution with Acute Respiratory Infections in Children Aged Under 5 in Puskesmas Wirobrajan

Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado

Surahma Asti Mulasari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat

Jurnal Darul Azhar Vol 5, No.1 Februari 2018 Juli 2018 : 17-22

Kata Kunci : Kelambu, Anti Nyamuk, Kebiasaan Keluar Malam, Malaria

ABSTRAK PENGARUH PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU IBU TERHADAP TINGGINY A ANGKA KEJADIAN DIARE PADA BALIT A DI PUSKESMAS SALAM KODY A BANDUNG TAHUN 2002

Kata kunci : Malaria, penggunaan anti nyamuk, penggunaan kelambu, kebiasaan keluar malam

HUBUNGAN KEPEMILIKAN JAMBAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA JATISOBO KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN SUKOHARJO

HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN ASI DAN MP-ASI DENGAN PERTUMBUHAN BADUTA USIA 6-24 BULAN (Studi di Kelurahan Kestalan Kota Surakarta)

Kata Kunci : Pengetahuan, sikap,dukungan petugas kesehatan,asi eksklusif

HUBUNGAN SIKAP IBU TENTANG SANITASI BOTOL SUSU DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK USIA 1-5 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIMAHI SELATAN

HUBUNGAN KUNJUNGAN KEHAMILAN DAN KUNJUNGAN NIFAS DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI KOTA PADANG

Muhammadiyah Semarang ABSTRAK ABSTRACT

The Effect of House Environment on Pneumonia Incidence in Tambakrejo Health Center in Surabaya

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU TERHADAP PENGGUNAAN ZINC DALAM TERAPI DIARE PADA ANAK BALITA DI APOTEK PLATUK JAYA SURABAYA

*Fakultas Kesehatan Masyarakat

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Diare Pada Balita di Kelurahan Jaya Mekar Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BAYI. Nurlia Savitri

Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, Tindakan, Sanitasi Lingkungan

Secara umum seluruh keluarga contoh termasuk keluarga miskin dengan pengeluaran dibawah Garis Kemiskinan Kota Bogor yaitu Rp. 256.

Healthy Tadulako Journal (Enggar: 57-63) 57

BAB I PENDAHULUAN. prasarana kesehatan saja, namun juga dipengaruhi faktor ekonomi,

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TERHADAP KEPATUHAN PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DI DESA MOROREJO KALIWUNGU KABUPATEN KENDAL

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA TERHADAP PENANGANAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

HUBUNGAN PAPARAN MEDIA INFORMASI DENGAN PENGETAHUAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE PADA IBU-IBU DI KELURAHAN SAMBIROTO SEMARANG

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN ASI DENGAN CAKUPAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DI

Faktor Lingkungan Berhubungan dengan Kejadian Diare Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Muaradua Kabupaten Oku Selatan

HUBUNGAN SANITASI DASAR RUMAH DAN PERILAKU IBU RUMAH TANGGA DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA BENA NUSA TENGGARA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kualitas lingkungan dapat mempengaruhi kondisi individu dan

Kata Kunci : Tingkat Pengetahuan, Orang Tua, Balita, Zinc

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU CUCI TANGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK SD

Transkripsi:

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA RELATED FACTORS TO THE INSIDENCE OF DIARRHEA IN TODDLERS Antonius Yafit Program Studi Kesehatan Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kapuas Raya Sintang Abstrak Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan dan penyebab kematian pada balita. Prevalensi kejadian diare pada Mau Kabupaten Sintang tahun 2013 sebanyak 28 kasus dari dari 77 balita atau (36,36%). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita di Desa Nanga Tikan Wilayah Kerja Puskesmas Nanga Mau Kabupaten Sintang. Metode penelitian ini menggunakan rancangan survei analitik dengan pendekatan cross sectional. Subjek penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki balita dengan populasi 77 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan metode sensus untuk seluruh populasi yang ada. Hasil penelitian menunjukan bahwa 59.7% balita yang pernah mengalami diare, 48.1% responden memiliki pengetahuan kurang baik, 53.2% responden memiliki sikap kurang baik, 50.6% responden memiliki praktik kurang baik, 51.9% responden memiliki sumber air minum yang tidak memenuhi syarat, 53.2% responden yang tidak memiliki jamban dan 61% responden yang tidak memiliki tempat sampah. Uji statistik menggunakan Chi Square dengan bantuan software statistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan (p=0.012), sikap (p=0.020), praktik (0.004), sumber air minum (p=0.032), kepemilikan jamban (p=0.020) dengan kejadian diare pada balita dan tidak ada hubungan antara kondisi pembuangan sampah (p=1.000) dengan kejadian diare pada balita. Bagi Puskesmas perlu dilakukan upaya seperti penyuluhan tentang penyakit diare, bagi ibu yang memiliki balita tindakan membuang sampah pada tempatnya, membuang kotoran bayi pada jamban, mencuci tangan sebelum dan setelah melakukan kegiatan, tidak menghentikan pemberian ASI pada balita hingga berusia 6 bulan agar sistem kekebalan tubuh balita lebih baik. Kata kunci : Diare, Balita, Perilaku dan Sanitasi Lingkungan Abstract Diarrhea disease remains health concern and cause of death in toddlers. The prevalence of diarrhea in toddlers in Nanga Tikan village, PHC of Nanga Mau work area Sintang regency year 2014 are 28 case 77 toddlers (36.36%). The purpose of this research is to determine the factors associated with the incidence of diarrhea in children under five in the Related Factors To The Insidence Of Diarrhea In Toddlers in Nanga Tikan Village, PHC Of Nanga Mau Work Area Sintang Regency Year 2014. This research method uses an analytic survey design with cross sectional approach. The subjects were all mothers who have children with a population of 77 people. The sampling technique used in this study is using the census for the entire population. The results showed that 59.7% of infants who had experienced diarrhea, 48.1% of respondents had poor knowledge, 53.2% of respondents had a poor attitude, 50.6% of respondents had less good practice, 51.9% of respondents have a drinking water source are not eligible, 53.2% respondents who do not have latrines and 61% of respondents who do not have a trash can. Statistically using Chi Square test with the help of statistical software. The results showed that there is a relationship between knowledge (p = 0.012), attitude (p = 0.020), practice (0.004), the source of drinking water (p = 0.032), latrine pusessron (p = 0.020) and the incidence of diarrhea in infants and no the relationship between waste disposal conditions (p = 1.000) and the incidence of diarrhea in infants. For health centers need to take, such as counseling on diarrheal diseases, for mothers who have children throwing away trash in its place, removing baby poop on the toilet, wash hands before and after doing the activities, do not stop breastfeeding in infants up to 6 months old so that the immune system toddlers better. Key Words : Diarrhea, Toddlers, Behavior and Environmental Sanitation Pendahuluan Tujuan pembangunan Nasional di bidang kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai oleh penduduk yang hidup dengan perilaku dan dalam lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil, merata, serta memiliki derajat kesehatan yang optimal di seluruh wilayah Indonesia. Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut dilakukan upaya-upaya kesehatan. Salah satu upaya kesehatan yang dilakukan pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan yang optimal adalah Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular. Program Pemberantasan penyakit menular yang sampai saat ini masih menjadi program pemerintah di antaranya adalah program pemberantasan penyakit diare yang bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit diare, menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit diare. Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan bagi masyarakat Indonesia. Tingginya angka kesakitan karena diare banyak kematian terutama pada bayi dan anak balita. Balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit, utamanya penyakit infeksi (Notoatmodjo, 2007). Salah satu penyakit infeksi pada balita adalah diare. Diare lebih dominan menyerang balita karena daya tahan tubuh balita yang masih lemah sehingga balita sangat rentan terhadap penyebaran virus penyebab diare. Diare adalah suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya, ditandai dengan peningkatan volume keenceran, serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari pada anak dan pada bayi lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir darah Depkes (2010). Diare tetap menjadi salah satu penyebab utama kematian pada anak balita secara global. Perkirakan 6,9 juta kematian anak 11 persen kematian atau lebih dari 750.000 kematian anak disebabkan oleh diare. Ini membunuh anak-anak lebih dari AIDS dan malaria dan campak digabungkan (Unicef, 2013) Menurut Ditjen Bina Upaya Kesehatan, Kemenkes RI, 2012 angka kesakitan akibat diare mencapai 9.739.163 kasus dan yang ditangani adalah 2.301.424 kasus atau 35,5%. Sementara untuk Kalimantan Barat sendiri menurut Profil Kesehatan pada tahun 2011 perkiraan terjadinya Penyakit diare mencapai 199.113 kasus, pada tahun 2012 penyakit diare mencapai 98.075 kasus dan yang ditangani mencapai 93.566 kasus atau 95.4%. Berdasarkan Profil Kesehatan Kabupaten Sintang tahun 2012 diare masih menjadi masalah kesehatan dengan angka kesakitan mencapai 11.259 kasus atau 138.9% dan 2013 tercatat 11.228 kasus. Puskesmas Nanga Mau merupakan salah satu puskesmas dengan angka kejadian diare paling tinggi pada tahun 2012

mencapai 2.063 kasus, terjadi peningkatan menjadi 2.572 kasus ditahun 2013. Kategori usia 1-4 terdapat 739 kasus pada tahun 2012 dan meningkat menjadi 877 kasus ditahun 2013 (Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sintang, 2013). Desa Nanga Tikan adalah salah satu desa yang berada di wilayah kerja Puskesmas Nanga Mau, Kecamatan Kayan Hilir, Kabupaten Sintang merupakan daerah dengan kasus kejadian diare tertinggi kategori umur 1-4 yaitu 28 kasus dari dari 77 balita atau 36,36% pada tahun 2013 (Laporan Pengamatan Penyakit Khusus Puskesmas Nanga Mau, Kecamatan Kayan Hilir, Kabupaten Sintang, 2013). Metode Metode penelitian ini menggunakan rancangan survei analitik dengan pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk melihat hubungan antara beberapa variabel yaitu variabel independen dan variabel dependen dimana variabel diamati secara bersamaan dan waktu yang sama. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki yang bertempat tinggal di Desa Nanga Tikan Wilayah kerja Puskesmas Nanga Mau, Kecamatan Kayan Hilir, Kabupaten Sintang Tahun 2014 yaitu sebanyak 77 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan metode sensus dengan mengambil semua populasi yang ada, sampel berjumlah 77 orang. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah : kuesioner, lembar Check list, alat tulis dan kamera digital. Hasil Analisis Univariat Tabel 1. Distribusi Frekuensi Pengetahuan, Sikap, Praktik, Sumber Air Minum, Kepemilikan dan Kondisi Pembuangan Sampah dengan Kejadian Diare Pada Balita di Desa Nanga Tikan Wilayah Kerja Puskesmas Nanga Mau Kabupaten Sintang Tahun 2014. Kejadian Diare Pada Balita (n) (%) Pernah 46 59.7 pernah 31 40.3 Pengetahuan (n) (%) Baik 40 51.9 Kurang Baik 37 48.1 Sikap (n) (%) Baik 36 46.8 Kurang Baik 41 53.2 Praktik (n) (%) Baik 38 49.4 Kurang Baik 39 50.6 Sumber Air Minum (n) (%) Memenuhi Syarat 37 48.1 Memenuhi Syarat 40 51.9 Kepemilikan (n) (%) 36 46.8 41 53.2 Kondisi Pembuangan Sampah (n) (%) Tempat Sampah 30 39 Tempat Sampah 47 61 Berdasarkan tabel 1 memberikan gambaran bahwa balita yang pernah mengalami diare dalam enam bulan terakhir yaitu sebesar (59.7%) sebanyak 46 balita dan yang tidak pernah mengalami diare dalam enam bulan yaitu sebesar (40.3%) sebanyak 31 balita, responden yang berpengetahuan baik sebesar (51.9%) sebanyak 40 responden dan responden yang berpengetahuan kurang baik sebesar (48.1%) sebanyak 37 responden, yang bersikap kurang baik yaitu sebesar (53.2%) sebanyak 41 responden dan yang bersikap baik sebesar (46.8%) sebanyak 36 responden, yang memiliki praktik kurang baik sebesar (50.6%) sebanyak 39 responden dan yang memiliki praktik baik sebesar (49.4%) sebanyak 38 responden, yang memiliki sumber air minum yang tidak memenuhi syarat sebesar (51.9%) sebanyak 40 responden dan yang memiliki sumber air minum yang memenuhi syarat yaitu sebesar (48.1%) sebanyak 37 responden, yang tidak memiliki jamban yaitu sebesar (53.2%) sebanyak 41 responden dan yang memiliki jamban sebesar (46.8%) sebanyak 36 responden serta responden yang tidak memiliki tempat sampah sebesar (60%) sebanyak 47 responden dan memiliki tempat sampah yaitu sebesar (39%) sebanyak 30 responden. Analisis Bivariat Tabel 2. Hubungan Pengetahuan, Sikap, Praktik, Sumber Air Minum, Kepemilikan dan Kondisi Pembuangan Sampah dengan Kejadian Diare Pada Balita di Desa Nanga Tikan Wilayah Kerja Puskesmas Nanga Mau Kabupaten Sintang Tahun 2014. Kejadian Diare Pada Balita Total OR Variabel Pernah Pernah 95% (CI) F % F % F % Pengetahuan Baik 22 55 18 45 40 100 3.802 Kurang Baik 9 24.3 28 75.7 37 100 (1.433-10.088) Sikap Baik 20 55.6 16 44.4 36 100 3.409 Kurang Baik 11 26.8 30 73.2 41 100 (1.314-8.847) Praktik Baik 22 57.9 16 42.1 38 100 4.583 Kurang Baik 9 23.1 30 76.9 39 100 Sumber Minum Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Air Kepemilikan Kondisi Pembuangan Sampah tempat sampah memiliki tempat (1.712-12.269) 20 54.1 17 45.9 37 100 3.102 (1.201-11 27.5 29 72.5 40 100 8.008) 20 55.6 16 44.4 36 100 3.409 (1.314-11 26.8 30 73.2 41 100 8.847) 12 40 18 60 30 100 0.982 (0.386-2.501) 19 40.4 28 59.6 47 100 P Value 0.012 0.020 0.004 0.032 0.020 1.000 sampah Berdasarkan tabel 2 menunjukan bahwa hasil uji statistik untuk variabel pengetahuan diperoleh nilai p-value = 0,012 artinya ada hubungan antara pengetahuan responden dengan kejadian diare pada balita di Desa Nanga Tikan Wilayah Kerja Puskesmas Nanga Mau Kabupaten Sintang tahun 2014. Kondisi ini didukung oleh nilai Odds Ratio (OR) dengan confidence interval (CI) = 3.802 artinya responden yang pengetahuan kurang baik berisiko 3.802 kali terkena diare pada balita dibandingkan

dengan responden yang pengetahuan baik. Hasil uji statistik pada variabel sikap diperoleh nilai p-value = 0.020 artinya ada hubungan yang bermakna antara sikap responden dengan kejadian diare pada balita di Desa Nanga Tikan Wilayah Kerja Puskesmas Nanga Mau Kabupaten Sintang tahun 2014. Fakta ini diperkuat oleh nilai Odds Ratio (OR) dengan confidence interval (CI) = 3.409 artinya responden yang sikapnya kurang baik berisiko 3.409 kali terkena diare pada balita dibandingkan dengan responden yang sikapnya baik. Hasil uji statistik pada variabel praktik diperoleh nilai p-value = 0,004 artinya ada hubungan antara praktik responden dengan kejadian pada balita di Desa Nanga Tikan Wilayah Kerja Puskesmas Nanga Mau Kabupaten Sintang Tahun 2014. Fakta ini diperkuat oleh nilai Odds Ratio (OR) dengan confidence interval (CI) = 4.583 artinya responden yang praktiknya kurang baik, berisiko 4.583 kali mengalami kejadian diare pada balita dibandingkan responden yang praktiknya baik. Hasil uji statistik pada variabel sumber air minum diperoleh nilai p-value = 0,032 artinya ada hubungan antara sumber air minum yang dikonsumsi dengan kejadian diare pada Mau Kabupaten Sintang Tahun 2014. Fakta ini diperkuat oleh nilai Odds Ratio (OR) dengan confidence interval (CI) = 3.102 artinya dapat disimpulkan bahwa responden yang mengkonsumsi air minum yang tidak memenuhi syarat berisiko 3.102 kali mengalami kejadian diare pada balita dibandingkan responden yang mengkonsumsi air minum yang memenuhi syarat. Hasil uji statistik pada variabel kepemilikan jamban diperoleh nilai p-value = 0,020 artinya ada hubungan antara kepemilikan jamban dengan kejadian pada balita di Desa Nanga Tikan Wilayah Kerja Puskesmas Nanga Mau Kabupaten Sintang Tahun 2014. Fakta ini diperkuat oleh nilai Odds Ratio (OR) dengan confidence interval (CI) = 3.409 artinya responden yang tidak memiliki jamban berisiko 3.409 kali mengalami kejadian diare pada balita dibandingkan responden yang memiliki jamban. Hasil uji statistik pada variabel kondisi pembuangan sampah diperoleh nilai p- value = 1.000 artinya tidak ada hubungan antara kondisi pembuangan sampah dengan kejadian pada balita di Desa Nanga Tikan Wilayah Kerja Puskesmas Nanga Mau Kabupaten Sintang Tahun 2014. Fakta ini diperkuat oleh nilai Odds Ratio (OR) dengan confidence interval (CI) = 0.982 artinya responden yang tidak memiliki tempat berisiko 0.982 kali mengalami kejadian diare pada balita dibandingkan responden yang memiliki tempat sampah. Pembahasan Hubungan antara pengetahuan dengan Kejadian Diare pada Balita di Desa Nanga Tikan Wilayah Kerja Puskesmas Nanga Mau Kabupaten Sintang Tahun 2014 dengan pengetahuan baik dan tidak pernah mengalami kejadian diare pada balita sebesar (55%) sebanyak 22 responden, yang berpengetahuan baik dan pernah mengalami kejadian diare pada balita sebesar (45%) sebanyak 18 responden sedangkan responden dengan pengetahuan kurang baik dan tidak pernah mengalami kejadian diare pada balita sebesar (24.3%) sebanyak 9 responden, yang berpengetahuan kurang baik dan tidak pernah mengalami kejadian diare pada balita sebesar (75.7%) sebanyak 28 responden. Hasil uji statistik diperoleh nilai p-value = 0,012 artinya ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan kejadian diare pada balita di Desa Nanga Tikan Wilayah Kerja Puskesmas Nanga Mau Kabupaten Sintang tahun 2014. Pengetahuan yang kurang bisa diakibatkan oleh berbagai faktor yang kompleks dan saling mempengaruhi. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, diantaranya pendidikan dapat mempengaruhi seseorang, makin tinggi tingkat pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi sehingga lebih banyak pula pengetahuan yang ia dapatkan dan usia dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang, semakin tua usia seseorang tingkat kemampuan dan kematangan seseorang akan lebih tinggi baik dari cara berfikir maupun dalam segi penerimaan informasi (Notoatmodjo, 2007). Hasil penelitian ini diperkuat dengan penelitian Andela, (2013) yang menyimpulkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan kejadian diare pada balita di Desa Mensiku, Kecamatan Binjai Hulu Kabupaten Sintang dan pengetahuan ibu merupakan faktor risiko kejadian diare dengan nilai p-value =0.025. Hasil penelitian lainnya yang pernah dilakukan oleh Ginting, (2011) menyatakan bahwa adanya hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Siantan Hulu, Pontianak Kalimantan Barat dan penelitian yang dilakukan Purbasari, 2009 menyatakan adanya hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan kejadian diare pada balita di Puskesmas Kecamatan Ciputat, Tangerang Selatan, Banten. Hubungan antara sikap dengan Kejadian Diare pada Balita Kabupaten Sintang Tahun 2014 dengan sikap kurang baik dan tidak pernah mengalami kejadian diare pada balita sebesar (26.8%) sebanyak 11 responden, yang bersikap kurang baik dan pernah mengalami kejadian diare pada balita sebesar (73.2%) sebanyak 30 responden sedangkan responden dengan sikap baik dan tidak pernah mengalami kejadian diare pada balita sebesar (55.6%) sebanyak 20 responden, yang bersikap baik dan pernah mengalami kejadian diare pada balita sebesar (44.4%) sebanyak 16 responden. Hasil uji statistik diperoleh nilai p-value = 0.020 artinya ada hubungan yang bermakna antara sikap ibu dengan kejadian diare pada Mau Kabupaten Sintang tahun 2014. Menurut Notoatmodjo, (2007:146) menyatakan bahwa Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu, dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Azwar (2007) menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta faktor emosi dalam diri individu. Hasil ini diperkuat oleh penelitian lain juga yang dilakukan oleh Andela, (2013) menunjukan ada hubungan antara sikap ibu dengan kejadian diare pada balita di Desa Mensiku, Kecamatan Binjai Hulu Kabupaten Sintang dengan p=0.005. Hasil penelitian lainnya yang pernah dilakukan oleh Ginting, (2011) menyatakan bahwa adanya hubungan yang bermakna antara sikap ibu dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Siantan Hulu, Pontianak Kalimantan Barat dan penelitian yang dilakukan Purbasari, 2009 menyatakan adanya hubungan antara sikap ibu dengan kejadian diare pada balita di Puskesmas Kecamatan Ciputat, Tangerang Selatan, Banten. Hubungan antara Praktik dengan Kejadian Diare pada Balita Kabupaten Sintang Tahun 2014. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa responden dengan praktik kurang baik dan tidak pernah mengalami kejadian diare pada balita sebesar (23.1%) sebanyak 9 responden, yang memiliki praktik kurang baik dan pernah mengalami kejadian diare pada balita sebesar (76.9%) sebanyak 30 responden sedangkan responden dengan praktik baik dan tidak pernah mengalami kejadian diare pada balita sebesar (57.9%) sebanyak 22 responden, yang memiliki praktinya baik dan pernah mengalami kejadian diare pada balita sebesar (42.1%) sebanyak 16 responden. Hasil uji statistik diperoleh nilai p-value = 0,004

artinya ada hubungan antara praktik ibu dengan kejadian pada Mau Kabupaten Sintang Tahun 2014. Hasil penelitian ini juga diperkuat oleh hasil penelitian Andela, (2013) menyimpulkan bahwa ada hubungan antara praktik ibu dengan kejadian diare pada balita di Desa Mensiku, Kecamatan Binjai Hulu Kabupaten Sintang dengan p=0.005, hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fajrin, 2013 menyatakan ada hubungan bermakna antara praktik ibu dengan kejadian diare pada balita Di kelurahan siantan tengah Pontianak dengan p=0,000 serta penelitian yang dilakukan oleh Marsanti, 2013 menyatakan ada hubungan antara praktek pola asuh ibu dengan Kejadian Diare pada anak usia < 1 tahun di Wilayah Kerja 0,032. Sikap adalah kecenderungan untuk bertindak (praktik). Sikap belum tentu terwujud dalam tindakan, karena untuk terwujudnya tindakan perlu faktor lain, yaitu antara lain adanya fasilitas atau sarana atau prasarana (Notoatmodjo, 2010:55) Praktik adalah setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadapa apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktikan apa yang diketahui atau dinilai baik inilah yang disebut praktik kesehatan (overt behavior) Notoatmodjo (2007). Hubungan antara Sumber Air Minum dengan Kejadian Diare pada Balita di Desa Nanga Tikan Wilayah Kerja Puskesmas yang memiliki sumber air minum yang tidak memenuhi syarat dan tidak pernah mengalami kejadian diare pada balita sebesar (27.5%) sebanyak 11 responden, yang memiliki sumber air minum tidak memenuhi syarat dan pernah mengalami kejadian diare pada balita sebesar (72.5%) sebanyak 29 responden sedangkan responden dengan sumber air minum yang memenuhi syarat dan tidak pernah mengalami kejadian diare pada balita sebesar (54.1%) sebanyak 20 responden, yang memiliki sumber air minum memenuhi syarat dan pernah mengalami kejadian diare pada balita sebesar (45.9%) sebanyak 17 responden. Hasil uji statistik diperoleh nilai p-value = 0,032 artinya ada hubungan antara sumber air minum yang dikonsumsi dengan kejadian diare pada balita di Desa Nanga Tikan Wilayah Kerja Puskesmas Hasil penelitian ini diperkuat dengan penelitian Umiati (2009) menyimpulkan bahwa sumber air minum yang dikonsumsi ada hubungan dengan kejadian diare pada balita dimana nilai p=0,001, hasil penelitian serupa juga dilakukan Marsanti (2013) Hubungan antara Resiko Pencemaran Sumber Air Bersih dengan kejadian diare pada anak usia < 1 tahun di Wilayah Kerja 0,029 serta penelitian yang dilakukan oleh Purba, 2012 menyatakan bahwa ada hubungan antara penyediaan air bersih dengan kejadian kejadian diare pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Matiti Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan dengan (p = 0,016). Sumber air minum utama merupakan salah satu sarana sanitasi yang tidak kalah pentingnya berkaitan dengan kejadian diare, sebagian kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur fekal oral. Mereka dapat ditularkan dengan memasukkan ke dalam mulut, cairan atau benda yang tercemar dengan tinja, misalnya air minum, jari-jari tangan, dan makanan yang disiapkan dalam panci yang dicuci dengan air tercemar (Depkes RI, 2005). Air merupakan hal yang sangat penting bagi manusia. Kebutuhan manusia akan air sangat komplek antara lain untuk minum, masak, mencuci, mandi dan sebagainya, diantara kegunaan-kegunaan air tersebut, yang sangat penting adalah kebutuhan untuk minum. oleh karena itu, untuk keperluan minum (termasuk untuk memasak) air harus mempunyai persyaratan khusus agar air tersebut tidak menimbulkan penyakit bagi manusia termasuk diare, persyaratan air minum yang ideal seharusnya jernih, tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau (Notoatmodjo, 2007). Hubungan antara Kepemilikan dengan Kejadian Diare pada Balita di Desa Nanga Tikan Wilayah Kerja Puskesmas yang tidak memiliki jamban dan tidak pernah mengalami kejadian diare pada balita sebesar (26.8%) sebanyak 11 responden, yang tidak memiliki jamban dan pernah mengalami kejadian diare pada balita sebesar (73.2%) sebanyak 30 responden sedangkan responden yang memiliki jamban dan tidak pernah mengalami kejadian diare pada balita sebesar (55.6%) sebanyak 20 responden, yang memiliki jamban dan pernah mengalami kejadian diare pada balita sebesar (44.4%) sebanyak 16 responden. Hasil uji statistik diperoleh nilai p-value = 0,020 artinya ada hubungan antara kepemilikan jamban dengan kejadian pada balita di Desa Nanga Tikan Wilayah Kerja Puskesmas Hasil penelitian ini diperkuat dengan penelitian Umiati (2009) menyimpulkan adanya hubungan antara kepemilikan jamban keluarga dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Nogosari Kabupaten Boyolali tahun 2009 dimana nilai p=0,018. Sumber air minum tempat pembuangan tinja juga merupakan sarana sanitasi yang penting dalam mempengaruhi kejadian diare. Membuang tinja yang tidak memenuhi syarat sanitasi dapat mencemari lingkungan pemukiman, tanah dan sumber air, dari lingkungan yang tercemar tinja berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat, tidak mencuci tangan dengan sempurna setelah bekerja atau bermain ditanah (anak-anak), melalui makanan dan minuman maka dapat menimbulkan kejadian diare, serta penelitian yang dilakukan oleh Wohangara, 2012 menyatakan bahwa ada hubungan antara kepemilikan jamban sehat dengan kejadian diare balita (12-48 Bulan) di wilayah kerja Puskesmas Tana Rara Kecamatan Loli Kabupaten Sumba Barat Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan p-value: 0, 010. Menurut Notoatmodjo (2007), syarat pembuangan kotoran yang memenuhi aturan kesehatan adalah tidak mengotori permukaan tanah di sekitarnya, tidak mengotori air permukaan di sekitarnya, tidak mengotori air dalam tanah di sekitarnya, kotoran tidak boleh terbuka sehingga dapat dipakai sebagai tempat vektor bertelur dan berkembangbiak. merupakan sarana yang digunakan masyarakat sebagai tempat buang air besar, sehingga sebagai tempat pembuangan tinja, jamban sangat potensial untuk menyebabkan timbulnya berbagai gangguan bagi masyarakat yang ada disekitarnya gangguan tersebut dapat berupa gangguan estetika, kenyamanan dan kesehatan. Hubungan antara Kondisi Pembuangan Sampah dengan Kejadian Diare pada Balita di Desa Nanga Tikan Wilayah Kerja Puskesmas Nanga Mau Kabupaten Sintang Tahun 2014. yang tidak memiliki tempat sampah dan tidak pernah mengalami kejadian diare pada balita sebesar (40.4%) sebanyak 19 responden, yang tidak memiliki tempat sampah dan pernah mengalami kejadian diare pada balita sebesar (59.6%) sebanyak 28 responden sedangkan responden yang memiliki tempat sampah dan tidak pernah mengalami kejadian diare pada balita sebesar (40%) sebanyak 12 responden, yang memiliki tempat sampah dan pernah mengalami kejadian diare pada balita sebesar (60%) sebanyak 18 responden. Hasil uji statistik diperoleh nilai p-value = 1.000 artinya tidak ada hubungan antara kondisi pembuangan sampah dengan kejadian

pada balita di Desa Nanga Tikan Wilayah Kerja Puskesmas Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Marsanti (2013) menyimpulkan tidak ada hubungan antara kondisi jamban dengan pada anak usia < 1 tahun di wilayah kerja 1,000. Sampah Adalah suatu bahan atau benda padat yang sudah tidak dipakai lagi oleh manusia, atau benda padat yang sudah digunakan lagi dalam suatu kegiatan manusia dan dibuang. Menurut definisi World Health Organization (WHO) sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Chandra, 2006:111). Sampah erat kaitannya dengan kesehatan masyarakat, karna dari sampah tersebut akan hidup berbagai mikro organisme penyebab penyakit (Bacteri pathogen) dan juga binatang serangga sebagai pemindah/penyebar penyakit (vector), oleh sebab itu sampah harus dikelola dengan baik sampai sekecil mungkin tidak mengganggu atau mengancam kesehatan masyarakat. (Notoatmodjo, 2007:191). Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada ibu yang memiliki balita di Desa Nanga Tikan Kecamatan Kayan Hilir Kabupaten Sintang Tahun 2014, dapat diambil keseimpulan sebagai berikut : 1. Ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan kejadian diare pada balita di Desa Nanga Tikan Wilayah Kerja Puskesmas Nanga Mau Kabupaten Sintang tahun 2014 dengan hasil analisis statistik menunjukkan nilai p-value = 0.012 2. Ada hubungan antara sikap ibu dengan kejadian diare pada Mau Kabupaten Sintang tahun 2014 dengan hasil analisis statistik menunjukkan nilai p-value = 0.020 3. Ada hubungan antara praktik ibu dengan kejadian pada balita Kabupaten Sintang Tahun 2014 dengan hasil analisis statistik menunjukkan nilai p-value = 0,004 4. Ada hubungan antara sumber air minum yang dikonsumsi dengan kejadian diare pada balita di Desa Nanga Tikan Wilayah Kerja Puskesmas Nanga Mau Kabupaten Sintang Tahun 2014 dengan hasil analisis statistik menunjukkan nilai p-value = 0.032 5. Ada hubungan antara kepemilikan jamban dengan kejadian diare pada balita di Desa Nanga Tikan Wilayah Kerja Puskesmas Nanga Mau Kabupaten Sintang Tahun 2014 dengan hasil uji statatistik menunjukkan nilai p-value = 0,020 6. ada hubungan antara kondisi pembungan sampah dengan kejadian diare pada balita di Desa Nanga Tikan Wilayah Kerja Puskesmas Nanga Mau Kabupaten Sintang Tahun 2014 dengan hasil uji statatistik menunjukkan nilai p- value = 1.000 Daftar Pustaka 1. Arianti Miranti Lestari Fajrin, 2013. Hubungan antara pengetahuan, sikap dan Perilaku ibu mengenai program sanitasi total Berbasis masyarakat terhadap kejadian diare Pada balita Di Kelurahan Siantan Tengah Pontianak. 2. Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. PT Asdi Mahasetya : Jakarta 3. Avicena Sakufa Marsanti, 2013. Faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada Anak usia < 1 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang 4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2005. Buku Pedoman Pelaksanaan Program P2 Diare. Jakarta. 5. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Buku Saku Lintas Diare. Jakarta 6. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2012. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta. 7. Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat. 2012. Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat. 8. Dinas Kesehatan Kabupaten Sintang. 2012. Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sintang 9. Dinas Kesehatan Kabupaten Sintang. 2013. Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sintang 10. Edy Marjuang Purba, 2012. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Anak Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Matiti Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2012 11. Endah Purbasari 2009 Tingkat Pengetahuan, Sikap, Dan Perilaku Ibu Dalam Penanganan Awal Diare Pada Balita Di Puskesmas Kecamatan Ciputat, Tangerang Selatan, Banten : Program Studi Pendidikan Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah : Jakarta 12. Ita Alman Andela, 2013. Hubungan Antara Perilaku Ibu dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Mensiku Hulu, Kecamatan Binjai Hulu : Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKes Kapuas Raya Sintang. 13. Ihsan, 2005. Dasar- Dasar kependidikan. PT Asdi Mahasatya : Jakarta 14. Notoatmodjo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Rineka Cipta : Jakarta 15.. 2010. Promosi Kesehatan. Rineka Cipta : Jakarta 16..2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta : Jakarta 17. Puskesmas Nanga Mau. 2013. Profil Puskesmas Nanga Mau. Kayan Hilir. 18. Umiati 2009. Hubungan Antara Sanitasi Lingkungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Nogosari Kabupaten Boyolali Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah : Surakarta 19. Undang-Undang No 36 tentang Kesehatan tahun 2009 diakses 15 Februari 2013 dari Http//www. Fakta.or..id 20. Olviani Melda Wohangara, 2012. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita (12-48 Bulan) Di Wilayah Kerja Puskesmas Tana Rara Kecamatan Loli Kabupaten Sumba Barat Provinsi Nusa Tenggara Timur 21. Priyatiningsih, 2010. Faktor Lingkungan Dan Perilaku Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas 1 Sokaraja Kabupaten Banyumas 22. Riyanto, 2009. Pengolahan dan Analisis Data Kesehatan. Nuha Madika : Yogjakarta 23. Supartini, 2004 dalam Suprayanto. Konsep Balita(Online) (http://dr-suparyanto.blogspot.com/2011/05/konsep-ibu.html) 24. Srimurni Br Gintin, 2011. Hubungan Antara Kejadian Diare Pada Balita Dengan Sikap Dan Pengetahuan Ibu Tentang PHBS Di Puskesmas Siantan Hulu Pontianak Kalimantan Barat 25. Wawan, A. 2011. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika 26. Choirunisa, 2009. dalam Suprayanto. Konsep Ibu (Online) (http://dr-suparyanto.blogspot.com/2011/05/konsep-ibu.html) 27. UNICEF, 2013 http://www.childinfo.org/diarrhoea.html (Diakses tanggal 04 Juni 2014) 28. Effendy dalam Suprayanto. Konsep Ibu (Online) (http://dr.suparyanto.blogspot.com/2011/05/konsep-ibu.html)