GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

II. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II DESA PULOSARI. Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DESA GEDANGAN. A. Letak Geografis, Batas dan Kondisi Wilayah. Purwodadi. Kabupaten Grobogan terletak pada sampai Bujur

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI

BAWANG MERAH. Tanaman bawang merah menyukai daerah yang agak panas dengan suhu antara

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kranggan, Desa Banaran, Desa Nomporejo, Desa Karangsewu, Desa Pandowan

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II GAMBARAN UMUM

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang terletak di Pulau Jawa. Bagian utara

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

V. GAMBARAN UMUM POTENSI WILAYAH

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Undaan merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Kudus

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI UBI JALAR

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM WILAYAH

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Karangsewu, Pandowan dan Tirtorahayu yang terbagi dalam 75 pedukuhan, 148

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 48

V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Cibodas merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

5. GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN. Gambaran Umum Provinsi Jawa Barat

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DESA KALIURANG. memiliki luas lahan pertanian sebesar 3.958,10 hektar dan luas lahan non

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

KARAKTERISTIK WILAYAH. A. Kecamatan Kretek

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani

BAB IV KONTEKS LOKASI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Way Kanan merupakan salah satu wilayah pemekaran dari wilayah

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

Tahun Bawang

KERAGAAN DAN TINGKAT KEUNTUNGAN USAHATANI KEDELAI SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN KABUPATEN SAMPANG

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-undang

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Mei 2017 di Lahan Fakultas

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. A. Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Wilayah Magelang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu dengan ibukota Pringsewu terletak 37 kilometer sebelah

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang. Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis

Oleh Administrator Kamis, 07 November :05 - Terakhir Diupdate Kamis, 07 November :09

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM. administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur.

Transkripsi:

V. 5.1 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten Wonosobo Secara geografis Kabupaten Wonosobo terletak di provinsi Jawa Tengah dengan luas wilayah sebesar 984,68 km2 pada koordinat 7o21 LS (Lintang Selatan) 19o53 BT (Bujur Timur). Kabupaten Wonosobo berbatasan dengan Kaupaten Temanggung dan Kabupaten Magelang di sebelah Timur, sebela selatan berbatasan dengan Kabupaten Purworejo, sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Kebumen, dan sebelah Utara berbatasan langsung dengan Kabupaten Batang dan Kabupaten Kendal. Wilayah Kabupaten Wonosobo terdiri dari 15 Kecamatan yang terbagi lagi atas sejumlah desa dan 265 kelurahan. Sebagian besar wilayah di Kabupaten Wonosobo merupakan daerah pegunungan. Bagian Timur terdapat dua gunung berapi, Gunung Sindoro (3.136 meter) dan Gunung Sumbing (3.371 meter). Sebelah Selatan terdapat Waduk Wadaslintang, serta daerah Utara yang merupakan bagian Dataran Tinggi Dieng, dengan puncaknya Gunung Prahu (2.565 meter). penduduk menurut sensus yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonosobo pada tahun 21 berjumlah 758.78 jiwa, dengan perbandingan jumlah penduduk laki-laki sebesar 385.113 jiwa dan perempuan sebesar 372.965 jiwa. Sebagian besar penduduk yang berdomisili di Kabupaten Wonosobo bergerak dalam sektor pertanian. Sektor pertanian merupakan sektor yang memegang peranan penting dalam perekonomian Kabupaten Wonosobo, dan sektor pertanian memberikan kontribusi sebesar 47,45 persen dari total Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atau sekitar Rp 1.863.397,76. Berdasarkan penggunaan tanah di Kabupaten Wonosobo, penggunaannya antara lain untuk areal persawahan dan areal bukan sawah. Areal persawahan didominasi pada teknis pengairan sederhana dan areal bukan sawah kebanyakan digunakan untuk Tegalan dan Hutan Negara. Tanaman kentang di Kabupaten Wonosobo lebih banyak dibudidayakan pada lahan tegalan. Hal ini dikarenakan kondisi geografis Kabupaten Wonosobo yang sebagian besar merupakan dataran

tinggi dan sebagian daerah tidak memungkinkan untuk dibangun sistem irigasi. Daftar penggunaan lahan di Kabupaten Wonosobo dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 11. Sebaran Luas Lahan Menurut Penggunaannya di Kabupaten Wonosobo Tahun 21 Uraian Sawah Pengairan Teknis Pengairan Setengah Teknis Pengairan Sederhana Tadah Hujan Bukan Sawah Bangunan Pekarangan Tegalan/Kebun Padang Rumput Kolam Waduk/ Rawa Hutan Negara Hutan Rakyat Perkebunan Lain-lain Luas Lahan (Ha) Proporsi () 799 2.116 1.418 3.83,81 2,15 1,58 3,86 7.964 42.8 3 226 1.463 16.837 7.59 2.625 2.611 98.454 8,9 42,74,3,23 1,49 17,1 7,63 2,67 2,65, Sumber: Kabupaten Wonosobo 5.2 Kecamatan Kejajar Kecamatan Kejajar memiliki luas wilayah 5.762 ha atau 5,85 persen dari luas Kabupaten Wonosobo dengan ketinggian wilayah antara 1.36 2.32 m di atas permukaan laut dan terletak antara 7o11 2 sampai 7o18 Lintang Selatan (LS) dan 19o51 11 sampai 19o59 52 Bujur Timur (BT). Secara administratif Kecamatan Kejajar berbatasan langsung dengan Kabupaten Batang di sebelah Utara, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Temanggung, sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Garung, dan sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Banjarnegara. penduduk Kecamatan Kejajar pada tahun 21 sebanyak 4.925 jiwa dengan jumlah laki-laki sebanyak 2.987 jiwa dan perempuan 19.938 jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 71 per km2. Sektor pertanian merupakan sektor yang sangat dominan yang dilakukan masyarakat di Kecamatan Kejajar. Hal ini merujuk pada pembagian komposisi tata guna lahan, lahan tanah kering seluas 3.66,36 hektar atau sekitar 53,21 persen, diikuti hutan negara seluas

2.39,88 ha atau 4,8 persen, perkebunan negara/swasta sebesar 155,85 hektar atau 2,7 persen dan lainnya seluas 232,669 hektar atau sekitar 4,1 persen. 5.2.1 Desa Sigedang Desa Sigedang merupakan salah satu Desa di Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo terdiri dari 8 Rukun Warga. Wilayah administratif desa Sigedang sebelah Timur berbatasan dengan Desa Sibajag, Kecamatan Temanggung, sebelah Utara berbatasan dengan Desa Bukit Butak, sebelah Selatan Desa Buntu, dan sebelah Barat berbatasan dengan Desa Bukit Kulon. Dengan total luas wilayah sebesar 18,6 hektar yang penggunaannya terbagi atas pemukiman, perkebunan, tempat pemakaman, perkantoran, dan prasarana umum lainnya. Desa Sigedang berada di ketinggian antara 15 18 dpl (di atas permukaan laut). Sehingga Desa Sigedang merupakan daerah yang cocok untuk pertanian terutama hortikultura. Menurut jenis komoditas tanaman, tanaman yang dapat dibudidayakan antara lain, kacang tanah, kacang panjang, kacang merah, cabai, bawang merah, bawang putih, kentang, kubis, buncis, kangkung, umbiumbian, wortel dan seledri. Potensi lain yang dimiliki Desa Sigedang adalah peternakan. Populasi ternak yang terdapat di Desa Sigedang antara lain sapi, ayam kampung, ayam broiler, kambing, angsa dan domba. penduduk sumberdaya manusia pada tahun 211 sebanyak 3241 orang, dengan jumlah penduduk laki-laki sebesar 1572 orang, dan perempuan sebesar 1669 orang, dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 949 kepala keluarga, serta memiliki kepadatan penduduk sebesar 1,7 per kilometer. Mata pencarian penduduk sebagian besar sebagai petani dan buruh tani, selebihnya bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), pedagang keliling, peternak, montir, dan pembantu rumah tangga. Selain itu berdasarkan tingkat pendidikan, sebanyak 719 orang yang manamatkan pendidikan sekolah dasarnya (SD), 22 dan 112 orang menamatkan pendidikan SMP dan SMA, dan 3 orang menamatkan pendidikan Perguruan Tinggi.

5.2.2 Desa Dieng Desa dieng dapat dikatakan sebagai salah satu desa yang terletak di dataran tertinggi di Jawa Tengah. Dieng sendiri merupakan salah satu desa di Kecamatan Kejajar yang menjadi salah satu tujuan objek wisata di Kabupaten Wonosobo. Secara administrasi Dieng memiliki batas wilayah dengan Kabupaten Banjarnegara untuk sebelah Utara dan sebelah Barat, sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Patakbanteng, dan sebelah timur berbatasan kompleks Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing yang masih termasuk kawasan Kabupaten Wonosobo. Desa Dieng terletak pada posisi geografis 12 Lintang Selatan dan 19 54 Bujur Timur, berada pada ketinggian 682 kaki atau sekitar 293 dpl (di atas permukaan laut) dengan suru rata-rata 15 2 derajat pada siang hari, dan 1 derajat pada pagi hari. Dengan luas wilayah sebesar 2,82 km2 penggunaan lahan sebagian besar merupakan lahan pertanian, sebagian besar lagi merupakan pemukiman penduduk, perkantoran, dan prasarana umum lainnya. penduduk Dieng mencapai 282 orang. Sebagian besar mata pencarian penduduknya adalah petani, buruh tani, pedagang, dan bekerja di sektor pariwisata. 5.3 Karakteristik Responden Dalam penelitian ini identitas responden yang diperoleh meliputi beberapa aspek yang dapat dilihat dari usia responden, tingkat pendidikan, pengalaman bertani dan luas lahan. Karakteristik tersebut dianggap penting karena mempengaruhi pelaksanaan usahatani kentang di lokasi penelitian. Bertani kentang merupakan mata pencarian utama penduduk di Desa Sigedang dan Desa Dieng. Sumber modal berasal dari petani responsen itu sendiri, dan keuntungan dari hasil panen kentang akan digunakan sebagai modal untuk musim tanam yang berikutnya. Begitu pula dengan kepemilikan lahan, sebagian petani memiliki status lahan pertaniannya sebagai pemilik, dan hanya sedikit yang menyewa lahan untuk kegiatan usahatani. Khusus untuk lahan, baik di Desa Sigedang dan Desa Dieng, pasar sewa menyewa sangat aktif. Kegiatan sewa menyewa lahan sudah umum dilakukan. Ada petani yang menyewakan lahannya pada suatu musim tanam dan kemudian menyewa untuk musim tanam berikutnya.

1) Usia Faktor usia merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja petani dalam bertani. Pada umumnya petani yang memiliki usia lebih muda dapat bekerja lebih optimal dan memiliki produktivitas yang tinggi. Sebaran petani responden berdasarkan usia dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Sebaran Responden Berdasarkan Usia No 1. 2. 3. 4. 5. Usia 17 25 26 35 36 45 46 55 > 55 Desa Sigedang 6 22,22 11 4,74 8 29,63 2 7,41 27 Desa Dieng 3 1, 13 43,33 9 3, 4 13,33 1 3,33 3 Total (n = 57) 9 15,79 24 42,11 17 29,82 6 1,53 1 1,75 57 Berdasarkan Tabel 12, dapat diketahui bahwa usia petani dari total responden paling dominan ada pada rentang 26 35 tahun dengan proporsi sebesar 42,11 persen, dimana baik di Desa Sigedang maupun Desa Dieng masingmasing memiliki proporsi sebesar 4,74 persen dan 43,33 persen. Sedangkan untuk responden yang memiliki proporsi terkecil berada pada rentang usia lebih dari 55 tahun sebesar 1,74 persen. 2) Tingkat Pendidikan Formal Faktor tingkat pendidikan merupakan salah satu karakteristik yang akan berpengaruh terhadap proses pembentukan pola pikir dan sikap terutama terhadap penyerapan atau mengadopsi teknologi baru. Semakin tinggi tingkat pendidikan diharapkan lebih cepat dalam mengadopsi teknologi yang dianjurkan. Sebaran responeden berdasarkan tingkat pendidikan formal dapat dilihar pada Tabel 13. Tingkat pendidikan formal petani responden di lokasi penelitian di kedua desa didominasi hanya lulusan Sekolah Dasar (SD) yaitu sebanyak 31 orang dengan persentasi sebesar 54,39 persen. Untuk lulusan Perguruan Tinggi hanya mencapai 5,26 persen dari total keseluruhan atau hanya 3 orang. Sedangkan

besarnya responden yang mempunyai pendidikan formal SMP dan SMA masingmasing sebesar 17,54 persen dan 22,81 persen. Tabel 13. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Formal No 1. 2. 3. 4. 3) Tingkat Pendidikan SD SMP SMA D3/S1 Desa Sigedang 17 22,96 6 22,22 4 14,81 27 Desa Dieng 14 46,67 4 13,33 9 3, 3 1, 3 Total (n = 57) 31 54,39 1 17,54 13 22,81 3 5,26 57 Pengalaman Usahatani Pada umumnya semakin lama bertani semakin banyak pengalaman usahatani kentang yang dimiliki petani dan dapat diterapkan sekaligus sebagai pembelajaran musim tanam berikutnya. Berdasarkan Tabel 14, dari kedua desa di lokasi penelitian, Desa Sigedang dan Desa Dieng, masing-masing memiliki 18 orang yang telah berpengalaman usahatani kentang diantara 5 16 tahun dengan proporsi rata-rata untuk kedua desa sebesar 63,16 persen. Sedangkan untuk petani yang memiliki pengalaman kurang lebih atau sama dengan 4 tahun dan lebih dari 3 tahun sebanyak 1 orang dan 7 orang dengan proporsi masing-masing sebesar 17,54 persen dan 12,28 persen. Tabel 14 memaparkan besarnya sebaran responden berdasarkan pengalaman usahatani kentang. Tabel 14. Sebaran Responden Berdasarkan Pengalaman Usahatani Kentang No 1. 2. 3. 4. 4) Pengalaman Usahatani Kentang 4 5 16 17 29 > 3 Desa Sigedang 8 29,53 18 66,67 1 3,6 27 Desa Dieng 2 6,67 18 6, 3 1, 7 23,33 3 Total (n = 57) 1 17,54 36 63,16 4 7,2 7 12,28 57 Luas Lahan responden di lokasi penelitian sebagian besar memiliki luasan lahan sebesar kurang dari,29 hektar, dengan proporsi 64,91 persen. Sebanyak 19,3

persen petani memiliki luas lahan seluas,3,9 hektar, 1,53 persen petani memiliki luasan lahan 1, 1,7 hektar, dan sebanyak 1,75 persan dan 3,25 persen petani memiliki luas lahan sekitar 1,8 2,5 hektar dan lebih dari 2,5 hektar. Berdasarkan pada Tabel 15, bahwa petani di Desa Sigedang dan Desa Dieng memiliki skala luas lahan terbesar ada pada luasan kurang dari,29 hektar dengan proporsi masing-masing 59,26 persen dan 7, persen. Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian besar pengusahaan kentang dilakukan pada skala yang hampir sama. Tabel 15. Sebaran Responden Berdasarkan Luas Lahan No 1. 2. 3. 4. 5. 5.4 Pengalaman Usahatani Kentang,29,3,9 1, 1,7 1,8 2,5 > 2,5 Desa Sigedang 16 59,26 7 25,93 4 14,81,, 27 Desa Dieng 21 7, 4 13,33 2 6,67 1 3,33 2 6,67 3 Total (n = 57) 37 4,91 11 19,3 6 1,53 1 1,75 2 3,51 57 Gambaran Umum Usahatani Kentang di Lokasi Penelitian Kegiatan usahatani kentang pada umumnya berupa proses pembenihan, pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan, dan panen. Kegiatan pemeliharaan berupa pengairan, penyiangan (matun), dan pemupukan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada bulan Februari hingga Maret 211, kondisi usahatani yang dijadikan acuan adalah usahatani pada musim sebelumnya. 1) Jenis Benih dan Penyedian Benih Berdasarkan hasil wawancara dengan petani responden, benih kentang yang digunakan petani di lokasi penelitian, Desa Sigedang dan Desa Dieng, adalah benih kentang Granola. Benih yang digunakan merupakan benih dari hasil seleksi panen sebelumnya atau membeli dari Kebun Benih Hortikultura (KBH) di daerah Kledung. Pada umumnya, rata-rata penggunaan benih hasil seleksi musim sebelumnya hanya dapat digunakan hingga generasi ke 1 (G-1). Setelah itu petani akan membeli benih baru dengan produktivitas yang lebih baik, yakni benih generasi ketiga atau keempat (G3-G4). Namun di kedua desa, Desa

Sigedang dan Desa Dieng, penggunaan benih hasil seleksi musim sebelumnya akan diganti dengan benih yang baru jika produktivitas kentang yang menggunakan bibit hasil panen sebelumnya turun. Penggunaan benih kentang yang berasal dari hasil panen sebelumnya dilakukan dengan menyeleksi benih kentang ketika panen berdasarkan ukurannya, karena pada saat panen, berbagai ukuran umbi akan diperoleh. Dalam proses pembenihan hingga menjadi bibit, biasanya membutuhkan waktu hingga 12 hari. Dengan kata lain, penggunaan bibit ini merupakan benih hasil seleksi panen dua musim sebelumnya. Pada umumnya benih kentang yang siap ditanam memiliki ciri tunas yang muncul pada kentang sekitar 2 3 cm. Pemilihan benih kentang ini berdasarkan pada bentuk fisik. Kentang akan disortir berdasarkan ukuran besar, sedang, dan kecil. Kentang yang berukuran besar dan sedang biasanya dijual, sedangkan kentang yang dijadikan benih adalah kentang dengan ukuran kecil. 2) Pengolahan Lahan dan Penanaman Bibit Pengolahan lahan merupakan tahap awal dalam pengusahaan kentang di lokasi penelitian. Kegiatan dalam pengolahan lahan antara lain, membuat bedengan, membuat jarak tanam, dan pemberian pupuk dasar. Ukuran lebar bedengan dalam pengolahan lahan sekitar 3 4 cm dengan jarak antar bedengan sekitar 2 3 cm. Selain itu juga ada pembuatan bedengan sekaligus melakukan pemasangan mulsa. Ukuran lebar bedengan biasanya disesuaikan dengan ukuran mulsa. Mulsa dengan satu lubang tanam memiliki lebar 3 cm dan 4 cm untuk lubang tanam, mulsa dua lubang tanam memiliki ukuran lebar 6 cm dan 8 cm, dan 12 untuk tiga lubang tanam. Di lokasi penelitian mulsa dengan satu dan dua lubang tanam merupakan jenis mulsa yang sering digunakan. Rata-rata total luas lahan yang dimiliki masing-masing Desa, Desa Sigedang dan Desa Dieng, sebesar,4 hektar dan,54 hektar. Status kepemilikan lahan ada yang kepemilikan pribadi dan ada lahan sewa. Dari total keseluruhan luas lahan petani responden di Desa Sigedang (1,55 hektar), sebesar 4,9 hektar diantaranya adalah lahan sewa dengan rata-rata biaya sewa per hektar per musimnya sebesar Rp 3.15.152. Sedangkan Desa Dieng luasan lahan sewa sebesar dua hektar dari total keseluruhan luas lahan petani responden di Desa

Dieng sebesar 16,16 hektar, dengan rata-rata biaya sewa per musim sebesar Rp 1.937. per hektar. Pemberian pupuk merupakan tahap selanjutnya dalam pengolahan lahan. Pemberian pupuk sebaiknya dilakukan dua kali selama satu musim, sesuai dengan anjuran umum pemupukan berimbang, yakni pemberian pupuk dasar dan pemberian pupuk kedua yang biasanya dilakukan 3 hari setelah tanam17). Pupuk dasar yang diberikan merupakan pupuk kandang ditambah dengan pupuk kimia Urea atau pupuk majemuk Phonska. Di lokasi penelitian, banyaknya penggunaan pupuk disesuaikan dengan banyaknya jumah bibit yang akan ditanam. Semakin banyak jumlah bibit yang ditanam, kebutuhan akan penggunaan pupuk juga akan semakin banyak. Sebaran penggunaan pupuk petani berdasarkan jenis pupuk di lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Sebaran Penggunaan Pupuk Berdasarkan Jenis Pupuk di Lokasi Penelitian. Jenis Pupuk Pupuk Organik: Kandang Pupuk Anorganik: Urea ZA TSP/SP-36 NPK KCL Desa Sigedang Harga (Kg/ha) (Rp/Kg) Desa Dieng Harga (Kg/ha) (Rp/Kg) 5.76 325,7 3958 34,43 238 72 17 178 4 1.847,14 2.16, 2.16,32 2.397,62 2.48, 72 67 28 1.87,, 2.166,67 2.372,73, Berdasarkan Tabel 16, penggunaan pupuk terbesar di kedua desa, Desa Sigedang dan Desa Dieng, masih di dominasi pupuk kandang yang merupakan pupuk dasar sebelum kentang ditanam dengan harga per kilogramnya masingmasing sebesar Rp 325,7 untuk Desa Sigedang dan Rp 34,43 untuk Desa Dieng. Sedangkan rata-rata penggunaan pupuk anorganik di Desa Sigedang yakni pupuk KCL sebanyak 4 kilogram per hektar dengan harga sebesar Rp 2.48, per kilogram. Sedangkan di Desa Dieng, rata-rata menggunakan pupuk majemuk 17 Anjuran umum pemupukan berimbang menggunakan pupuk majemuk www.petrokimiagresik.com (diakses tanggal 1 April 212)

NPK sebanyak 28 kilogram per hektar dengan harga sebesar Rp 2.372,73 per kilogram. Tahap selanjutnya yakni penanaman bibit kentang. Penamanan bibit kentang juga disesuaikan dengan bedengan yang menggunakan mulsa atau tidak menggunakan mulsa. Jika menggunakan mulsa, bibit kentang ditanam setelah mulsa selesai dipasang, sedangkan jika tidak menggunakan mulsa kentang ditanam setelah sebelumnya telah diberi pupuk dasar. Untuk tingkat kedalaman penanaman bibit kentang, baik menggunakan mulsa atau tidak, bibit ditanam pada kedalaman sekitar 8 1 cm. Rata-rata penggunaan bibit di lokasi penelitian di Desa Sigedang dan Desa Dieng masing-masing sebesar 89 kilogram per hektar dan 459 kilogram per hektar dengan harga rata-rata sebesar Rp 9.648,15 per kilogram dan Rp 5.933,33 per kilogram. Perbedaan ini dikarenakan petani responden di Desa Sigedang sebagian besar menggunakan bibit kentang kualitas yang lebih baik dengan harga yang relatif lebih mahal sehingga harga rata-rata untuk bibit yang digunakan menjadi lebih mahal daripada harga rata-rata bibit kentang di Desa Dieng. Perbedaan dari segi jumlah penggunaan bibit di Desa Dieng lebih dipengaruhi oleh faktor alam. Penelitian ini menganalisis usahatani yang terjadi pada musim hujan, berdasarkan paparan petani responden Desa Dieng, pada musim hujan hama dan penyakit kentang lebih banyak dan lebih mudah berkembang biak, sehingga petani harus mengeluarkan biaya tambahan untuk pestisida. Selain itu curah hujan yang tinggi risiko kentang menjadi rusak akan lebih tinggi, karena hujan dapat menyebabkan batang atau daun kentang patah. Batang atau daun kentang yang patah akan menyebabkan panen kentang dilakukan lebih dini, harga kentang yang diterima petani menjadi lebih rendah dari harga seharusnya. Namun kondisi ini tidak berlaku untuk usahatani kentang di Desa Sigedang, curah hujan yang terjadi tidak terlalu besar seperti di Desa Dieng, sehingga risiko patah batang dan daun kentang lebih kecil. Sedangkan untuk hama dan penyakit masih dapat ditanggulangi dengan pemberian pestisida. Dapat disimpulkan perbedaan penggunaan bibit kentang antara Desa Sigedang dan Desa Dieng untuk mengantisipasi risiko-risiko usahatani yang muncul pada musim hujan. Perbedaan penggunaan bibit ini pada akhirnya akan mempengaruhi hasil

yang akan diterima petani dan berpengaruh langsung terhadap pendapatan yang akan diterima petani ketika panen nanti. Berdasarkan tabel 16, menunjukkan bahwa penggunaan pupuk lebih banyak digunakan di Desa Sigedang daripada Desa Dieng. Penggunaan pupuk di Desa Sigedang lebih banyak dan merata daripada Desa Dieng. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, penggunaan bibit mempengaruhi penggunaan pupuk. Dari segi tenaga kerja, pengolahan lahan biasanya menggunakan tenaga kerja borongan mulai dari proses pembuatan bedengan hingga proses penanaman selesai. Namun ada juga petani yang melakukan kegiatan penanaman bibit dengan tenaga kerja harian. Rata-rata HOK untuk pengolahan lahan di Desa Sigedang dan Desa Dieng sebesar 162 HOK per hektar dan 7 HOK per hektar. Sedangkan untuk penanaman, rata-rata HOK Desa Sigedang sebesar 45 HOK per hektar dan Desa Dieng sebesar 15 HOK per hektar. Tabel 17 akan memaparkan sebaran tenaga kerja berdasarkan HOK di lokasi penelitian. Tabel 17. Sebaran Tenaga Kerja Berdasarkan HOK di Lokasi Penelitian Tenaga Kerja Pengelolahan Lahan Penanaman Penyiangan (Matun) Pemupukan II Pengendalian HPT Panen 3) Satuan HOK HOK HOK HOK HOK HOK Desa Sigedang 162 45 77 12 14 31 Desa Dieng 7 15 74 2 69 15 Penyiangan Pada lokasi penelitian kegiatan penyiangan disebut matun oleh para petani setempat. Matun merupakan kegiatan membumbun tanah atau menimbun bedengan tempat kentang ditanam dengan tanah, dan menyiangi gulma yang tumbuh di sekitar tanaman. Bagi petani yang menggunakan mulsa, kegiatan matun hanya dilakukan sekali selama satu musim tanam, dan biasanya dilakukan pada saat tanaman memasuki hari ke 3 4 hari. Sedangkan petani yang tidak menggunakan mulsa, kegiatan matun dilakukan sebanyak 2 kali. Penyiangan dilakukan dengan metode pengerjaan yang sederhana, yakni menggunakan cangkul. Untuk penyiangan rata-rata HOK yang dibutuhkan di Desa Sigedang yakni 77 HOK per hektar dan Desa Dieng sebesar 74 HOK per hektar (Tabel 17).

Untuk penyiraman tanaman kentang, pada umumnya kentang disiram sejak umur 15 hari hingga kentang dapat dipanen, namun pada penelitian ini musim sebelumnya memiliki curah hujan yang cukup tinggi sehingga tanaman kentang tidak disiram seperti pada musim kemarau. 4) Pemupukan dan Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman. Pemupukan kentang di lokasi penelitian pada umumnya dilakukan sebanyak dua kali, yakni pada saat pengolahan yang merupakan pemberian pupuk dasar, dan pemupukan kedua biasanya dilakukan berbarengan pada saat matun. Berdasarkan hasil pengamatan di lokasi penelitian hanya sekitar 14,4 persen yang melakukan pemupukan kedua dan selebihnya 85,96 persen petani melakukan pemupukan pada saat pengolahan lahan. Kegiatan pengendalian hama dan penyakit tanaman merupakan kegiatan yang paling sering dilakukan oleh kedua desa. Pada saat musim hujan, pengendalian hama dan penyakit dapat dilakukan hingga 14 25 kali penyemprotan dalam satu musim tanam. Sedangkan penyemprotan pada saat musim kemarau hanya 5 13 kali penyemprotan dalam satu musim tanam. Hal ini dikarenakan hama dan penyakit kentang lebih banyak muncul ketika musim hujan dibandingkan pada saat musim kemarau. Hama yang sering muncul menyerang tanaman kentang antara lain yakni hama trip, kutu daun, lalat, ulat, cacing emas. Pengendaliannya dilakukan dengan penyemprotan obat kimia seperti Agrimac, Demolish, Marshal, Bazooka, dan Buldok. Sedangkan untuk penyakit yang muncul berupa busuk daun yang disebabkan bakteri Phytopthora, layu daun disebabkan oleh bakteri Pseudomonas, dan busuk umbi. Pencegahan yang dilakukan petani dilakukan dengan menyemprotkan fungisida seperti Acrobat, Wendri, dan Ditane. Obat-obatan ini diperoleh petani dengan membeli di kios obat yang ada di desa masing-masing. Bentuk obat-obatan ini ada yang berupa serbuk dan cair. Penggunaan jenis obatnya setiap musim tidak sama, tergantung keadaan dan kondisi kentang yang ditanam, dengan kata lain perlakuan pemberian jenis obat tergantung kondisi tanaman pada saat itu. Penggunaan tenaga kerja pengendalian hama dan penyakit pada usahatani kentang di Desa Sigedang sebesar 14 HOK per hektar, sedangkan pada pengusahaan kentang di Desa Dieng sebesar 69 HOK per hektar (Tabel 17).

5) Penen Kentang pada umumnya dipanen ketika mencapai umur 12 hari. Kentang yang siap panen biasanya memiliki ciri fisik warna daun dan batang yang mulai menguning. Kegiatan panen dilakukan bersamaan dengan penyortiran kentang berdasarkan ukuran besar (A), sedang (B), dan kecil (C). Selain penyortiran ukuran atau grade dilakukan juga penyeleksian kentang yang akan digunakan untuk bahan bibit musim berikutnya. Desa Sigedang memiliki rata-rata produksi kentang sebanyak 9.347 kilogram per hektar dengan harga rata-rata sebesar Rp 4.148,15 per kilogram. Sedangkan rata-rata produksi yang dimiliki Desa Dieng sebanyak 4.325 kilogram per hektar dengan harga rata-rata sebesar Rp 4.471,67 per kilogram. Berdasarkan harga dan jumlah produksi kentang tersebut diperoleh rata-rata pendapatan hasil panen di Desa Sigedang mencapai Rp 15.732.235,94 per hektar sedangkan pendapatan di Desa Dieng mencapai Rp 1.418.938,33 per hektar. Tingkat pendapatan yang diterima petani sedikit menyimpang dari seharusnya, Gunandi (1997) dalam Susmayasanti (23) bahwa produktivitas kentang meningkat dengan semakin tingginya lokasi, namun di lokasi penelitian hasil yang diperoleh justru sebaliknya. Hal ini disebabkan karena beberapa hal, tingginya tingkat curah hujan membuat petani di Desa Dieng cenderung menghindari risiko patah daun dan batang tanaman, serta banyaknya hama penyakit yang muncul, dengan mengurangi jumlah tanaman kentang yang ditanam. Selain itu di daerah yang ketinggiannya mencapai lebih dari 2 dpl (di atas permukaan laut) suhu udara dapat mencapai nol derajat, faktor ini menyebabkan tanaman kentang tidak dapat bertahan pada saat suhu udara mencapai nol derajat. Kegiatan pemanenan biasanya akan dikerjakan dalam waktu sehari, jika lebih dari satu hari maka petani akan dibebani biaya tambahan untuk tenaga kerja. Selain itu, tenaga kerja dari dalam keluarga cenderung lebih banyak pada saat panen. Rata-rata tenaga kerja untuk panen yaitu sebanyak 31 HOK per hektar untuk Desa Sigedang dan 15 HOK per hektar untuk Desa Dieng (Tabel 17). Hasil penen ini kemudian langsung dijual kepada pengumpul yang datang ke lokasi penelitian. Harga jual kentang di tingkat petani juga masih berfluktuatif, selain tergantung dari kualitas kentang, jumlah kentang yang ditawarkan petani, petani

juga berlaku sebagi pricetaker. Sehingga petani tidak memiliki bergaining position untuk menentukan harga, dan menyebabkan petani tidak puas atau rugi dengan harga kentang yang tidak sesuai harapan mereka.