BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. dilakukan, maka kajian pustaka yang telah dijadikan pertimbangan adalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. utama, yaitu fungsi alokasi yang meliputi: sumber-sumber ekonomi dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan yang sebaik mungkin. Untuk mencapai hakekat dan arah dari

BAB I PENDAHULUAN. dengan kata lain Good Governance, terdapat salah satu aspek di dalamnya yaitu

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian (Sukirno 2004:27). Banyak orang memandang bahwa inflasi selalu

BAB I PENDAHULUAN. maupun di sektor swasta, hanya fungsinya berlainan (Soemitro, 1990).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional,

BAB I PENDAHULUAN. industri yang ramah lingkungan juga sering disebut sebagai industri tanpa

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. otonomi berasal dari kata autos dan namos. Autos berarti sendiri dan namos

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi. mendasari otonomi daerah adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. pemeliharaan hubungan yang serasi antara pemerintah pusat dan daerah.

BAB I PENDAHULUAN. dikelola dengan baik dan benar untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

I. PENDAHULUAN. tersebut dibutuhkan sumber-sumber keuangan yang besar. Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. mayoritas bersumber dari penerimaan pajak. Tidak hanya itu sumber

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 23Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan. Oleh karena itu, daerah harus mampu menggali potensi

BAB I PENDAHULUAN. rakyat dalam rangka mewujudkan tujuan dari pembangunan nasional.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan merupakan suatu proses yang berkesinambungan yang

BAB I PENDAHULUAN. daerahnya dari tahun ke tahun sesuai dengan kebijakan-kebijakan yang telah

BAB I PENDAHULUAN. tentang Pemerintahan Daerah, pada Pasal 1 ayat (5) disebutkan bahwa otonomi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan kekayaan daerah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN SLEMAN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem otonomi daerah, terdapat 3 (tiga) prinsip yang dijelaskan UU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengertian PAD dan penjabaran elemen-elemen yang terdapat dalam PAD.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seluruh pengeluaran daerah itu. Pendapatan daerah itu bisa berupa

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Dasar Negara Republik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam landasan teori, akan dibahas lebih jauh mengenai Pertumbuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pusat (Isroy, 2013). Dengan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggungjawab,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas

BAB VIII EKONOMI DAN KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Peran pemerintah daerah semakin meningkat dengan adanya kebijakan otonomi

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagai penyempurnaan Undang-undang Nomor 22

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. daerah adalah untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat dimana

BAB I PENDAHULUAN. adalah ketersediaan dana oleh suatu negara yang diperlukan untuk pembiayaan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan daerahnya sendiri, membuat peraturan sendiri (PERDA) beserta

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi

BAB I PENDAHULUAN. merupakan titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. bersangkutan, sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 32

RANCANGAN BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR TAHUN 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem negara kesatuan, pemerintah daerah merupakan bagian yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengaruh Pendapatan..., Fani, Fakultas Ekonomi 2015

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang dibarengi dengan pelaksanaan otonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-undang No.25 Tahun 2000 tentang Program. Pembangunan Nasional , bahwa program penataan pengelolaan

PENDAHULUAN. daerah yang saat ini telah berlangsung di Indonesia. Dulunya, sistem

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan keleluasaan pada

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rangka pembangunan nasional di Indonesia, pembangunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

BAB I PENDAHULUAN. Proses globalisasi pemerintahan pada daerah Indonesia di tahun 2001

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional sebagaimana. mandiri menghidupi dan menyediakan dana guna membiayai kegiatan

ANALISIS POTENSI PENERIMAAN PAJAK HOTEL DI KABUPATEN KARIMUN SKRIPSI. Disusun oleh: JURUSAN ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Pemberian otonomi luas

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia dibagi atas daerah-daerah Provinsi dan daerah-daerah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia memasuki babak baru pengelolaan pemerintahan dari sistem

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang.

Hubungan Keuangan antara Pemerintah Daerah-Pusat. Marlan Hutahaean

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Pemerintah Republik

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk

BAB I PENDAHULUAN. ini tidak terlepas dari keberhasilan penyelenggaraan pemerintah propinsi maupun

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Otonomi daerah adalah suatu pemberian hak dan kewajiban kepada daerah

BAB I PENDAHULUAN. kesejahtraan rakyat, mencerdaskan kehidupan bangsa dengan adil dan makmur.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sirojuzilam (2005) pengembangan wilayah pada dasarnya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib

LANDASAN TEORI Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 21 tahun 2011 tentang

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan suatu daerah otonom dapat berkembang sesuai dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan pajak dalam kehidupannya, sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.

BAB I PENDAHULUAN. dengan potensi dan kepentingan daerah itu sendiri. yang sesuai denganperaturan perundang-undangan. Oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. nyata dan bertanggung jawab. Sesuai UU Nomor 23 Tahun 2014 pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. kabupaten dan kota memasuki era baru sejalan dengan dikeluarkannya UU No.

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pelaksanaan

BUPATI JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka menjalankan fungsi-fungsi pemerintahan, pembangunan di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara terbesar, dimana sampai saat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Undang-Undang Nomor No.12 tahun 2008 (revisi UU no.32 Tahun

2014 ANALISIS POTENSI PENERIMAAN PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA BANDUNG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tempat pusat pemerintahan. Dahulunya pemerintahan pusat harus mengurusi

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Dari beberapa penelitian terdahulu yang sejenis atau studi yang pernah dilakukan, maka kajian pustaka yang telah dijadikan pertimbangan No Penelitian dan Judul 1. Nurrohmah Alfian ( 2011 ) Analisis faktorfaktor yang mempengaruhi penerimaan pajak Daerah di Surakarta ( tahun 1994-2007) Skripsi Unpublished Variabel Penelitian dependen Pendapatan Asli Daerah (PAD) surakarta independen PDRB, Jumlah penduduk, Inflasi Metode Penelitian Analisis regresi berganda Hasil dan Analisis a. PDRB mempunyai pengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak daerah surakarta b. Jumlah penduduk tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan pajak daerah surakarta c. Inflasi tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan pajak daerah surakarta 2. Santosa Purbayu Budi, & Rahayu Retno Puji (2005) Analisis Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya Dalam Upaya Pelaksanaan Otonomi Daerah di Kabupaten Kediri Jurnal Dinamika Pembangunan dependen pendapatan asli daerah independen total pengeluaran pemerintah, jumlah penduduk, PDRB analisis regresi berganda Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi presentasi perubahan PAD Total pengeluaran pembangunan, penduduk dan PDRB sangat kuat, hal ini didukung dengan tingkat koefisiensi determinasi (R2) sebesar 0,971. Ketiga variabel independen (Pengeluaran Pembangunan, Penduduk, PDRB), yang mempunyai pengaruh paling besar yaitu variabel penduduk sebesar 8,049 13

3. Jaya Gde Bhaskara Perwira, & Widanta A.A Bagus Putu (2010) Analisis faktorfaktor yang berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah (PAD) Kota Denpasar E-Jurnal EP Unud 4. Wenny Cherrya Dhia (2012) Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Kinerja Keuangan Pada Pemerintah Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Selatan Jurnal Ilmiah STIE MDP 5. Sari Erni Purnama (2005) Faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Pemerintah Kabupaten Gresik Skripsi Unpublished dependen pendapatan asli daerah (PAD) Kota Denpasar independen PDRB, Jumlah penduduk, Jumlah Wisatawan -Variabel dependen keuangan -Variabel independen pajak daerah, retribusi, hasil perusahaan dan kekayaan daerah, dan lainlain pendapatan asli daerah yang sah -Variabel dependen penerimaan PAD -Variabel independen pajak, retribusi, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah Analisis regresi berganda analisis regresi berganda Analisis regresi berganda jumlah wisatawan tidak berpengaruh terhadap PAD kota Denpasar. Selanjutnya PDRB berpengaruh positif dan signifikan terhadap PAD kota Denpasar, dan jumlah penduduk berpengaruh negatif dan signifikan terhadap PAD kota Denpasar. Pendapatan Asli Daerah (PAD) secara simultan memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan, namun, secara parsial hanya lain-lain PAD yang sah yang dominan mempengaruhi kinerja keuangan, sedangkan pajak daerah, retribusi daerah, dan hasil perusahaan dan kekayaan daerah tidak dominan mempengaruhi kinerja keuangan pada pemerintah kabupaten dan kota di Provinsi Sumatera Selatan. pajak, retribusi, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lainlain PAD yang sah mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan asli daerah di Kabupaten Gresik. 14

6. Suartini Ni Nyoman, & Utama Made Suyana (2010) Pengaruh Jumlah Kunjungan Wisatawan, Pajak Hiburan, PajakHotel, dan Pajak Restoran Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Gianyar Skripsi Published dependen Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Gianyar independen jumlah kunjungan wisatawan, pajak hiburan, pajak hotel dan restoran Analisis regresi berganda Hasilpenelitian menunjukkan bahwa jumlah kunjungan wisatawan, pajak hiburan, pajak hoteldan restoran berpengaruh signifikan terhadap PAD Kabupaten Gianyar Tahun Anggaran 1991-2010. 7. Muchtholifah (2010) Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto, inflasi, investasi industri, dan jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan asli daerah (PAD) Kota Mojokerto Jurnal Ilmu Ekonomi Pembangunan dependen Pendapatan Asli Daerah (PAD) independen PDRB, inflasi, investasi industri, dan jumlah tenaga kerja Analisis regresi berganda Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan PDRB, inflasi, investasi industri, dan jumlah tenaga kerja berpengaruh signifikan terhadap pendapatan asli daerah. Secara parsial PDRB, inflasi, investasi industri, dan jumlah tenaga kerja berpengaruh signifikan dan berhubungan positif terhadap pendapatan asli daerah. Berdasarkan kajian penelitian di atas, maka penelitian yang akan dilakukan merujuk pada penggunaan variabelyang berjudul Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan pajak Daerah di Surakarta (tahun 1994-2007). Variabel yang digunakan dalam penelitian 15

tersebut, yaitu penerimaan pajak daerah sebagai variabel dependen. Sedangkan, variabel independen yang digunakan dalam penelitian tersebut PDRB, Jumlah Penduduk, dan Inflasi. Sedangkan, variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini pendapatan asli daerah (PAD). Sedangkan variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini PDRB, Jumlah industri kecil dan rumah tangga, Jumlah wisatawan, jumlah tenaga kerja, dan tingkat inflasi di Kabupaten Sleman. Penelitian ini menggunakan alat analisis regresi linier berganda yang sama dengan penelitian terdahulu, akan tetapi terdapat perbedaan dengan menggunakan uji MWD. 2.2 Landasan Teori 2.2.1 Otonomi Daerah Menurut undang-undang No 32 Tahun 2004 otonomi daerah hak, weweang, dan kewajiban, daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiriurusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Tujuan dari kebijakan tentang otonomi daerah untuk mendorong daerah dalam memberikan pelayanan yang lebih baik dan efisien, yaitu dengan peningkatan peran serta, prakarsa, dan pemberdayaan masyarakat.menurut Wenny Dhia Cherry (2012) menyebutkan bahwa ada beberapa asas penting dalam undang-undang otonomi daerah, antara lain: 1. Asas desentralisasi, yaitu penyerahan wewenangan pemerintahan oleh pemerintah daerah kepada daerah otonom dalam kerangka Negara kesatuan Republik Indonesia. 16

2. Asas Dekosentrasi, yaitu pelimpahan wewenangan pemerintahan oleh pemerintah kepada gubernur sebagai wakil pemerintah dan/atau kepada instansi vertikal di wilayah tertentu. 3. Tugas Pembantuan, yaitu penugasan dari pemerintah kepada daerah dan/atau desa dari pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota dan/atau desa serta dari pemerintah kabupaten kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu. 4. Perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah suatu sistem pembiayaan pemerintahan dalam kerangka negara kesatuan, yang mencakup pembagian keuangan antara pemerintah pusat dan daerah serta pemerataan antar daerah secara proporsional, demokratis, adil, dan transparan dengan memperhatikan potensi, kondisi, serta kebutuhan daerah, sejalan dengan kewajiban dan pembagian kewenangan serta tata cara penyelenggaraan kewenangan tersebut, termasuk pengelolaan dan pengawasan keuangannya. Otonomi daerah merupakan suatu akibat dari pembaruan reformasi yang harus dihadapi oleh seluruh daerah di Indonesia. Oleh karena itu, dibutuhkan pembelajaran di setiap daerah untuk dapat mengubah tantangan menjadi sebuah peluang bagi kemajuan daerahnya. otonomi daerah mempunyai peran sebagai upaya pemberdayaan daerah untuk mengambil keputusan sesuai dengan potensi-potensi yang dimiliki, dan kepentingan daerah itu sendiri. Di sisi lain, pemerintah sebagai pengatur pengembangan konsep otonomi daerah, berperan sebagai penanggung jawab agar otonomi daerah dapat dilaksanakan seperti yang 17

diharapkan. Sehingga untuk melaksanakan otonomi daerah, pemerintah harus dapat mengidentifikasi sektor-sektor yang dinilai mempunyai kemampuan untuk memajukan pembangunan pada suatu daerah. 2.2.2 Pendapatan Asli Daerah Menurut undang-undang No 33 tahun 2004 pendapatan asli daerah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.pendapatan asli daerah diperoleh berdasarkan pada ketentuan perundang-undangan pasal 6 undang-undang Republik Indonesia nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Kekuasaan antara Pemerintah Pusat, dan Pemerintah Daerah yang mengatakan bahwa pendapatan asli daerah bersumber dari: a. Pajak Daerah Pajak daerah, yaitu pungutan yang dilakukan oleh pemerintah daerah berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku ditetapkan melalui peraturan daerah. Pungutan ini dikenakan kepada semua objek seperti orang/badan dan benda bergerak/tidak bergerak. Contoh: Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Mineral dan Bukan Logam dan Batuan, Pajak Parkir, Pajak Air Tanah, Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan perkotaan, dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dari Bangunan. b. Retribusi Daerah Retribusi daerah, yaitu pungutan daerah sebagai pembayaran/pemakaian karena memperoleh jasa yang diberikan oleh daerah. Retribusi daerah juga 18

merupakan pungutan yang dilakukan sehubungan dengan suatu jasa atau fasilitas yang diberikan secara langsung dan nyata. Contoh: retribusi Pelayanan Kesehatan, retribusi Pelayan Persampahan / Kebersihan, retribusi pelayanan pemakaman, retribusi jasa usaha pengolahan limbah cair, dll. c. Hasil Pengolahan Kekayaan Daerah yang dipisahkan Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, yaitu penerimaan daerah yang berasal dari pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Contoh: bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah/bumd, bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik negara/bumn, bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau kelompok usaha masyarakat. d. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah Lain-lain PAD yang sah, yaitu penerimaan daerah yang berasal dari lain-lain milik pemda. Contoh: hasil penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga, dll. Pendapatan Asli Daerah (PAD) berperan penting sebagai sumber pembiayaan dan sebagai tolak ukur dalam pelaksanaan otonomi daerah. Dalam melaksanakan otonomi daerah, pemerintah harus dapat mengidentifikasi sektor-sektor yang dinilai berpotensi sebagai pendorong pembangunan daerah, terutama melalui upaya peningkatan potensi Pendapatan Asli Daerah (PAD). Dimana kemampuan daerah dalam memaksimalkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dapat dilakukan melalui peran serta masyarakat dalam pembayaran pajak dan retribusi. Penerimaan pemerintah dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) inilah 19

yang akan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pembangunan, dan penyelenggaraan pemerintah di daerah. Jaya Gde Bhaskara Perwira, & Widanta A.A. Bagus Putu (2010) menyebutkan bahwa Semakin banyak Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang diterima oleh pemerintah daerah maka pembangunan perekonomian di daerah tersebut akan semakin meningkat. Hal ini dapat ditunjukkan dari pengadaan sarana dan prasarana publik yang dapat membantu perekonomian seperti jalan raya, penerangan jalan, dan lain sebagainya. 2.2.3 Pengaruh Antara PDRB Terhadap Pendapatan Asli Daerah Jaya Gde Bhaskara Perwira, & Widanta A.A. Bagus Putu (2010) menyebutkan bahwa PDRB dapat didefinisikan sebagai penjumlahan nilai tambah bruto yang dihasilkan oleh seluruh unit kegiatan ekonomi yang beroperasi diwilayah/daerah tersebut dalam periode tertentu. Perhitungan PDRB dapat didasarkan pada harga berlaku, dan atas dasar harga konstan. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang atau jasa dihitung menggunakan harga pada tahun sekarang dan digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang atau jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun konstan dan digunakan untuk mengetahui ekonomi dari tahun ke tahun (Triani, dan Kuntari Yeni, 2007, 5). Semakin tinggi pendapatan seseorang, maka akan semakin tinggi juga kemampuan seseorang untuk membayar berbagai pungutan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah. Semakin tinggi tingkat pendapatan per kapitanya, maka semakin tinggi juga potensi sumber penerimaan 20

daerah, dan dapat menambah dana pemerintah yang kemudian akan digunakan untuk membangun sarana, dan prasarana di daerah tertentu. Selanjutnya, dapat mendorong peningkatan pelayanan pemerintah daerah kepada masyarakat yang diharapkan akan dapat meningkatkan produktivitasnya. 2.2.4 Pengaruh Antara Jumlah Industri Kecil, dan Rumah Tangga terhadappendapatan Asli Daerah Salah satu sektor penting dalam pembangunan di bidang ekonomi sektor Industri. Peranan sektor Industri dalam pembangunan ekonomi di berbagai negara sangat penting katrena sektor Industri mempunyai beberapa keunggulan untuk mempercepat pembangunan. Anwar Mokhammad, dkk (2007) menyebutkan bahwa keunggulan-keunggulan sektor Industri tersebut diantaranya dapat memberikan kontribusi bagi penyerapan tenaga kerja dan mampu menciptakan nilai tambah (value added) yang lebih tinggi pada berbagai komoditas yang dihasilkan. Berbagai usaha dan program telah dilakukan untuk mendorong percepatan pertumbuhan sektor industri. Kebijakan pengembangan sektorindustri akan berdampak langsung maupun tidak langsung terhadap sektor pertanian, penyerapan angkatan kerja. Industri merupakan semua kegiatan ekonomi manusia mengolah barang mentah menjadi barang setengah jadi atau barang jadi. Menurut Syahrial, dan Sutoyo (2009) Berdasarkan jumlah tenaga kerjanya, industri dapat dibedakan menjadi: 21

1. Industri rumah tangga, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja kurang dari empat orang. Ciri-ciri dari industri ini mempunyai modal yang sangat terbatas, tenaga kerja berasal dari anggota keluarga, dan pemilik atau pengelola industri biasanya kepala rumah tangga itu sendiri atau anggota keluarga. Contoh: industri anyaman, industri makanan ringan, industri kerajinan, dan industri tempe/tahu. 2. Industri kecil, yaitu industri yang tenaga kerjanya berjumlah sekitar 5 orang sampai 19 orang. Ciri industri kecil ini mempunyai modal yang relatif kecil, tenaga kerjanya berasal dari lingkungan sekitar atau masih ada hubungan saudara. Contohnya: industri genteng, industri pengolahan rotan, dan industri batubara. Dengan adanya pembangunan industri maka, akan dapat memajukan dan mengangkat sektor-sektor lainnya, seperti sektor pertanian, dan sektor jasa. Pertumbuhan industri yang pesat dapat merangsang pertumbuhan pada sektor pertanian untuk menyediakan bahan-bahan baku bagi industri. Sektor-sektor lainnya juga akan berkembang karena adanya industrialisasi tersebut, misalnya berdirinya lembaga-lembaga keuangan, lembaga-lembaga pemasaran atau iklan, dan lain-lain. Hal tersebut, nantinya akan dapat mendukung lajunya pertumbuhan industri. Oleh karena itu, kenaikan jumlah industri akan menambah kenaikan pendapatan asli daerah. 22

2.2.5 Pengaruh Antara Jumlah Wisatawan terhadap Pendapatan Asli Daerah Wisata berhubungan erat dengan pengertian perjalanan wisata, yaitu sebagai suatu perubahan tempat tinggal sementara seseorang diluar tempat tinggalnya karenasuatu alasan dan bukan untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan atau mencari nafkah. Orang yang melakukan perjalanan disebut traveler, sedangkan orang melakukan perjalanan untuk tujuan wisata disebut tourist (Jaya Gde Bhaskara Perwira, & Widanta A.A. Bagus Putu, 225). Wisatawan dibagi menjadi dua, yaitu wisatawan domestik, dan wisatawan mancanegara. Risanjani Febrika (2013) mendefinisikan Jumlah wisatawan domestik dan mancanegara merupakan seseorang atau sekelompok orang yang melakukan perjalanan ke suatu daerah baik yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri dengan jangka waktu kurang dari 12 bulan untuk melakukan berbagai aktivitas kegiatan wisata. Wisatawan domestik, dan mancanegara tersebut melakukan berbagai aktivitas kegiatan wisata, antara lain berekreasi, kebudayaan, bisnis, Olahraga, memperbaiki kesehatan, dan menjalankan tugas. Berbagai macam aktivitas kegiatan wisata akan menimbulkan keinginan seseorang untuk membeli produk-produk yang ada di daerah tujuan wisata tersebut. Apabila jumlah wisatawan domestik dan mancanegara melakukan kegiatan wisata pada suatu daerah, maka pendapatan asli pada daerah tersebut akan meningkat. Hal ini dikarenakan adanya peningkatan pada sektor-sektor pendapatan asli daerah, seperti pajak daerah, dan retribusi daerah yang masuk dalam dalam sumber pendapatan asli daerah yang sah. Oleh sebab itu, diperlukan 23

pengembangan wisata untuk menarik perhatian wisatawan domestik maupun mancanegara. 2.2.6 Pengaruh antara Jumlah Tenaga Kerja terhadap Pendapatan Asli Daerah Penyerapan tenaga kerja menurut Bafadal Azhar, dan Dirgantoro M Arief (2012) diartikan sebagai banyaknya orangyang bekerja pada berbagai sektor perekonomian, seperti sektor pertanian, pertambangan, industri, kehutanan, jasa dan sektor-sektor lain. Tenaga kerja sangat diperlukan dalam pembangunan ekonomi. Jumlah angkatan kerja yang bekerja merupakangambaran kondisi dari lapangan kerja yang tersedia. Jumlah tenaga kerja yang diserap oleh sektor perekonomian akan dapat mengalami peningkatan setiap tahunnya. Selanjutnya jika jumlah tenaga kerja dikaitkan dengan pendapatan asli daerah terlihat bahwa perubahan jumlah tenaga kerja akan berdampak terhadap pendapatan asli daerah. Dengan demikian peningkatan jumlah tenaga kerja yang diserap oleh sektor perekonomian akan mempengaruhi kenaikan pendapatan asli daerah. 2.2.7 Pengaruh antara Tingkat Inflasi terhadap Pendapatan Asli Daerah Inflasi merupakan kenaikan dalam tingkat harga umum. Nurrohmah Alfian (2010) menyebutkan bahwa kenaikan harga dari satu/dua barang saja tidak dapat disebut sebagai inflasi, kecuali jika kenaikan tersebut mengakibatkan kenaikan sebagian besar dari harga barang-barang lain. Inflasi mempunyai dampak yang luas terhadap perekonomian suatu negara. Inflasi akan menyebabkan 24

berkurangnya daya beli masyarakat dan menyebabkan peningkatan biaya produksi perusahaan. Peningkatan biaya produksi akan menyebabkan keuntungan yang diperoleh perusahaan menjadi berkurang. Oleh karena itu, berkurangnya keuntungan yang diperoleh perusahaan, maka penerimaan pajak yang dipungut pemerintah terhadap perusahaan tersebut menjadi semakin menurun. Susanto Iwan (2014) menemukan bahwa inflasi yang rendah di pemerintah daerah sangat diharapkan untuk meningkatkan produktifitas ekonomi. oleh karena itu, pertumbuhan inflasi yang tinggi dapat menurunkan perolehan pendapatan asli daerah yang berupa sumbangan pajak, retribusi di masyarakat. 2.3 Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran penelitian dalam studi ini menjelaskan bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD) dipengaruhi oleh lima hal, sebagai berikut: Tabel 2.1 Skema Kerangka Pemikiran PDRB X1 Jumlah Industri Kecil dan Rumah Tangga X2 Pendapatan Asli Daerah Jumlah Wisatawan X3 Jumlah Tenaga Kerja X4 Tingkat Inflasi X5 25

Untuk meningkatkan pendapatan asli daerah, maka perlu dicari faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan asli daerah. Pada penelitian ini, faktor yang mempengaruhi pendapatan asli daerah antara lain: PDRB, jumlah industri kecil dan rumah tangga, jumlah wisatawan, jumlah tenaga kerja, dan tingkat inflasi. Dengan mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi pendapatan asli daerah, maka dapat membantu pemerintah Kabupaten Sleman dalam menentukan kebijakan yang dapat bertujuan untuk meningkatkan pendapatan asli daerah. 2.4 Hipotesis Penelitian Hipotesis merupakan dugaan sementara dari suatu persoalan dan perlu di uji kebenarannya. Hipotesis dalam penelitian ini : 1. Diduga PDRB berpengaruh positif terhadap pendapatan asli daerahdi Kabupaten Sleman. 2. Diduga jumlah industri kecil, dan rumah tangga berpengaruh positifterhadap pendapatan asli daerahdi Kabupaten Sleman. 3. Diduga jumlah wisatawan berpengaruh positif terhadap pendapatan asli daerah di Kabupaten Sleman. 4. Diduga jumlah tenaga kerja berpengaruh positif terhadap pendapatan asli daerah di Kabupaten Sleman. 5. Diduga tingkat inflasi berpengaruh negatif terhadap pendapatan asli daerah di Kabupaten Sleman. 6. PDRB, jumlah industri kecil dan rumah tangga, jumlah wisatawan, jumlah tenaga kerja, dan tingkat inflasi secara bersama-sama berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah di Kabupaten Sleman. 26